Tinta Media: Sekuler
Tampilkan postingan dengan label Sekuler. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sekuler. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 04 Maret 2023

Tindak Kekerasan Makin Marak, MMC: Sistem Pendidikan Gagal Membentuk Pemuda Berkepribadian Islam

Tinta Media - Maraknya tindak kekerasan yang dilakukan oleh pemuda dinilai oleh Narator Muslimah Media Center (MMC) menggambarkan gagalnya sistem pendidikan sekuler dalam membentuk pemuda berkepribadian Islam.
 
"Makin banyaknya tindak kekerasan yang dilakukan oleh pemuda menggambarkan gagalnya sistem pendidikan (sekuler) dalam membentuk anak didik yang berkepribadian Islam," ungkapnya dalam serba-serbi MMC: Budaya Kekerasan pada Generasi, Bukti Bobroknya Sistem Kehidupan Sekuler, di kanal YouTube Muslimah Media Center, Selasa (28/2/2023).
 
Menurutnya, lemahnya peran keluarga dalam meletakkan dasar perilaku terpuji, juga rusaknya masyarakat, adalah buah dari kehidupan yang berdasarkan paham sekulerisme.
 
“Sekulerisme adalah paham yang memisahkan agama dari kehidupan, aturan agama hanya dikerdilkan untuk urusan personal sedangkan urusan kehidupan umum aturan yang dipakai berasal dari akal manusia yang terbatas,” jelasnya.
 
Allhasil tatkala akal dijadikan penentu hukum, sambungnya,  tentu aturan yang terbentuk sarat dengan kepentingan manusia. Ia mencontohkan bidang pendidikan. “ Sistem pendidikan yang berbasis sekulerisme menjadikan orientasi sekolah anak-anak bukan lagi menimba ilmu namun bagaimana bisa mencetak buruh terdidik," terangnya.
 
Amoral
 
Narator menegaskan, akibat penerapan sistem kapitalisme, anak-anak minus pemahaman agama sehingga sering bertindak amoral untuk menyelesaikan masalah.  
 
"Kesibukan orang tua bekerja termasuk kaum ibu dan abainya negara dalam membekali ilmu pengasuhan pada calon orang tua semakin memperparah kenakalan remaja.  Remaja yang jauh dari orang tua atau terlalu dimanja oleh orang tua cenderung mengedepankan ego, sehingga mereka akan mudah berbuat anarkis untuk memuaskan rasa ego tersebut," imbuhnya
 
Negara juga hanya menindak pelaku kriminalitas tanpa ada upaya pencegahan. Bahkan negara sekuler kapitalisme mempersilahkan paham liberalisme maupun permisif menggerogoti jiwa pemuda. “Maka tak heran semakin hari kasus amoralitas remaja semakin marak,” kritiknya.
 
Khilafah
 
Menurut narator, ini sangat berbeda dengan kualitas generasi yang didik dengan sistem sahih bernama sistem Khilafah. "Kehidupan dalam khilafah didasari oleh aqidah Islam yang akan menuntut pemeluknya menyadari bahwa dunia adalah tempat menanam kebaikan untuk dipanen di akhirat kelak.  Pemahaman seperti ini akan menjaga setiap individu untuk selalu menjaga perilaku sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya," tegasnya
 
Karena itu lanjutnya,  Islam memandang bahwa menjaga kualitas generasi merupakan hal penting. Semua elemen dilibatkan untuk membentuk kualitas generasi terbaik, dimulai dari garda terdepan yaitu keluarga.
 
"Islam memerintahkan orang  tua untuk mendidik anak-anak mereka dengan aqidah Islam bukan nilai-nilai materialistik yang meninggikan egonya. Aqidah Islam ini akan menuntut anak-anak menjadi pribadi yang memiliki akhlakul karimah sehingga baik mereka anak pejabat atau rakyat biasa tidak ada yang merasa rendah diri atau tinggi hati karena keimanan adalah satu-satunya pembeda di antara keduanya," bebernya.
 
Selain itu sebutnya, dari sisi masyarakat, ciri khas masyarakat khilafah yaitu mereka memiliki budaya amar makruf nahi mungkar. "Masyarakat yang demikian akan menjadi lingkungan yang baik untuk anak-anak, sebab mereka bisa melihat praktik dan menerapkan aturan agama secara langsung," pujinya.
 
Dari sisi negara lanjutnya,  khilafah wajib menjadi perisai bagi anak-anak agar mereka tidak salah tujuan hidupnya.  Mekanismenya dengan cara, pertama menerapkan sistem pendidikan. “Kurikulum Pendidikan Islam disusun dalam rangka membentuk kepribadian Islam yang utuh pada siswa baik dari sisi akidah, tsaqofah, maupun penguasaan iptek,” ungkapnya.
 
Menurutnya, konsep ini akan membuat suasana keimanan generasi semakin kuat.  Mereka akan dengan sendirinya menghindari perbuatan anarkis, penganiayaan, pelecehan dan sejenisnya.
 
“Kedua, Khilafah akan mengatur sistem sosial, menjaga agar interaksi antara laki-laki dan perempuan terjalin Interaksi yang produktif dan saling tolong-menolong dalam membangun umat yang dilandasi keimanan kepada Allah. Dengan demikian tidak akan terjalin hubungan-hubungan yang dilarang oleh hukum syara' seperti pacaran," bebernya.
 
Selain itu Ia menjelaskan bahwa Khilafah juga mengatur media. Dalam khilafah media memiliki fungsi strategis sebagai sarana edukasi bagi masyarakat agar mereka semakin paham terhadap syariat. Jika ada pelanggaran hukum syariat Islam para pelaku akan dikenai sanksi Islam.
 
 
"Syekh Abdurrahman Al Maliki dalam kitabnya Sistem Hukum Islam menjelaskan, untuk kasus penganiayaan sanksinya berupa jinayat yaitu hukuman setimpal,  atau qishos karena sudah membahayakan nyawa yang lain.  Sedangkan untuk kasus kekerasan, Qadhi akan memutuskan perkaranya dengan sanksi takzir. Untuk kasus rudapaksa, pelaku akan dikenai hudud zina ghairu muhshon yakni 100 kali cambuk dan diasingkan selama 1 tahun," ucapnya.  
 
Dengan mekanisme ini simpulnya, Khilafah mampu menyelesaikan akar masalah penyebab kenakalan remaja. "Anak-anak akan tumbuh dan berkembang sebagai pribadi muslim berakhlak mulia," pungkasnya.[] Sri Wahyuni

Kamis, 26 Januari 2023

Fenomena Pengemis Online Menjamur di Sistem Sekuler

Tinta Media - Bak jamur di musim hujan, fenomena konten memohon bantuan di media sosial Tik Tok atau disebut "pengemis online" menjamur di banyak negara, termasuk Indonesia.

Konten eksploitasi diri sendiri hingga orang lain banyak dilakukan warganet dengan tujuan mendapatkan hadiah di fitur platform Tik Tok. Di Tik Tok ada harga dari setiap hadiah virtual yang diberikan. Harga 1 koin Tik Tok sekitar Rp250 dan biasanya berupa gambar bunga mawar, kopi, atau kerucut es krim. Untuk hadiah virtual bergambar singa memiliki 29.999 koin atau harganya sekitar Rp7,4 juta, hadiah bergambar roket dan kastil fantasi nilainya kurang lebih Rp5 juta atau setara 2.000 koin. Hadiah virtual paling mahal yakni Tik Tok Universe yang dibanderol senilai 34.999 koin atau seharga Rp8 juta.

Kegiatan yang dilakukan pengemis online tersebut beragam mulai dari mandi lumpur, berendam di dalam kolam air kotor, hingga mengguyurkan diri selama berjam-jam. Mirisnya, objek eksploitasi tersebut merupakan orang tua atau lansia. 

Menteri Sosial RI Tri Rismaharini mengeluarkan surat edaran setelah melihat fenomena pengemis online tersebut. Surat ditujukan kepada pemerintah daerah untuk melarang eksploitasi warga lanjut usia (lansia).

Sedangkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) meminta platform digital tersebut untuk take down terkait berbau pengemis online.

Sosiolog dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati mengatakan bahwa fenomena pengemis online ini bukan hal yang baru, tetapi meluas sejak pandemi Covid-19 yang berefek pada perekonomian masyarakat. Saat itu banyak pekerja mengalami PHK. 

Menurut Devie, ada beberapa sebab mengapa konten pengemis online ini dianggap menguntungkan, di antara: 

Pertama, karena mudah, murah, dan lebih luas potensi cakupan orang-orang yang bisa dimintai pertolongan. 

Kedua, kemungkinan kecanduan obat-obatan terlarang sehingga cara paling gampang mendapatkan uang adalah dengan pura-pura minta pertolongan. 

Ketiga, karena ada kebutuhan "gaya hidup" yang harus dipenuhi sehingga memilih jalan pintas semacam itu. (BBC Indonesia, 13-1-2023).

Menurut salah satu pemeran konten pengemis online, Nenek Layar Sari (55), alasannya mau melakukan mandi lumpur live di Tik Tok, karena lebih mudah mendapatkan uang daripada bekerja di sawah.

Inilah fenomena masyarakat di bawah sistem kapitalisme sekuler. Kebahagian disandarkan pada kesenangan dunia, yakni mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya. Materi adalah segalanya. Manusia tidak bisa hidup tanpa materi. Itulah pemikiran yang diembuskan oleh sistem kapitalisme sekuler, yang memisahkan agama dari kehidupan. Umat dijauhkan dari syariat-Nya.

Bagaimana pandangan Islam mengenai fenomena ini?

Islam melarang meminta-minta sebagaimana sabda Nabi saw., "Barang siapa meminta-minta kepada orang lain dengan tujuan untuk memperbanyak kekayaannya, sesungguhnya ia telah meminta bara api; terserah kepadanya, apakah ia akan mengumpulkan sedikit atau memperbanyaknya." (HR Muslim no. 1041).

Solusi yang diberikan oleh Rasulullah saw. pada masa pemerintahan beliau ketika ada seorang pemuda yang meminta-minta adalah dengan menyuruh pemuda itu untuk berusaha dengan kapak yang dimilikinya. Ini karena aktivitas mengemis dilarang.

Ada tiga pilar dasar yang harus diwujudkan untuk menyelesaikan permasalahan di atas dan segala permasalahan yang terjadi saat ini. 

Pertama, ketakwaan individu di masyarakat harus terjaga, senantiasa terikat pada aturan Allah Swt. sebagai Sang Pencipta dan Sang Pengatur alam semesta. 

Kedua, adanya kontrol dari masyarakat, yaitu dengan adanya aktivitas amar makruf nahi mungkar, sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Qur'an surat Ali 'Imran ayat 104. 

Ketiga, adanya institusi negara yang menerapkan aturan Allah Swt. Negara akan memenuhi kebutuhan pokok warganya supaya tidak mengemis. 

Negara membuka lapangan pekerjaan yang luas bagi para pencari nafkah. Negara juga memberikan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang murah, bahkan gratis bagi warga negaranya.

Jika tiga pilar di atas terwujud, maka fenomena pengemis online tidak akan ada. Yang ada adalah rakyat yang hidup sejahtera dalam naungan sistem Islam yang rahmatan lil alamin.

Wallahualam bissawab.

Oleh: Naina Yanyan
Sahabat Tinta Media

Minggu, 04 Desember 2022

Sistem Kapitalis Sekuler Penyebab Sering Terjadinya Pelecehan terhadap Syariat Islam

Tinta Media - Sistem kapitalis sekuler yang menaungi sistem kehidupan dinilai menjadi penyebab sering terjadinya pelecehan terhadap syariat Islam khususnya Khilafah.

“Kalau kita perhatikan, bahwa kita hari ini berada dalam sebuah sistem kehidupan yang dinaungi oleh sistem kapitalis sekuler,” ujar Gus Tuhu Pengasuh Majelis Taklim Al-Mustanir Probolinggo dalam acara Multaqo Ulama Aswaja Tapal Kuda 1444 H: Bergerak Membela Kehormatan Islam Lagi-Lagi Pelecehan Ajaran Islam, Jangan Main-Main dengan Umat Islam, Selasa (29/11/2022) di kanal YouTube NgajiPro ID. 

Sangat wajar, sistem yang diproduksi oleh orang Kafir Barat, lanjutnya, akan melahirkan kerusakan-kerusakan di bawahnya. Kaum Muslimin tidak akan bisa berharap kepada sistem sesat rusak ini untuk bisa adanya kedamaian, keadilan, dan perlindungan terhadap ajaran Islam. 

“Secara hakiki, bahwa sistem kapitalis sekuler ini adalah sistem kufur sistem yang sesat, sistem yang tidak diridhoi oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala, karena sistem kehidupan yang diridhoi oleh Allah hanyalah Islam.

اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ ۗ   

Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.(Ali Imron:19),” bebernya.

Ia juga menjelaskan, hanya Islam lah yang diridhoi oleh Allah SWT, dan bahkan hanya Islam, orang-orang beriman itu diperintahkan untuk masuk ke dalamnya secara keseluruhan dan diperintahkan oleh Allah SWT untuk meninggalkan segala yang berasal dari selain Islam.

Allah SWT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ  

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (Al Baqarah: 208). 

"Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ (langkah-langkah setan), mengikuti semua hal, semua langkah kehidupan yang bertentangan dengan syariat Allah Subhanahu Wa Ta'ala, seluruh bentuk kemaksiatan, kefasikan, kemunafikan, kekufuran itu adalah langkah-langkah setan yang diperintahkan untuk kita tinggalkan,” jelasnya.

Secara faktual, pengasuh majelis taklim ini menjelaskan, sistem yang merusak dirinya sendiri (self destruktif) ini dalam cara perekonomiannya menimbulkan ketimpangan kaya dan miskin, kenyamanan kemewahan hanya dinikmati oleh para Oligarki. Masyarakat hanya mendapatkan kesengsaraan, kasus-kasus kriminalitas, usaha bunuh diri, stress, narkoba penyimpangan seksual karena ketimpangan ekonomi ini.

“Semuanya itu adalah hasil atau buah dari diterapkannya sistem kapitalis sekuler ini, bagi mereka yang masih memiliki nurani yang jernih, berpikir secara nyata, memiliki perasaan manusiawi, pasti akan membenarkan bahwa fakta hari ini adalah fakta ketidakadilan, bahwa fakta hari ini ada fakta kerusakan,” bebernya.

Oleh karena itu, ia menyerukan, untuk kembali berusaha menjalankan perintah Allah SWT dan meninggalkan segala larangannya, mensegerakan untuk menegagkan kembali syari’at Allah SWT dengan sistem Islam yaitu sistem Khilafah Islamiyah.

“Kalau tidak, maka kita tidak berharap Allah masih memberikan peringatan demi peringatan lagi, kalau Allah SWT sudah marah, kemudian memberikan peringatan, tidak ada lagi hamba yang bisa menolaknya,” pungkasnya.[] Lukman Indra Bayu 

Sabtu, 26 November 2022

Wajah Buruk dari Sistem yang Buruk

Tinta Media - Buka dulu topengmu, buka dulu topengmu. Kan kulihat wajahmu, kan kulihat wajahmu.

Lirik lagu tersebut seperti menggambarkan kondisi sistem yang saat ini sedang mencengkeram negeri ini dan dunia.

Wajah buruk dari sistem yang buruk ini sudah berulang kali ditampakkan. Salah satunya yang dilansir oleh Kumparannews (13/11/2022), satu keluarga di Perumahan Citra Garden I Ekstention Kalideres, Jakarta Barat tewas diduga karena kelaparan.

Jasad satu keluarga yang terdiri dari dua laki-laki dan dua perempuan tersebut, yakni seorang bapak berinisial RG (71), anak berinisial DF (42), ibu berinisial KM (66), dan paman berinisial BG (68). Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Pol Pasma Royce menyebut, dari hasil pemeriksaan dokter forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati Jakarta Timur, keempat orang yang tewas itu sudah lama tidak mendapat asupan makanan dan minuman. Mereka sudah meninggal sejak tiga minggu yang lalu, sehingga saat ditemukan jasadnya sudah membusuk.

Menurut tetangga terdekat, keluarga tersebut sudah tinggal di lokasi selama 20 tahun lebih. Mereka dikenal tertutup, tak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar. Bahkan, dengan saudaranya tidak berkomunikasi sampai 20 tahun.

Kejadian di atas lagi-lagi membuka topeng wajah kapitalisme sekuler yang rusak dan merusak ini. Masyarakat dalam kapitalisme sekuler hanyalah terdiri dari individu-individu saja. Makanya, pola hubungan bertetangga bersifat individualisme, tidak ada kepedulian antara individu yang satu dengan individu lainnya. 

Kasus ini juga menampakkan betapa lemahnya peran pemimpin dalam mengurus rakyat. Pemimpin dalam kapitalisme sekuler selalu abai terhadap kebutuhan rakyat, tetapi sangat peduli terhadap kepentingan para kapital. Rakyat dipaksa memenuhi kebutuhannya sendiri.

Individu-individu dalam sistem kapitalisme sekuler sangat lemah. Di samping itu, masyarakatnya tidak peduli satu sama lain, dan tidak adanya perlindungan dari negara dalam bentuk kepedulian terhadap warga negara.

Berbeda dengan sistem Islam yang berasal dari Sang Pencipta dan Sang Pengatur alam semesta. Perhatian terhadap individu-individu sangat kuat. Sebagai contoh, dalam hal bertetangga. Islam sangat memuliakan tetangga. Bahkan, di dalam Islam, setiap orang diwajibkan untuk berbuat baik kepada tetangga. 

Sebagaimana sabda Rasulullah saw., "Sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah mereka yang paling baik kepada tetangganya." (HR. at-Tirmidzi). 

"Jika engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya dan bagikan kepada tetanggamu." (HR. Muslim). 

"Tidak beriman yang tidur dalam keadaan kenyang, sementara tetangga sebelahnya kelaparan." (HR. Bukhari).

Tidak akan ada satu keluarga meninggal akibat kelaparan dalam sistem Islam. Negara wajib memastikan setiap individu dalam masyarakat Islam terpenuhi kebutuhannya, baik pangan, sandang, dan papan. Juga dalam hal kesehatan, pendidikan, dan keamanan. 

Sebagai contoh, teladan kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab dalam mengurus urusan rakyat. Beliau sampai blusukan hingga tengah malam untuk melihat secara langsung, rakyatnya sudah terpenuhi kebutuhan dasarnya atau tidak. Beliau sadar bahwa seorang pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban kelak di Yaumil Hisab. 

Nabi saw. bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya." (HR. Bukhari).

Kepemimpinan dalam Islam adalah bersemangat untuk melayani dan mengayomi rakyat, dan berbuat seadil-adilnya untuk kepentingan rakyat. Tidak ada bentuk kezaliman dari pemimpin kepada rakyatnya.

Betapa indah jika Islam diterapkan secara total dalam segala aspek kehidupan. Kebutuhan rakyat akan terpenuhi. Kesejahteraan bukan lagi mimpi. Islam yang menjadi rahmat bagi semesta alam pun akan terwujud nyata.

Wallahualam bissawwab.

Oleh: Naina Yanyan
Pegiat Literasi

Jumat, 25 November 2022

Kasus Tewasnya Satu Keluarga di Kalideres, Potret Kebobrokan Masyarakat Sekuler

Tinta Media - Baru-baru ini publik dikejutkan oleh pemberitaan kasus tewasnya satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat. Berita ini tentu tragis dan menjadi pukulan banyak orang. Apalagi, peristiwa itu terjadi di sebuah perumahan yang cukup elit. Berbagai dugaan pun muncul mengiringi kejadian tersebut.

Diberitakan oleh kumparan.com, bahwa penyebab kematian Rudyanto Gunawan (71) yang merupakan kepala rumah tangga, kemudian istrinya K. Margaretha Gunawan (68), anaknya Dian (42), serta adik ipar Rudiyanto, Budyanto Gunawan (68) adalah akibat kelaparan. Terkait hal ini, Ketua RT 07/15 Perumahan Citra Garden, Tjong Tjie Xian alias Asyung, membantahnya. Asyung menyebut keluarga ini tergolong mampu sehingga narasi soal mati kelaparan tidak bisa dibenarkan.

Lebih lanjut, diberitakan oleh tribunnews.com bahwa satu keluarga yang tewas di Perumahan Citra Garden I Ekstension ini disebut sudah tinggal di lokasi tersebut selama 20 tahun lebih.

Potret Kebobrokan Masyarakat Sekuler

Bobrok tidaknya suatu masyarakat dapat dilihat dari interaksi sosialnya. Bukan rahasia lagi bahwa sifat individualisme kini sudah meracuni masyarakat, terutama yang tinggal di perumahan modern. Hal itu muncul karena tidak adanya filter dari serangan paham kapitalisme-sekularisme. 

Masyarakat jauh dari pemahaman agama. Mereka mengubah pola hidup, pola pikir, bahkan perilaku sehari-hari sebagaimana apa yang diterapkan di era modern ini. Dengan orientasi manfaat atau materi, orang semakin bersikap acuh tak acuh terhadap orang lain. Mereka menganggap bahwa lebih baik mengurus urusannya sendiri daripada urusan orang lain. Inilah yang dibentuk pada masyarakat dalam sistem kapitalisme.

Terbongkarnya kasus kematian keluarga ini, baru 3 minggu dari kejadian, ketika warga mencium bau tidak sedap dari rumah mereka. Ini menggambarkan bahwa masyarakat modern ini semakin menutup mata dengan apa yang terjadi di sekitar mereka, terlebih keluarga ini bukanlah penghuni baru di perumahan tersebut, melainkan sudah 20 tahun. 

Ini menggambarkan pola interaksi masyarakat yang begitu buruk, bahkan kepada tetangga yang sudah lama tinggal di dekatnya. Inilah bobroknya sistem yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Kasus ini juga menggambarkan bagaimana buruknya peran pemimpin umat dalam membentuk pola  kepedulian terhadap rakyatnya.

Kunci Keunggulan Masyarakat Islam

Ketika individu yang satu sekadar berkumpul dengan yang lainnya, maka tidak akan membentuk sebuah masyarakat. Akan tetapi, harus ada interaksi untuk mendapat kemaslahatan dan menolak kemudaratan. Interaksi ini yang akan menjadikannya menjadi sebuah masyarakat. 

Namun interaksi yang ada tidak akan menjadikan masyarakat yang satu jika pemikiran, perasaan, dan peraturan yang melingkupi mereka tidak satu.
Unggul dan benar tidaknya suatu masyarakat sangat bergantung dari pemikiran (akidah) dan peraturan (sistem) yang menyatukan mereka. Jika pemikiran dan peraturan yang menyatukan mereka unggul dan benar, maka akan lahir masyarakat yang benar dan unggul pula. Namun sebaliknya, jika kedua hal yang menyatukan ini rusak, maka akan lahir masyarakat yang rusak dan bobrok.

Masyarakat Islam adalah masyarakat yang unggul, karena, disatukan oleh  pemikiran (akidah) dan sistem (hukum syariah) yang datang dari Allah Swt,  Zat Yang Mahatahu atas segala perkara yang terbaik untuk makhluk-Nya. Rasulullah sebagai pemimpin negara juga pernah menyatukan kaum Muhajirin dan Anshar untuk menciptakan persatuan. 
Kepedulian terhadap orang lain, terutama tetangga digambarkan Rasulullah dalam sabdanya:

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وجارهُ جَائِع

Bukanlah mukmin orang yang kenyang, sedangkan tetangganya kelaparan (HR al-Bukhari dalam Adab al-Mufrad; al-Hakim, al-Baihaqi, Abu Ya’la, ath-Thahawi, al-Husain bin Harb dalam al-Birr wa ash-Shilah).

Syaikh Nashiruddin al-Albani di dalam Silsilah ash-Shahîhah menyatakan, “Di dalam hadis tersebut terdapat dalil yang jelas bahwa tetangga yang kaya haram membiarkan tetangganya kelaparan. Jadi, ia wajib memberi tetangganya apa yang menutupi laparnya itu.  Begitu pula pakaian, jika mereka telanjang dan semisalnya yang termasuk kebutuhan pokok.”

Kewajiban tersebut meluas kepada masyarakat secara umum. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

…وَأَيُّمَا أَهْلُ عَرْصَ ة أَصْبَحَ فِيهِمْ امْرُؤٌ جَائِعٌ فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُمْ ذِمَّةُ الله تَعَالَى

Penduduk negeri mana pun yang berada di pagi hari, yang di tengah-tengah mereka ada orang yang kelaparan, maka jaminan Allah telah lepas dari mereka (HR Ahmad, al-Hakim dan Abu Ya’la).

Hadis ini akan dipahami oleh masyarakat sebagai syariat Islam dalam bertetangga yang wajib mereka jalankan. Semua ini bisa dilaksanakan jika aturan Islam diterapkan dalam institusi negara yang menerapkan Islam secara kafah. Kejadian seperti kematian satu keluarga di Kalideres tidak akan terjadi dalam masyarakat Islam, karena mereka memahami hak-hak dan kewajibannya dalam bertetangga. 

Sudah saatnya umat Islam mencampakkan sistem yang membuat masyarakat menjadi individualis, pragmatis, juga hedonis  ini, menuju perjuangan penerapan syariah secara kafah yang mengantarkan masyarakat menjadi masyarakat yang unggul dan benar.

Wallahu a'lam bisshawab.

Oleh: Vivi Nurwida
Sahabat Tinta Media

Minggu, 09 Oktober 2022

PKAD: Masyarakat Sekuler Lebih Memilih Pemimpin Paling Populer Bukan Berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah

Tinta Media - Anggota Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan PKAD Maulana Munif menyatakan bahwa masyarakat sekuler jika memilih pemimpin hanya berdasarkan kepopuleran bukan berlandaskan Al-Quran dan Sunah.

“Pertimbangan orang memilih dan dipilih sebagai pemimpin bukanlah didasarkan pada tolak ukur Islam atau berlandaskan Al-Quran dan Sunah, mereka yang dipilih hanyalah yang paling populer di tengah-tengah masyarakat. Karena peraturan ditengah-tengah masyarakat yang mengatur segala kehidupan dengan sistem sekuler bukan dengan aturan Islam," ujarnya di Tabloid Media Umat edisi 320 Oktober 2022.

Ironisnya, kata Maulana, popularitas tersebut sebagian karena keartisan atau ketokohan yang tidak ada hubungannya sama sekali denga tingkat ketaqwaan ataupun keilmuan Islam.

“Bahkan sebagian besar dari mereka populer dan mempopulerkan diri hanya karena selembar spanduk atau baliho yang kebetulan dipasang di ratusan bahkan ribuan tempat,” lanjutnya.

Menurutnya, sebuah kewajaran jika sistem bukan dari Islam melahirkan para pemimpin dan wakil rakyat yang juga jauh dari Islam, lanjutnya. Sehingga umat hanya mengenal pemimpin dari nama dan gambar/fotonya tanpa mengetahui visi-misi, penguaaan ilmu-ilmu Islam, apalagi kesalihan dan ketaqwaannya.

Maulana menambahkan, hal ini juga terjadi pada pemimpin negeri muslim mereka tidak pernah memiliki visi yang jelas karena tidak menganut apa yang diajarkan Rasululloh SAW secara Kaffah.

“Nah, di tengah pemimpin yang belum jelas visinya itulah nasib jutaan rakyat kini dieprtaruhkan. Walhasil, kita semua butuh pemimpin yang adil,” pungkasnya.[] Azaky Ali

Selasa, 27 September 2022

Kemiskinan dan Kelaparan Akan Terus Berlanjut Selama Sistem Sekuler Kapitalistik Dipraktikkan

Tinta Media - Problem kemiskinan dan kelaparan yang berujung pada warga meninggal, menurut Muslimah Media Center (MMC) akan terus berlanjut selama sistem sekuler kapitalistik dipraktikkan.

“Semua yang terjadi bukanlah kasus baru dan akan terus berlanjut selama sistem sekuler kapitalistik terus dipraktikkan,” ujar Narator pada rubrik Serba-serbi MMC: 50 Persen Warga Alami Kelaparan Tersembunyi, Buah dari Penerapan Kapitalisme, Jumat (23/9/2022) di kanal YouTube MMC Lovers.

Narator mengungkap, masalah kemiskinan yang berujung kelaparan hingga kematian yang masih sering ditemukan di negeri ini.

“Salah satunya, peristiwa meninggalnya 6 warga Baduy di Kabupaten Lebak Banten baru-baru ini. Meninggalnya 6 warga tersebut sebelumnya dianggap misterius. Namun, Dinas Kesehatan Provinsi Banten berhasil mengungkapnya. Kepala Dinkes Banten dokter Ati Pramudji Hastuti mengatakan keenam orang itu ternyata meninggal karena penyakit tuberkulosis,” ungkapnya.

Ia juga menyampaikan bahwa dalam rentang waktu itu pula petugas kesehatan juga menemukan penyakit malaria, campak rubella, bahkan stunting di wilayah Baduy. 

“Nasib pilu juga dialami oleh seorang warga Kampung Haursea Cipicung Banyuresmi Garut Jawa Barat, adalah undang yang berusia 42 tahun yang rumahnya dirobohkan pada hari Sabtu 10 September 2022 lalu oleh rentenir, usai warga itu tidak bisa melunasi utang sang istri senilai 1,3 juta,” ucapnya.

Berita yang tak kalah memilukan atas nasib warga di negeri ini menurut narator adalah apa yang diungkapkan oleh Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia IPB University Drajat Murtianto.

“Ia menemukan bahwa 50% penduduk Indonesia mengalami kelaparan tersembunyi hal itu disebabkan kekurangan zat gizi mikro berupa zat besi, yodium, asam folat, seng, vitamin A, dan zat gizi mikro lainnya,” paparnya.

Ia menjelaskan bahwa pada tahun 2015, PBB menargetkan kelaparan dunia berakhir 2030. “Awalnya target tersebut tampak sangat mungkin untuk dicapai. Namun, sekarang laporan terbaru terkait indeks kelaparan Global yang dikeluarkan Welthangerlife and Concern Worldwide mengindikasikan bahwa perang melawan kelaparan sudah sangat luar jalur,” jelasnya.

“Ini berdasarkan data jumlah orang yang tidak mendapatkan nutrisi yang layak di dunia yang pada 2020 angkanya meningkat menjadi 2,4 miliar orang atau hampir sepertiga populasi dunia,” tambahnya. 

Narator menilai, dalam sistem ekonomi kapitalisme yang hanya berpihak pada segelintir orang telah menjadikan sebagian besar penduduk dunia jatuh dalam jurang kemiskinan. “Pasalnya sistem ini telah melibatkan pihak swasta dalam mengelola kebutuhan strategis rakyat, baik kebutuhan pangan, layanan pendidikan, hingga kesehatan,”nilainya.

Ia menambahkan bahwa semuanya legal dijadikan sebagai objek komersialisasi oleh para pemilik modal. “Alhasil, untuk mendapatkan dan mengakses kebutuhan tersebut, rakyat harus membayar mahal atas dasar hitung-hitungan bisnis para kapitalis,” tuturnya.

Ia merasa miris, sistem ekonomi kapitalisme juga telah menjadikan distribusi pangan berada di bawah kendali para kapitalis. “Alhasil, proses distribusi pangan menemui beragam kendala,” ungkapnya.

Dicontohkannya, seperti tidak sampainya bahan makanan ke tempat-tempat yang sudah dijangkau. “Kalaupun sampai, pasti dengan harga yang mahal akibat rantai distribusi yang panjang,” jelasnya.

“Tidak hanya itu, banyak tengkulak nakal yang sengaja menimbun bahan pangan agar untung besar. bahan tersebut akan dikeluarkan ketika harga pangan meningkat,” lanjutnya menjelaskan.

Menurut narator, kemiskinan dan kelaparan hanya akan selesai manakala Islam diterapkan.“Penerapan Islam secara sempurna terbukti mengangkat manusia pada kedudukan yang terbaik,” tuturnya.

“Bahkan Allah SWT menurunkan berkahnya dari langit dan bumi,” tegasnya.

Narator mengungkap fakta pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang sulit sekali mencari orang miskin tidak ada yang mau menerima zakat, karena mereka merasa mampu. “Bahkan ketika Khalifah mencari para pemuda untuk dinikahkan, semuanya menyatakan kalau bisa membiayai pernikahannya sendiri,” ungkapnya.

Menurutnya, prestasi itu diperoleh karena Sang Khalifah menerapkan aturan Islam secara sempurna. “Aturan Islam telah memberi solusi tuntas bagi pencegahan serta penanganan krisis pangan dan kelaparan,” ucapnya.

Hal ini berangkat dari sabda Rasulullah SAW: “Imam atau Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya,” (HR Muslim dan Ahmad).
 
Ia menjelaskan, di dalam negeri, politik pangan Islam adalah mekanisme pengurusan hajat pangan seluruh individu rakyat. “Negara Khilafah akan memenuhi kebutuhan pokok tiap rakyatnya baik berupa pangan, pakaian dan papan. Mekanismenya adalah dengan memerintahkan para laki-laki untuk bekerja seperti pada Qur’an surah Al-Baqarah ayat 233 dan menyediakan lapangan kerja seluas-luasnya bagi mereka,” jelasnya. 

Diterangkannya juga bagi yang tidak mampu bekerja karena sakit, cacat, ataupun yang lainnya, maka Islam telah menetapkan nafkah mereka dijamin kerabatnya. “Tapi jika kerabatnya juga tidak mampu, maka Negara Khilafah yang akan menanggungnya,” terangnya.
 
Narator juga memaparkan, sistem ekonomi Islam masalah produksi, Baik produksi primer atau pengolahan distribusi dan konsumsi akan terselesaikan. “Dalam hal distribusi pangan, negara akan memutus rantai panjang distribusi sebagaimana dalam sistem kapitalisme, tengkulak yang nakal akan dikenai sanksi, sarana distribusi yang murah akan disediakan,” paparnya.

“Dengan demikian, hasil pertanian akan merata ke seluruh lapisan masyarakat,” tegasnya. 

Dijelaskannya pula bahwa Negara Khilafah mampu memenuhi semua jaminan kebutuhan pokok rakyatnya tanpa kekurangan sedikitpun. “Hal tersebut bisa terjadi karena di dalam Islam, sumber daya alam termasuk dalam harta kepemilikan umum, dimana pengelolaannya dilakukan oleh negara Khilafah yang hasilnya dikembalikan sepenuhnya kepada seluruh rakyat dalam bentuk berbagai pelayanan publik,” jelasnya.

“Sehingga semua fasilitas dan layanan pendidikan kesehatan dan juga keamanan bisa didapatkan semua rakyat secara gratis,” tandasnya.[] Raras

Selasa, 13 September 2022

Pencabulan Santriwati

Tinta Media - Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Bandung berusaha mengungkap kasus dugaan tindak asusila yang diduga dilakukan oleh oknum pimpinan pesantren kepada santriwatinya. Kepala DP2KBP3A mengungkapkan, pada prinsipnya pihaknya bekerja sesuai tupoksi dan sudah berkoordinasi baik dengan pusat, provinsi ataupun pelapor serta pengacaranya, bahkan sudah menyiapkan psikolog hingga selter untuk para korban jika memang dibutuhkan. (jabar.tribunnews.com)

Kasus seperti ini seringkali berulang dan semakin marak. Hukum sepertinya tidak memiliki efek jera, bahkan kadang berakhir damai. Di satu sisi, pesantren diharapkan bisa menjadi solusi pendidikan saat ini yang minim agama. Di sisi lain, sebagian masyarakat khawatir menyekolahkan anak ke pesantren karena banyak kasus seperti ini.

Berbagai peristiwa kekerasan seksual di pondok pesantren sekarang ini, tentu menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua, khususnya anak yang berada di pondok pesantren. Padahal, pondok pesantren menjadi salah satu cara agar anak-anak atau generasi memiliki tsaqofah Islam yang mumpuni di tengah gempuran liberalisme yang terjadi sekarang ini. 

Inilah jika pendidikan berasaskan sekuler. Di lembaga pesantren pun, aturan Islam sekadar normatif. Pengasuh pesantren yang seharusnya paham tentang aturan interaksi laki-laki dan perempuan, malah menjadi pelaku kejahatan.

Tak bisa dimungkiri, bahwa setiap pondok pesantren pasti ingin memberikan pelajaran agama yang terbaik baik santriwan dan santriwati. Guru-guru pun memiliki tsaqofah Islam yang mumpuni. Namun, ketika dijumpai kasus kekerasan seksual terhadap para santri, tentu bukanlah kesalahan dari pondok pesantren, tetapi kesalahan dari individunya sendiri. Hal tersebut bisa terjadi tentu tidak luput dari sekulerisme yang tertanam pada sang guru. 

Sistem kapitalis yang memiliki asas sekuler telah berhasil menghancurkan moral manusia, termasuk guru agama. Sekulerisme menganggap bahwa urusan agama harus dipisahkan dari kehidupan manusia. Artinya, agama tidak boleh mengatur manusia dalam menjalankan muamalah dengan orang lain. Akibatnya, ketika diluar ibadah ritual, maka manusia berhak melakukan apa pun sesukanya, tanpa ada syariat yang membatasi atau melarang, sehingga tindakan asusila seperti itu bisa terjadi di pondok pesantren.

Islam memandang bahwa kekerasan seksual merupakan tindakan yang berdosa. Adapun untuk mencegah adanya kekerasan seksual, maka perlu adanya sistem pergaulan dalam Islam.

Ketika Islam berjaya lebih dari 1300 tahun yang lalu dalam bentuk Khilafah Islamiyyah, negara menerapkan aturan bergaul antar individu, yakni sebagai berikut:

Pertama, larangan ikhtilat atau campur baur dengan lawan jenis

Kedua, larangan berkhalwat atau berdua-duaan tanpa didampingi mahram

Ketiga larangan safar lebih dari 24 jam tanpa didampingi mahram

Keempat, larangan tabarruj atau berdandan berlebih-lebihan

Kelima, wajib menutup aurat dihadapan selain mahramnya, sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surah An-Nur ayat 31

Keenam, menundukkan pandangan ketika bertemu dengan lawan jenis selain mahramnya, sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS An-Nur ayat 30.

Ketika kaum muslimin menerapkan hal itu, maka akan terjaga dari hal-hal yang menjerumuskan pada kemaksiatan. Insyaallah kaum muslimin akan terhindar dari kasus kekerasan seksual.

Maka dari itu, tidak ada lagi pilihan bagi kaum muslimin untuk bersegera meninggalkan sistem kapitalis sekuler dan beralih kepada sistem Islam. Dengan sistem Islam, niscaya kasus pencabulan, khususnya di pondok pesantren tidak akan terulang lagi. Sebaliknya, melalui pondok pesantren, akan lahir generasi-generasi yang gemilang buah dari keagungan peradaban Islam.

Wallahu alam bishawab

Oleh: Sri Mulyani
Sahabat Tinta Media

Rabu, 07 September 2022

Ahmad Sastra Jelaskan Hakikat Negara Komprador

Tinta Media - Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra menyatakan bahwa negara yang menerapkan demokrasi kapitalisme sekuler pada hakikatnya adalah negara komprador.

“Pada hakikatnya negara yang menerapkan demokrasi kapitalisme sekuler adalah negara komprador,” tuturnya kepada Tinta Media, Selasa (6/9/2022).

Ia mengungkapkan tentang demokrasi kapitalisme dan negara komprador. 
“Demokrasi kapitalisme adalah ideologi trans-nasional yang sejatinya merupakan Neoimperialisme negara asing dan aseng kepada negeri-negeri muslim,” ungkapnya. 

“Negara komprador, yakni negara budak yang tidak akan pernah merdeka,” lanjutnya. 

Menurutnya, watak komprador dimulai dari intervensi asing dan aseng dalam pemilu. 
“Di mana banyak calon pemimpin yang didukung dana oleh para kapitalis asing dan aseng untuk dijadikan budak setelah menjadi pemimpin,” ucapnya. 

Ahmad Sastra mengatakan bahwa pemimpin komprador tidak lebih dari sebuah boneka tak bernyawa. “Pemimpin komprador tidak lebih dari boneka tak bernyawa sebab hidupnya di bawah belenggu dan kendali penjajah kapitalisme dan materialisme,” katanya. 

Komprador secara bahasa bermakna sebagai pengantara bangsa pribumi yang dipakai oleh perusahaan atau perwakilan asing dalam hubungannya dengan orang-orang pribumi. 
“Para komprador ini ibarat anjing yang rela makan tulang saudaranya sendiri,” ujarnya. 

“Mereka adalah para pengkhianat yang sering menebarkan hoax dan fitnah kepada sesama saudara sebangsa demi mendapatkan materi dari penjajah,” bebernya. 

Baginya penjajahan Indonesia lebih dari tiga abad bukan disebabkan tidak ada pejuang yang melawan, namun karena banyaknya pengkhianat. 

“Para pengkhianat itu selalu menjadi mata-mata bagi para penjajah untuk memberikan informasi terkait negerinya sendiri, mereka mengadu domba rakyat sendiri untuk ditonton para penjajah,” tuturnya. 

Ia menegaskan saking parahnya demokrasi sekuler, seorang tokoh pernah mengatakan andai malaikat masuk sistem ini maka akan menjadi iblis. 

“Perkataan ini mungkin bisa disamakan dengan, meskipun seorang profesor, jika masuk sistem bisa jadi koruptor. Bisa kan?” tegasnya. 

“Memangnya ada seorang profesor yang jadi koruptor, ya lihat saja di penjara-penjara, ada gak? Profesor kok jadi koruptor, tapi begitulah faktanya,” pungkasnya.[] Ageng Kartika

Rabu, 31 Agustus 2022

FDMPB: Sentimentalitas Politik Sekuler atas Islam Warnai Politik Identitas


Tinta Media - Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra menilai, narasi politik identitas di negeri ini diwarnai oleh sentimentalitas politik sekuler atas Islam politik.

“Narasi politik identitas di negeri ini diwarnai oleh sentimentalitas politik sekuler atas Islam politik,” tuturnya kepada Tinta Media, Selasa (30/8/2022).

Menurutnya, narasi politik identitas tersebut berupa narasi islamofobia. Dan secara lebih fundamental, narasi politik identitas ditujukan ke Islam politik.

“Narasi islamofobia diduga kuat sebagai perwujudan dari sentimentalitas ini. Bahkan secara lebih fundamental, narasi politik identitas yang ditujukan ke Islam politik adalah upaya untuk menghalangi kebangkitan Islam politik di negeri ini,” bebernya.

Hal ini disebabkan karena tengah terjadi politisasi, istilah politik identitas dengan membangun sentimentalitas Islam politik.
“Narasi politik identitas tidak lagi mengacu kepada ontologi namun telah masuk pada aksiologis yang dipengaruhi sekulerisme,” ujarnya.

Ahmad Sastra menyatakan bahwa politik beridentitas sekuler pada intinya adalah bentuk pengabaian nilai-nilai Islam dalam mengatur urusan negara dan mengatur urusan rakyat.

“Para penguasa tak lagi peduli dengan nilai-nilai Islam. Alih-alih melaksanakan hukum Allah menata kehidupan berbangsa dan bernegara, sekedar untuk mengikuti nilai dan norma dalam bersikap dan berperilaku saja tidak terbersit dalam benak mereka,” katanya.

Akhirnya kondisi keterpurukan di hampir semua bidang kehidupan di negeri ini adalah akibat dari penerapan politik identitas sekuler yang abai terhadap hukum Allah. Ia mengutarakan Islam hanya dibawa saat mereka di masjid.

“Sedangkan saat mereka mengurus ekonomi negara menggunakan sistem ribawi. Saat mereka mengurus urusan pendidikan menggunakan sistem pendidikan menggunakan sistem beridentitas kapitalisme sekuler,” urainya.

“Saat mereka mengurus urusan budaya mereka mengabaikan nilai-nilai Islam, saat menata sistem sosial mereka menggunakan sistem sosialis, serta aspek-aspek kenegaraan lain yang sekuleristik,” lanjutnya.

Ahmad Sastra mengungkapkan demokrasi menggunakan logika dan konsesus manusia, suara terbanyak dijadikan acuan kebenaran meskipun jelas-jelas bertentangan dengan Islam.

“Padahal Allah melarang umat Islam menggunakan pertimbangan suara terbanyak sebagai tolok ukur kebenaran, sebab kebenaran hanyalah milik Allah bukan suara rakyat yang terbanyak,” ungkapnya.

Ia mempertanyakan mengapa hanya Islam yang disebut politik identitas dan dikonotasikan sebagai identitas yang buruk. “Padahal secara filosofis, politik sekuler demokrasi adalah politik identitas juga, mengapa hanya Islam yang dikonotasikan identitasnya buruk?” tanyanya.

Ahmad Sastra membenarkan pendapat Socrates bahwa di saat kalah berdebat maka fitnah adalah senjata akhir seorang pecundang. “Maka narasi politik identitas yang dituduhkan kepada Islam adalah bentuk kekalahan dan ketakutan intelektual ideologi sekuler,” ucapnya.

Baginya kebangkitan Islam politik sebagai respon atas keterjajahan umat Islam adalah sebuah keniscayaan.“Terbukti politik beridentitas ideologi kapitalisme sekuler sebagai penjajah di negeri-negeri muslim pasca runtuhnya daulah Islam,” tuturnya.

Sebagaimana tahun 1602 Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) dibentuk sebagai persekutuan dagang Belanda yang memiliki hak istimewa dan Indonesia ada di bawah VOC tersebut. Ia mengatakan sekarang kondisinya sama di mana perusahaan-perusahaan asing tersebut memiliki hak istimewa.

“Beberapa perusahaan asing tersebut berinvestasi di Indonesia, setelah negosiasi dengan menteri luar negerinya. Indikasi ini menunjukkan bahwa beberapa perusahaan asing tersebut benar-benar disupport oleh negeri asalnya, terjadi pula kesenjangan gaji pribumi dengan ekspatriat (bule),” katanya.

Ia memaparkan pendapat Hariyono (2012) bahwa terjadi ketergantungan elit pribumi terhadap kolonial barat tinggi. Akibatnya posisi para pejabat pribumi tidak ubahnya tengah bergeser menjadi komprador atau centeng.

“Melalui sistem verlichte leveranties dan contingenten elit pribumi makin terjebak dalam sistem kolonial. Bila mereka berhasil mengumpulkan hasil bumi melebihi target, mereka akan mendapatkan hadiah yang dikenal dengan istilah batig slot (saldo lebih),” paparnya.

Ahmad Sastra menilai bahwa perusahaan multinasional saat ini, yang ada di Indonesia memiliki kemiripan dengan sistem verlichte leveranties dan contingenten, di mana mekanisme penentuan harga minyak dan gas bumi mengabdi pada sistem pasar.

“Padahal pasar terindikasi dikuasai oleh perusahaan multinasional, harga ditentukan secara tidak langsung oleh perusahaan multinasional atas nama pasar bebas. Untuk memperlancar investasi pertambangan, beberapa oknum pejabat terindikasi mendapatkan upeti atau saham perusahaan multinasional tersebut (mirip contingenten masa VOC),” ujarnya.

Demikian dengan jebakan utang luar negeri berbunga kurs dolar, ia mengkritisi Indonesia merasa rendah diri dan memosisikan para donor (pemberi utang) dipandang sebagai superior.

“Akibatnya pihak asing menguasai perekonomian Indonesia, misalnya mereka memberikan arahan UU Penanaman Modal, maka dengan lancar UU tersebut disahkan. Padahal UU tersebut merupakan payung liberalisasi dalam investasi dan privatisasi sektor publik,” kritiknya.

Ia mengungkapkan perusahaan multinasional asing, seperti Exxon Mobil Oil, Caltex, Newmount, Freepot, dan lainnya makin mudah mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia dan semua potensi ekonomi yang ada.

“Akibatnya kontribusi SDA Migas dan Non-Migas terhadap APBN makin lama makan kecil,” ungkapnya.

Maka ketika jalan sekulerisme dan demokrasi tak lagi menjanjikan perubahan yang lebih baik dan terus menjadikan Indonesia sebagai negeri terjajah oleh kapitalisme global. Islam menjadi paradigma politik alternatif setelah tumbangnya sosialisme komunis dan sekaratnya kapitalisme sekuler sekarang ini.

“Islam merupakan konsepsi ideal bagi upaya penyelesaian semua permasalahan kehidupan manusia. Sudah saatnya orang-orang memilih Islam,” pungkasnya. [] Ageng Kartika

Selasa, 09 Agustus 2022

Muslimah Tertekan dan Depresi Saat Diperintahkan Berhijab, Buah dari Pemikiran Sekuler


Tinta Media - Seorang siswi SMAN 1 Banguntapan merasa tertekan dan depresi karena diperintahkan berhijab. Anehnya, orang tuanya bukannya berusaha meluruskan pemahaman yang salah tersebut, malah menyalahkan guru dan pihak sekolah.

Dan yang lebih aneh, ada yang ikut nyinyir dan tidak setuju dengan peraturan untuk mewajibkan berhijab di sekolah bagi siswi muslim.

Padahal, bagi seorang muslimah, hijab adalah kewajiban, seperti halnya salat. Jika kewajiban ini ditinggalkan, maka akan berdosa. Guru atau orang tua berkewajiban mengingatkan dan mengajak anak didiknya untuk berhijab. 

Guru atau orang tua yang baik tidak akan membiarkan seorang anak memilih untuk sesuatu yang salah. Pada diri anak, harus ditanamkan keyakinan agar mereka tidak tertekan atau depresi saat diajak pada kebaikan. 

Karena itu, tidak bisa dibenarkan jika guru atau orang tua mendukung keputusan anak yang salah karena mereka masih dalam proses mencari jati diri, butuh dibimbing dan diarahkan ke jalan yang benar. 

Anehnya, saat ini gaya hidup bebas dan menyimpang seringkali malah mendapat dukungan. Berpakain terbuka dan sexy dianggap bentuk aktualisasi diri. Sementara, perbuatan yang menyimpang danggap bentuk kreativitas.
Krisis kepercayaan membuat para remaja terjebak dalam perilaku yang aneh dan nyleneh.

Jika ditelusuri, semua masalah tersebut merupakan buah dari sekularisme. Penerapan sistem yang memisahkan agama dari kehidupan ini membuat seseorang merasa enggan untuk diatur dengan ajaran agama yang lurus dan mulia. Dia memilih hidup bebas tanpa aturan dengan melakukan hal-hal aneh dan nyleneh yang jauh dari nilai-nilai agama. 
Hal ini karena sistem sekuler sangat menjunjung tinggi kebebasan. 

Jika seorang muslimah tertekan dan dipresi saat diperintahkan berhijab, berarti pemahamannya telah teracuni oleh sistem sekuler ini. Tak aneh jika ada orang tua yang ikut-ikutan keberatan saat anaknya diajak pada kebaikan. Itu karena pemahaman orang tua juga telah teracuni sekularisme. 

Sebagai muslim sejati, harusnya kita merasa senang dan tidak keberatan saat diperintahkan untuk mengikuti syariat Islam. 
Guru dan orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik anaknya agar memiliki karakter dan kepribadian yang benar, sesuai dengan Islam. 

Anak harus disadarkan dan diluruskan pemahamannya, bukan dibiarkan dan didukung saat memutuskan sesuatu yang salah. Harusnya, orang tua mendukung guru yang mengajak anaknya untuk berhijab, bukan malah mengikuti kemauan anak, sebagai bentuk kebebasan.

Berhijab adalah kewajiban untuk melindungi kehormatan muslimah. Semua itu diperintahkan untuk kebaikannya. Karena itu, seharusnya tidak ada yang merasa keberatan.

Bahkan, negara harusnya mendukung dan mengapresiasi peraturan sekolah yang mewajibkan berhijab bagi muslimah. Dalam pendidikan, kebaikan awalnya memang harus dipaksakan agar peserta didik terbiasa dan menjadikannya sebagai gaya hidup serta identitas sebagai muslim sejati. 

Sama halnya ketika dijumpai peserta didik yang malas belajar, maka tidak boleh dibiarkan, tetapi disadarkan agar  mereka menjadi rajin. Ini bukan termasuk pemaksaan atau pelanggaran hukum. Begitu juga saat dijumpai siswa yang beragama Islam, tetapi tidak salat. Memaksa mereka salat harusnya tidak dianggap melanggar hukum. 

Saat anak memilih perilaku menyimpang dan melangkahkan kakinya pada kesesatan, guru maupun orang tua tidak boleh diam. Mereka yang salah harus kita cegah dan ingatkan, sebagai bukti cinta kita, bukan malah dibiarkan terjerumus pada kemaksiatan, melanggar aturan agama. 

Hidup harusnya mengikuti aturan yang benar agar mulia di dunia dan selamat di akhirat, bukan mengikuti kebebasan tanpa aturan yang akan membawa pada kehinaan.

Oleh: Mochamad Efendi
Sahabat Tinta Media

Kamis, 04 Agustus 2022

Bunuh Diri Pelajar, Kegagalan Pendidikan Karakter Sistem Sekuler

Tinta Media  - Sungguh ironis, kasus bunuh diri kembali terjadi. Ada remaja yang memiliki nazar gila. Ia bernazar jika lolos PTN impiannya, yakni UGM, ia akan  memberikan santunan kepada anak yatim. Namun, jika tidak lolos, ia bernazar ingin bunuh diri. Sungguh gila nazarnya!

Kabar terakhir, karena tidak lolos PTN impian, remaja tersebut menghilang dan dikabarkan meninggal dunia akibat over dosis alkohol. Selain itu, remaja tersebut mendapatkan kekerasan verbal dan manipulatif dari sang pacar. Ini juga menjadi alasan ia bunuh diri. 

Kasus serupa terjadi pada seorang mahasiswa yang mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Diduga, penyebab bunuh diri yakni stress karena selama 7 tahun tidak lulus-lulus dan selalu ditolak oleh dosen saat mengajukan skripsi.

Suicide Terus Berulang

Kasus suicide (bunuh diri) di negeri ini bukan yang pertama, tetapi sudah menjadi fenomena yang biasa. Kasus  ini terus berulang dan meningkat dari tahun ke tahun. Usia orang yang bunuh diri pun bermacam-macam, mulai remaja sampai orang tua. Penyebabnya pun bermacam-macam, mulai dari kesempitan ekonomi, putus cinta, tidak bisa membayar sekolah, gagal ujian, dan sebagainya. Putus asa menjadi faktor penyebab kasus bunuh diri di kalangan remaja maupun orang tua.

Kondisi remaja yang masih labil, membuat mereka tidak memiliki pendirian yang kokoh. Kondisi kejiwaan mereka mudah rapuh, ditambah lingkungan pergaulan remaja yang bebas, membuat mereka berpikir pendek. Mereka mudah insecure, marah, mengeluarkan kata-kata yang kotor ke temannya, serta tidak segan melakukan tindakan kriminal. Bahkan, mereka bangga dengan tindakannya. 

Kondisi remaja yang seperti itu, jika dibiarkan saja tanpa ada kontrol dari keluarga maupun masyarakat dengan mengingatkan, akan membuat mereka mudah mengambil keputusan tanpa berpikir panjang, apa dampak dari perbuatannya. Akhirnya, bunuh diri menjadi jalan pintas yang dilakukan untuk mengurangi masalahnya. Miris bukan?

Ya, tidak hanya dipengaruhi emosional, remaja yang masih rapuh dan lingkungan pergaulan yang bebas  juga menjadi racun bagi dirinya.

Sistem Kapitalisme

Jika kita telusuri, yang menjadi akar masalah dari semua itu adalah sistem kehidupan sekuler kapitalis yang terus berjalan. 

Kapitalisme adalah paham yang memandang bahwa hidup di dunia ini adalah untuk meraih keuntungan materi sebesar-besarnya. Racun utama dari sistem kapitalis adalah sekularisme, yakni pemisahan agama dari kehidupan. 

Semua hal diukur berdasarkan hawa nafsu, bukan halal dan haram. Karena itu, jika ada sesuatu yang membuatnya tidak senang, akan muncul rasa tidak nyaman yang terlalu berlebihan hingga muncul keinginan untuk mengakhiri hidup. 

Jadi, bisa dibayangkan, remaja yang kematangan emosinya masih rentan dan tidak stabil, mereka cenderung melakukan hal-hal di luar nalar. Ini karena mereka menjalani  kehidupan yang jauh dari tuntunan agama. Agama hany hadir di masjid saja. Dalam ranah kehidupan, mereka tidak pernah membawa agama.

Di sistem kapitalis, negara melepas tanggung jawabnya dalam membentuk ketakwaan individu dan masyarakat. Banyak orang memandang bahwa ukuran pencapaian hidup adalah kesuksesan materi. Padahal, jika semua hal diukur dengan pandangan seperti itu, pasti rentan dan membawa manusia jadi depresi.

Apalagi, sistem kapitalis telah membuat manusia cenderung hidup secara individual, tidak peduli antara yang satu dengan yang lain. Betapa banyak kasus bunuh diri akibat depresi yang menimpa seseorang karena tidak memiliki lingkungan sosial yang memberikan suport atau sekadar menjadi sandaran atas keresahannya. Seperti yang terjadi pada dua kasus bunuh diri di atas.

Tanpa pemahaman agama, remaja mudah mengalami tekanan, sehingga berpikir pendek untuk mengakhiri hidupnya. Remaja di sistem saat ini memang butuh bimbingan, bukan hanya sekadar konseling. Remaja juga butuh sistem yang sehat, yakni Islam. 

Tuntunan Hidup Islam

Islam memandang bahwa beragama adalah kewajiban. Islam juga memberikan tuntunan hidup bagi manusia dalam menjalani hidupnya. Tuntunan hidup manusia adalah Al-Qur’an dan hadis. Islam juga mengajarkan manusia bahwa tujuan hidup di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah. Karena itu, manusia harus mengikatkan seluruh perbuatannya dengan syariat Islam. Ini karena setiap perbuatan manusia setelah mati akan dimintai pertanggungjawaban. Dengan berpedoman pada keyakinan itu, maka manusia akan berhati-hati dalam menjalani hidup. Mereka tidak akan pernah menyia-nyiakan hidupnya dengan melakukan bunuh diri.

Fakta membuktikan bahwa salah satu penyebab banyaknya manusia yang gampang melakukan tindakan bunuh diri, termasuk remaja adalah karena mereka bingung dalam menjalani kehidupan dan tidak tahu tujuan hidupnya. 

Karena itu, remaja harus dibekali pemahan Islam agar tau tujuan hidupnya. Selain itu, negara harus menciptakan sistem kondusif dan sehat untuk mereka.

Namun, jika masih di sistem kapitalis, kasus bunuh diri dari tahun ke tahun akan terus meningkat. Semua permasalahan yang terjadi tidak akan pernah selesai sampai tuntas hingga akarnya. Solusi yang diberikan akan menambah masalah baru. Berbeda dengan sistem Islam yang mampu menyelesaikan masalah dan memberikan kemaslahatan bagi seluruh rakyat. Wallahualam bissawab.

Oleh: Retno Jumilah
Sahabat Tinta Media 

Senin, 01 Agustus 2022

Bunuh Diri, Fenomena Strawberry Generation dan Rapuhnya Pendidikan ala Sekuler


Tinta Media - Siapakah yang tidak pernah merasakan kegagalan? Pasti setiap manusia pernah mengalaminya, baik gagal ujian sekolah, menikah, berbisnis, diterima di tempat kerja yang diinginkan, maupun kegagalan yang lainnya. Kisah berikut ini patut menjadi renungan kita bersama. 

Seorang remaja putri dikabarkan meninggal dunia diduga karena bunuh diri akibat tidak lolos ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Remaja tersebut sebelumnya bernazar akan memberikan santunan kepada anak yatim jika diterima. Namun ketika gagal, ia bernazar akan melakukan bunuh diri. Keputusan bunuh diri ini diduga juga didorong oleh perlakuan pacarnya yang memiliki sifat kasar dan manipulatif.

Beberapa jam kemudian, perempuan muda itu dinyatakan meninggal dunia setelah meminum semua obat yang diberikan oleh psikiaternya. Ia juga overdosis alkohol.(Indonesiatoday)
 
Populernya Istilah Generasi Strawberry
 
Saat berbicara tentang kisah menyedihkan di atas, penulis jadi ingat dengan populernya istilah generasi strawberry. Sebuah istilah yang disematkan pada generasi yang nampak menarik dari luar, tetapi di dalamnya sangat rapuh (mudah hancur) sebagaimana buah strawberry.

Generasi yang satu ini membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang tepat dari semua pihak, sehingga bisa tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan tahan banting ketika diterpa berbagai macam kegagalan atau harapan yang tak terwujud.
 
Pertanyaan selanjutnya, apakah kasus bunuh diri hanya terjadi di Indonesia? Ternyata tren bunuh diri sebagai jalan keluar dari masalah tidak hanya terjadi di negeri ini. 

Berdasarkan data milik WHO, bunuh diri menjadi penyebab kematian nomor dua terbesar setelah kecelakaan di kalangan remaja berusia 15-29 tahun, dan mengakibatkan sekitar 4.600 jiwa meninggal setiap tahunnya. (kumparan.com)
 
Menurut dr. Yunias Setiawati, spesialis kejiwaan (Kepala Unit Rawat Jalan Psikiatri di RSUD dr.Soetomo Surabaya), kasus bunuh diri ini kerap dialami para remaja yang depresi. Depresi ini dapat ditandai dengan perasaan sedih, hilang minat, prestasi menurun, hingga sosialisasi terganggu. (14/1/2020)
 
Inilah fakta memprihatinkan dari generasi muda yang menjadi calon-calon pemimpin di masa yang akan datang. Generasi ini dilahirkan dari sistem hidup sekuleris (sistem hidup yang tidak menjadikan Al-Khalik hadir sebagai pemberi jalan keluar dari semua masalah). Karena itu, ketika para remaja ini berhadapan dengan suatu masalah, maka mereka memilih solusi alkohol, obat-obatan maupun mengakhiri hidup.
 
Mental generasi muda pun makin terpuruk karena "beban sosial" yang harus mereka tanggung saat gagal masuk sebuah PTN. Tidak bisa dimungkiri bahwa dalam masyarakat kapitalis seperti saat ini, menjadi mahasiswa sebuah PTN tentu lebih "dipandang hebat" dibandingkan menjadi mahasiswa dari kampus swasta. Padahal kita juga tahu, saringan masuk PTN sangat sulit. Karena itu, wajar jika kondisi ini membuat mental pelajar hasil didikan sistem sekuler semakin tertekan, rapuh, dan mudah putus asa.
 
Islam dan Pemuda
 
Di dalam Al-Qur'an terdapat ayat yang menjadi harapan besar untuk generasi muslim. Allah ta'ala berfirman di dalam surah Al-Furqon ayat 74 yang artinya :

"Dan orang-orang yang berkata, 'Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
 
Sungguh luar biasa harapan yang terdapat dalam surat di atas, yaitu menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa, bukan pemimpin orang yang biasa saja. Maka tak heran, di dalam Islam, pemerataan pendidikan yang berkualitas menjadi salah satu perhatian utama seorang pemimpin.

Karena itu, dalam peradaban Islam, tidak akan dijumpai seorang pemuda yang kebingungan mencari sekolah atau kampus untuk menimba ilmu. Hal ini karena pendidikan berkualitas memang menjadi salah satu kebutuhan dasar bagi tiap warga negara. Negarapun akan memfasilitasinya dengan sangat baik.
 
Di sisi lain, suasana yang terbangun di tengah masyarakat dalam kehidupan Islam adalah suasana yang penuh dengan keimanan, bukan suasana persaingan karena materi semata, misalnya karena jabatan, kebanggaan menjadi mahasiswa sebuah PTN, banyaknya harta, penampilan yang keren, menarik, dan sederet standar materi lainnya yang kental lahir di dalam kehidupan kapitalisme sekuler seperti saat ini.
 
Sehingga, ini menjadi catatan tersendiri, begitu urgennya penanaman tauhid kepada Allah ta'ala, Rabb semesta alam. Tauhid inilah yang benar-benar bisa melahirkan keyakinan utuh bahwa Allah hadir di mana pun manusia berada, yang bisa menghantarkan tiap individu, masyarakat dan negara ini untuk bersama-sama membersamai dan membina para pemuda agar menjadi generasi bertakwa dan pemimpin cemerlang di masa depan. Allahumma yassir lanaa umuuroddiini waddunyaa wal akhirah.

Oleh: Dahlia Kumalasari
Pendidik

 



Jumat, 15 Juli 2022

MMC: Karut Marut Produk Hukum Pidana Sistem Sekuler Demokrasi Bukan Hal Baru


Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) menyatakan karut marut dalam pembuatan produk hukum pidana sistem sekuler demokrasi bukanlah hal baru.

“Karut marut dalam pembuatan produk hukum pidana sistem sekuler demokrasi bukanlah hal baru,” tuturnya dalam Program Serba Serbi MMC: Ada Ancaman Hukum Bagi Pendem0 RUU KUHP Bernuansa K0l0nial?, Jumat (1/7/2022) di kanal Youtube Muslimah Media Center.

Ia menilai penyebabnya adalah mekanisme pembuatan hukum pidana diserahkan kepada manusia.“Mekanisme pembuatan hukum pidana diserahkan kepada manusia yang berpotensi berubah-ubah sesuai dengan kepentingan penguasa,” urainya.

Ia menegaskan produk sistem ini menimbulkan kekacauan dan penderitaan bagi masyarakat. “Adapun dalam sistem demokrasi, aspirasi masyarakat diklaim akan diakomodir oleh pihak berwenang. Padahal semua itu hanya isapan jempol belaka,” tegasnya.

"Hal ini menunjukkan selama sistem sekularisme demokrasi  yang berkuasa maka keadilan hukum jauh panggang dari api," imbuhnya.

Ia mengungkapkan bahwa publik diresahkan dengan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana atau RKUHP yang sedang dibahas DPR RI dan pemerintah. “Pasalnya RKUHP tersebut mengandung 14 isu krusial pemidanaan.

 Pertama, isu terkait living law atau hukum pidana adat (pasal 2). Kedua isu terkait pidana mati (pasal 200). "Ketiga isu terkait penyerangan harkat dan martabat presiden dan wakil presiden (pasal 218),” ungkapnya.

Keempat, isu terkait tindak pidana karena memiliki kekuatan gaib (pasal 252).
Kelima, isu terkait unggas dan ternak yang merusak kebun yang ditaburi benih (pasal 278-279). Keenam, isu terkait tindak pidana content of court (pasal 281). “Ketujuh isu terkait penodaan agama (pasal 304), kedelapan isu terkait penganiayaan hewan (pasal 342), kesembilan isu terkait alat pencegahan kehamilan dan pengguguran kandungan (pasal 414-416), kesepuluh isu terkait penggelandangan (pasal 431),” urainya.

Kesebelas, isu terkait aborsi (pasal 469-471).
Kedua belas, isu terkait  perzinaan (pasal 417). “Ketiga belas isu terkait kohabitasi (pasal 418),dan keempat belas isu terkait perkosaan (pasal 479),” lanjutnya.

Menurutnya, draf RKUHP tersebut mendapat penolakan publik. Aksi penolakan publik dilakukan oleh masyarakat sipil untuk demokrasi pada Senin, 16/9/2019 di depan gerbang gedung DPR Senayan, Jakarta.
“Penolakan serupa juga dilakukan oleh sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Nasional Reformasi KUHP di kawasan Patung Kuda Monas, Jakarta pada Selasa, 21 Juni 2022,” tuturnya.

Sejumlah pimpinan Komisi III DPR bersikukuh agar RKUHP segera disahkan pada awal Juli 2022 meskipun ada penolakan yang kuat dari publik atas sejumlah materi dalam RKUHP tersebut. “Padahal hingga kini pemerintah belum menyerahkan draf RKUHP terbaru atau RKUHP hasil revisi ke DPR, setelah sebelumnya mensosialisasikan 14 poin isu krusial ke masyarakat yang dilansir dari Kompas.id, 27 Juni 2022,” ucapnya.

Ia membeberkan bahwa Anggota Komisi III dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Asrul Sani mengharapkan pemerintah segera menyerahkan draf terbaru RKUHP kepada DPR. “Menurut Asrul Sani draf tersebut bisa dibuka kepada masyarakat untuk dikritisi dan juga menyerahkan kepada para ahli hukum pidana yang tidak terlibat dalam pembahasan, yakni aparat penegak hukum, Ikatan Hakim Indonesia, dan masyarakat sipil, agar mereka menjadi proof reader,” bebernya.

Hukum Islam

Ia menjelaskan akan sangat berbeda dengan hukum yang diterapkan dalam sistem Islam, dalam sistem pemerintahan Islam yang disebut Khilafah. “Hukum pidana telah ditetapkan oleh syariat, Islam memandang tolok ukur kejahatan adalah kemaksiatan, siapa pun yang melakukan kemaksiatan berarti melakukan kejahatan yang akan mendapatkan sanksi tegas,” jelasnya.   

Menurutnya, sanksi dalam Islam atau Khilafah dibagi dalam empat kategori.

Pertama, hudud. Hudud adalah sanksi-sanksi atas kemaksiatan yang telah ditetapkan kadarnya oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala sekaligus menjadi hak-Nya. “Termasuk ke dalam hudud ialah had zina, had liwath (homoseksual), had mendatangi wanita pada duburnya, had qadzaf (menuduh wanita baik-baik berbuat zina), had peminum khamr, had pencurian, had pembegal, had pelaku bughat (pemberontak), had murtad. Siapa pun yang melakukan perbuatan tersebut maka mereka akan diberikan sanksi hudud,” urainya. 

Kedua, jinâyah. Jinâyah adalah sanksi yang ditujukan atas penganiayaan jiwa (pembunuhan) dan anggota tubuh.
“Sanksi ini mewajibkan qishash  (balasan setimpal) dan diyat (denda),” ujarnya.

Ketiga, ta’zir. Ta’zir adalah sanksi yang bentuknya tidak ditetapkan secara spesifik oleh Asy-Syâri’. Dalam ta’zir berlaku menerima pemaafan dan pengguguran oleh hakim. Bentuk kejahatan yang termasuk ta’zir adalah pelanggaran terhadap kehormatan seperti perbuatan cabul, pelanggaran terhadap harga diri, perbuatan yang membahayakan akal, pelanggaran terhadap harta seperti penipuan, pengkhianatan amanah harta, penipuan dalam muamalah, pinjam tanpa izin, gangguan keamanan, mengganggu keamanan negara, perbuatan yang berhubungan dengan agama dan jenis ta’zir. “Untuk jenis sanksinya, hukuman ta’zir diserahkan kepada penguasa atau hakim yang pidananya boleh sama dengan sanksi hudud atau lebih rendah dari zinâyat, dengan syarat tidak boleh melebihi dari keduanya,” tuturnya.

Keempat, mukhalafat. Mukhalafat adalah sanksi yang dijatuhkan oleh penguasa kepada orang-orang yang menentang perintah penguasa, baik perintah kepala negara atau Khalifah, para pembantunya, wali, amil, atau orang-orang yang aktivitasnya berkaitan dengan kekuasaan. “Pelanggaran terhadap perintah penguasa dikenakan sanksi. Bentuk sanksinya diserahkan kepada hakim (qadhi),” tuturnya.

Inilah hukum pidana dalam Islam yang telah diterapkan oleh Khilafah selama lebih dari 1300 tahun lamanya. Bersumber dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sesuai dengan

Firmannya:

“Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah,” (QS. Yusuf, [12]: 40).

“Hukum ini bukan bersumber dari manusia melainkan bersumber dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” pungkasnya.[] Ageng Kartika

Jumat, 22 April 2022

Pemerintahan Dipisahkan dari Agama, Prof. Suteki: Itu Jelas Salah


Tinta Media - Pakar Hukum dan Masyarakat, Prof. Dr. Suteki, S.H., M.Hum menilai salah jika ada yang mengatakan pemerintahan dipisahkan dari agama.

"Benar-benar salah, jika ada yang mengatakan bahwa politik harus dipisahkan dari agama, agama dipisahkan dari politik, pemerintahan harus dipisahkan dari agama, itu jelas salah," tuturnya pada acara Fokus: Haruskah Ayat Suci di atas Konstitusi? Senin (18/4/2022) di kanal YouTube UIY Official Channel.

Menurutnya, Islam adalah agama yang sempurna, berbeda dengan agama-agama yang lain meskipun sesama agama samawi. "Agama Islam adalah agama yang sempurna. Bisa dibedakan dengan agama-agama lain, meskipun sesama agama samawi, taruhlah Nasrani," ujarnya.

Sebagai agama yang sempurna, kata Suteki, tidak mungkin hanya mengatur kehidupan pribadi misalnya salat, syahadat, zakat, puasa, maupun haji. Akan tetapi mengatur persoalan kehidupan bernegara. Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah. Beliau juga sebagai kepala negara, berhubungan dengan negara-negara lain termasuk juga melakukan peperangan.

Ia berharap umat Islam dan tokoh-tokoh bangsa ini memahami bahwa Islam bukanlah sekedar ibadah ritual semata.

"Persoalan-persoalan ini seharusnya dipahami betul oleh umat Islam dan tokoh-tokoh bangsa ini. Jangan kemudian menganggap bahwa Islam itu hanya sebatas persoalan ibadah mahdhoh (ibadah yang ada sarat dan rukunnya/ ibadah yang sifatnya hanya berhubungan antara manusia dengan Tuhannya)," paparnya.

Akan tetapi, lanjut Suteki, terkait hubungan manusia satu dengan yang lain (hablunminannas) seperti muamalah, ekonomi, tata pergaulan termasuk menjaga jiwa dan agama, semua diatur di dalam Islam melalui sistem pemerintahan.

Terakhir, ia menegaskan bahwa semua persoalan tidak akan bisa di selesaikan atau dilakukan sendiri. Namun membutuhkan peran negara di dalamnya.

"Semua persoalan itu diatur di dalam Islam. Apalagi kalau kita bicara hukum pidana. Bagaimana bisa memidanakan orang sesuai hukum Allah, jelas itu tidak mungkin, kecuali harus ada kekuasaan dan campur tangan negara di dalamnya," pungkasnya. [] Nur Salamah

Jumat, 01 April 2022

Khianati Perjuangan Umat Islam, KPAU: Kaum Nasionalis Sekuler Hilangkan Visi Penerapan Syariat Islam

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1SCWmfqI-gWulIJx5ibknw9mhuy-fopS0

Tinta Media - Ketua Koalisi Persaudaran Advokat dan Umat (KPAU) Ahmad Khazinudin, S.H. menuturkan, kaum nasionalis sekuler mengkhianati perjuangan umat Islam dengan menghilangkan visi penerapan syariat Islam.

“Pada saat menjelang kemerdekaan, pada tanggal 22 Juni 1945, umat Islam yang diwakili oleh para ulamanya, bersepakat untuk menegakkan syariat Islam, bukan syariat yang lainnya. Namun, secara sepihak pada tanggal 18 Agustus, kaum nasionalis sekuler mengkhianati perjuangan umat Islam, dengan menghilangkan visi penerapan syariat Islam,” tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (31/3/2022).

Ahmad menegaskan bahwa saham terbesar negeri ini ada pada umat Islam. Dahulu, umat Islam yang berjuang  jihad fi Sabilillah melawan penjajah, untuk memerdekakan bangsa ini. Umat Hindu dan Budha dahulu pasif, sementara umat Kristiani justru masuk ke negeri ini membonceng misi penjajah.

“Saat umat Islam berjuang melawan penjajah, spiritnya adalah Islam. Bukan Pancasila. Saat menggelontorkan semangat perjuangan melawan penjajah, pekikan takbir yang dikumandangkan, bukan aku Pancasila,” ungkapnya.

Pasca merdeka, lanjutnya, yang diterapkan di negeri ini adalah hukum warisan penjajah. KUHP dan KUH Perdata, terus diterapkan hingga saat ini, tanpa ada perubahan signifikan. Negeri ini telah merdeka secara fisik, tapi masih terus terjajah secara sistem.

Ahmad menilai makin ke sini, Indonesia makin sekuler liberal. Ideologi kapitalisme liberal, menjadi penguasa di negeri ini.

“Lihatlah, kekayaan alam berupa tambang yang melimpah karunia Allah SWT, tidak memberikan kesejahteraan bagi rakyat negeri ini. Kapitalisme liberal dengan sistem politik demokrasi, telah menyerahkan kekayaan alam karunia Allah SWT, kepada para kapitalis baik domestik, asing maupun aseng,” jelasnya.

Akibat penerapan kapitalisme liberal itu, menurut Ahmad, rakyat di negeri ini, menjadi miskin, lapar dan tertindas di atas tanah yang Allah karuniai berbagai kekayaan yang melimpah. Semua itu terjadi, karena negeri ini tidak menerapkan syariat Islam.

“Karena itu, kami menagih kembali perjuangan para pendahulu kami yang menginginkan syariah Islam, dan menyempurnakan dalam bingkai Khilafah, untuk menerapkan syariat Islam secara kaffah. Kami ingin negeri ini diatur dengan Islam, agar menjadi negeri yang baldatun, toyyibatun, wa rabbun gaffur,” pintanya

Soal rakyat negeri ini yang beragama lain, lanjutnya, sesungguhnya Islam telah memiliki seperangkat aturan bernegara untuk melayani rakyat yang beragama Islam maupun non Islam (Kafir Dzimmy). Negara (Khilafah) akan melayani seluruh rakyat, memenuhi segala hajat mereka (sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, keamanan) tanpa memandang agama dan latar belakangnya. Semua non muslim, akan dilayani dengan baik selama tetap terikat dan taat pada kekuasaan Islam, sebagaimana Rasulullah SAW  dan para sahabat melayani non muslim rakyat negara Islam.

“Saat syariat Islam diterapkan, maka keseluruhan tambang yang saat ini dikuasai Amerika, China, juga para kapitalis domestik seperti yang dikuasai Luhut Panjaitan, Aburizal Bakrie, Erick Thohir, Haji Isam, dan lain-lain, semuanya akan diambil alih negara karena terkategori barang milik umum (al Milkiyatul Ammah) yang haram dikuasai individu, dan wajib dikelola oleh negara (Khilafah) dan hasilnya digunakan negara untuk menunaikan kewajibannya melayani rakyat, termasuk untuk memenuhi hajat rakyat (sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, keamanan),” paparnya.

Menurut Ahmad, saat khilafah ditegakkan di negeri ini maknanya seluruh hukum Islam diterapkan di negeri ini. Selanjutnya, dari negeri ini, khilafah akan melakukan proses unifikasi, untuk menyatukan seluruh negeri kaum muslimin kembali ke pangkuan Islam.

“Seluruh negeri yang belum menerapkan Islam secara kaffah, baik berbentuk republik, kerajaan atau keemiran, semuanya diseru untuk menyatu menjadi satu kesatuan wilayah khilafah. Di setiap negeri tersebut, akan ditunjuk seorang wali sebagai wakil khalifah, untuk mengurus urusan di negeri tersebut,” terangnya.

Ahmad kembali menegaskan bahwa khilafah juga akan menyeru seluruh manusia di dunia, baik yang tinggal di negeri Islam maupun di darul kufur seperti yang ada di Eropa, Asia, Afrika, Amerika dan Australia, untuk memeluk akidah Islam.

“Khilafah akan mengemban misi dakwah, untuk membebaskan manusia dari penghambaan selain kepada Allah menuju menghamba hanya kepada Allah SWT semata. Khilafah akan membimbing manusia taat, sejahtera, bahagia dunia akhirat. Inilah, visi agung umat Islam,” tandasnya.

“Dari negeri ini kami menuntut memulai menegakkan syariat Islam dan selanjutnya mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru alam,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab