Tinta Media: Sekuler
Tampilkan postingan dengan label Sekuler. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sekuler. Tampilkan semua postingan

Rabu, 19 Juli 2023

Nikah Beda Agama Imbas Pola Hidup Sekuler

Tinta Media - Amanah merupakan hal yang harus dipertanggungjawabkan, terlebih ketika amanah tersebut menyangkut kemaslahatan umat dan menyinggung soal keimanan. Maka, sudah sewajarnya seorang muslim mengklarifikasi dan meluruskan pendapat yang melenceng dari agama.

Pada periode ini, kita digempur dengan berita pengadilan negara yang memberikan putusan atas kebolehan umat beda agama melangsungkan pernikahan. Padahal, pernikahan merupakan hal yang sakral dan berdampak pada tujuan hidup selanjutnya, sehingga dalam hal ini kita disuruh untuk menjatuhkan pilihan yang tepat pada calon yang akan memimpin atau mendampingi dalam menjalankan bahtera rumah tangga.

Bukan hal yang gampang untuk memboleh-bolehkan atau memaklumi sesuatu yang hanya dilandaskan atas dasar cinta belaka tanpa memandang arah tujuan hidupnya ke depan, serta keselarasan atas keimanannya. Cinta kadang membuat orang tenggelam dan melupakan batas hukum dalam keyakinan. Namun, bukan sebuah hal yang harus dimaklumi atau bahkan memberikan  peluang agar mereka bisa bersatu sesuai keinginannya tanpa mengembalikan standar perbuatan tersebut sejalan atau tidaknya dengan agama.

Maka, berita dikabulkannya nikah beda agama (laki-laki nonmuslim dengan muslimah) menunjukkan pelanggaran terhadap hukum agama dan keberpihakan toleransi yang melanggar batas hukum agama itu sendiri. Negara tidak lagi berfungsi untuk menjaga tegaknya hukum Allah dan melindungi rakyat untuk tetap dalam ketaatan pada Allah Swt.

Sebagaimana diberitakan oleh media ANTARABENGKULU bahwa Perwakilan Humas PN Jakpus Jamaludin Samosir mengatakan bahwa pasangan beda agama memang bisa mendaftarkan pernikahan di PN Jakarta Pusat dengan mengajukan permohonan izin nikah.

Hal ini menunjukkan bahwa negara yang mengusung sekularisme menjadikan manusia memisahkan urusan Tuhan dengan dirinya. Padahal, sejatinya manusia ada karena Pencipta mengadakannya. Maka, sudah sewajarnya Yang menciptakannya berhak memeberikan aturan pada hamba tadi, bukan malah menjadikan aturan lain yang tidak datang darinya menjadi sesuatu melebihi aturan Penciptanya.

Sungguh miris ketika hidup yang diharapkan damai dan tenteram ini senantiasa berbenturan hanya karena egoisme manusia untuk mendominasi kehidupan. Keadaan ini menggambarkan kepada kita bahwa manusia saat ini tidak meletakkan kesadaran bahwa diri mereka lemah, terbatas, dan bergantung. Sehingga, menjadi sebuah keniscayaan dalam sistem kehidupan saat ini ketika ada aturan yang bertentangan dengan agama. Selama hal tersebut dianggap sebagai bagian toleransi di tengah masyarakat, maka akan tetap dijunjung tinggi, bahkan dilegalkan. 

Beginilah lemahnya aturan-aturan yang lahir dari sesuatu yang terbatas, maka hasilnya pun  tidak akan sempurna, terlebih ketika ingin diterapkan dalam kehidupan.

Kapankah kita akan terlepas dari kerangkeng kesombongan manusia agar dapat menjalani hidup sesuai dengan apa yang digariskan Pencipta untuk manusia ?

Sejatinya aturan itu mengikat. Maka, sebagai umat beragama, sudah seharusnya kita meletakkan pilihan pada aturan yang jelas-jalas mampu membuat perbaikan, menghalau kezaliman, dan mampu menghantarkan manusia pada kebangkitan hakiki. 

Ini termasuk masalah nikah beda agama, karena darinya akan lahir genarasi-generasi pelanjut yang akan meniti kehidupan, sehingga ketika dasar yang dibentuk saja keliru, maka terlebih hasilnya. Sedikit banyaknya dasar akan memengaruhi puncak, maka begitu pula yang terjadi dalam bahtera rumah tangga.

Tentu ini berbeda dengan cara pandang Islam yang memiliki aturan tertentu dalam berbagai persoalan manusia. Dalam Islam semua bersumber pada aturan Allah dan Rasul-Nya. 

Masalah pernikahan merupakan masalah yang tercakup dalam potensi dasar manusia berkenaan dengan naluri untuk melestarikan jenis. Naluri ini merupakan kebutuhan manusia. Namun, sejalan dengan hal tersebut, penyalurannya haruslah sejalan dengan perintah dan larangan Tuhannya. 

Maka di dalam Islam, untuk memenuhi naluri ini harus melalui jalan pernikahan. Nah, dalam hal menikah, Rasulullah saw. menyampaikan bahwa ada empat perkara yang bisa menjadi pertimbangan dalam memilih calon dalam pernikahan yakni; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka, pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung. 

Hal ini menunjukkan bahwa Islam amat menjaga kelangsungan bahtera rumah tangga agar darinya lahir sakinah, mawaddah, dan rahmat bagi kelangsungan rumah tangga tersebut. Diharapkan, keturunan yang lahir darinya akan terbentuk generasi mulia dan tangguh dengan dasar iman yang kuat serta kokoh dalam menjalankan agama.

Tentu untuk menerapkan hal ini akan berat ketika hanya diampu oleh individu-individu belaka. Maka menurut Islam, ini menjadi salah satu tugas negara dalam menjaga tegaknya hukum Allah dan menjaga rakyat agar tetap dalam ketaatan kepada Allah. Wallahualam.

Oleh: Erna Nuri Widiastuti, S.Pd.
Aktivis

Sabtu, 15 Juli 2023

Ustadzah Rif'ah: Inses Bukan Hal Baru dalam Negara Sekuler Kapitalis

Tinta Media - Menanggapi terungkapnya kasus inses seorang Ayah terhadap anaknya di Banyumas Jawa Tengah hingga melahirkan 7 bayi yang semuanya dibunuh, Ustadzah Rif'ah Kholida dari Muslimah Media Center menyatakan bahwa kasus inses bukan hal baru di dalam negara sekuker kapitalis.

"Di dalam negara sekuler kapitalis, munculnya kasus inses bukan hal yang baru," uj arnya dalam program tausyiah Islam Menjawab: Inses Hancurkan Tatanan Keluarga, Bagaimana Pandangan Islam? Di kanal YouTube MMC, Ahad (9/7/2023).

Ia mengungkapkan, kasus inses juga pernah terjadi di daerah lain. Diantaranya kasus inses kakak dan adik di Pasaman, Sumatera Barat (2020), dan kasus inses ayah dan anak di Kecamatan Wowo, Kabupaten Bima NTB (2021).

Ia pun menerangkan, penerapan sistem sekuler kapitalis yang telah menjadikan manfaat sebagai asas dan kebebasan berperilaku di atas segala-galanya adalah penyebab munculnya berbagai pemikiran dan perilaku yang menyimpang (termasuk inses).

"Seseorang bebas berbuat apa saja sekehendak hatinya. Kondisi ini juga diperparah dengan minimnya pemahaman terhadap agama Islam," ucapnya.

Ia juga mengatakan, tidak sedikit individu muslim mengalami disorientasi hidup, bahkan terjerumus pada kemaksiatan karena tidak menjadikan syariat Islam sebagai standar dalam berperilaku.

Maka ia menegaskan, solusinya tiada lain hanyalah melakukan perubahan secara hakiki.

"Yaitu menerapkan syariat Islam secara kaaffah dalam naungan khilafah," pungkasnya. [] Muhar

Jumat, 19 Mei 2023

UMAT ISLAM MAYORITAS BELUM PAHAM KAPITALISME SEKULER BAHAYA NYATA, MASIH BERFOKUS MELIHAT KOMUNISME ANCAMAN DAN ADA YANG TIDAK PAHAM MEMPERSOALKAN SYARIAH & KHILAFAH

Tinta Media - 22 Jam yang lalu, yakni pada Senin (15/5) di AK Channel dibuat polling untuk menjajaki aspirasi subscribers. Polling dibuat dengan pertanyaan pilihan, dan jawaban yang telah disediakan.

Pertanyaan polling berbunyi: Menurutmu, apa ancaman bagi bangsa Indonesia dan dunia?

Dari 15.000 suara peserta polling, 80 % memilih Sosialisme Komunisme sebagai ancaman dan 15 % memilih Kapitalisme Sekuler sebagai ancaman. Sayangnya, ternyata ada yang memilih Syariah & Khilafah sebagai ancaman, dengan jumlah 5 % suara.

Polling ini disukai 2000 suara dan ada 244 komentar. Saat tulisan ini dibuat, polling ini masih terus berjalan.

Ketika penulis membaca komentar peserta polling yang semuanya adalah subscribers AK Channel (karena mode komentar dan keterlibatan hanya diperuntukan bagi subscribers), maka dapat dipahami mengapa Sosialisme Komunisme dianggap sebagai ancaman utama (80% suara), sementara Kapitalisme Sekulerisme hanya 15 % suara. Juga, kenapa ada yang menganggap Syariah & Khilafah sebagai ancaman, meskipun hanya 5 %.

Nampaknya, sejarah kelam pemberontakan PKI mendominasi alam bawah sadar umat ini, sehingga sulit untuk menghilangkan memori kebengisan PKI. Sementara, Kapitalisme sekuler yang menyebabkan tambang emas Indonesia dikuasai Amerika, juga mayoritas batubara dikuasai asing dan aseng, oligarki yang mengendalikan negeri, kerusakan moral karena kehidupan liberal dan hedonis, agama yang menjadi hanya ritual karena di sekulerisasi, kemiskinan negeri karena imperialisme neo kapitalisme, kesemuanya tak mampu dipahami sebagai kerusakan yang disebabkan oleh penerapan ideologi kapitalisme liberal. 

Ada gerakan dan tokoh tertentu yang konsen melawan komunisme. Namun, hingga saat ini belum ada tokoh sentral dan gerakan massif yang anti kapitalisme.

Memang benar, batilnya ideologi komunisme mudah dipahami umat karena akidah komunisme adalah atheisme. Pengingkaran terhadap agama (baca: Islam) yang demonstratif oleh ideologi komunisme melalui dialektika materialisme, dirasakan langsung sebagai musuh akidah Islam sehingga membangkitkan umat Islam untuk melawannya.

Sementara ideologi Kapitalisme liberal tidak menyerang agama secara langsung. Ideologi ini tetap mengakui agama, hanya meminggirkan perannya dari kehidupan.

Padahal, bahaya kapitalisme liberal jauh lebih destruktif ketimbang komunisme. Meskipun, dalam pandangan Islam keduanya, baik kapitalisme maupun komunisme adalah ideologi batil yang bertentangan dengan akidah Islam.

Sayangnya, terhadap kapitalisme terkesan serba permisif. Isu Pancasila selalu dijadikan tameng untuk menentang Komunisme dan Islam. Tapi tak pernah digunakan untuk melawan kapitalisme liberal.

Adapun Khilafah, mengapa masih ada yang menganggap ancaman lebih karena kurangnya dakwah ditengah umat akan urgensi syariah & Khilafah. Sebagaimana diketahui, dakwah Syariah & Khilafah baru masuk ke wilayah Indonesia pada era 80 an.

Sehingga, dakwah Syariah & Khilafah harus lebih digelorakan, agar umat semakin paham dan yakin bahwa Syariah & Khilafah adalah solusi, bukan ancaman. Sebab, semakin umat paham maka semakin umat akan rindu pada syariah & Khilafah, dan akan semakin yakin pada kabar gembira dari Rasulullah SAW akan kembalinya Khilafah Islamiyyah. [].

Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
https://heylink.me/AK_Channel/

Rabu, 17 Mei 2023

Penistaan Agama Menjamur di Sistem Sekuler

Tinta Media - Tidak sedikit kasus yang muncul ke permukaan mengenai orang-orang yang mengaku nabi. Kasus nabi palsu ini kerap terjadi pada masyarakat nonmuslim maupun masyarakat muslim itu sendiri. Seperti halnya kabar yang membuat geger akhir-akhir ini, telah terjadi penembakan di kantor MUI Lampung. Diketahui bahwa pelaku penembakan tersebut ternyata pernah mendeklarasikan dirinya sebagai wakil nabi, dengan mengumpulkan penduduk desa pada tahun 1997 silam. (wartaekonomi.co.id) 

Tidak hanya kantor MUI, pelaku yang mengklaim dirinya sebagai wakil Nabi Muhammad kepada warga Kecamatan Kedondong, Kabupaten Pasawaran, Lampung ini juga pernah terlibat dalam kasus pemecahan kaca gedung DPRD pada tahun 2016 silam. (Republika.co.id) 

Jelas, tindak kriminal yang dilakukannya membuat masyarakat, khususnya wilayah Lampung merasa resah, ditambah pendeklarasiannya kepada masyarakat daerah Lampung sebagai wakil Nabi Muhammad membuat banyak orang merasa geram. Hal demikian sudah pasti menjadi cikal bakal kesesatan. 

Adanya pengakuan tersebut, menjadikan Islam sebagai sasaran penistaan agama. Bukan hanya di dalam negeri, bahkan kasus seperti ini pun kerap dijumpai di berbagai negara.

Sudah menjadi hal yang wajar di tengah sistem sekuler, adanya upaya menghilangkan sifat sakral pada suatu agama, sehingga dengan mudah dinistakan dan dijadikan bahan celaan. Kasus penistaan agama seolah menjadi hal yang dianggap wajar oleh kebanyakan kalangan. 

Tidak adanya sanksi yang serius bagi para penista agama menjadikan hal semacam ini kian menjamur di tengah masyarakat. Dampak dari rendahnya taraf berpikir umat menjadikan mereka tidak mampu menimbang benar atau salah dalam sebuah tindakan.

Penistaan agama akan berpengaruh buruk terhadap pemahaman masyarakat, akibat dari lemahnya pemikiran saat ini ditambah dengan gempuran paham-paham yang kian menjauhkan orang-orang muslim dari agamanya sendiri. Karena itu, kaum muslimin akan mudah tersesat dari kebenaran. 

Paham sekularisme merusak umat Islam hingga ke akarnya, yaitu akidah. Ketika akidah umat rusak, maka rusak pula dasar keimanannya. Akibatnya,  umat akan jauh dari kemurniannya dan melupakan identitas sebagai seorang muslim.

Akidah adalah dasar yang menjamin ketakwaan individu. Di tengah sistem sekularisme yang mengusung pemisahan agama dari kehidupan dan menjadikan agama hanya sebagai urusan privat, ketakwaan individu tidak terealisasi akibat rusaknya pangkal akidah. Di tambah lagi, tidak adanya masyarakat yang mampu memberikan kontribusi berupa amar ma'ruf dan lebih memilih untuk acuh terhadap urusan saudaranya.

Ditinjau dari aspek kenegaraan, sudah pasti hal semacam ini tidak mungkin lepas dari tanggung jawab negara. Bagaimanapun juga, negara berkewajiban untuk mencegah adanya penghinaan agama dalam bentuk apa pun. Kontrol negara adalah kekuatan utama untuk menjadikan agama sebagai hal yang harus dibela, dijaga kesucian serta kesakralannya. Oleh karenanya dibutuhkan suatu kawalan yang menjaga umat dari pemikiran-pemikiran yang mampu menjerumuskan pada penyelewengan hingga kesesatan. 

Paham sekuler yang telah bercokol di benak umat saat ini harus digantikan dengan pemahaman yang benar, yaitu pemahaman menyeluruh tentang kesempurnaan Islam agar umat mampu menjadikan syariat Islam sebagai landasan dalam mengambil tindakan. 

Untuk itu, diperlukan orang-orang yang mampu menyadarkan masyarakat tentang kebatilan yang ada pada sistem saat ini. Masyarakat harus sadar akan adanya kesempurnaan Islam yang mulia. Masyarakat harus mampu menjaga peradaban Islam dari musuh-musuh Islam itu sendiri. Hal ini bisa diwujudkan dengan pengkajian secara mendalam dan intensif, meningkatkan taraf berpikir dengan mengkaji Islam kaffah dan menyerukannya ke tengah-tengah masyarakat. Dengan begitu, dakwah Islam akan mudah tersebar dan lebih mudah terealisasikan. 

Bangkitnya pemikiran masyarakat akan berdampak pada kebangkitan peradaban Islam. Menjadikan Islam sebagai landasan dalam kehidupan dan dan menjadi ideologi negara, sehingga cita-cita tegaknya daulah Islamiyah yang penuh keberkahan dan jauh dari kebatilan.

Oleh: Olga Febrina
Pelajar dan Aktivis Dakwah Remaja

Sabtu, 04 Maret 2023

Tindak Kekerasan Makin Marak, MMC: Sistem Pendidikan Gagal Membentuk Pemuda Berkepribadian Islam

Tinta Media - Maraknya tindak kekerasan yang dilakukan oleh pemuda dinilai oleh Narator Muslimah Media Center (MMC) menggambarkan gagalnya sistem pendidikan sekuler dalam membentuk pemuda berkepribadian Islam.
 
"Makin banyaknya tindak kekerasan yang dilakukan oleh pemuda menggambarkan gagalnya sistem pendidikan (sekuler) dalam membentuk anak didik yang berkepribadian Islam," ungkapnya dalam serba-serbi MMC: Budaya Kekerasan pada Generasi, Bukti Bobroknya Sistem Kehidupan Sekuler, di kanal YouTube Muslimah Media Center, Selasa (28/2/2023).
 
Menurutnya, lemahnya peran keluarga dalam meletakkan dasar perilaku terpuji, juga rusaknya masyarakat, adalah buah dari kehidupan yang berdasarkan paham sekulerisme.
 
“Sekulerisme adalah paham yang memisahkan agama dari kehidupan, aturan agama hanya dikerdilkan untuk urusan personal sedangkan urusan kehidupan umum aturan yang dipakai berasal dari akal manusia yang terbatas,” jelasnya.
 
Allhasil tatkala akal dijadikan penentu hukum, sambungnya,  tentu aturan yang terbentuk sarat dengan kepentingan manusia. Ia mencontohkan bidang pendidikan. “ Sistem pendidikan yang berbasis sekulerisme menjadikan orientasi sekolah anak-anak bukan lagi menimba ilmu namun bagaimana bisa mencetak buruh terdidik," terangnya.
 
Amoral
 
Narator menegaskan, akibat penerapan sistem kapitalisme, anak-anak minus pemahaman agama sehingga sering bertindak amoral untuk menyelesaikan masalah.  
 
"Kesibukan orang tua bekerja termasuk kaum ibu dan abainya negara dalam membekali ilmu pengasuhan pada calon orang tua semakin memperparah kenakalan remaja.  Remaja yang jauh dari orang tua atau terlalu dimanja oleh orang tua cenderung mengedepankan ego, sehingga mereka akan mudah berbuat anarkis untuk memuaskan rasa ego tersebut," imbuhnya
 
Negara juga hanya menindak pelaku kriminalitas tanpa ada upaya pencegahan. Bahkan negara sekuler kapitalisme mempersilahkan paham liberalisme maupun permisif menggerogoti jiwa pemuda. “Maka tak heran semakin hari kasus amoralitas remaja semakin marak,” kritiknya.
 
Khilafah
 
Menurut narator, ini sangat berbeda dengan kualitas generasi yang didik dengan sistem sahih bernama sistem Khilafah. "Kehidupan dalam khilafah didasari oleh aqidah Islam yang akan menuntut pemeluknya menyadari bahwa dunia adalah tempat menanam kebaikan untuk dipanen di akhirat kelak.  Pemahaman seperti ini akan menjaga setiap individu untuk selalu menjaga perilaku sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya," tegasnya
 
Karena itu lanjutnya,  Islam memandang bahwa menjaga kualitas generasi merupakan hal penting. Semua elemen dilibatkan untuk membentuk kualitas generasi terbaik, dimulai dari garda terdepan yaitu keluarga.
 
"Islam memerintahkan orang  tua untuk mendidik anak-anak mereka dengan aqidah Islam bukan nilai-nilai materialistik yang meninggikan egonya. Aqidah Islam ini akan menuntut anak-anak menjadi pribadi yang memiliki akhlakul karimah sehingga baik mereka anak pejabat atau rakyat biasa tidak ada yang merasa rendah diri atau tinggi hati karena keimanan adalah satu-satunya pembeda di antara keduanya," bebernya.
 
Selain itu sebutnya, dari sisi masyarakat, ciri khas masyarakat khilafah yaitu mereka memiliki budaya amar makruf nahi mungkar. "Masyarakat yang demikian akan menjadi lingkungan yang baik untuk anak-anak, sebab mereka bisa melihat praktik dan menerapkan aturan agama secara langsung," pujinya.
 
Dari sisi negara lanjutnya,  khilafah wajib menjadi perisai bagi anak-anak agar mereka tidak salah tujuan hidupnya.  Mekanismenya dengan cara, pertama menerapkan sistem pendidikan. “Kurikulum Pendidikan Islam disusun dalam rangka membentuk kepribadian Islam yang utuh pada siswa baik dari sisi akidah, tsaqofah, maupun penguasaan iptek,” ungkapnya.
 
Menurutnya, konsep ini akan membuat suasana keimanan generasi semakin kuat.  Mereka akan dengan sendirinya menghindari perbuatan anarkis, penganiayaan, pelecehan dan sejenisnya.
 
“Kedua, Khilafah akan mengatur sistem sosial, menjaga agar interaksi antara laki-laki dan perempuan terjalin Interaksi yang produktif dan saling tolong-menolong dalam membangun umat yang dilandasi keimanan kepada Allah. Dengan demikian tidak akan terjalin hubungan-hubungan yang dilarang oleh hukum syara' seperti pacaran," bebernya.
 
Selain itu Ia menjelaskan bahwa Khilafah juga mengatur media. Dalam khilafah media memiliki fungsi strategis sebagai sarana edukasi bagi masyarakat agar mereka semakin paham terhadap syariat. Jika ada pelanggaran hukum syariat Islam para pelaku akan dikenai sanksi Islam.
 
 
"Syekh Abdurrahman Al Maliki dalam kitabnya Sistem Hukum Islam menjelaskan, untuk kasus penganiayaan sanksinya berupa jinayat yaitu hukuman setimpal,  atau qishos karena sudah membahayakan nyawa yang lain.  Sedangkan untuk kasus kekerasan, Qadhi akan memutuskan perkaranya dengan sanksi takzir. Untuk kasus rudapaksa, pelaku akan dikenai hudud zina ghairu muhshon yakni 100 kali cambuk dan diasingkan selama 1 tahun," ucapnya.  
 
Dengan mekanisme ini simpulnya, Khilafah mampu menyelesaikan akar masalah penyebab kenakalan remaja. "Anak-anak akan tumbuh dan berkembang sebagai pribadi muslim berakhlak mulia," pungkasnya.[] Sri Wahyuni

Kamis, 26 Januari 2023

Fenomena Pengemis Online Menjamur di Sistem Sekuler

Tinta Media - Bak jamur di musim hujan, fenomena konten memohon bantuan di media sosial Tik Tok atau disebut "pengemis online" menjamur di banyak negara, termasuk Indonesia.

Konten eksploitasi diri sendiri hingga orang lain banyak dilakukan warganet dengan tujuan mendapatkan hadiah di fitur platform Tik Tok. Di Tik Tok ada harga dari setiap hadiah virtual yang diberikan. Harga 1 koin Tik Tok sekitar Rp250 dan biasanya berupa gambar bunga mawar, kopi, atau kerucut es krim. Untuk hadiah virtual bergambar singa memiliki 29.999 koin atau harganya sekitar Rp7,4 juta, hadiah bergambar roket dan kastil fantasi nilainya kurang lebih Rp5 juta atau setara 2.000 koin. Hadiah virtual paling mahal yakni Tik Tok Universe yang dibanderol senilai 34.999 koin atau seharga Rp8 juta.

Kegiatan yang dilakukan pengemis online tersebut beragam mulai dari mandi lumpur, berendam di dalam kolam air kotor, hingga mengguyurkan diri selama berjam-jam. Mirisnya, objek eksploitasi tersebut merupakan orang tua atau lansia. 

Menteri Sosial RI Tri Rismaharini mengeluarkan surat edaran setelah melihat fenomena pengemis online tersebut. Surat ditujukan kepada pemerintah daerah untuk melarang eksploitasi warga lanjut usia (lansia).

Sedangkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) meminta platform digital tersebut untuk take down terkait berbau pengemis online.

Sosiolog dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati mengatakan bahwa fenomena pengemis online ini bukan hal yang baru, tetapi meluas sejak pandemi Covid-19 yang berefek pada perekonomian masyarakat. Saat itu banyak pekerja mengalami PHK. 

Menurut Devie, ada beberapa sebab mengapa konten pengemis online ini dianggap menguntungkan, di antara: 

Pertama, karena mudah, murah, dan lebih luas potensi cakupan orang-orang yang bisa dimintai pertolongan. 

Kedua, kemungkinan kecanduan obat-obatan terlarang sehingga cara paling gampang mendapatkan uang adalah dengan pura-pura minta pertolongan. 

Ketiga, karena ada kebutuhan "gaya hidup" yang harus dipenuhi sehingga memilih jalan pintas semacam itu. (BBC Indonesia, 13-1-2023).

Menurut salah satu pemeran konten pengemis online, Nenek Layar Sari (55), alasannya mau melakukan mandi lumpur live di Tik Tok, karena lebih mudah mendapatkan uang daripada bekerja di sawah.

Inilah fenomena masyarakat di bawah sistem kapitalisme sekuler. Kebahagian disandarkan pada kesenangan dunia, yakni mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya. Materi adalah segalanya. Manusia tidak bisa hidup tanpa materi. Itulah pemikiran yang diembuskan oleh sistem kapitalisme sekuler, yang memisahkan agama dari kehidupan. Umat dijauhkan dari syariat-Nya.

Bagaimana pandangan Islam mengenai fenomena ini?

Islam melarang meminta-minta sebagaimana sabda Nabi saw., "Barang siapa meminta-minta kepada orang lain dengan tujuan untuk memperbanyak kekayaannya, sesungguhnya ia telah meminta bara api; terserah kepadanya, apakah ia akan mengumpulkan sedikit atau memperbanyaknya." (HR Muslim no. 1041).

Solusi yang diberikan oleh Rasulullah saw. pada masa pemerintahan beliau ketika ada seorang pemuda yang meminta-minta adalah dengan menyuruh pemuda itu untuk berusaha dengan kapak yang dimilikinya. Ini karena aktivitas mengemis dilarang.

Ada tiga pilar dasar yang harus diwujudkan untuk menyelesaikan permasalahan di atas dan segala permasalahan yang terjadi saat ini. 

Pertama, ketakwaan individu di masyarakat harus terjaga, senantiasa terikat pada aturan Allah Swt. sebagai Sang Pencipta dan Sang Pengatur alam semesta. 

Kedua, adanya kontrol dari masyarakat, yaitu dengan adanya aktivitas amar makruf nahi mungkar, sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Qur'an surat Ali 'Imran ayat 104. 

Ketiga, adanya institusi negara yang menerapkan aturan Allah Swt. Negara akan memenuhi kebutuhan pokok warganya supaya tidak mengemis. 

Negara membuka lapangan pekerjaan yang luas bagi para pencari nafkah. Negara juga memberikan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang murah, bahkan gratis bagi warga negaranya.

Jika tiga pilar di atas terwujud, maka fenomena pengemis online tidak akan ada. Yang ada adalah rakyat yang hidup sejahtera dalam naungan sistem Islam yang rahmatan lil alamin.

Wallahualam bissawab.

Oleh: Naina Yanyan
Sahabat Tinta Media

Minggu, 04 Desember 2022

Sistem Kapitalis Sekuler Penyebab Sering Terjadinya Pelecehan terhadap Syariat Islam

Tinta Media - Sistem kapitalis sekuler yang menaungi sistem kehidupan dinilai menjadi penyebab sering terjadinya pelecehan terhadap syariat Islam khususnya Khilafah.

“Kalau kita perhatikan, bahwa kita hari ini berada dalam sebuah sistem kehidupan yang dinaungi oleh sistem kapitalis sekuler,” ujar Gus Tuhu Pengasuh Majelis Taklim Al-Mustanir Probolinggo dalam acara Multaqo Ulama Aswaja Tapal Kuda 1444 H: Bergerak Membela Kehormatan Islam Lagi-Lagi Pelecehan Ajaran Islam, Jangan Main-Main dengan Umat Islam, Selasa (29/11/2022) di kanal YouTube NgajiPro ID. 

Sangat wajar, sistem yang diproduksi oleh orang Kafir Barat, lanjutnya, akan melahirkan kerusakan-kerusakan di bawahnya. Kaum Muslimin tidak akan bisa berharap kepada sistem sesat rusak ini untuk bisa adanya kedamaian, keadilan, dan perlindungan terhadap ajaran Islam. 

“Secara hakiki, bahwa sistem kapitalis sekuler ini adalah sistem kufur sistem yang sesat, sistem yang tidak diridhoi oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala, karena sistem kehidupan yang diridhoi oleh Allah hanyalah Islam.

اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ ۗ   

Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.(Ali Imron:19),” bebernya.

Ia juga menjelaskan, hanya Islam lah yang diridhoi oleh Allah SWT, dan bahkan hanya Islam, orang-orang beriman itu diperintahkan untuk masuk ke dalamnya secara keseluruhan dan diperintahkan oleh Allah SWT untuk meninggalkan segala yang berasal dari selain Islam.

Allah SWT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ  

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (Al Baqarah: 208). 

"Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ (langkah-langkah setan), mengikuti semua hal, semua langkah kehidupan yang bertentangan dengan syariat Allah Subhanahu Wa Ta'ala, seluruh bentuk kemaksiatan, kefasikan, kemunafikan, kekufuran itu adalah langkah-langkah setan yang diperintahkan untuk kita tinggalkan,” jelasnya.

Secara faktual, pengasuh majelis taklim ini menjelaskan, sistem yang merusak dirinya sendiri (self destruktif) ini dalam cara perekonomiannya menimbulkan ketimpangan kaya dan miskin, kenyamanan kemewahan hanya dinikmati oleh para Oligarki. Masyarakat hanya mendapatkan kesengsaraan, kasus-kasus kriminalitas, usaha bunuh diri, stress, narkoba penyimpangan seksual karena ketimpangan ekonomi ini.

“Semuanya itu adalah hasil atau buah dari diterapkannya sistem kapitalis sekuler ini, bagi mereka yang masih memiliki nurani yang jernih, berpikir secara nyata, memiliki perasaan manusiawi, pasti akan membenarkan bahwa fakta hari ini adalah fakta ketidakadilan, bahwa fakta hari ini ada fakta kerusakan,” bebernya.

Oleh karena itu, ia menyerukan, untuk kembali berusaha menjalankan perintah Allah SWT dan meninggalkan segala larangannya, mensegerakan untuk menegagkan kembali syari’at Allah SWT dengan sistem Islam yaitu sistem Khilafah Islamiyah.

“Kalau tidak, maka kita tidak berharap Allah masih memberikan peringatan demi peringatan lagi, kalau Allah SWT sudah marah, kemudian memberikan peringatan, tidak ada lagi hamba yang bisa menolaknya,” pungkasnya.[] Lukman Indra Bayu 

Sabtu, 26 November 2022

Wajah Buruk dari Sistem yang Buruk

Tinta Media - Buka dulu topengmu, buka dulu topengmu. Kan kulihat wajahmu, kan kulihat wajahmu.

Lirik lagu tersebut seperti menggambarkan kondisi sistem yang saat ini sedang mencengkeram negeri ini dan dunia.

Wajah buruk dari sistem yang buruk ini sudah berulang kali ditampakkan. Salah satunya yang dilansir oleh Kumparannews (13/11/2022), satu keluarga di Perumahan Citra Garden I Ekstention Kalideres, Jakarta Barat tewas diduga karena kelaparan.

Jasad satu keluarga yang terdiri dari dua laki-laki dan dua perempuan tersebut, yakni seorang bapak berinisial RG (71), anak berinisial DF (42), ibu berinisial KM (66), dan paman berinisial BG (68). Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Pol Pasma Royce menyebut, dari hasil pemeriksaan dokter forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati Jakarta Timur, keempat orang yang tewas itu sudah lama tidak mendapat asupan makanan dan minuman. Mereka sudah meninggal sejak tiga minggu yang lalu, sehingga saat ditemukan jasadnya sudah membusuk.

Menurut tetangga terdekat, keluarga tersebut sudah tinggal di lokasi selama 20 tahun lebih. Mereka dikenal tertutup, tak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar. Bahkan, dengan saudaranya tidak berkomunikasi sampai 20 tahun.

Kejadian di atas lagi-lagi membuka topeng wajah kapitalisme sekuler yang rusak dan merusak ini. Masyarakat dalam kapitalisme sekuler hanyalah terdiri dari individu-individu saja. Makanya, pola hubungan bertetangga bersifat individualisme, tidak ada kepedulian antara individu yang satu dengan individu lainnya. 

Kasus ini juga menampakkan betapa lemahnya peran pemimpin dalam mengurus rakyat. Pemimpin dalam kapitalisme sekuler selalu abai terhadap kebutuhan rakyat, tetapi sangat peduli terhadap kepentingan para kapital. Rakyat dipaksa memenuhi kebutuhannya sendiri.

Individu-individu dalam sistem kapitalisme sekuler sangat lemah. Di samping itu, masyarakatnya tidak peduli satu sama lain, dan tidak adanya perlindungan dari negara dalam bentuk kepedulian terhadap warga negara.

Berbeda dengan sistem Islam yang berasal dari Sang Pencipta dan Sang Pengatur alam semesta. Perhatian terhadap individu-individu sangat kuat. Sebagai contoh, dalam hal bertetangga. Islam sangat memuliakan tetangga. Bahkan, di dalam Islam, setiap orang diwajibkan untuk berbuat baik kepada tetangga. 

Sebagaimana sabda Rasulullah saw., "Sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah mereka yang paling baik kepada tetangganya." (HR. at-Tirmidzi). 

"Jika engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya dan bagikan kepada tetanggamu." (HR. Muslim). 

"Tidak beriman yang tidur dalam keadaan kenyang, sementara tetangga sebelahnya kelaparan." (HR. Bukhari).

Tidak akan ada satu keluarga meninggal akibat kelaparan dalam sistem Islam. Negara wajib memastikan setiap individu dalam masyarakat Islam terpenuhi kebutuhannya, baik pangan, sandang, dan papan. Juga dalam hal kesehatan, pendidikan, dan keamanan. 

Sebagai contoh, teladan kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab dalam mengurus urusan rakyat. Beliau sampai blusukan hingga tengah malam untuk melihat secara langsung, rakyatnya sudah terpenuhi kebutuhan dasarnya atau tidak. Beliau sadar bahwa seorang pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban kelak di Yaumil Hisab. 

Nabi saw. bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya." (HR. Bukhari).

Kepemimpinan dalam Islam adalah bersemangat untuk melayani dan mengayomi rakyat, dan berbuat seadil-adilnya untuk kepentingan rakyat. Tidak ada bentuk kezaliman dari pemimpin kepada rakyatnya.

Betapa indah jika Islam diterapkan secara total dalam segala aspek kehidupan. Kebutuhan rakyat akan terpenuhi. Kesejahteraan bukan lagi mimpi. Islam yang menjadi rahmat bagi semesta alam pun akan terwujud nyata.

Wallahualam bissawwab.

Oleh: Naina Yanyan
Pegiat Literasi

Jumat, 25 November 2022

Kasus Tewasnya Satu Keluarga di Kalideres, Potret Kebobrokan Masyarakat Sekuler

Tinta Media - Baru-baru ini publik dikejutkan oleh pemberitaan kasus tewasnya satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat. Berita ini tentu tragis dan menjadi pukulan banyak orang. Apalagi, peristiwa itu terjadi di sebuah perumahan yang cukup elit. Berbagai dugaan pun muncul mengiringi kejadian tersebut.

Diberitakan oleh kumparan.com, bahwa penyebab kematian Rudyanto Gunawan (71) yang merupakan kepala rumah tangga, kemudian istrinya K. Margaretha Gunawan (68), anaknya Dian (42), serta adik ipar Rudiyanto, Budyanto Gunawan (68) adalah akibat kelaparan. Terkait hal ini, Ketua RT 07/15 Perumahan Citra Garden, Tjong Tjie Xian alias Asyung, membantahnya. Asyung menyebut keluarga ini tergolong mampu sehingga narasi soal mati kelaparan tidak bisa dibenarkan.

Lebih lanjut, diberitakan oleh tribunnews.com bahwa satu keluarga yang tewas di Perumahan Citra Garden I Ekstension ini disebut sudah tinggal di lokasi tersebut selama 20 tahun lebih.

Potret Kebobrokan Masyarakat Sekuler

Bobrok tidaknya suatu masyarakat dapat dilihat dari interaksi sosialnya. Bukan rahasia lagi bahwa sifat individualisme kini sudah meracuni masyarakat, terutama yang tinggal di perumahan modern. Hal itu muncul karena tidak adanya filter dari serangan paham kapitalisme-sekularisme. 

Masyarakat jauh dari pemahaman agama. Mereka mengubah pola hidup, pola pikir, bahkan perilaku sehari-hari sebagaimana apa yang diterapkan di era modern ini. Dengan orientasi manfaat atau materi, orang semakin bersikap acuh tak acuh terhadap orang lain. Mereka menganggap bahwa lebih baik mengurus urusannya sendiri daripada urusan orang lain. Inilah yang dibentuk pada masyarakat dalam sistem kapitalisme.

Terbongkarnya kasus kematian keluarga ini, baru 3 minggu dari kejadian, ketika warga mencium bau tidak sedap dari rumah mereka. Ini menggambarkan bahwa masyarakat modern ini semakin menutup mata dengan apa yang terjadi di sekitar mereka, terlebih keluarga ini bukanlah penghuni baru di perumahan tersebut, melainkan sudah 20 tahun. 

Ini menggambarkan pola interaksi masyarakat yang begitu buruk, bahkan kepada tetangga yang sudah lama tinggal di dekatnya. Inilah bobroknya sistem yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Kasus ini juga menggambarkan bagaimana buruknya peran pemimpin umat dalam membentuk pola  kepedulian terhadap rakyatnya.

Kunci Keunggulan Masyarakat Islam

Ketika individu yang satu sekadar berkumpul dengan yang lainnya, maka tidak akan membentuk sebuah masyarakat. Akan tetapi, harus ada interaksi untuk mendapat kemaslahatan dan menolak kemudaratan. Interaksi ini yang akan menjadikannya menjadi sebuah masyarakat. 

Namun interaksi yang ada tidak akan menjadikan masyarakat yang satu jika pemikiran, perasaan, dan peraturan yang melingkupi mereka tidak satu.
Unggul dan benar tidaknya suatu masyarakat sangat bergantung dari pemikiran (akidah) dan peraturan (sistem) yang menyatukan mereka. Jika pemikiran dan peraturan yang menyatukan mereka unggul dan benar, maka akan lahir masyarakat yang benar dan unggul pula. Namun sebaliknya, jika kedua hal yang menyatukan ini rusak, maka akan lahir masyarakat yang rusak dan bobrok.

Masyarakat Islam adalah masyarakat yang unggul, karena, disatukan oleh  pemikiran (akidah) dan sistem (hukum syariah) yang datang dari Allah Swt,  Zat Yang Mahatahu atas segala perkara yang terbaik untuk makhluk-Nya. Rasulullah sebagai pemimpin negara juga pernah menyatukan kaum Muhajirin dan Anshar untuk menciptakan persatuan. 
Kepedulian terhadap orang lain, terutama tetangga digambarkan Rasulullah dalam sabdanya:

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وجارهُ جَائِع

Bukanlah mukmin orang yang kenyang, sedangkan tetangganya kelaparan (HR al-Bukhari dalam Adab al-Mufrad; al-Hakim, al-Baihaqi, Abu Ya’la, ath-Thahawi, al-Husain bin Harb dalam al-Birr wa ash-Shilah).

Syaikh Nashiruddin al-Albani di dalam Silsilah ash-Shahîhah menyatakan, “Di dalam hadis tersebut terdapat dalil yang jelas bahwa tetangga yang kaya haram membiarkan tetangganya kelaparan. Jadi, ia wajib memberi tetangganya apa yang menutupi laparnya itu.  Begitu pula pakaian, jika mereka telanjang dan semisalnya yang termasuk kebutuhan pokok.”

Kewajiban tersebut meluas kepada masyarakat secara umum. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

…وَأَيُّمَا أَهْلُ عَرْصَ ة أَصْبَحَ فِيهِمْ امْرُؤٌ جَائِعٌ فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُمْ ذِمَّةُ الله تَعَالَى

Penduduk negeri mana pun yang berada di pagi hari, yang di tengah-tengah mereka ada orang yang kelaparan, maka jaminan Allah telah lepas dari mereka (HR Ahmad, al-Hakim dan Abu Ya’la).

Hadis ini akan dipahami oleh masyarakat sebagai syariat Islam dalam bertetangga yang wajib mereka jalankan. Semua ini bisa dilaksanakan jika aturan Islam diterapkan dalam institusi negara yang menerapkan Islam secara kafah. Kejadian seperti kematian satu keluarga di Kalideres tidak akan terjadi dalam masyarakat Islam, karena mereka memahami hak-hak dan kewajibannya dalam bertetangga. 

Sudah saatnya umat Islam mencampakkan sistem yang membuat masyarakat menjadi individualis, pragmatis, juga hedonis  ini, menuju perjuangan penerapan syariah secara kafah yang mengantarkan masyarakat menjadi masyarakat yang unggul dan benar.

Wallahu a'lam bisshawab.

Oleh: Vivi Nurwida
Sahabat Tinta Media

Minggu, 09 Oktober 2022

PKAD: Masyarakat Sekuler Lebih Memilih Pemimpin Paling Populer Bukan Berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah

Tinta Media - Anggota Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan PKAD Maulana Munif menyatakan bahwa masyarakat sekuler jika memilih pemimpin hanya berdasarkan kepopuleran bukan berlandaskan Al-Quran dan Sunah.

“Pertimbangan orang memilih dan dipilih sebagai pemimpin bukanlah didasarkan pada tolak ukur Islam atau berlandaskan Al-Quran dan Sunah, mereka yang dipilih hanyalah yang paling populer di tengah-tengah masyarakat. Karena peraturan ditengah-tengah masyarakat yang mengatur segala kehidupan dengan sistem sekuler bukan dengan aturan Islam," ujarnya di Tabloid Media Umat edisi 320 Oktober 2022.

Ironisnya, kata Maulana, popularitas tersebut sebagian karena keartisan atau ketokohan yang tidak ada hubungannya sama sekali denga tingkat ketaqwaan ataupun keilmuan Islam.

“Bahkan sebagian besar dari mereka populer dan mempopulerkan diri hanya karena selembar spanduk atau baliho yang kebetulan dipasang di ratusan bahkan ribuan tempat,” lanjutnya.

Menurutnya, sebuah kewajaran jika sistem bukan dari Islam melahirkan para pemimpin dan wakil rakyat yang juga jauh dari Islam, lanjutnya. Sehingga umat hanya mengenal pemimpin dari nama dan gambar/fotonya tanpa mengetahui visi-misi, penguaaan ilmu-ilmu Islam, apalagi kesalihan dan ketaqwaannya.

Maulana menambahkan, hal ini juga terjadi pada pemimpin negeri muslim mereka tidak pernah memiliki visi yang jelas karena tidak menganut apa yang diajarkan Rasululloh SAW secara Kaffah.

“Nah, di tengah pemimpin yang belum jelas visinya itulah nasib jutaan rakyat kini dieprtaruhkan. Walhasil, kita semua butuh pemimpin yang adil,” pungkasnya.[] Azaky Ali

Selasa, 27 September 2022

Kemiskinan dan Kelaparan Akan Terus Berlanjut Selama Sistem Sekuler Kapitalistik Dipraktikkan

Tinta Media - Problem kemiskinan dan kelaparan yang berujung pada warga meninggal, menurut Muslimah Media Center (MMC) akan terus berlanjut selama sistem sekuler kapitalistik dipraktikkan.

“Semua yang terjadi bukanlah kasus baru dan akan terus berlanjut selama sistem sekuler kapitalistik terus dipraktikkan,” ujar Narator pada rubrik Serba-serbi MMC: 50 Persen Warga Alami Kelaparan Tersembunyi, Buah dari Penerapan Kapitalisme, Jumat (23/9/2022) di kanal YouTube MMC Lovers.

Narator mengungkap, masalah kemiskinan yang berujung kelaparan hingga kematian yang masih sering ditemukan di negeri ini.

“Salah satunya, peristiwa meninggalnya 6 warga Baduy di Kabupaten Lebak Banten baru-baru ini. Meninggalnya 6 warga tersebut sebelumnya dianggap misterius. Namun, Dinas Kesehatan Provinsi Banten berhasil mengungkapnya. Kepala Dinkes Banten dokter Ati Pramudji Hastuti mengatakan keenam orang itu ternyata meninggal karena penyakit tuberkulosis,” ungkapnya.

Ia juga menyampaikan bahwa dalam rentang waktu itu pula petugas kesehatan juga menemukan penyakit malaria, campak rubella, bahkan stunting di wilayah Baduy. 

“Nasib pilu juga dialami oleh seorang warga Kampung Haursea Cipicung Banyuresmi Garut Jawa Barat, adalah undang yang berusia 42 tahun yang rumahnya dirobohkan pada hari Sabtu 10 September 2022 lalu oleh rentenir, usai warga itu tidak bisa melunasi utang sang istri senilai 1,3 juta,” ucapnya.

Berita yang tak kalah memilukan atas nasib warga di negeri ini menurut narator adalah apa yang diungkapkan oleh Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia IPB University Drajat Murtianto.

“Ia menemukan bahwa 50% penduduk Indonesia mengalami kelaparan tersembunyi hal itu disebabkan kekurangan zat gizi mikro berupa zat besi, yodium, asam folat, seng, vitamin A, dan zat gizi mikro lainnya,” paparnya.

Ia menjelaskan bahwa pada tahun 2015, PBB menargetkan kelaparan dunia berakhir 2030. “Awalnya target tersebut tampak sangat mungkin untuk dicapai. Namun, sekarang laporan terbaru terkait indeks kelaparan Global yang dikeluarkan Welthangerlife and Concern Worldwide mengindikasikan bahwa perang melawan kelaparan sudah sangat luar jalur,” jelasnya.

“Ini berdasarkan data jumlah orang yang tidak mendapatkan nutrisi yang layak di dunia yang pada 2020 angkanya meningkat menjadi 2,4 miliar orang atau hampir sepertiga populasi dunia,” tambahnya. 

Narator menilai, dalam sistem ekonomi kapitalisme yang hanya berpihak pada segelintir orang telah menjadikan sebagian besar penduduk dunia jatuh dalam jurang kemiskinan. “Pasalnya sistem ini telah melibatkan pihak swasta dalam mengelola kebutuhan strategis rakyat, baik kebutuhan pangan, layanan pendidikan, hingga kesehatan,”nilainya.

Ia menambahkan bahwa semuanya legal dijadikan sebagai objek komersialisasi oleh para pemilik modal. “Alhasil, untuk mendapatkan dan mengakses kebutuhan tersebut, rakyat harus membayar mahal atas dasar hitung-hitungan bisnis para kapitalis,” tuturnya.

Ia merasa miris, sistem ekonomi kapitalisme juga telah menjadikan distribusi pangan berada di bawah kendali para kapitalis. “Alhasil, proses distribusi pangan menemui beragam kendala,” ungkapnya.

Dicontohkannya, seperti tidak sampainya bahan makanan ke tempat-tempat yang sudah dijangkau. “Kalaupun sampai, pasti dengan harga yang mahal akibat rantai distribusi yang panjang,” jelasnya.

“Tidak hanya itu, banyak tengkulak nakal yang sengaja menimbun bahan pangan agar untung besar. bahan tersebut akan dikeluarkan ketika harga pangan meningkat,” lanjutnya menjelaskan.

Menurut narator, kemiskinan dan kelaparan hanya akan selesai manakala Islam diterapkan.“Penerapan Islam secara sempurna terbukti mengangkat manusia pada kedudukan yang terbaik,” tuturnya.

“Bahkan Allah SWT menurunkan berkahnya dari langit dan bumi,” tegasnya.

Narator mengungkap fakta pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang sulit sekali mencari orang miskin tidak ada yang mau menerima zakat, karena mereka merasa mampu. “Bahkan ketika Khalifah mencari para pemuda untuk dinikahkan, semuanya menyatakan kalau bisa membiayai pernikahannya sendiri,” ungkapnya.

Menurutnya, prestasi itu diperoleh karena Sang Khalifah menerapkan aturan Islam secara sempurna. “Aturan Islam telah memberi solusi tuntas bagi pencegahan serta penanganan krisis pangan dan kelaparan,” ucapnya.

Hal ini berangkat dari sabda Rasulullah SAW: “Imam atau Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya,” (HR Muslim dan Ahmad).
 
Ia menjelaskan, di dalam negeri, politik pangan Islam adalah mekanisme pengurusan hajat pangan seluruh individu rakyat. “Negara Khilafah akan memenuhi kebutuhan pokok tiap rakyatnya baik berupa pangan, pakaian dan papan. Mekanismenya adalah dengan memerintahkan para laki-laki untuk bekerja seperti pada Qur’an surah Al-Baqarah ayat 233 dan menyediakan lapangan kerja seluas-luasnya bagi mereka,” jelasnya. 

Diterangkannya juga bagi yang tidak mampu bekerja karena sakit, cacat, ataupun yang lainnya, maka Islam telah menetapkan nafkah mereka dijamin kerabatnya. “Tapi jika kerabatnya juga tidak mampu, maka Negara Khilafah yang akan menanggungnya,” terangnya.
 
Narator juga memaparkan, sistem ekonomi Islam masalah produksi, Baik produksi primer atau pengolahan distribusi dan konsumsi akan terselesaikan. “Dalam hal distribusi pangan, negara akan memutus rantai panjang distribusi sebagaimana dalam sistem kapitalisme, tengkulak yang nakal akan dikenai sanksi, sarana distribusi yang murah akan disediakan,” paparnya.

“Dengan demikian, hasil pertanian akan merata ke seluruh lapisan masyarakat,” tegasnya. 

Dijelaskannya pula bahwa Negara Khilafah mampu memenuhi semua jaminan kebutuhan pokok rakyatnya tanpa kekurangan sedikitpun. “Hal tersebut bisa terjadi karena di dalam Islam, sumber daya alam termasuk dalam harta kepemilikan umum, dimana pengelolaannya dilakukan oleh negara Khilafah yang hasilnya dikembalikan sepenuhnya kepada seluruh rakyat dalam bentuk berbagai pelayanan publik,” jelasnya.

“Sehingga semua fasilitas dan layanan pendidikan kesehatan dan juga keamanan bisa didapatkan semua rakyat secara gratis,” tandasnya.[] Raras

Selasa, 13 September 2022

Pencabulan Santriwati

Tinta Media - Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Bandung berusaha mengungkap kasus dugaan tindak asusila yang diduga dilakukan oleh oknum pimpinan pesantren kepada santriwatinya. Kepala DP2KBP3A mengungkapkan, pada prinsipnya pihaknya bekerja sesuai tupoksi dan sudah berkoordinasi baik dengan pusat, provinsi ataupun pelapor serta pengacaranya, bahkan sudah menyiapkan psikolog hingga selter untuk para korban jika memang dibutuhkan. (jabar.tribunnews.com)

Kasus seperti ini seringkali berulang dan semakin marak. Hukum sepertinya tidak memiliki efek jera, bahkan kadang berakhir damai. Di satu sisi, pesantren diharapkan bisa menjadi solusi pendidikan saat ini yang minim agama. Di sisi lain, sebagian masyarakat khawatir menyekolahkan anak ke pesantren karena banyak kasus seperti ini.

Berbagai peristiwa kekerasan seksual di pondok pesantren sekarang ini, tentu menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua, khususnya anak yang berada di pondok pesantren. Padahal, pondok pesantren menjadi salah satu cara agar anak-anak atau generasi memiliki tsaqofah Islam yang mumpuni di tengah gempuran liberalisme yang terjadi sekarang ini. 

Inilah jika pendidikan berasaskan sekuler. Di lembaga pesantren pun, aturan Islam sekadar normatif. Pengasuh pesantren yang seharusnya paham tentang aturan interaksi laki-laki dan perempuan, malah menjadi pelaku kejahatan.

Tak bisa dimungkiri, bahwa setiap pondok pesantren pasti ingin memberikan pelajaran agama yang terbaik baik santriwan dan santriwati. Guru-guru pun memiliki tsaqofah Islam yang mumpuni. Namun, ketika dijumpai kasus kekerasan seksual terhadap para santri, tentu bukanlah kesalahan dari pondok pesantren, tetapi kesalahan dari individunya sendiri. Hal tersebut bisa terjadi tentu tidak luput dari sekulerisme yang tertanam pada sang guru. 

Sistem kapitalis yang memiliki asas sekuler telah berhasil menghancurkan moral manusia, termasuk guru agama. Sekulerisme menganggap bahwa urusan agama harus dipisahkan dari kehidupan manusia. Artinya, agama tidak boleh mengatur manusia dalam menjalankan muamalah dengan orang lain. Akibatnya, ketika diluar ibadah ritual, maka manusia berhak melakukan apa pun sesukanya, tanpa ada syariat yang membatasi atau melarang, sehingga tindakan asusila seperti itu bisa terjadi di pondok pesantren.

Islam memandang bahwa kekerasan seksual merupakan tindakan yang berdosa. Adapun untuk mencegah adanya kekerasan seksual, maka perlu adanya sistem pergaulan dalam Islam.

Ketika Islam berjaya lebih dari 1300 tahun yang lalu dalam bentuk Khilafah Islamiyyah, negara menerapkan aturan bergaul antar individu, yakni sebagai berikut:

Pertama, larangan ikhtilat atau campur baur dengan lawan jenis

Kedua, larangan berkhalwat atau berdua-duaan tanpa didampingi mahram

Ketiga larangan safar lebih dari 24 jam tanpa didampingi mahram

Keempat, larangan tabarruj atau berdandan berlebih-lebihan

Kelima, wajib menutup aurat dihadapan selain mahramnya, sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surah An-Nur ayat 31

Keenam, menundukkan pandangan ketika bertemu dengan lawan jenis selain mahramnya, sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS An-Nur ayat 30.

Ketika kaum muslimin menerapkan hal itu, maka akan terjaga dari hal-hal yang menjerumuskan pada kemaksiatan. Insyaallah kaum muslimin akan terhindar dari kasus kekerasan seksual.

Maka dari itu, tidak ada lagi pilihan bagi kaum muslimin untuk bersegera meninggalkan sistem kapitalis sekuler dan beralih kepada sistem Islam. Dengan sistem Islam, niscaya kasus pencabulan, khususnya di pondok pesantren tidak akan terulang lagi. Sebaliknya, melalui pondok pesantren, akan lahir generasi-generasi yang gemilang buah dari keagungan peradaban Islam.

Wallahu alam bishawab

Oleh: Sri Mulyani
Sahabat Tinta Media

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab