Ustazah Wiwing Noraeni Ungkap Penyebab Bunuh Diri yang Makin Marak
Tinta Media - Kecenderungan bunuh diri yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, termasuk di Indonesia, dinilai Aktivis Muslimah Ustazah Wiwing Noraeni karena penerapan sistem kehidupan kapitalistik dan sekularistik.
"Adapun akar masalah dari bunuh diri, ternyata karena sistem kehidupan kapitalistik dan sekularistik yang diterapkan hari inilah yang menjadi penyebab kenapa bunuh diri ini marak," tuturnya pada rubrik Kuntum Khaira Ummah MMC: Tren Bunuh Diri Meningkat, Begini Solusi Islam, Jumat (23/9/2022) di kanal Youtube MMC Lovers.
Menurutnya, bunuh diri banyak terjadi di kalangan anak muda karena beberapa sebab, antara lain:
Pertama, standar bahagia dalam sistem kapitalisme adalah materi. "Semakin banyak materi semakin banyak harta itu semakin bahagia. Kita bisa melihat bagaimana anak muda yang punya gaya hidup hedon, hura-hura, ingin bersenang-senang saja sementara tidak punya harta untuk melakukan itu semua dengan gaya hidup yang dibuat sistem kapitalisme sehingga yang terjadi depresi kemudian stress dan berujung pada bunuh diri," terangnya.
Kedua, sistem ekonomi kapitalisme yang menyebabkan kesenjangan sosial antara orang miskin dan orang kaya. "Mayoritas masyarakat indonesia ini adalah miskin, termasuk anak-anak mudanya ditambah lagi dengan kondisi gaya hidup yang demikian, sudahlah standar bahagianya adalah materi, ternyata kemiskinan ada dimana-mana sehingga seluarga-keluarga miskin anak-anak pun ikut miskin," jelasnya.
Ketiga, sistem pendidikan dalam kapitalisme melahirkan generasi sekuler. "Di dalam benaknya, bukan bagaimana agar taat ajaran agama, tapi yang ada hanya materi. Dan fokus dari sistem pendidikan saat ini hanya sekedar bagaimana agar nilai peserta didik itu bagus sementara bagaimana akhlak dan perilaku mereka tidak menjadi bagian penting dalam kurikulum pendidikan saat ini sehingga pendidikan seperti ini hanya melahirkan generasi yang jauh dari agama dan tidak menjadikan agama sebagai pegangan," bebernya.
Keempat, liberalisme atau paham kebebasan yang menjadi spirit dari ideologi kapitalisme sehingga melahirkan kebebasan yang luar biasa bebas. "Ketika kita menyaksikan berbagai macam informasi pada hari ini berapa banyak kasus bullying, pergaulan bebas yang berujung pada kematian," ujarnya.
Kelima, sekularisme yang menjadi asas dari kapitalisme yang kemudian membuat agama jauh dari kehidupan. "Kita bisa menyaksikan banyak dari anak muda yang tak jelas tujuan hidupnya dan menganggap bunuh diri sebagai solusi karena jauh dari agama," ungkapnya.
Ustadzah Wiwing Noraeni juga mengatakan bahwa inilah problem sistemik bukan hanya masalah individu sehingga penyelesaiannya tidak cukup dengan penyelesaian individu harus dengan penyelesaian secara sistemik.
Solusi Islam
Ustazah Wiwing Noraeni mengatakan bahwa di dalam islam aktivitas bunuh diri ini adalah haram dan dosa besar, di dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman dalam QS. An-nisa ayat 29:
وَلَا تَقْتُلُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
"Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang".
Ia juga mengutip hadist riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan suatu cara yang ada di dunia, niscaya kelak pada hari kiamat Allah akan menyiksanya dengan cara seperti itu pula.”
Ustazah Wiwing Noraeni menjelaskan solusi dalam islam terkait masalah bunuh diri dengan cara, pertama, meningkatkan ketakwaan oleh individu-individu muslim.
"Kedua, melakukan amar ma'ruf nahi mungkar yang dilakukan oleh masyarakat sehingga akan mencegah orang-orang yang ingin melakukan bunuh diri. Ketiga, peran negara dengan melakukan proses edukasi terhadap masyarakat agar menjadikan islam sebagai solusi bukan bunuh diri baik melalui media maupun pendidikan," katanya.
Kemudian, lanjutnya, negara juga harus menerapkan sistem ekonomi islam yang akan menyejahterakan serta kekayaan alam yang merata dalam pendistribusiannya. "Sehingga angka kemiskinan mampu ditekan dan faktor keuangan yang menjadi pemicu terjadinya bunuh diri akan mampu dihindari," pungkasnya.[] Erna Nuri Widiastuti