Tinta Media: Sekolah
Tampilkan postingan dengan label Sekolah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sekolah. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 03 Februari 2024

Sekolah Menjadi Industri Murni



Tinta Media - Dulu, saat orang tua memiliki anak berprestasi dan lolos ujian masuk ke sekolah/kampus favorit, mereka pasti menangis bangga, penuh syukur karena anaknya dapat mengenyam pendidikan murah dan berkualitas. Hari ini, saat orang tua menerima kabar anaknya berprestasi dan masuk sekolah/kampus favorit, mereka malah menangis sedih, karena semakin berkualitas lembaga pendidikan di Indonesia semakin mahal biayanya. Ini adalah fenomena, saat sekolah dan perguruan tinggi berubah menjadi industri, mirip perusahaan yang mencari keuntungan materi murni.

Sejatinya, pendidikan adalah tanggung jawab negara. Program wajib belajar harus dibarengi dengan gratisnya biaya pendidikan, bahkan bila ada anak yang berprestasi, tidak hanya biaya gratis di sekolah/kampus favorit, mereka diberi uang saku dan uang akomodasi selama pendidikan. Tentu saja itu hanya ada di Daulah Islam, bukan di negara sekuler kapitalis seperti saat ini, apalagi di negara komunis.

Oleh: Barli Ibnu Syahlan Al-Hasyim
Dosen STAI Al-Musdariyah Kota Cimahi

Jumat, 06 Oktober 2023

IJM: Sekolah dan Orang Tua Memiliki Peran Menghentikan Bullying

Tinta Media - Menyoroti kasus bullying anak yang semakin marak akhir-akhir ini, Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana mengatakan, sekolah dan orang tua memiliki peranan yang penting untuk menghentikan bullying itu.

"Sekolah dan orang tua memiliki peranan yang penting untuk menghentikan bullying itu," tuturnya dalam video: Selamatkan Putra-Putri Anda Dari Bullying, Selasa (3/10/2023) di kanal Youtube Justice Monitor.

Agung menambahkan, orang tua yang membayar sekolahnya, orang tua juga yang bertanggung jawab karena itu adalah anak mereka. Guru bertanggung jawab karena itu murid dari orang tua yang dititipkan ke sekolah.

 "Jadi perlunya kerja sama dua pihak ini orang tua dan guru termasuk dalamnya sekolah," tandasnya.

Menurut Agung, edukasi soal perundungan juga perlu untuk menekankan bedanya bercanda yang bikin senang atau sebaliknya justru membuat korban tertekan.

 Negara, ucapnya, harus mendukung penuh atas kondisi ketakwaan masyarakat. Media apapun jika menjadi sarana terbentuknya karakter perundung harus cepat dihilangkan, sekaligus dipandang menguntungkan secara ekonomi.

"Pelakunya harus diberi sanksi baik penyebar konten kekerasan ataupun pelaku perundungan sebab keduanya telah melanggar syariah Islam," tutupnya.[] Muhammad Nur

Jumat, 01 September 2023

Marketplace Guru Dikritik, Ini Penyebabnya...


 
Tinta Media - Intelektual muslimah Ir.  Reta Fajriah menyatakan bahwa sebagian kalangan mengkritik program Marketplace Guru yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).

"Ini memang dari sebagian kalangan mengkritik karena seolah-olah guru sebagai komoditas. Dan faktanya memang seperti itu," tuturnya dalam Program Kuntum Khaira Ummah: Marketplace Guru, Solusi Tepat Problem Pendidikan? Di kanal YouTube Muslimah Media Center, Selasa (29/8/2023).
 
Ia melanjutkan, pada akhirnya tidak hanya sekolahnya saja, tidak hanya pendidikannya saja yang menjadi komoditas, tapi sekaligus manusianya. Pengajarnya menjadi komoditas tempat bertemunya antara supply dan demand.
 
“Dari pihak sekolah sebenarnya mengomentari hal ini dengan mengatakan bahwa kalau mencari guru sebenarnya tidak terlalu susah karena banyak sekali orang yang ingin menjadi guru. Persoalannya siapa yang akan menggaji guru itu, mengingat kalau belum ASN berarti tidak ada gaji  yang berasal dari pemerintah pusat,” jelasnya.
 
Ia menambahkan, pihak daerah tidak berani mengajukan kebutuhan guru karena resikonya adalah guru itu akan digaji oleh pihak yang mengajukan. “Kalau yang mengajukan dari pihak Pemda maka diambil dari APBD bukan dari pemerintah pusat. Karena pemerintah daerah merasa kurang untuk bisa memberikan porsi gaji bagi guru ini, pada akhirnya tidak mengajukan," tukasnya.
 
Reta membeberkan,  dari marketplace guru ini bahwa pihak sekolah yang mengajukan, bisa jadi penggajiannya dibebankan kepada pihak yang memperkerjakan yaitu pihak sekolah.
 
“Hal ini diperkuat dengan Peraturan Presiden RI Nomor 98 tahun 2020 tentang gaji dan tunjangan PPPK dikatakan bahwa yang menggaji para PPPK adalah siapa yang mengangkatnya. Ketika diangkat oleh pemerintah pusat maka gajinya diambil dari pemerintah pusat, ketika diangkat oleh pemerintah daerah maka gajinya diambil dari APBD,” urainya.  
 
Demikian pula, lanjutnya, kalau yang mengangkat pihak sekolah bisa jadi penggajiannya dibebankan kepada pihak sekolah. "Nah, makanya saya melihat ini ada indikasi secara bertahap dan perlahan itu, bahwa pemerintah akan melepas untuk bisa memberikan gajian. Mereka belum diangkat menjadi ASN, bisa jadi ketika memang sudah diperkerjakan oleh pihak Pemda atau pihak sekolah terjadi, tidak akan diangkat menjadi ASN," ungkapnya.
 
Kewajiban Pemimpin
 
Reta menyampaikan, dalam pandangan Islam, pendidikan adalah hak dari setiap warga negara. Dan kewajiban penguasa/pemimpin adalah memenuhi hak dari warga negara itu, dan kelak akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
 “Dalam hadis riwayat Imam Bukhari dikatakan masing-masing kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. Seorang Imam juga pemimpin dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya yang diurusnya. "Nah, termasuk pendidikan ini adalah tanggung jawab dari Imam," urainya.
 
Ia menambahkan, termasuk tanggung jawab terhadap penyediaan fasilitas-fasilitas pendidikan, ruang-ruang sekolah, kemudian sarana prasarana, seperti  mengadakan laboratorium, menyediakan jalan yang baik, jembatan, dan lain-lainnya.
 
“Juga penyediaan kurikulumnya, bagaimana kurikulum itu didesain agar bisa mencapai target dari tujuan dari pendidikan. Jadi tidak semata-mata karena ingin memenuhi permintaan pasar tapi memang harus punya target tertentu," paparnya.
 
Mahal
 
Reta menjelaskan,  dalam Islam guru dibayar mahal serta menjadi  tanggung jawab pemimpin. Untuk menggajinya. Ia mencontohkan, di masa Umar bin Khattab, gaji guru disetarakan dengan dinar sebanyak 15 dinar. Satu dinar setara dengan 4,25 gram emas. Jadi 15 dinar per bulan sama dengan 30 juta.
 
“Bahkan di masa Abbasiyah, gaji pengajar 1000 dinar/3,9 miliar per tahun, kurang lebih 325 juta per bulan. Gaji ulama yang mengajarkan agama jauh lebih besar yaitu 2000 dinar atau kurang lebih 650 juta per bulan,” bangganya.
 
Gaji tersebut, lanjutnya,  bersumber dari kas negara. "Semua ini hanya bisa terlaksana ketika negara menerapkan sistem pendidikan Islam, ditunjang  oleh sistem ekonomi Islam sehingga APBN-nya  banyak sumber pemasukan," pungkasnya.[] Ajira

Selasa, 25 Juli 2023

MMC: Sekolah Wajib Jadikan Sirah Nabawiyah sebagai Materi Pengajaran

Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) menegaskan bahwa sekolah sebagai institusi penyelenggara pendidikan wajib menjadikan sirah nabawiyah sebagai materi pengajarannya. 

"Memperhatikan sekaligus mengikuti sirah merupakan perkara yang diperintahkan oleh syariat. Maka sekolah sebagai institusi penyelenggara pendidikan akan menjadikan sirah nabawiyah sebagai salah satu materi pengajaran," jelasnya dalam rubrik Pahami Agamamu, Bangga Berislam Kaffah di kanal Youtube Muslimah Media Center, Senin (10/7/2023). 

Menurut narator MMC ini, pengajaran sirah nabi dimulai sejak seorang anak didik masuk sekolah. "Pengajarannya diberikan secara bertahap dan dilihat dari sisi luasnya pembahasan," tuturnya. 

Pada awal periode sekolah, lanjutnya, anak didik diajarkan mengenai kehidupan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam secara ringkas sejak kelahiran sampai wafatnya beliau. "Kemudian seiring dengan meningkatnya usia anak didik, sirah nabawiyah diajarkan kembali secara lebih meluas dan mendalam," imbuhnya.

Di samping penyempurnaan pengajaran sirah nabawiyah, lanjutnya, anak didik juga diberikan materi terkait fiqh sirah dan hukum-hukum yang digali dari sirah. "Dengan begitu, ketika anak didik telah menempuh 3 jenjang sekolah, mereka telah memperoleh pemahaman terkait sirah nabawiyah secara utuh," paparnya. 

Menurutnya, pengajaran terkait sirah nabawiyah ini difokuskan pada perjuangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam mengemban dakwah Islam di Mekkah hingga kemudian, atas pertolongan Allah, Nabi mampu menegakkan negara Islam pertama di Madinah.

"Metode yang ditempuh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam berdakwah adalah tanpa kekerasan dan tidak berkompromi dengan segala rayuan orang-orang kafir. 

Beliau senantiasa bersabar dalam dakwah dan selalu berpegang teguh pada perintah Allah subhanahu wa ta'ala, bahkan setelah negara Madinah terbentuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak pernah berhenti berdakwah," lengkapnya. 

Dakwah ini, lanjutnya, juga diteruskan oleh kepemimpinan setelahnya yaitu pada masa Khulafaur Rasyidin hingga kekhilafahan setelahnya. Hingga akhirnya Islam dapat menjadi mercusuar dunia dan berjaya selama 13 abad lamanya. 

"Dengan pengajaran sirah nabawiyah dalam sekolah, anak didik semakin tergambar atas perjalanan hidup Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang selalu mendedikasikan hidupnya di jalan dakwah," tutupnya. [] Hanafi

Selasa, 03 Januari 2023

Rehab Bangunan Sekolah Asal-Asalan Jadi Sorotan


Tinta Media - Pembangunan infrastruktur di berbagai jenjang pendidikan, mulai dari Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD) , Sekolah Menengah Pertama (SMP) sedang dikerjakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung. 

Bersamaan dengan itu, ternyata banyak masyarakat yang menilai, melihat ,dan mengoreksi cara kerja para tukang bangunan yang sangat asal-asalan dalam pelaksanaannya. Mulai dari penggunaan cat yang tidak sesuai, kusen yang seharusnya diganti, tetapi tidak diganti dengan yang baru, dll. Intinya, penggunaan material itu cenderung asal-asalan, yang penting jadi. Pengawasan ini dilakukan oleh masyarakat yang peduli terhadap uang rakyat agar dana tepat sasaran. Bandung, Medikomonline.com.

Ketika melihat fakta ini, kita bisa menilai bahwa masyarakat Sekarang sudah jeli dan bisa menilai, serta mengoreksi cara kerja proyek yang dilakukan pemerintah. Sangat disayangkan memang, masyarakat sangat mengharapkan cara kerja yang profesional dan hasil yang bagus secara maksimal, karena itu untuk kenyamanan proses belajar. 

Namun, rasanya akan sulit kita mendapatkan apa yang kita harapkan dalam sistem hari ini. Semua masalah teknis pelaksanaan proyek pembangunan insfratruktur tak lepas dari pengaruh sistem negeri ini. Kita tahu, sistem hari ini adalah kapitalisme sekuler yang berasaskan manfaat dan hanya berorientasi keuntungan semata.

Jadi wajar ketika ada suatu proyek, misalnya pembangunan infrastruktur pendidikan seperti tersebut di atas, selalu ada masalah yang terjadi dan itu dirasakan dan dinilai oleh rakyat sendiri. 

Suatu proyek tidak mungkin mau rugi dan yang pasti akan berusaha untuk mendapatkan keuntungan dari proyek tersebut. Maraknya tindak korupsi merupakan buah dari sistem yang diadopsi oleh negeri ini.

Sistem rusak dan merusak ini sangat merugikan rakyat dari segala aspek, bukan dari segi pelayanan pendidikan saja. Jauhnya dari pemahaman Islam yang menyeluruh dan benar mengakibatkan individu masyarakat tidak peduli dengan perbuatannya, tidak peduli haram halal, yang penting mendapatkan untung yang besar. Itulah kenapa dalam sebuah proyek sering terjadi hal-hal yang menyimpang. Di samping karena memang sudah terstruktur dari atas, ini juga disebabkan karena sudah menjadi tabiat dalam sistem demokrasi kapitalis. 

Dalam pandangan Islam, pembangunan infrastruktur pendidikan adalah murni tanggung jawab negara yang harus dipenuhi sebagai bentuk pengurusan atas rakyatnya. Kebutuhan sarana pendidikan yang bagus menjadi prioritas utama. Tentu saja ini atas kesadaran dan keimanan yang kuat para pemangku jabatan dan jajarannya sehingga tidak terbersit untuk melakukan berbagai kecurangan. 

Dana untuk membiayai semua itu adalah dari harta milik umum yang diperoleh dari sumber daya alam yang dikelola oleh negara dan dipakai untuk urusan rakyat. Pembangunan insfratruktur dalam Islam sangat memperhatikan material yang digunakan, dan juga para pekerja yang profesional dalam bidangnya sehingga hasilnya pun akan maksimal dan memuaskan, tidak asal jadi dalam waktu cepat karena mengejar target seperti kebanyakan yang dilakukan sekarang ini.

Negara juga tidak boleh sedikit pun mengambil keuntungan dari pengelolaan tersebut. Ini berlaku juga dalam membangun sarana-sarana seperti sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, sarana kesehatan dan lainnya.  Semuanya memang wajib diperuntukkan untuk kepentingan rakyat. Jadi, memang sangat jelas sekali perbedaan antara sistem Islam dengan  sistem kapitalisme yang diterapkan sekarang ini.

Jadi, jelas pulalah bahwa besarnya dana yang dikeluarkan oleh pemerintah saat ini untuk pembangunan sarana-sarana pendidikan dengan hasil maksimal dan memuaskan rakyat pasti akan sulit didapatkan selama masih dalam sistem kapitalisme sekuler. 

Sudah saatnya rakyat sadar akan hal ini dengan beralih ke sistem Islam yang menjamin kesejahteraan rakyat, yaitu dengan menerapkan Islam secara kaffah dalam kehidupan.  Dengan mangkaji Islam secara kaffah maka akan terbuka pemahaman kita dan mampu menilai fakta berikut solusinya.
Hal ini karena Allahlah yang menurunkan semua aturan  kehidupan ini dalam Al-Qur'an untuk mewujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan seluruh alam. 

Wallahu'alam

Oleh: Dartem
Sahabat Tinta Media
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab