Tinta Media: Sejati
Tampilkan postingan dengan label Sejati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejati. Tampilkan semua postingan

Senin, 04 Maret 2024

Persaudaraan Sejati



Tinta Media - Allah SWT berfirman (yang artinya): Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara. Karena itu, damaikanlah kedua saudara kalian, dan bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian  mendapatkan rahmat (TQS al-Hujurat [49]: 10).

Berdasarkan ayat di atas, siapa pun, asalkan Mukmin, adalah bersaudara, karena dasar ukhuwah (persaudaraan) adalah kesamaan akidah. Dengan memakai kata ikhwah, ayat ini hendak menyatakan bahwa ukhuwah kaum Muslim itu lebih kuat daripada persahabatan atau perkawanan biasa. Selain itu, dengan kata innamâ, ayat ini memberi makna hasyr (pembatasan). Artinya, tidak ada persaudaraan hakiki kecuali antar sesama Mukmin (Ash-Shabuni, Shafwah at-Tafâsir, III/217). 

Ini mengisyaratkan bahwa ukhuwah Islamiyah lebih kuat daripada persaudaraan nasab. Persaudaraan nasab bisa terputus karena perbedaan agama. Sebaliknya, ukhuwah Islamiyah tidak terputus karena perbedaan nasab. Hal ini tampak, misalnya, dalam hal waris. Tidak ada hak waris antara Mukmin dan kafir dan sebaliknya. Dalam hal kekuasaan, umat Islam tidak boleh menjadikan orang kafir sebagai wali (pemimpin), sekalipun ia adalah bapak dan saudara mereka (QS at-Taubah [9]: 23).

Rasulullah SAW juga bersabda, “Mukmin dengan Mukmin lainnya bagaikan satu bangunan; sebagian menguatkan sebagian lainnya.” (HR Bukhari, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ahmad).

Beliau juga bersabda, “Kalian tidak masuk surga hingga kalian beriman dan belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai…” (HR Muslim).

Wa mâ tawfîqî illâ billâh wa ’alayhi tawakkaltu wa ilayhi unîb. []


Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar 
(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor)

Rabu, 23 November 2022

Analis: Bangkitnya Taraf Berpikir, Itulah Kebangkitan Sejati

Tinta Media - Terkait meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Timur tahun 2022 yang berdasarkan itu lantas dijadikan penguat optimisme Jatim Bangkit, Analis Politik-Media dari Pusat Kajian dan Analisa Data (PKAD) Hanif Kristianto paparkan kebangkitan sebenarnya.

"Kebangkitan, sejatinya bagi manusia ialah bangkitnya taraf berpikir dari rendah ke tinggi," ujarnya kepada Tintamedia.web.id, Sabtu (19/11/2022).

Pasalnya, sambung Hanif, manusia memiliki kebutuhan dasar di antaranya sandang, pangan dan papan yang sejatinya harus ditanggung negara. "Termasuk pendidikan, keamanan, dan kesehatan yang bisa diakses gratis," tambahnya.

Tersiar kabar IPM di Provinsi Jatim tahun 2022 mengalami kenaikan hingga 0,61 poin (0,85 persen) menjadi sebesar 72,75 dari tahun sebelumnya.

Berbagai indikator pembentuk IPM dimaksud, baik indeks kesehatan, pendidikan, pengeluaran per kapita per tahun yang disesuaikan, umur harapkan hidup (UHH) bisa terbaca dari angka-angka yang disajikan oleh Badan Pusat Statistik Jawa Timur.

Lantaran itu, merespons data dimaksud, Gubernur Khofifah pun optimis Jatim bisa bangkit lebih kuat ke depan. 

"Alhamdulillah, meskipun pandemi covid-19 masih melanda, tapi meningkatnya IPM Jatim ini menjadi penguat Optimisme Jatim Bangkit. Optimisme ini menjadi kekuatan dan semangat kita semua insya Allah kita bisa bangkit lebih kuat lagi ke depan," katanya di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jumat (18/11/2022).

Namun terlepas itu, Hanif menekankan kembali bahwa kebangkitan hakiki bisa tercapai tatkala manusianya dididik dengan tsaqafah Islam yang notabene solusi untuk seluruh aspek kehidupan. "Di Jawa Timur akan muncul kebangkitan hakiki jika manusianya dididik dengan tsaqafah Islam yang menjadi solusi bagi kehidupan," tandasnya.

Lebih jauh, dengan bermodal tsaqafah dimaksud, manusia bisa mengetahui siapa _Rabbnya_ serta aturan mana yang semestinya diterapkan dalam kehidupan, mulai individu, keluarga, masyarakat hingga bernegara.

Makanya ia mendorong, bahwa dengan kebangkitan hakiki tersebut umat termasuk para penguasa menjadi lebih taat kepada syariat Allah SWT. "Untuk penguasa yang di pundak ada amanah, tunaikan kewajibanmu dan layani rakyatmu," pungkasnya mengimbau. [] Zainul Krian

Kamis, 29 September 2022

Diri Sejati adalah Fitrah Sempurna Ciptaan Allah

Tinta Media - Sobat. Dengan menguasai hati, kita akan mudah menguasai dunia yang ada di luar diri. Dengan mengenal jati diri, kita jadi tahu diri, percaya diri, dan sadar untuk menjaga diri dari perilaku tak terpuji. Kita jadi mahir membawa diri dalam setiap kondisi, mudah menempatkan diri dalam segala situasi, dan tak mudah terjebak dalam kegiatan yang tidak memiliki esensi kebahagiaan sejati.

Sobat. Diri sejati adalah Fitrah sempurna ciptaan Allah SWT, Aku Ini Ruh yang dianugerahi oleh Allah AIR (Akal, Indra dan Rasa ). Jati diri adalah “diri sejati” nya manusia, yaitu kondisi asli manusia yang memiliki kecerdasan alamiah untuk meraih kebahagiaan. Menyadari jati diri berarti menyadari jiwa yang hidup di dalam diri untuk menjalani kehidupan yang ada di luar kita. Inilah pencarian titik nol pusat kebahagiaan yang dibicarakan dalam buku Quantum ikhlas karya Mas Erbe Sentanu.

Saat manusia menjalani hidupnya dengan keikhlasan hingga ke lubuk hati, keberserahan total itu akan membawa kita ke sebuah medan tempat menyatunya jiwa manusia dan alam semesta. Dari sumber kehidupan yang berpusat pada titik kesadaran jiwa kita itulah mengalir kecerdasan yang membuat manusia mampu memenuhi keinginannya. 

Pertama, Kesadaran Tuhan Yang Mahakuasa dan pencipta segalanya adalah kecerdasan tertinggi manusia. Kedua, Kesadaran diri sebagai makhluk ciptaan yang memiliki kecerdasan di dalam tubuh dan jiwa untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab. Ketiga, kesadaran akan hidup sebagai berkah dan anugerah yang harus dijaga dan dirawat. Ketiga kesadaran ini membuat manusia memiliki kecerdasan dan mampu menjalani hidup dengan baik.

Sobat. Allah menganugerahi kita AIR ( Akal, Indra dan Rasa ). Ketiganya harus digunakan secara seimbang dan utuh yang membuat diri menjadi “SADAR”. Dengan Akal manusia bisa ngerti, menggunakan logika, cerita dan cara sehingga menjadi benar. 

Dengan Indra manusia bisa menjadi Tahu, menggunakan data, fakta, kata untuk menjadi baik. Dengan hati manusia memiliki Rasa dan menjadi Paham, menggunakan etika, makna dan rasa sehingga menjadi betul. Jadi hidup manusia ini butuh baik, benar dan betul. 

Sobat. Ingat-ingat pesan Ibu,” Jangan kau tinggalkan hatimu supaya kamu tidak kehilangan arah dan dirimu sejati.” Bahagia itu adalah menjalani hidup dengan sepenuh akal, indra dan hati. Hal-hal yang Betul jika kita lakukan akan menciptakan keajaiban.

Sobat. Menguasai hati berarti memimpin diri kita sendiri untuk menyadari kepemimpinan Yang Maha Menguasai Hati. Dan keinginan untuk menjalani kehidupan yang hakiki mengikuti petunjuk dan tuntunan Ilahi. Memimpin diri berarti mengarungi bahtera di lautan kebahagiaan kita sendiri. Membangun menara di kompleks kebahagiaan kita sendiri. Dan membesarkan pohon di taman kebahagiaan kita sendiri. Untuk itu, kita harus menguasai hati sebagai kediaman jiwa yang wajib di jaga.

Sobat. Ketika mengatasi persoalan, manusia terkadang menemukan dirinya bertanya: Untuk apa aku melakukan semua ini? Sampai kapan aku harus berjuang dalam kesibukan yang seperti tak ada habisnya ini? Dan, setelah semua pencarian ini berakhir, apakah aku akan bahagia? Kemudian apakah yang sesungguhnya aku inginkan? Siapakah aku? Apa tugasku? Ke mana aku akan pergi setelah kehidupan ini?

Pertanyaan-pertanyaan berupa kegelisahan itu sesungguhnya adalah tuntunan jiwa agar kita menyadari tujuan dari semua yang kita kerjakan dalam hidup ini. Tujuan hidup manusia ialah meraih kebahagiaan sejati, manusia harus bisa menemukan jalan masuk ke dalam dirinya sendiri. Jalan yang akan membuka tabir dirinya sebagai makhluk spiritual yang bersosok ruh, spirit, atau jiwa, yang memiliki keinginan untuk meluaskan kebahagiaan dengan menyebarkan cinta dan kasih sayang.

Sobat. Orang yang menyadari visi dan misi jiwanya serta minat dan bakatnya sendiri. Menjadi manusia yang sepenuhnya bahagia karena kehidupannya tidak hanya diukur lewat status dan materi, tetapi dari seberapa baik peran dan tugas berhasil dijalani. Dan ketika kita melakukan hal-hal yang kita cintai dengan tulus dan sepenuh hati, kehidupan pun akan menginspirasi kita dengan : Merasakan keinginan kuat untuk bersyukur, menikmati hidup setiap saat, kehilangan kemampuan untuk khawatir, merasa menyatu dengan orang lain dan alam, keinginan untuk membahagiakan orang lain tanpa pamrih.

Sobat. Kekuatan sejati manusia ada di hati yang tenang dan seimbang. Di hati yang lapang. Logika berpikir manusia melompat berlipat ganda. Di dalam hati yang luas terbuka, manusia terhubung dengan kemampuan mendengar yang tak terdengar, untuk melihat yang tak terlihat, dan untuk mengetahui sesuatu yang sebelumnya seperti tak mampu dikenali. 

Berikut ini 6 steps to change. Ambil Nafas dalam-dalam kemudian lepaskan pelan-pelan dan pejamkan mata anda :
1. Posisikan tangan di dahi dan belakang kepala.
2. Bayangkan detil isi surat doa Anda kepada Allah SWT.
3. Kemudian ucapkan hal yang anda lihat dalam pikiran dan perasaan Anda. ( 30 detik sd 60 detik )
4. Ungkapkan perasaan anda berulang-ulang Misalnya, Alhamdulillah Ya Allah saya bahagia dan senang sekali. (30 – 60 detik )
5. Ucapkan,” Alhamdulillah Ya Allah ini adalah realitas hidupku yang baru.
6. Setelah itu buka mata pelan-pelan kemudian gerakan mata ke kiri dan ke kanan. ( 10-15 detik ) 

Selamat mencoba dan rasakan sensasinya.

Salam Dahsyat dan Luar biasa !

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Kecerdasan dan Keajaiban Hati. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur.

Senin, 15 Agustus 2022

Menjadi Muslim Sejati, Tak Pakai Tapi

Tinta Media - Miris, banyak orang mengaku muslim, tetapi menjadikan selain Islam sebagai harga mati. Mereka alergi dengan penerapan Islam secara kaffah dalam sistem khilafah, malu mengaku dan menunjukkan identitasnya sebagai muslim sejati, tidak suka dengan simbol-simbol keislaman, seperti bendera rasullulah. Dengan dalih toleransi dan kebhinekaan, mereka meninggalkan ajaran Islam yang lurus dan mulia. Mereka takut dilabeli radikal, sehingga lebih memilih moderasi dan sekularisme sebagai pandangan hidupnya.

Padahal, menjadi muslim sejati tanpa tetapi adalah pilihan hidup yang tepat. Hidup mulia di dunia dan selamat di akhirat tentunya harapan kita semua. Namun, karena terpapar virus sekularisme, banyak muslim yang hakekatnya menolak diatur dengan Islam.  

Kata tetapi sering diucapkan hanya untuk menolak diatur dengan Islam dalam kehidupan. Padahal, perlu kita sadari bahwa Islam diturunkan ke dunia ini adalah untuk memperbaiki kondisi umat manusia yang rusak. Penerapan Islam secara kaffah akan membawa kebaikan pada semua orang. 

Mereka yang menolak diatur dengan Islam, satu persatu akan berakhir dengan kehinaan. Kekuasaan dan jabatan akan begitu mudahnya dicabut jika Allah menghendaki. Hanya dengan satu teriakan saja, penduduk suatu negeri bisa hancur dan mereka tidak akan kembali ke dunia. Tidak ada satu pun di dunia ini yang bisa menolong, kecuali Pencipta Manusia Yang Maha Pengasih dan Penyayang. 

Tidakkah kita berpikir bahwa setiap jiwa pasti berakhir dengan kematian. Satu persatu dari kita akan kembali kepada-Nya, dan sesungguhnya mereka tidak akan dikembalikan kepada keluarga mereka di dunia.

Karena itu, jangan sampai nanti kita menyesal seperti yang dilakukan oleh penghuni neraka karena sudah mengabaikan peringatan-Nya, dan menyia-nyiakan kesempatan bertaubat dalam hidup. Muslim sejati harus rela diatur dengan Islam secara kaffah, tidak perlu ada kata tetapi untuk mencari dalih pembenar agar bisa meninggalkan ajaran Islam yang benar. 

Kata tetapi hanya melemahkan kita untuk berpegang teguh pada ajaran yang benar. Apa yang dikatakan kebanyakan orang tidak selalu benar dan tidak bisa dijadikan dalil kebenaran. Apa yang diyakini banyak orang adalah fakta yang harus diubah dengan Islam. 

Kesepakatan tidak bisa dijadikan sebagai dalil, apalagi menjadi harga mati. Karena itu, mari kita kembalikan semua pada ajaran yang benar, yaitu syariat Islam yang lurus dan mulia agar kita termasuk orang-orang yang beruntung, bukan orang yang merugi, bahkan celaka karena menolak diatur dengan hukum Syara'. Islam adalah agama sempurna karena berasal dari Pencipta manusia sehingga aturan-Nya juga sempurna.

Kita sudah memilih Islam sebagai agama, karena itu tidak boleh ragu dan setengah-setengah dalam menjalankannya. Ini merupakan konsekuensi dari syahadat kita bahwa Rasullulah, Muhammad saw. adalah utusan yang membawa risalah dari Allah. Jadi, apa pun yang dibawa Rasullulah harus kita ambil semua, tidak boleh dipilih yang sesuai dengan keinginan dan kepentingan. 

Berislam tidak seperti makan di tempat prasmanan yang boleh mengambil apa saja yang disuka, tetapi meninggalkan yang tidak sesuai keinginan hati. Padahal, jelas kita diingatkan dalam Al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 216, yang artinya; 

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."


“Apakah kamu beriman kepada sebagian al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian di antaramu melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (al-Baqarah: 85). 

Kita juga tidak boleh mengambil sebagian, tetapi meninggalkan sebagian yang lain. 

Allah menegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 208 bahwa dalam berislam, kita harus kaffah. 

"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (al-Baqarah ayat 208)

Ingatlah bahwa apa yang bersumber dari pemahaman manusia bersifat lemah dan bisa salah. Hanya Allah yang Maha sempurna. Karena itu, hukum yang ditetapkan tidak akan pernah salah dan pasti membawa pada kebaikan.

Karena itu, belajar dan mengaji tentang Islam harus dilakukan secara istikamah sehingga kita tercerahkan dan tertunjuki dengan pemahaman yang benar sesuai Islam. Jika sudah tercerahkan, petunjuk tersebut harus diambil tanpa kata tetapi. 

Mari kita saling menasihati dengan kebenaran Islam dan penuh kesabaran agar bisa menemukan kebenaran hakiki. Seorang muslim sejati akan menjadikan Islam sebagai landasan berpikir, bukan sekularisme yang ingin menghilangkan Islam dalam kehidupan. Mari kita berislam tanpa tetapi, sehingga menjadi muslim sejati.

Oleh: Mochamad Efendi
Sahabat Tinta Media

Rabu, 13 Juli 2022

MENJADI POLITISI SEJATI


Tinta Media - Politisi adalah orang yang  beraktivitas politik, yakni orang yang terlibat dalam  mengurusi (ria'yah) urusan umat (publik). Ada kalanya seorang politisi itu penguasa, ia mengurusi urusan umat dengan kekuasaannya secara langsung. Ada kalanya, politisi itu bukan penguasa. 

Politisi yang bukan penguasa, akan mengurusi urusan umat dengan pemikiran dan politik, agar umat dan penguasa berjalan diatas rel politik yang ditentukannya. Politisi bukan penguasa itu lebih sulit, karena dia mengontrol jalannnya kekuasaan tanpa memiliki kewenangan.

Dia melakukan aktivitas politik untuk mempengaruhi umat dan penguasa sekaligus. Pada saat yang sama, dia tidak memiliki kewenangan (kekuasaan) dan tidak mendapatkan santunan (gaji) atas aktivitas politik yang dilakukannya.

Untuk menjadi politisi sejati -apalagi politisi yang belum memegang tampuk kekuasaan- maka dia harus memiliki kemampuan sebagai berikut :

Pertama, dia harus alim, yakni mengetahui bahkan hingga paham secara menyeluruh syariat Islam, karena syariat Islam adalah asas untuk mengatur urusan umat. Syariat adalah asas untuk membangun ketaatan penguasa dan kontrol umat atas kekuasaan yang dijalankan.

Kedua, dia harus alim, yakni mengetahui bahkan hingga paham secara menyeluruh fakta atau problem kehidupan yang dihadapi umat. Sebab, seorang politisi mustahil dapat mengarahkan penguasa bahkan sekaligus menggerakan umat, kalau dia tidak paham atas masalah yang dihadapi.

Ketiga, dia harus memiliki keberanian untuk mengontrol jalannya kekuasaan, menjelaskan masalah yang dihadapi, menjelas solusi syariat Islam terhadapnya, dan menyampaikannya secara terbuka kepada penguasa dan publik. Sebab, tuntutan pengaturan itu diarahkan kepada penguasa dan umat.

*Keempat,* dia harus memiliki iman yang kuat dan ketaqwaan yang tinggi. Sebab, tiga sifat sebelumnya jika dilakukan pasti akan mendapatkan hambatan dan tantangan.

Iman dan Taqwa yang menghujam, akan menghindarkannya dari kemalasan, kelalaian dan rasa bosan untuk terus mengurusi urusan umat. Karena motifnya adalah mencari pahala dan Ridlo-Nya.

Iman dan Taqwa yang menghujam, akan menjadi benteng yang kokoh atas ujian, hambatan, tantangan hingga kezaliman penguasa. Motif mencari pahala dan Ridlo-Nya, akan membuatnya sepele menghadapi semua ujian kehidupan.

Seorang politisi yang hanya berbekal kealiman ilmu, kefasihan analisis tanpa keberanian terjun ke masyarakat, menyelami setiap gelombang tantangan, hanya akan menjadi politisi utopia. Yakni, politisi yang hanya terikat dengan idealita didalam benak, namun tidak memiliki keberanian untuk merubah fakta yang rusak.

Apalagi, politisi yang hanya mengulang-ngulang narasi teks nilai-nilai dan ideologi perjuangan, namun tidak terjun dalam pertarungan, maka dirinya hanya akan dihinggapi rasa khawatir dan ketakutan yang tidak berdasar, karena tidak pernah mengkonfirmasi fakta kehidupan dengan parameter ideologinya. Politisi yang mengarang takdir, yang tidak bergiat dalam amal, tidak terjun dan menyelami gelombang samudera kehidupan hanya khawatir dengan berbagai asumsi dan pikiran-pikiran yang tidak berdasar, asyik dengan kegiatan ta'lim dan memperdalam ilmu dan tsaqofah saja, akan berpotensi menunda datangnya pertolongan dan kemenangan.[]

Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik



Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab