Saweran, Penodaan terhadap Al-Qur’an
Tinta Media - Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an sebagai pegangan dan pedoman hidup umat Islam. Kitab yang diturunkan melalui kekasih-Nya, Muhammad SAW wajib diimani oleh setiap muslim. Akan tetapi, bagaimana jika Al-Qur’an dijadikan bahan permainan?
Perbuatan Haram dan Melanggar Nilai-nilai Kesopanan
Beredar video seorang qariah disawer sejumlah laki-laki saat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an di Kecamatan Cibaliung, Pandeglang, Banten (Kompas.com, 06/01/2023).
Hal ini ditanggapi oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Cholil Nafis bahwa beliau geram melihat rekaman video tersebut. Beliau menyatakan saweran kepada qari atau qariah merupakan cara yang salah dan tidak menghormati majelis. Bahkan perbuatan ini haram dan melanggar nilai-nilai kesopanan (cnnindonesia.com, 05/01/2023).
Video tersebut juga mendapat respons dari Dr. KH. Syahrullah Iskandar, seorang pakar Al-Qur’an dan Pengasuh Pesantren Pascatahfiz Bayt Al-Qur’an-PSQ Jakarta. Kata beliau, menyawer uang kepada qari tidak sejalan dengan petunjuk Al-Qur’an yang memerintahkan mendengarkan bacaan dengan seksama (republika.co.id, 05/01/2023).
Kesucian Al-Qur’an Ternoda
Menyawer adalah perbuatan memberikan uang kepada biduanita (penyanyi dangdut). Perbuatan ini tentu tidak pantas dilakukan kepada pelantun ayat-ayat suci Al-Qur’an. Menyamakan pelantunan kalamullah dengan menyanyikan lagu dangdut jelas sangat berbeda. Nilai kesucian Al-Qur’an menjadi ternoda.
Perbuatan sembrono dan nyeleneh laki-laki penyawer itu bisa saja terjadi. Karena landasan kehidupan masyarakat dikungkung oleh pemahaman yang keliru terhadap makna bahagia. Kebahagiaan dinilai dengan mendapatkan materi sebanyak-banyaknya. Laki-laki penyawer menduga kalau qariah akan bahagia jika diberi uang saat mengaji. Inilah standar yang terus diaruskan oleh sekularisme ke tengah-tengah umat Islam.
Tak ayal lagi, jika hal ini tidak dihentikan pasti akan meluas dan diikuti oleh kaum muslimin. Penghormatan mereka kepada Al-Qur’an akan semakin luntur dan memudar. Bahkan, bisa jadi mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai buku yang tidak berharga dan bernilai sama buku-buku bacaan lainnya.
Akibatnya, umat Islam akan jauh dari kitab sucinya. Jangankan mereka jadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, mereka baca pun, tidak. Al-Qur’an hanya berada di rak-rak buku tidak disentuh sama sekali. Bisa dikatakan saweran ini merupakan bentuk penodaan terhadap Al-Qur’an jika perbuatan ini terus didiamkan.
Keutamaan Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an
Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan aturan yang lengkap termasuk mengajarkan kepada kita adab mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Allah SWT. telah berfirman yang artinya, ”Jika dibacakan Al-Qur’an, dengarkanlah (dengan saksama dan diamlah) agar kamu dirahmati.” (QS. Al-A’raf: 204)
Berdasarkan firman Allah SWT di atas dapat dipahami bahwa seorang muslim ada kewajiban diam dan mendengarkan saat ayat Al-Qur’an dilantunkan. Bahkan dalam ayat tersebut ada penekanan untuk bersungguh-sungguh dan tenang atau memperhatikan saat mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Imam Ahmad menyampaikan orang yang mendengarkan ayat Al-Qur’an akan dicatat sebagai kebaikan yang berlipat ganda.
Demikian besar keutamaan mendengarkan Al-Qur’an, sampai-sampai di masa Rasulullah SAW hati orang-orang kafir terpengaruh oleh ayat-ayat Al-Qur’an yang Beliau lantunkan. Tidak sedikit dari mereka yang semula keras dan marah kepada Beliau berbalik menjadi lunak dan mau mengikuti ajaran Islam.
Apalagi bagi seorang muslim seharusnya akan semakin menambah keimanan dan ketaatannya kepada Allah SWT.
Seseorang yang membaca Al-Qur’an maupun yang mendengarkannya dituntut serius karena ia sedang membaca dan mendengarkan Kalamullah. Tidak layak seorang muslim yang membaca dan mendengarkannya dengan senda gurau atau dibuat permainan. Bahkan ada adab ketika sebelum membaca Al-Qur’an, seseorang disunahkan bersuci dahulu dan bagi pendengarnya, ia harus khidmat saat mendengarkannya.
Lingkungan yang Mengimani dan Mencintai Al-Qur'an
Upaya penghinaan terhadap Al-Qur’an harus segera dicegah. Umat Islam harus dikuatkan dalam mengimani AL-Qur’an sebagai kitab suci mereka. Kecintaan mereka pada Al-Qur’an pun harus dipupuk. Aktifitas ini harus dilakukan oleh umat Islam agar tercipta lingkungan yang mengimani dan mencintai Al-Qur’an.
Mengimani dan mencintai tidak hanya sebatas dibaca, dihafalkan atau dilombakan tetapi sampai pada penerapan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana fungsi Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup (A-Huda) bagi umat Islam. Banyak firman Allah SWT. yang menyebutkan bahwa Al-Qu’an adalah petunjuk dan khabar gembira dari-Nya.
Jika umat Islam mau menggunakan petunjuk dari-Nya pasti akan membawa kebahagiaan dunia akhirat. Sebaliknya, jika umat Islam abai dan meninggalkan petunjuk-Nya maka Allah SWT. balasan akan memberikan balasan yang setimpal.
Sebagaimana firman Allah Taala yang artinya,”Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-KU, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-KU, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringantan-KU, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS. 123-124)
Oleh karena itu, seharusnya umat Islam menyadari ketika masih berada dalam lingkungan sekuarisme dan kapitalisme tidak akan bisa sempurna dalam menjaga kesucian Al-Qur’an. Pemikiran Barat akan terus merongrong dan berupaya menjauhkan Al-Qur’an dari kalangan kaum muslimin.
Oleh: Wening Cahyani
Sahabat Tinta Media