Tinta Media: Saudi
Tampilkan postingan dengan label Saudi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Saudi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 04 November 2022

Rayakan Halloween yang Tak Dicontohkan Nabi, Gus Uwik: Saudi Labrak Syariat dan Istinbat Hukum yang Diyakini

Tinta Media - Perayaan Halloween yang dirayakan di Saudi dinilai Peneliti Pusat Kajian Peradaban Islam Gus Uwik telah melabrak syariat dan Istinbat hukum yang diyakini.

"Jelas Hallowen itu tidak ada dicontohkan oleh Nabi. Apalagi jelas itu budaya asing. Harusnya haram murokkab. Lha, kenapa ini malah dilaksanakan bahkan didukung oleh negara? Aneh. Melabrak syariat dan istinbat hukum yang diyakini," tuturnya kepada Tinta Media, Rabu (2/11/2022).

Pemahaman Saudi yang ketat, katanya, jangankan melakukan hal yang tasyabuh, hal yang tidak ada tuntunannya dalam syariah (tidak dicontohkan nabi) saja diharamkan. "Dianggap bid'ah. Dan semua yang bid'ah adalah sesat dan masuk neraka," ungkapnya. 

Gus Uwik, sapaan akrabnya merasa terkejut dengan informasi tersebut. "Saya pribadi sangat kaget. Kok bisa terlaksana? Bukankah itu budaya asing? Dan sudah mafhum bahwa tasyabuh ke budaya asing adalah sebuah keharaman yang tidak boleh dilakukan," ujarnya.

Menurutnya, fenomena Halloween di Saudi terjadi karena tidak lepas dari penguasanya yang berpikiran liberal.

"Kalau saya melihat, ini semua karena mindset penguasa Saudi yang liberal. Tidak totalitas dalam menjalankan syariat. Islam ditempatkan pada ranah ibadah saja. Sedangkan ranah umum dibuat bebas bahkan cenderung membebek barat," tegasnya.

Selanjutnya ia juga memberikan contoh fakta terkait sikap-sikap liberal di Saudi Arab, yang dianggap gerakan keterbukaan.

"Misal, sekarang dibolehkan konser musik, wanita boleh pakai pakaian di luar hijab ketika di ruang publik, dan lain-lain. Ini menunjukkan pergeseran ke arah liberalisasi. Walau diklaim, itu semua untuk gerakan keterbukaan. Apanya yang terbuka? Terbuka dalam melanggar syariat Islam," cecarnya.

Saudi jelas menunjukkan sikap semakin liberal, imbuhnya, Walau ada perbedaan pendapat terkait perayaan Maulid, namun perayaan Maulid itu adalah masuk dalam wilayah pendapat Islami. Karena di dukung oleh dalil-dalil nash Al-Qur'an maupun Hadist.

Sebagai peneliti, ia juga mengatakan jika Saudi konsisten dengan segala sesuatu yang tidak dicontohkan oleh Nabi seharusnya menolak Halloween. "Jika Saudi konsisten, tatkala melarang Maulid maka seharusnya lebih keras melarang perayaan Hallowen. Ini kan kebalik. Maulid dilarang, yang jelas-jelas ada dalilnya. Hallowen yang jelas-jelas tidak ada dalilnya dan jelas-jelas dari budaya barat malah diterima dan dirayakan. Jelas liberalnya," terangnya.

Terakhir, ia menegaskan bahwa Halloween adalah budaya Barat yang harus ditolak dan dilarang.

"Hallowen jelas budaya barat. Harus ditolak dan dilarang. Hal tersebut juga menjadi sikap negara. Negara yang seharusnya melarang keras. Sebab, sesuatu yang dilarang oleh Allah, pasti mengandung kerusakan dan tanpa faedah. Jadi jelas, harus ditolak dan dilarang," pungkasnya. [] Nur Salamah

Sabtu, 27 Agustus 2022

Mantan Imam Masjidilharam Divonis 10 Tahun Penjara, Pengamat: Otoritarianisme Semakin Kuat

Tinta Media - Merespon hukuman 10 tahun penjara mantan imam masjid Masjidilharam Syekh al-Thaleb, Pengamat Politik Internasional Budi Mulyana, M.Si. mengatakan kecenderungan otoritarianisme semakin kuat.
 
“Kecenderungan otoritarianisme semakin kuat. Terlebih ketika digulirkan gagasan gagasan Muhammad bin Salman (MBS) yang cenderung bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Ini yang menjadi sasaran kritik ulama-ulama hanif di Saudi yang kemudian berujung pada pemenjaraan tanpa alasan jelas,” ungkapnya kepada Tinta Media, Jumat (26/8/2022).
 
Menurut Budi, vonis yang diberikan kepada Syekh Saleh bin Muhammad at-Thaleb diindikasikan terkait dengan khotbahnya di Masjid Al-Haram tentang kejahatan dan perlunya mengecam pelaku pada tahun 2018.
 
“Beliau langsung ditahan tanpa proses pengadilan saat itu, dan baru mendapatkan vonis bebas di tahun 2022, namun ternyata dibatalkan, dan divonis menjadi 10 tahun penjara. Dugaan kuat adalah kritik beliau terhadap kasus pembunuhan Jamal Kashoggi yang disinyalir melibatkan MBS,” ungkapnya.
 
Kerajaan Arab Saudi dengan sistem monarkinya, lanjut Budi, memang mengambil  simbol-simbol Islam dalam pemerintahannya, walaupun kekuasaan tunggal raja ala monarki masih sangat kentara dalam menjalankan proses pemerintahannya.
 
“Kecenderungan otoritarianisme semakin nampak pasca berkuasanya Raja Salman, dan penetapan MBS sebagai Putra Mahkota, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Arab Saudi, Dia juga Ketua Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan,”  terangnya.
 
Resiko Besar
 
Budi mengingatkan, umat Islam tentunya mesti menyadari bahwa melakukan amar ma’ruf nahi munkar di zaman penuh kezaliman ini mengundang resiko yang sangat besar.
 
“Perlu pondasi keimanan yang kuat agar amanah dakwah ini tetap bisa terjaga pada diri umat,” tandasnya.
 
Namun Budi berharap, keyakinan bahwa rezim-rezim zalim akan dimusnahkan oleh Allah SWT mesti tetap ditumbuhkan. “Karena perubahan menuju kebaikan akan senantiasa digelorakan, diperjuangkan oleh hamba-hambaNya yang hanif,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab