Tinta Media: Saudara
Tampilkan postingan dengan label Saudara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Saudara. Tampilkan semua postingan

Selasa, 14 November 2023

Keutamaan Berziyaroh Mengunjungi Saudara Seperjuangan


(Renungan Bagi Para Pengemban Dakwah Bagian 3)

Tinta Media - Seringkali kali kita mendengar istilah silaturahmi atau silaturahim. Istilah tersebut dimaksudkan untuk berkunjung satu sama lainnya. Namun yang tepat, jika disebut silaturahmi, maka yang dimaksudkan adalah menyambung hubungan kekerabatan kepada sesama kerabat. Kepada kedua orang tua, Kakak adik, paman bibi, kakek nenek, sepupu dll. Demikian makna secara bahasa dari kata tersebut. Jadi hanya berlaku untuk sesama kerabat. Sehingga hadits-hadits yang menyebutkan keutamaan silaturahmi akan memanjangkan umur, itulah yang dimaksud.

Lalu  bagaimana dengan berkunjung kepada selain kerabat? Hal ini diistilahkan dengan ziyaroh, yang maksudnya adalah berkunjung atau bertandang. Dan ini berlaku umum untuk berkunjung antara satu muslim dan lainnya. Tentunya berkunjung kepada para sahabat perjuangan termasuk dalam hal ini.

Salah satu kebiasaan Baginda Nabi Muhammad Saw sering berkunjung menziyarohi para sahabatnya. Beliau Saw biasa datang kepada para sahabatnya dalam berbagai keperluan dan keadaan. Untuk makan bersama, mengunjungi yang sakit, atau keperluan lainnya. Begitulah Beliau Saw sering berkunjung kepada para sahabat Radhiyallahu Anhum.

Disisi lain Berziyaroh sahabat seperjuangan khususnya akan sangat banyak kebaikan yang bisa diperoleh. Diantaranya untuk mengetahui kondisi sahabat dan keluarganya. Apakah semua sehat wal afiyat. Ataukah ada keperluan yang membutuhkan solusi dan bantuan. Termasuk juga kita menyemangati agar tetap Istiqomah dalam ngaji dan dakwah. Supaya dia juga semangat terus ngajak orang lain juga ngaji dan dakwah. Dan tentu saja dengan berkunjung secara rutin akan membangun persaudaraan yang lebih kuat dan penuh kasih sayang.

Mengenai keutamaan saling mengunjungi di sini disebutkan dalam hadits Abu Hurairah berikut:

أَنَّ رَجُلاً زَارَ أَخًا لَهُ فِى قَرْيَةٍ أُخْرَى فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ أَيْنَ تُرِيدُ قَالَ أُرِيدُ أَخًا لِى فِى هَذِهِ الْقَرْيَةِ. قَالَ هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا قَالَ لاَ غَيْرَ أَنِّى أَحْبَبْتُهُ فِى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ. قَالَ فَإِنِّى رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ

“Sesungguhnya seseorang ada yang ingin mengunjungi saudaranya di kota lain. Allah lalu mengutus malaikat untuknya di jalan yang akan ia lalui. Malaikat itu pun berjumpa dengannya seraya bertanya, ‘Ke mana engkau akan pergi? Ia menjawab, ‘Aku ingin mengunjungi saudaraku di kota ini?’ Malaikat itu bertanya kembali, ‘Apakah ada suatu nikmat yang terkumpul untukmu karena sebab dia?’ Ia menjawab, ‘Tidak. Aku hanya mencintai dia karena Allah ‘azza wa jalla.’ Malaikat itu berkata, ‘Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untukmu. Allah sungguh mencintaimu karena kecintaan engkau padanya’.” (HR. Muslim no. 2567).

Hadits ini disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Shahih Muslim dengan judul bab “Keutamaan saling cinta karena Allah”. Dan dalil ini dijadikan oleh para ulama sebagai dalil keutamaan saling mengunjungi sesama muslim dan mengunjungi orang sholeh yang dilandasi ikhlas dan saling mencintai karena Allah. Jadi dasarnya adalah karena Allah yaitu karena iman yang dimiliki saudaranya.

Dalam hadits qudsy dari ‘Ubadah bin Ash Shamit Radhiyallahu Anhu disebutkan sebagai berikut:

حَقَّتْ مَحَبَّتِى لِلْمُتَحَابِّينَ فِىَّ وَحَقَّتْ مَحَبَّتِى لِلْمُتَزَاوِرِينَ فِىَّ وَحَقَّتْ مَحَبَّتِى لِلْمُتَبَاذِلِينَ فِىَّ وَحَقَّتْ مَحَبَّتِى لِلْمُتَصَادِقِينَ فِىَّ وَالْمُتَوَاصِلِينَ

“Sungguh Aku mencintai orang yang saling mencintai karena-Ku. Sungguh Aku pun mencintai orang yang saling berkunjung karena-Ku. Sunguh Aku mencintai orang yang saling berderma karena-Ku. Sungguh aku mencintai orang yang saling bersedekah karena-Ku. Begitu pula dengan orang yang saling menyambung (hubungan kekerabatan) karena-Ku.” (HR. Ahmad 5/229).

Demikian pula kita diperintahkan untuk memuliakan orang yang berkunjung ke rumah kita atau ke kantor kita. Apalagi yang berkunjung adalah guru guru kita.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, ia berkata,

إِذَا جَاءَكُمُ الزَّائِرُ فَأكْرِمُوْهُ

“Jika ada yang mengunjungi kalian, maka muliakanlah.” (Diriwayatkan dalam Musnad Asy Syihab).

Oleh karena itu sobat mestinya kita selalu  bersemangat untuk saling mengunjungi para sahabat seperjuangan. Ngaji yuk![]

Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center

Kamis, 19 Oktober 2023

Ga Mungkin Tangan Memukul Kaki Gegara Kesel Karena Kaki Kesandung

Tinta Media - Muslim dengan muslim lainnya ibarat satu tubuh. Anggota tubuh yang satu bisa berfungsi baik sebab ditopang oleh yang lain. Oleh karena itu, ga mungkin satu sama lain saling membenci dan menyakiti.

Sebagaimana sabda beliau berikut:

 عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى (رواه مسلم)

 Dari An-Nu'man bin Bisyir dia berkata, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)." (HR Muslim No 4685)

Sebab itulah sobat maka jika ada saudara muslim yang jatuh dalam kesalahan tak mungkin kita bergembira. Atau merasa dia harus ditenggelamkan sekalian. Meskipun jika kita bersalah juga harus legowo dan dengan senang hati menerima koreksi.

Jika sesama muslim laksana satu tubuh. Maka kalo satu jamaah laksana satu organ. Hingga harus lebih kompak lagi. Ga mungkin kan sesama jadi tangan saling mencubit?

Jadi harus menjauhi berbagai karakter buruk kepada muslim yang lain. 

Hadits Al-Arbain An-Nawawiyah disebutkan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «لاَ تَحَاسَدُوا، وَلاَتَنَاجَشُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخوَاناً. المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَايَحْقِرُهُ. التَّقْوَى هَاهُنَا -وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ- بِحَسْبِ امْرِىءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ المُسْلِمَ. كُلُّ المُسْلِمِ عَلَى المُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, janganlah saling tanajusy (menyakiti dalam jual beli), janganlah saling benci, janganlah saling membelakangi (mendiamkan), dan janganlah menjual di atas jualan saudaranya. Jadilah hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara untuk muslim lainnya. Karenanya, ia tidak boleh berbuat zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina yang lain. Takwa itu di sini–beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali–. Cukuplah seseorang berdosa jika ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya itu haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.’” (HR. Muslim) [HR. Muslim no. 2564]

 Moga kita bisa saling mencintai karena Allah. Bisa saling menghormati. Bisa saling berbaik sangka. Bisa saling menjaga. Hingga bisa bersama sama ke surga. Aamiin.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid (Tabayyun Center )
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab