Tinta Media: Salman Rusdhie
Tampilkan postingan dengan label Salman Rusdhie. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Salman Rusdhie. Tampilkan semua postingan

Senin, 22 Agustus 2022

Menyingkap Tabir di Balik Penikaman Salman Rushdie

Tinta Media - Penulis Salman Rushdie terancam kehilangan satu matanya akibat ditikam di leher dan dada saat memberikan kuliah di Negara Bagian New York, Amerika Serikat, Jumat (12/8) waktu setempat. (katadata.co.id 13/8/2022). Tentu saja peristiwa ini memunculkan berbagai tanggapan di beberapa kalangan. Kecaman bagi pelaku penusukan datang dari para pemimpin Barat seperti Joe Biden atau Emmanuel Macron seraya memuji Rushdie sebagai pejuang kebebasan.

Sementara itu, sebagian kalangan justru memaklumi tindakan penusukan tersebut. Pasalnya, Rushdie telah dikecam kaum muslimin sedunia pasca menerbitkan novelnya pada 1988, The Satanic Verses (Ayat-ayat Setan) yang disinyalir menghina Nabi Muhammad dan para istri beliau. 

Bahkan, tahun 1989 pemimpin Iran saat itu memberikan fatwa hukuman mati bagi Rushdie dan menawarkan imbalan 3 juta US$ bagi siapa saja yang membunuhnya. Kecaman terhadap Rushdie tidak hanya muncul di kalangan umat Islam, tetapi juga dari beberapa penulis Barat yang obyektif.

Mengenal Salman Rushdie

Salman Rushdie dilahirkan di Mumbai, India pada 19 Juni 1947. Ia berasal dari keluarga pengacara dan pendidik. Ia bersekolah di Cathedral and John Connon School, Mumbai. Kemudian Rushdie melanjutkan pendidikan di King's College, Universitas Cambridge untuk kuliah sejarah. Setelah lulus, dia berpindah ke Pakistan dan akhirnya hijrah permanen ke Inggris.

Rushdie mulai dikenal masyarakat setelah novelnya yang berjudul 'Midnight's Children' memenangkan Booker Prize tahun 1981. Namun, namanya semakin terkenal pasca meluncurkan novel “The Satanic Verses” (Ayat-ayat Setan). Novel tersebut mengakibatkan gelombang protes, sampai terjadi kerusuhan. Setidaknya ada 45 orang tewas dalam kerusuhan tersebut.

Bukan itu saja, pada 1991 ada seorang penerjemah Jepang bernama Hitoshi Igarashi tewas ditikam lantaran menerjemahkan buku Rushdie. Pada tahun 1993, seorang penerbit buku dari Norwegia juga ditembak tiga kali dikarenakan menerbitkan buku tersebut, meski ia masih selamat. Berbagai kejadian itu, membuat Rushdie bersembunyi dan berlindung pada polisi Inggris. Setelah sembilan tahun persembunyiannya, ia kembali muncul dengan tetap mengkritik ekstremisme agama.

Walaupun kontroversial, Inggris justru menjadikan Rushdie sebagai penulis terbaik. Bahkan ia mendapatkan gelar kebangsawanan dari Ratu Elizabeth II dan menjadi anggota Order of the Companions of Honor, sebuah penghargaan untuk orang yang berkontribusi pada seni.

Bahaya Novel “The Satanic Verses

Begitu besar pengaruh novel karya Rushdie, membuat seorang aktivis dakwah asal Inggris Dr. Abdul Wahid membeli dan membacanya secara langsung pada penulisnya. Setelah membacanya, dia tahu cara Rushdie menjelaskan tentang para istri Rasulullah saw. hingga menimbulkan begitu banyak kekesalan.
 
Menurut Dr. Abdul Wahid, karakter dalam novel tersebut sangat menghina. Bahkan, ia pun merasa malu dengan isinya dan ikut melakukan protes di Inggris. Itulah yang pada akhirnya Salman Rushdie dan novelnya diambil Barat dan media sebagai arus utama untuk agenda besarnya menyerang Islam. Isi novel yang dapat memengaruhi pemikiran pembacanya justru dapat menimbulkan berbagai masalah. Demikian besar bahaya novel “ayat-ayat setan” ini, bahkan jauh lebih berbahaya dari pada penulisnya sendiri. 
 
Sistem Rusak

Pengaruh isi novel yang berbahaya ini telah nyata terjadi. Pertanyaannya, kenapa novel seperti ini bisa beredar, bahkan penulisnya mendapatkan penghargaan dari karya tersebut? Itulah sistem kapitalisme Barat yang menjadikan materi sebagai tujuannya.

Peradaban Barat dengan kapitalismenya menjunjung tinggi dan menghargai kebebasan berpendapat dan berkarya, bahkan melindunginya. Di sisi lain, Barat terus menyerang pihak-pihak yang mengancam Rushdie dengan narasi kebencian. Novel Rushdie bukan tulisan biasa, tetapi telah diadopsi barat sebagai alat untuk mencapai agenda besar mereka untuk menyerang ajaran Islam.
 
Perlakuan barat tersebut sebenarnya menunjukkan keburukan sistem mereka. Barat tidak mampu memisahkan kebebasan berpendapat, berkarya, dengan penghinaan. Mereka mencampuradukkan kebebasan dengan penghinaan. Ini membuktikan buruknya sistem kapitalis yang menjunjung tinggi kebebasan tanpa batas. 

Sistem Islam

Sistem kapitalis tentu berbeda dengan Islam. Dalam sistem Islam, tidak dikenal kebebasan berbicara, karena setiap kata ataupun tulisan sebagai perwakilan lisan akan ada pertanggungjawabannya. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an surat Al Muddassir Ayat 38 yang artinya: 

“Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.”

Begitu pula firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Al Isra Ayat 36 yang melarang manusia mengikuti sesuatu yang tidak diketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah.

Jika memahami dua ayat tersebut, tentu tidak akan ada penulis semacam Salman Rushdie. Setiap orang akan menulis sesuatu yang lebih bermanfaat dan mendatangkan pahala jariyah hingga ia meninggalkan dunia ini sekalipun.

Demikian pula jika sistem Islam diterapkan, tentu penulis seperti Salman Rushdie dan karyanya tidak akan dibiarkan bebas berada di tengah umat. Segala kebebasan akan dihentikan dan diarahkan pada syariat Islam. Para penulis dan ilmuwan didorong untuk membuat karya yang bermanfaat dan membangkitkan umat Islam dalam meraih rida Allah. 

Jika ada yang melanggar syariat Islam dengan dalih kebebasan berpendapat, tetapi melanggar hukum syara’, maka harus ditindak tegas dengan hukuman yang berat. Sejatinya hukuman dalam Islam berfungsi sebagai pemberi efek jera agar tidak terulang kesalahan serupa. Selain itu, hukuman dalam Islam juga berfungsi untuk menebus dosa sehingga tidak lagi mendapatkan siksa kelak di akhirat. Insyaallah.

Dengan demikian, insyaallah penghinaan terhadap agama dan Rasul-Nya bisa diminimalisir, bahkan dihilangkan. Umat hidup damai, sejahtera, dan saling menghormati. Allahu a’lam bish shawab.

Oleh: R. Raraswati
Aktivis Muslimah Peduli Generasi


Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab