Tinta Media: Sahur
Tampilkan postingan dengan label Sahur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sahur. Tampilkan semua postingan

Jumat, 14 April 2023

Dr. Riyan: Ramadhan Momentum Laksanakan Seluruh Ajaran Islam

Tinta Media - "Bulan suci Ramadhan perlu menjadi momentum bagi setiap muslim untuk melaksanakan tak hanya perintah puasa, tetapi juga seluruh ajaran Islam,"  Cendekiawan Muslim Ustadz Dr. Riyan, M.Ag. dalam acara Nafsiyah Jelang Sahur: Nutrisi untuk Meningkatkan Ketakwaan, Istiqomah Menolong Agama Allah SWT, Sabtu (1/4/2023) di kanal YouTube Rayah TV.

Menurutnya, jika menggunakan shaum ini sebagai sesuatu yang sifatnya taat kepada hukum-hukum Allah, bukan hanya shaumnya saja, tapi seluruh hukum-hukum Allah dengan menolong agama Allah, maka insya Allah kita akan menjadi orang-orang yang akan senantiasa ada dalam keberkahan.

Hal tersebut, lanjut Dr Riyan, sesuai dengan apa yang telah tercantum dalam Surat Muhammad ayat 7. "Bahwa jika seseorang mau menolong agama Allah, maka Allah akan memberikan pertolongan dan mengokohkan kedudukan mereka," ungkapnya. 

Ia menambahkan, dalam konteks shaum saja, Allah memberikan ganjaran pahala berkali lipat. Karena itu, bisa dibayangkan apabila ajaran Islam lainnya juga dapat dilaksanakan. Terlebih, menurutnya Islam merupakan agama yang sempurna. Islam telah mengajarkan sejak urusan thoharoh sampai masalah muamalah, mulai perkara sholat sampai khilafah.

“Maka kita bisa bayangkan, sesungguhnya kita akan mendapatkan begitu luar biasa ganjaran dari Allah, pahala yang begitu berlimpah dan kebaikan-kebaikan yang luar biasa yang seharusnya membuat kita semua semakin bersemangat,” imbuhnya.

Karenanya, pada kesempatan itu, ia turut mengajak agar setiap muslim menjadikan bulan yang penuh berkah ini sebagai kesempatan untuk menempa diri sekaligus menjadi penolong agama Allah.

“Mari kita jadikan kesempatan bulan Ramadan untuk menempa diri, memperkuat kelayakan kita sebagai seorang muslim, karena sesungguhnya Allah mengajarkan kepada kita untuk menjadi penolong agama Allah sehingga agama itu akan kemudian menjadi kokoh," tegasnya. [] Rizkimp

Kamis, 30 Maret 2023

Shaum Tidak Otomatis Menjadi Pribadi Takwa, Tapi...

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustad Eri Taufiq mengatakan pribadi takwa tidak otomatis dibentuk ketika shaum.

"Ketika shaum, lalu otomatis kita jadi pribadi takwa, enggak, tapi kita dibentuk dalam shaum itu untuk berproses menjadi orang yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala," tuturnya dalam Nafsiyah Jelang Sahur: Ramadhan Saatnya Meraih Taqwa di kanal YouTube Rayah TV, Jumat (24/3/2023).

Ia menyatakan bahwa ramadhan itu adalah rajanya bulan. Di dalamnya penuh dengan kenikmatan. Pahala-pahala dilipatgandakan dan dosa-dosa digugurkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. "Dan yang lebih istimewanya lagi, ramadhan itu menjadikan kita orang yang siap untuk punya posisi paling tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala," bebernya.

"Kenapa? Karena memang tujuan dari shaum itu adalah untuk membentuk ketakwaan," tegasnya.

Ia mengingatkan bahwa yang paling mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala justru adalah orang yang bertakwa. Karena itu bersyukur karena pertarungan di ketakwaan jadi fair. Kenapa, karena kalau bertarungnya di fisik, finansial tidak bakal ada orang yang menang. "Bersyukur kesempatan untuk bertarung di ketakwaan. Kenapa, karena semua orang, lepas dari fisiknya seperti apa, status sosialnya seperti apa, jabatannya seperti apa, secara finansial dia seperti apa, dia bisa menjadi yang paling tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala," tandasnya.[]Ajira

Selasa, 26 April 2022

KH Yasin Muthohar: Ramadhan Dikenal dengan Syahrul Qur'an


Tinta Media  - Mudir Ma'had Al-Abqary Serang Banten KH. Yasin Muthohar mengatakan bahwa Ramadhan dikenal dengan syahrul Qur'an.

"Ramadhan dikenal dengan syahrul Qur'an," tuturnya dalam Tausiyah Sahur: Ramadhan bulan Al Qur'an di Kanal YouTube Khilafah Channel Reborn, Selasa (26/4/2022).

"Karena Allah SWT berfirman: Bulan Ramadhan adalah bulan yang diturunkan Al-Qur'an di dalamnya," tambahnya.

Menurutnya, karena Ramadhan adalah bulan Al Qur'an. Maka sudah sejatinya bulan Ramadhan dimanfaatkan oleh umat Islam untuk meningkatkan interaksi dengan Al Qur'an.

"Karena Qur'an akan menjadi kemuliaan, Qur'an akan menjadi pembela bagi orang-orang yang selalu bersama-sama dengan Qur'an atau Shohibul Qur'an, atau hamilul Qur'an, hamalatul Qur'an, para pembawa Al Qur'an, orang-orang yang selalu mengemban Al Qur'an," lanjutnya.

Ia menjelaskan bahwa Al Qur'an akan menjadi kemuliaan bagi yang membacanya. "Nabi Saw, beliau bersabda: Siapa yang membaca Al Qur'an, maka dia akan mendapatkan kebaikan dengan setiap huruf yang dia baca dan satu kebaikan itu akan dilipatgandakan dengan sepuluh kali lipatnya," jelasnya.

"Rasul bersabda: Aku tidak mengatakan Alif Lam Min itu satu huruf tetapi beliau mengatakan Alif satu huruf, Lam satu huruf, Min satu huruf. Subhanallah," paparnya.

Membaca Alif Lam Min, lanjutnya, maka akan mendapatkan 30 kali kebaikan. Kemudian Qur'an juga akan menjadi kemuliaan dengan memahami, dengan mempelajari. "Sebaik-baiknya diantara kalian adalah orang yang mempelajari Qur'an dan mengajarkan Al Qur'an," bebernya.

"Al Qur'an akan menjadi kebaikan bagi kita, ketika kita mengamalkan Al Qur'an, mendakwahkan Al Qur'an," tukasnya.

KH. Yasin Muthohar melanjutkan bahwa perumpamaan orang yang membaca Al Qur'an, mempelajari Qur'an, mengajarkan Al Qur'an, mendakwahkan Al Qur'an. Kata Nabi Saw: seperti sebuah wadah, botol yang dipenuhi dengan minyak kasturi, dimana wanginya akan semerbak, menyebar kesetiap tempat. "Luar biasa," ucapnya.

Ia mengatakan bahwa sungguh hebat, kalau menjadi manusia yang selalu bersama-sama dengan Al Qur'an yang Allah SWT turunkan di bulan Ramadhan. "Mudah-mudahan kita mendapatkan keberkahan Ramadhan dan sekaligus keberkahan Al Qur'an," pungkasnya.[] Ajirah

Minggu, 24 April 2022

Inilah Balasan Bagi Orang yang Memerangi Hawa Nafsu


Tinta Media - Pimpinan Ponpes Al-Abqary Serang Banten KH. Yasin Muthohar dalam tausiyahnya menjelaskan balasan bagi orang yang bersungguh-sungguh memerangi hawa nafsu.

“Orang yang bersungguh-sungguh di jalan Allah memerangi hawa nafsu, maka dia akan diberi petunjuk ke jalan menuju rahmat. Dia akan ditolong oleh Allah SWT," tuturnya dalam acara Tausiyah Sahur: Ramadhan Bulan Pengendalian Diri, Kamis (21/4/2022) melalui kanal Youtube Khilafah Channel Reborn.

Orang yang memerangi hawa nafsu, menurut Kiai Yasin, dijelaskan Allah SWT di dalam Al-Qur'an surat Asy-Syam ayat 9. "Ketika Allah menyatakan, 'Sungguh sangat beruntung orang yang bisa menyucikan dirinya'. Memerangi hawa nafsu sehingga dirinya menjadi suci bersih," ungkapnya.

Sebaliknya, Allah menegaskan, 'Dan sungguh merugi orang yang mengotori dirinya'. Menurut Kiai Yasin, kaum Tsamud telah mendustakan perintah Allah. Mendustakan Nabi Shaleh dengan kezalimannya, dengan kejahatannya.

Kaum Tsamud, kata Kiai Yasin, adalah contoh orang yang terbenam dalam hawa nafsu. "Kaum Tsamud adalah kaum yang menentang ajaran yang dibawa oleh Nabi Shaleh Alaihissalam. Bahkan kaum Tsamud adalah kaum yang melecehkan nabi Shaleh, melecehkan para nabi," ujarnya.

“Maka Allah memberikan siksa kepada mereka karena dosa yang mereka lakukan. Allah SWT meratakan mereka dengan siksa,” lugasnya.

Kiai Yasin menuturkan alasan Allah memberikan hukuman kepada kaum Tsamud karena melampaui batas. "Karena mereka tidak bisa memerangi hawa nafsu. Karena mereka terbuai dengan hawa nafsu serta mengabaikan wahyu," ungkapnya.

Menurutnya orang yang tidak mau mengikuti wahyu pasti dia mengikuti hawa nafsu. Hanya ada dua pilihan dalam hidup ini, mengikuti wahyu atau mengikuti hawa nafsu. "Ketika kita mengikuti wahyu maka insyaa Allah nafsu kita akan menjadi nafsu yang tunduk kepada kita,” jelas Kiai Yasin.

Kiai Yasin mengajak agar memanfaatkan momen Ramadhan untuk memerangi hawa nafsu. “Kita harus mengubah nafsu ammarah menjadi nafsu muthmainnah, nafsu mardhiyah, nafsu kamilah. Kita mengubah nafsu yang ada di dalam diri kita menjadi nafsu yang lebih baik,” ajaknya.

Ia menutup tausiyahnya dengan menyampaikan sabda Rasulullah SAW, “Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga hawa nafsunya mengikuti ajaran yang aku bawa.” [] Irianti Aminatun
 

UIY: Iman Abu Bakar Itu Istimewa


Tinta Media  - Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) dalam tausiyahnya menjelaskan bahwa  imannya Abu Bakar itu istimewa.

“Imannya Abu Bakar itu memang sangat istimewa.  Sampai-sampai Baginda Rasulullah SAW  dalam hadits riwayat Tirmidzi mengatakan, andai iman Abu  Bakar itu ditimbang dengan iman seluruh penduduk bumi maka imannya Abu Bakar itu lebih unggul,” tuturnya dalam acara Tausiyah Sahur: Begini Seharusnya Keimanan Muslim Sejati, Sabtu (23/4/2022) melalui kanal Youtube Khilafah Channel Reborn.

Ia lalu menjelaskan keistimewaan imannya Abu Bakar.  Bahwa setelah peristiwa  isra mikraj, datang kepadanya serombongan orang musyrik,  menceritakan apa yang baru saja didengar dari Baginda Rasulullah SAW tentang perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha lalu  naik ke Sidratul Muntaha. Berharap Abu Bakar As Siddiq menjadi ragu atau tidak percaya.

“Tapi apa yang kemudian terjadi? Abu Bakar  As-Siddiq mengatakan: 'Aku telah mempercayainya tentang kabar langit yakni wahyu. Maka bagaimana aku mendustakan kabar  peristiwa cerita Baginda Rasulullah SAW?' Lalu dia menutup perkataan itu dengan mengatakan  sepanjang dia yang berkata maka itu pasti benar,” tutur UIY mengisahkan.

Dari peristiwa itu UIY menyimpulkan bahwa Sahabat Abu Bakar As Siddiq tidak fokus kepada peristiwanya tapi fokus kepada siapa yang menyampaikannya. “Peristiwa isra mi'raj memang jangankan untuk ukuran masa itu untuk masa sekarang pun itu masih sangat sulit untuk dipahami,” ungkapnya.

“Bagaimana bisa dalam waktu kurang lebih sekitar 10 jam Baginda Rasul SAW bisa melintas dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang kurang lebih berjarak 1500 KM.  Kemudian naik ke  Sidratul Muntaha, langit ke-7 yang para ilmuwan sekarang  mencoba  menghitung, maka hitungan itu ketemu dengan cara yang luar biasa karena jaraknya sangat jauh,” beber UIY melukiskan peristiwa isra mikraj dengan takjub.

Tetapi Abu Bakar Siddiq, menurutnya, dengan mudahnya beriman kepada peristiwa itu. Karena dia fokus pada siapa yang menceritakan. Yang menceritakan adalah orang yang selama ini dikenal sebagai Al Amin. Maka dia katakan, “Sepanjang dia yang mengatakan maka pasti itu benar.”

“Memang  begitulah!  Tidaklah dia, Muhammad, berkata -kata kecuali berdasarkan wahyu yang diwahyukan kepadanya,” tegas UIY mengutip al Quran surat An Najm ayat 3.  

UIY berharap, semestinya sebagai seorang Muslim membangun kepercayaan atau keimanan kepada seluruh perkara agama itu bertumpu kepada dalil.

 “Nabi Sudah lama tidak ada bersama kita.  Tapi tinggalan Nabi yaitu Al-Quran dan hadis  masih ada bersama kita. Dan tinggalan Nabi, Al-Qur'an dan hadis itulah yang telah disampaikan oleh Baginda Rasul SAW kepada kita,” terangnya.

Karena itulah, harapnya, semestinya umat Islam mempercayai seluruh apa yang menjadi isi dari Al-Qur'an dan hadis.  “Bila demikian cara kita beriman kepada agama kita maka insyaa Allah kita akan memiliki iman yang kokoh sebagaimana kokohnya Iman Abu Bakar As Siddiq,” terang UIY meyakinkan.

“Mudah-mudahan kita bisa meneladani cara berimannya sahabat Abu Bakar ash Siddiq, agar kita menjadi seorang Muslim yang sejati,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun

Senin, 18 April 2022

Dalam Fikih Islam, Sistem Pemerintahan Islam disebut al-Khilafah


Tinta Media - Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS)  Farid Wadjdi, dalam tausiyahnya menjelaskan bahwa dalam Fiqih Islam, Sistem Pemerintahan Islam disebut al-Khilafah.

“Dalam Fiqih Islam, sistem pemerintahan Islam disebut dengan  al- Khilafah.  Hal ini dijelaskan dalam buku Fiqih Islam yang ditulis oleh Kiai Haji Sulaiman Rasyid. Kitab fiqih ini dalam bab  al-khilafah menjelaskan apa yang dimaksud dengan al-Khilafah itu,” tuturnya dalam acara Tausiyah Sahur: Sistem yang Menyatukan Umat Muslim Dunia, Sabtu (16/4/2022) melalui kanal Youtube Khilafah Channel Reborn.

Jadi, al-Khilafah itu, lanjutnya, adalah suatu susunan pemerintahan yang diatur menurut ajaran Islam. Dan sistem pemerintahan inilah yang dijalankan oleh para Khulafaur Rasyidin. Ketika yang menjadi pemimpin  khalifahnya itu adalah Abu Bakar r.a. kemudian dilanjutkan oleh Umar Bin Khattab r.a. dan seterusnya.

“Sistem pemerintahan Islam itu adalah al-Khilafah sementara pemimpinnya disebut khalifah,” tegasnya.

Ustaz Farid lalu menjelaskan fungsi dari al-Khilafah. "Kalau kita lihat fungsi al-Khilafah ini bisa kita eksplorasi  dari definisi Al Khilafah yang dituliskan oleh Syekh Taqiyuddin an Nabhani Rahimahullah. Dalam Kitab Nidzomul Hukmi fil Islam, beliau menjelaskan apa yang disebut dengan al-Khilafah. Khilafah  adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk menegakkan syariat Islam dan untuk menyebarluaskan dakwah ke seluruh penjuru dunia,” paparnya.

 Ia juga mengatakan bahwa  fungsi al-khilafah  itu ada tiga Pertama, menyatukan kaum muslimin di bawah satu kepemimpinan yang didasarkan pada prinsip ukhuwah islamiyah. Kedua, menerapkan seluruh Syariah Islam. Ketiga, berdakwah menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia.

“Inilah tiga fungsi sistem pemerintahan dalam Islam yang membedakan dengan sistem pemerintahan sekuler liberal atau sistem pemerintahan yang diciptakan oleh manusia,” pungkasnya [] Irianti Aminatun

Jumat, 15 April 2022

UIY: Ketentuan yang Tampak Sederhana, Jika Dilanggar Memberikan Implikasi Serius

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1seymYJpCOeiSv9XnlE54BfQpWziBNpMv

Tinta Media - Dalam tausiyahnya Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto menegaskan bahwa ketentuan Islam yang sangat sederhana jika dilanggar memberikan implikasi serius.

“Ketentuan yang tampak sangat sederhana begitu  dilanggar ia  memberikan implikasi yang sangat serius, tuturnya dalam acara Tausiyah Sahur : Beginilah Cara Islam Mengatur Kebutuhan Rakyat, Rabu (13/4/2022) melalui kanal Youtube Khilafah Channel Reborn.

UIY lalu mengisahkan ketentuan Islam yang sangat sederhana itu. “Baginda SAW yang mengajarkan kepada kita untuk jangan mengambil kembali pemberian yang  sudah kita sampaikan kepada orang lain, namun saat itu menarik kembali pemberiannya,” ujarnya.

“Pada suatu hari di dalam satu majlis ada seorang sahabat Abyadh bin Hammal minta izin kepada Baginda Rasulullah SAW  untuk mendapatkan ladang garam di Ma'rab. Baginda Rasulullah SAW yang terkenal dermawan langsung memenuhi permintaan itu,” kisahnya.   

“Tapi tak lama kemudian, ada sahabat lain yang menanyakan kepada Baginda Rasulullah SAW.  ‘Apakah kau tahu apa yang telah kau berikan kepada orang itu?’ Tidak dijelaskan dalam hadits ini apa jawaban Baginda Rasulullah SAW.  Tapi kemudian orang ini mengatakan, ‘Sesungguhnya engkau baru saja memberikan sesuatu yang bagaikan air mengalir’. Ini adalah kinayah atau  perlambang untuk menunjukkan bahwa ladang garam itu sangat banyak bagaikan air yang terus mengalir,” terangnya.

Menurut UIY, hadits ini yang kemudian dijadikan oleh para ulama sebagai salah satu dalil mengenai apa yang disebut milkiyah ammah (kepemilikan umum). “Dalam Islam itu,  ada kepemilikan pribadi, ada kepemilikan negara, ada kepemilikan umum,” terangnya.

UIY lalu menjelaskan tentang kepemilikan umum terkait kisah diatas. “Maksudnya masyarakat memiliki secara bersama barang-barang itu, barang tambang yang jumlahnya banyak. Dan kewajiban negara untuk mengelola atau  mengolah milik umum itu,  barang tambang  yang sangat banyak itu untuk hasilnya diberikan kepada rakyat, untuk kesejahteraan takyat,” jelasnya.

“Dan ketentuan yang tampak sangat sederhana ini ternyata ini hari diabaikan. Yang kemudian terjadi ternyata implikasi buruknya itu tidak sederhana,” kata UIY.

Menurutnya, sampai saat ini masih terlihat bagaimana keadaan emak-emak di berbagai wilayah di negeri ini harus antri berjam-jam untuk sekedar  mendapatkan 1 liter minyak goreng.

Padahal menurut UIY,  negeri  ini dikenal sebagai produsen  CPO terbesar  di dunia. Produksi tahunan-nya lebih dari 46  juta ton. Sementara untuk konsumsi rumah tangga  kurang dari 16 juta ton.

“Kenapa bisa sampai  begitu? Karena ternyata sebagian besarnya itu dikuasai oleh swasta yang  mereka memanfaatkan lahan lahan milik negara. Semestinya, lahan ini kalau menurut ketentuan tadi dikelola oleh  negara. Kalau itu menjadi kebun, kebun yang dikelola  oleh perusahaan negara, agar hasilnya bisa dinikmati oleh masyarakat ,” paparnya.

Tapi ini hari, lanjut UIY karena  tanah atau lahan lahan  itu  dikuasai swasta,  akibatnya kemudian mereka lebih suka mengekspor CPO  atau menjadikannya  sebagai bahan biodiesel,  ketimbang menjualnya ke dalam negeri  apalagi ke  pasar eceran karena  harganya jauh lebih rendah.  Dan itulah yang ini hari terjadi.

Negara seperti tak berdaya. Negara harus melakukan operasi pasar bahkan  terbetik kabar kemarin negara harus melakukan impor. “Ini satu hal yang sangat aneh.   Bagaimana bisa  negara produsen terbesar CPO  di dunia mengimpor bahan minyak goreng untuk keperluan  rakyatnya?” tutur UIY sedih.

“Ini hanya terjadi dalam sistem kapitalis yang telah mengabaikan ketentuan ketentuan syariat,” imbuhnya.

“Demikian indahnya, agungnya dan hebatnya syariah jikalau kita memahami dan mentaati, melaksanakannya dengan sepenuhnya,” pungkasnya. []Irianti Aminatun
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab