Tinta Media: Safari
Tampilkan postingan dengan label Safari. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Safari. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Juni 2022

Cicilan Kerja Politik Melalui Safari Silaturahmi


Tinta Media - Wacana perpanjangan masa jabatan presiden terus mengemuka. Sejumlah ketua partai politik berusaha mendorong publik menerima pemunduran jadwal pemilu 2024 dengan alasan kondisi negara belum cukup stabil, apalagi pemilu membutuhkan biaya yang besar. Jika dilihat, planing memundurkan jadwal pemilu berarti memperpanjang masa jabatan presiden sehingga bisa berkuasa kembali dan akan bertambah pula pundi-pundi kekayaannya.

Sungguh, menjadi penguasa bagaikan bancakan yang diperebutkan para tokoh di negeri ini. Mereka berlomba-lomba menjual memperkenalkan diri serta berusaha penuh memantaskan dirinya agar bisa dipilih kembali.

Kita bisa lihat, sejak 10 hari terakhir Ramadan, setidaknya ada dua tokoh yang rajin tampil di muka publik. Keduanya termasuk kandidat kuat calon presiden 2024, yakni Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. 

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terlihat menggelar kegiatan Safari Silaturahmi dengan melakukan kegiatan mudik gratis DKI Jakarta dan para pemudik diminta mengenakan kaos Anies Baswedan Presiden Indonesia. Selain itu, Anies juga menggelar salat Id berskala besar di Jakarta Internasional Stadium Jakarta Utara. Kegiatan salat Id ini dinilai bersifat politis karena Sekda DKI Jakarta, Marullah Matali menerbitkan surat yang meminta para ASN untuk mengikuti salat Id tersebut. 

Begitu juga dengan Menteri BUMN Erick Tohir. Ia juga beberapa kali bersedia hadir di acara TV swasta, untuk manuver politik kerek elektabilitas. 

Kegiatan ini muncul berkaitan dengan persiapan Pilpres 2024 dan dapat dikategorikan sebagai kerja politik. Semua tokoh yang ingin atau potensial maju dalam kompetisi Pilpres 2024 melakukan kerja politiknya dimulai sejak dini telah melakukan cicilan kerja-kerja politik untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas. 

Momen lebaran menjadi ajang bagi para politikus untuk bersilaturahmi. Meski ada kegiatan yang dinilai tidak bernuansa politik, tetapi ada saja pihak-pihak yang menggunakan simbol-simbol yang mengarah kepada persiapan menuju pemilu 2024. Seakan mencuri start, belum sampai waktunya para peminat calon penguasa sudah tampil di ajang kampanye dengan gaya, "pilihlah aku sebagai penguasa … Please ojo kesusu, to …"

Dengan gaya ‘Pilihlah aku sebagai penguasa’ merupakan lambang betapa negara kapitalis ini cinta akan kekuasaan. Kekuasaan memang nikmat dunia yang dicintai oleh banyak manusia. Bila memiliki kekuasaan, seseorang bisa melakukan apa saja untuk kepentingan diri maupun kelompoknya, semisal memperkaya diri, menyingkirkan musuh-musuh politik, dan memuaskan hawa nafsu. 

Dalam sistem politik demokrasi, kompetisi politik yang luas dilakukan seseorang atau kelompok dalam upaya meraih kekuasaan, bahkan sering dilakukan dengan cara manipulatif. Islam mengingatkan kepada kaum muslimin tentang bahaya 'hubb ar-ri’âsah' (cinta kekuasaan). Apalagi jika kekuasaan itu ternyata dicapai dengan jalan manipulasi dan untuk kepentingan segelintir orang saja. 

Tidak sedikit kasus, karena jabatan dan kekuasaan, orang menghalalkan segala cara, mulai dari melakukan politik uang, mengiming-iming jabatan kepada pendukungnya, membangun pencitraan sebagai ahli ibadah, peduli rakyat, dan sebagainya. Ini semua demi memuluskan jabatan dan kekuasaan. Para pemburu kekuasaan itu tidak sadar bahwa jabatan dan kekuasaan adalah amanah yang menyusahkan di dunia dan bisa mendatangkan siksa bagi para pemikulnya pada hari akhir. 

Padahal dalam Islam, kekuasaan bertujuan menjaga agama dan dibutuhkan demi kemaslahatan agama dan umat. Kekuasaan disyariatkan Islam untuk mengatur urusan dunia kaum musliminuslim dan seluruh warga negara dengan syariat Islam, seperti menjamin kebutuhan hidup mereka, menyelenggarakan pendidikan yang terbaik dan terjangkau, menyediakan fasilitas kesehatan yang layak dan gratis untuk semua warga tanpa memandang kelas ekonomi. 

Wahai kaum muslimin, apalah artinya kekuasaan jika tidak untuk menegakkan aturan-aturan Allah Swt, terlebih untuk kepentingan oligarki? Kekuasaan seperti itu tidak ada gunanya, bahkan akan menambah penyesalan dan kehinaan pada hari kiamat. Oleh karenanya, tegakkanlah kekuasaan di jalan Allah Swt. untuk kemuliaan agama-Nya dan menjaga kemaslahatan umat, niscaya akan beruntung di dunia dan akhirat.

Oleh: Aktif Suhartini, S.Pd.I.
Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab