Tinta Media: SD
Tampilkan postingan dengan label SD. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SD. Tampilkan semua postingan

Kamis, 10 November 2022

Perilaku Rusak Anak Berpangkal dari Sistem Sekulerisme Kapitalisme

Tinta Media - Berbagai perilaku rusak yang dilakukan oleh anak sebagaimana unggahan surat cinta anak SD dengan kata-kata vulgar, menurut narator Muslimah Media Center (MMC) akibat diterapkannya sistem sekularisme kapitalisme. 

"Fakta tersebut adalah dampak buruk sistem kehidupan saat ini. Mulai dari lemahnya peran pengasuhan, rusaknya sistem pendidikan hingga lemahnya kontrol negara atas sistem informasi. Semua itu berpangkal dari sistem sekuler kapitalis yang diterapkan saat ini," tuturnya dalam Serba-serbi MMC: Surat Cinta Anak SD Jadi Sorotan, Potret Gelap Anak Bawah Umur, Rabu (9/11/2022) melalui kanal Youtube Muslimah Media Center.

Menurutnya, sistem ini telah menyuburkan gaya hidup bebas tanpa aturan benar salah dan baik buruk dari agama. "Sekularisme menganggap bahwa agama harus ditinggalkan dalam berinteraksi sosial karena dianggap berisi dogma dan aturan-aturan yang mengekang," ujarnya. 

Narator mengatakan, sistem sekuler kapitalis memprioritaskan kesenangan duniawi dan modal. "Dengan paradigma ini, terciptalah suasana atau lingkungan yang mendukung kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang sukanya bersenang-senang memuaskan nafsu birahi dan sejenisnya," ungkapnya.

Selain itu, katanya,  ada misi liberalisasi yang sistematis dan terorganisir yang sengaja dilakukan oleh orang-orang kafir barat untuk merusak moral generasi muda muslim. "Adapun misi liberalisasi tersebut adalah menanamkan paham liberalisme dan hedonisme yang membuat generasi berperilaku bebas dan kebablasan. Alhasil sistem pendidikan pergaulan pengasuhan anak hingga sistem informasi berjalan di bawah paradigma sekuler liberal yang didukung oleh negara," bebernya. 

Sistem Islam

Narator menilai hal ini berbeda apabila negara berada di bawah kepemimpinan islam yakni Khilafah Islamiyah. "Khilafah akan menjadikan ideologi Islam sebagai sandaran segala kebijakan dan aturan yang diterapkan di tengah masyarakat. Pendidikan Islam bertujuan untuk mencetak generasi bertakwa bukan hanya untuk menguasai ilmu dan pintar berteori, namun pengetahuan yang dimilikinya akan membangun pemahaman yang tercermin dalam amalnya keimanan menjadi pondasi perbuatannya," terangnya. 

Bahkan pendidikan Islam, ujar narator, menjadi instrumen pembentuk peradaban dan pandangan hidup suatu bangsa atau umat negara lain yang menjadi penanggung jawab utama. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, "Imam itu adalah pemimpin dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya." (Hadits Riwayat al-Bukhari)

Menurutnya, tanggung jawab negara dalam masalah pendidikan paling tidak meliputi tiga perkara. 

Pertama, menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang layak dan cukup baik jumlah maupun jenisnya. "Semua fasilitas tersebut harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan bisa didapatkan seluruh rakyat secara gratis," tuturnya. 

Kedua, negara wajib menyiapkan tenaga pengajar yang mumpuni. "Negara akan memuliakan guru dengan menjamin kesejahteraan para guru sehingga mereka optimal menjalankan amanahnya," ungkapnya. 

Ketiga, negara harus menerapkan kurikulum berbasis akidah Islam. Seluruh materi pelajaran dan metode pengajaran dalam pendidikan disusun agar tidak menyimpang dari landasan tersebut. "Negara juga bertanggung jawab menjaga stabilitas dalam keluarga pada setiap warga negaranya. Negara akan memastikan penanggung jawab keluarga yakni Ayah atau suami Memiliki pekerjaan layak dan mendapat penghasilan yang mencukupi kebutuhan keluarganya," jelasnya. 

"Ketika suami atau ayah mampu memenuhi nafkah, istri tidak dituntut mencari nafkah dan akan memiliki waktu yang cukup untuk menjalankan peran utamanya sebagai ibu pendidik bagi putra-putrinya," tambahnya. 

Melalui pengurusan, pengasuhan, pendampingan dan pendidikan yang baik dari seorang ibu, narator menilai akan lahir generasi sholih dan sholihah yang siap menjalankan taklif sebagai generasi penerus.

"Untuk mencetak generasi tangguh, negara juga bertanggung jawab menerapkan sistem pergaulan Islam. Penerapan sistem pergaulan Islam akan membentengi generasi dari kerusakan. Negara tidak akan membiarkan pergaulan bebas antar laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Negara juga tidak akan membiarkan terbukanya aurat dan gerakan erotis yang merangsang syahwat. Negara harus memberikan sanksi kepada para pelanggar aturan langsung di tempat kejadian dan menempatkan para penegak hukum di setiap pelosok negeri. Keberadaan mereka di berbagai tempat akan memudahkan pencegahan pengawasan dan penyelesaian kemaksiatan seperti khalwat dan mempertontonkan aurat di depan umum," urainya. 

Narator juga mengatakan, pendidikan dalam keluarga dan sekolah harus sejalan dengan kehidupan nyata di masyarakat. Karenanya negara berkewajiban membangun masyarakat yang dinaungi suasana keimanan yang kuat serta diliputi kepedulian dan tanggung jawab menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar.

Pendidikan yang baik, menurut narator, juga tidak luput dari peran media massa yang ada. Pendidikan yang baik akan berfungsi optimal jika didukung kehadiran media massa yang produktif dan konstruktif. Hanya saja keberadaannya harus dipastikan tidak kontra produktif dengan tujuan pendidikan. Media massa harus mencerdaskan dan mengukuhkan tujuan pendidikan.

"Demikianlah hanya dalam sistem Khilafah kepribadian Mulia generasi akan terwujud nyata," pungkasnya.[] Evi
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab