Tinta Media: Ruwet
Tampilkan postingan dengan label Ruwet. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ruwet. Tampilkan semua postingan

Minggu, 18 Agustus 2024

Sistem Pendidikan Kapitalis Ruwet dan Tidak Adil, Islam Solusinya


Tinta Media - Ketua Ombudsman Jawa Barat, Dan Satriana mendapatkan laporan atau aduan terkait "cuci raport". Kasus ini tidak hanya terjadi di Depok, tetapi juga di Kabupaten Bandung dan Bogor. Karena data raport masih berada di Kemendikbud, maka hal tersebut belum menjadi dokumen laporan. 

Persoalan "cuci raport" dinilai Dan Satriana melibatkan para orang tua dan sekolah. Namun, karena ada rasa ketakutan, maka para orang tua banyak yang mundur, karena pasti akan merembet ke sekolah.

Menanggapi kasus ini, Dan Satriana mengatakan bahwa orang tua mempunyai hak dalam memilih sekolah yang terbaik bagi anaknya, begitupun pemerintah yang harus memenuhi hak anak untuk mendapatkan pendidikan. Jika menginginkan sekolah yang berkualitas dengan pelayanan yang baik, sebaiknya orang tua memilih sekolah swasta saja. Begitupun sebaliknya, jika menginginkan pelayanan yang standar, maka mereka harus mengikuti aturan pemerintah. 

Untuk menanggulangi kasus kecurangan memanipulasi raport, Dan Satriana berharap agar Dinas pendidikannya bersikap tegas, karena hal itu bisa berdampak pada anak tersebut. (KOMPAS.com)

Fakta di atas menunjukkan bahwa PPDB saat ini tidak memberikan keadilan bagi siswa. Tidak adanya masalah keadilan, tetapi juga memunculkan berbagai tindak kecurangan orang tua agar anaknya bisa masuk sekolah yang diinginkan. Orang tua menggunakan berbagai cara, termasuk curi raport. Parahnya, tindakan tersebut justru bekerja sama dengan pihak sekolah, bahkan Dinas. 

Akar Masalah 

Sungguh miris, inilah kebobrokan nyata yang dipertontonkan oleh pihak pendidik yang seharusnya menjadi panutan bagi masyarakat. Sungguh, buah dari sistem pendidikan ala kapitalis inilah sumber malapetaka dunia pendidikan hari ini. 

Sistem yang berlandaskan materi ini berkutat pada untung rugi. Angka dengan mudah direkayasa sesuai pesanan hanya untuk kepentingan individu. Semua bisa dilakukan dengan adanya imbalan tentunya, tak peduli halal haram dan hisab di yaumil akhir. 

Mirisnya, pihak orang tua dan sekolah berkolaborasi melakukan misinya. Seolah benar bahwa ketika menginginkan pendidikan yang berkualitas, maka harus siap mengeluarkan biaya yang besar. Begitulah cara pandang dan berpikir ala kapitalis. 

Memang sangat terasa, di sistem pendidikan yang kapitalistik seperti sekarang ini, untuk masuk sekolah ke jenjang selanjutnya harus ada uang beli kursi, uang belakang, yang jumlahnya tidak sedikit, apalagi untuk kalangan ekonomi menengah ke bawah. Sehingga, banyak siswa pintar, tetapi tidak mampu melanjutkan sekolah karena terkendala biaya pendidikan yang mahal dan penuh intrik. Mereka harus menerima kenyataan dan mencari sekolah yang biayanya bisa terjangkau oleh orang tua. 

Begitulah jika pendidikan diserahkan kepada swasta. Negara hanya sebagai regulator saja. Ujung-ujungnya, rakyat dibiarkan berjuang sendiri. Jadi, mustahil akan terwujud keadilan dan pemerataan pendidikan jika sistemnya masih menggunakan sistem kufur kapitalisme sekuler.

Islam Solusinya 

Berbeda dengan sistem buatan Sang Khalik, Allah Swt, yaitu sistem pendidikan Islam yang berlandaskan akidah. Islam sangat memperhatikan masalah pendidikan. Saking pentingnya, Islam mewajibkan seorang laki-laki dan perempuan untuk menuntut ilmu. 

Sedangkan negara wajib memberikan pelayanan dan fasilitas yang murah, bahkan gratis. Islam juga memandang bahwa pendidikan mempunyai posisi penting dalam membangun generasi yang beriman dan bertakwa dalam rangka membangun peradaban. 

Oleh karena itu, Islam memandang bahwa ilmu adalah sesuatu yang sangat vital bagi generasi. Dalam hal ini, negaralah yang harus memenuhi dan bertanggung jawab atas semua sarana dan prasarana pendidikan bagi rakyat. 

Negara juga harus mengutamakan kualitas terbaik dari segi insfratruktur dan pelayanan untuk mendukung proses belajar mengajar. Setiap warga negara, baik yang kaya atau miskin akan diperlakukan sama, tidak ada perbedaan. Dengan begitu, para siswa akan nyaman dengan semua fasilitas terbaik. Orang tua pun tidak pusing memikirkan biaya pendidikan yang mahal seperti hari ini. Gaji guru dalam Islam pun sangat diperhatikan sehingga guru akan sejahtera di dalam naungan sistem Islam. 

Dari segi hukum, sanksi dalam Islam yang tegas dan mampu memberi efek jera sehingga bisa menimbulkan rasa takut bagi siapatpun yang ingin berbuat kecurangan, termasuk pihak sekolah, guru pendidik, dan orang tua murid. 

Semua pemenuhan tersebut harus didukung oleh aspek lainya, yaitu sistem ekonomi dan politik dengan penerapan Islam secara kaffah dalam institusi negara khilafah. Sehingga, seluruh rakyat dalam daulah Islam akan merasakan keadilan dan kesejahteraan. 

Sudah saatnya umat Islam sadar bahwa hanya dengan meninggalkan sistem buatan manusia dan beralih ke sistem buatan Allah Swt. sajalah keadilan dan kesejahteraan akan terwujud, insyaallah.
Wallahu a'lam bishawab.



Oleh: Dartem
Sahabat Tinta Media

Selasa, 04 Oktober 2022

Abu Zaid: Sistem Kapitalis Penyebab Kekacauan Orientasi Hidup

Tinta Media - Sistem kapitalis dinilai menjadi penyebab semakin ruwet dan kacaunya kehidupan. “Mengapa semua jadi seruwet itu? Sebabnya sistem kapitalis telah membuat kita mengalami kekacauan orientasi hidup,” ungkap Ustaz Abu Zaid dari Tabayyun Center kepada Tinta Media, Senin (3/10/2022). 

Menurutnya, materi dan kesenangan menjadi tujuan hidup, bukan lagi ridho Allah SWT. “Karenanya, setiap orang merasa harus berlomba mencapai tumpukan materi,” jelasnya. “Bahkan dengan menghalalkan segala cara,” lanjutnya.

Ia melihat sekarang banyak yang menggunakan riba, judi, nipu, nyuap, korupsi dll. “Pastilah hidup jadi susah lahir batin karena tidak barokah,” tegasnya.

Ustaz Abu Zaid menyampaikan bahwa hanya Islam solusi hidup tenang, nyaman, bahagia, meski dengan sesuatu yang begitu sederhana, dan mengaitkannya dengan Al-Qur’an Surat Thaha Ayat 124

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".

Dicontohkannya kudapan sederhana di pagi hari, nasi pulut dengan kelapa parut. Tambah duren dan kopi. “Yang kata kawan merupakan makanan sehari hari jaman dia kecil di kampungnya, sekarang begitu terasa mewah, dan tak selezat dulu,” tuturnya. 

“Sobat, makanan nikmat yang begitu sederhana pada masa kakek nenek kita dulu sekarang menjadi begitu mewah. Yang dulu begitu murah dan mudah didapatkan sekarang menjadi sulit dan mahal,” tambahnya. 

Ia mengungkapkan kenyamanan hidup nenek kakek dulu yang begitu sederhana, namun mudah dinikmati, sekarang menjadi barang mewah, karena manusia kebanyakan hidup dalam tekanan. 

“Khususnya tekanan ekonomi karena terlalu banyak utang. Kredit ini, kredit itu. Mulai dari rumah, mobil, motor, HP, mebel hingga aneka panci dapur pun kredit,” ungkapnya.
 
“Kebayangkan berapa uang yang harus disiapkan per bulan hanya untuk mbayar tagihan?” tanyanya kemudian.

Bagi yang bergaji saja, bisa-bisa di akhir bulan hanya terima slip gaji kosong habis dipotong kreditan. “Apalagi yang harus nguber harian. Mungkin tambah ruwet lagi,” ujarnya.

“Nah bagaimana bisa hidup tenang jika kayak gini? Bagaimana gak stress kalau hidup diuber utang? Apalagi gali lobang tutup lobang?” tanyanya. 

Ia menilai, semua itu mengakibatkan hidup jadi sengsara, makan tak enak, tidur tak jenak, pusing tujuh keliling. Hubungan rumah tangga jadi hambar bahkan penuh konflik. “Apalagi jika kredit nya pakai riba, pas.... dunia akhirat sengsara,” ujarnya.

Maka, menurutnya, wajar jika sepiring nasi pulut dan beberapa biji duren yang setengah pahit plus kopi hitam, tak kan mampu mengubah suasana hati yang kelabu karena dibelenggu utang. 

“Hidup bahagia bukan karena apa yang kita makan. Namun hati yang diridhoi Allah akan bahagia meski dengan makanan sederhana,” tutupnya. [] Raras
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab