Dalam Jejak Pustaka Ada Rumus Kebangkitan Umat
Tinta Media - Keberadaan suatu peradaban di masa lalu bisa diketahui melalui jejak sejarah yang ditinggalkannya. Setidaknya ada tiga jejak bukti keberadaan suatu peradaban di masa lalu, yakni pusara (makam, kuburan), pusaka (benda-benda peninggalan), dan pustaka (buku, tulisan). Dari ketiga jejak ini, pustaka memiliki nilai ganda bagi peradaban di masa depan, yakni sebagai kenangan sekaligus pelajaran berharga untuk mengulang kebangkitannya kembali. Sedangkan pusara dan pusaka, keduanya adalah kenangan dan selamanya hanya akan menjadi kenangan.
Keberadaan pusara (makam, kuburan), cukup hanya untuk membuktikan adanya para pelaku sejarah sebuah peradaban. Keberadaan benda-benda pusaka juga hanya cukup sebagai bukti karya-karya fisik dan kepemilikan para pelaku sejarah. Sementara itu, keberadaan pustaka bisa memberikan gambaran pemikiran, pola sikap, serta bentuk interaksi sosial dan politik para pelaku sejarah.
Di titik inilah, pustaka mengandung nilai rumus kebangkitan peradaban. Sebab, fakta kebangkitan, termasuk juga kemundurannya, sangat bergantung pada pemikiran, kemudian memengaruhi pola sikap individu, serta pada akhirnya membentuk tatanan aturan interaksi sosial dan politik.
Syekh Taqiyuddin An-Nabhani menyebut dan mengurai fakta kebangkitan ini dalam kitab an-Nizham al-Islam.
Dalam konteks peradaban Islam, banyak jejak kenangan pusara orang-orang hebat; makam para pemimpin, para ulama, para kesatria dan pahlawan jihad. Banyak pula jejak pusaka yang menggambarkan keadaan mereka secara sains dan teknologi; ada Masjid, istana, benteng, gedung-gedung, mesin teknologi, dan lain sebagainya. Masih banyak lagi jejak pustaka yang ditinggalkan melalui tangan-tangan pena para ulama.
Para ulama telah mengabadikan produk pemikiran yang dimiliki oleh umat di masa kejayaannya. Para ulama juga telah mengabadikan tentang bagaimana sikap dan sistem yang melingkupi kehidupan umat di masa kejayaannya. Semua itu tersimpan rapi dalam lembaran-lembaran tulisan kitab para ulama sebagai jejak pustaka yang sangat berharga bagi umat di masa depan.
Kenyataan sejarah memastikan bahwa umat Islam pernah memimpin peradaban dunia. Di masa itu, berbagai kebangkitan dan kemajuan terjadi di segala bidang kehidupan. Umat Islam benar-benar menjadi umat terbaik, umat nomor satu. Keadaannya persis dengan predikat yang diberikan Allah, yakni khairu ummah (umat terbaik) (QS Ali Imran [3]: 110).
Sementara, kenyataan umat hari ini sangat jauh berbeda. Sebab, kini umat justru tertinggal dan terbelakang, bukan lagi umat terbaik. Dari sini bisa dipahami bahwa pasti ada suatu sebab perbedaan yang mengakibatkan perbedaan keadaan terjadi. Artinya, pasti ada sesuatu yang dimiliki oleh umat di masa lalu yang tidak dimiliki oleh umat sekarang sehingga kondisinya berbeda. Juga, pasti ada sesuatu yang dilakukan oleh umat di masa lalu yang itu tidak dilakukan oleh umat sekarang sehingga nasibnya berbeda.
Lalu apa? Apa yang mereka miliki dan lakukan yang tidak ada pada umat sekarang?
Jawaban atas pertanyaan di atas terekam jelas dalam jejak pustaka umat. Bahwa umat Islam memiliki pemikiran yang satu, yakni pemikiran Islam yang murni tanpa noda dari pemikiran lain, mulai dari akidah hingga berbagai pemikiran cabang yang lahir darinya.
Umat juga diatur dengan peraturan yang satu, yakni peraturan Islam tanpa bercampur dengan peraturan lain di luar Islam. Ringkasnya, umat Islam dahulu mereka memiliki pemikiran dan peraturan yang satu, yakni pemikiran dan peraturan Islam. Mereka akan bangkit dan meraih puncak kejayaannya selama dua hal ini masih melekat dalam diri dan interaksi umat.
Dua hal di atas (pemikiran dan peraturan) itulah yang hari ini tidak ada pada umat. Umat tidak lagi memiliki pemikiran Islam yang satu, setelah bercampur dengan pemikiran-pemikiran lain yang lahir dari akidah kufur, seperti sekularisme dan materialisme.
Umat juga tidak lagi terikat oleh peraturan Islam yang satu, setelah mengambil dan menerapkan peraturan buatan manusia yang beragam mengikuti kepentingan hawa nafsunya. sehingga, sangat rasional bila umat hari ini tidak bangkit. Sebab, mereka membuang sebab-sebab kebangkitan dari diri mereka. Mereka meninggalkan pemikiran Islam yang satu sekaligus membuang sistem peraturan Islam yang satu.
Karena itu, bila ingin kembali bangkit, mengulang kejayaan sebagai umat terbaik, tiada jalan lain kecuali harus menghadirkan kembali sebab-sebab kebangkitan itu. Umat harus menghadirkan pemikiran Islam yang satu, lalu menerapkan sistem aturan Islam yang satu. Keduanya sempurna terwujud dalam sistem politik Islam, melalui tegaknya al-Khilafah. Maka, inilah saatnya untuk bangkit dengan mengambil pelajaran dari jejak pustaka umat masa lalu. It is time to be one ummah! []
Oleh: Meto Elfath
(Dir. Pelita Tani Center)