Senin, 01 April 2024
Senin, 11 Maret 2024
Remaja Makin Sadis, Orang Tua Hanya Bisa Menangis
Minggu, 03 Maret 2024
Rusaknya Mental dan Moral Remaja di Sistem Kapitalisme
Minggu, 11 Februari 2024
Remaja Korban Sosial Media
Selasa, 07 November 2023
Tren Self Harm di Kalangan Remaja, Tiga Pilar Solusinya
Sabtu, 04 November 2023
Lagi, Fenomena Self Harm Menggejala Kaum Remaja
Sabtu, 28 Oktober 2023
Remaja dan Jebakan Dunia Digital
Selasa, 10 Oktober 2023
Pemerhati Remaja Ungkap Tiga Akar Masalah Tindakan Perundungan
Rabu, 13 September 2023
Kapitalisme Menggerus Mental Generasi
Selasa, 22 Agustus 2023
Liberalisasi Pergaulan Remaja
Kamis, 17 Agustus 2023
Potret Buram Remaja dalam Jeratan Liberalisme
Tinta Media - Kondisi pergaulan anak remaja saat ini sungguh sangat memprihatinkan. Pergaulan remaja sekarang lebih condong berkiblat pada orang-orang barat yang menjunjung tinggi kebebasan dalam bergaul.
Sebagaimana yang dilansir di beberapa media
online, termasuk dalam liputan6.com dan metro.batampos.co.id, menunjukkan data
yang cukup mencengangkan. Dijelaskan bahwa Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) telah mendapati mayoritas anak remaja di Indonesia
sudah pernah berhubungan seksual. Dalam data tersebut menunjukkan untuk remaja
usia 14-15 tahun jumlahnya 20% anak yang sudah berhubungan seksual, sementara
usia 16-17 tahun jumlahnya mencapai 60% yang sudah berhubungan seksual dan
usia 19-20 tahun sebanyak 20%.
Jumlah angka yang ditunjukkan tersebut ternyata membuat hati kita para orang tua semakin miris.
Jika kita amati dan analisis, ternyata ada
berbagai macam faktor penyebab tingginya angka remaja yang sudah berhubungan
seksual, diantaranya:
Pertama perkembangan informasi atau kita mengenalnya dengan istilah digitalisasi. Adanya media sosial dan konten-konten negatif yang mudah diakses menjadikan para remaja bebas berselancar di jejaring internet hingga banyak bertemu dengan konten-konten yang tidak sesuai, dan pada akhirnya menjerumuskan mereka pada pergaulan bebas. Parahnya lagi mereka tidak menyadari bahwa yang dilakukannya malah merusak masa depannya.
Kedua kurangnya pengetahuan mengenai dampak dari seks bebas. Kebanyakan orang tua masih berfikiran bahwa pemahaman tentang seks adalah sesuatu yang tabu, sehingga para orang tua tersebut membebankan pada pihak sekolah terkait pemahaman itu. Sementara di sekolah pun pengetahuan tersebut sangat terbatas sekali dan didukung oleh gaya para remaja yang malas untuk membaca. Pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya tidak berkembang sementara nafsu seks mereka semakin berkembang.
Ketiga persoalan ekonomi menjadi salah satu penyebab seks bebas. Gaya hidup kapitalis di lingkungan masyarakat menuntut para remaja hidup dengan berfoya-foya. Ini menjadi salah satu pemicu para remaja untuk mendapatkan uang dengan cara yang instan dengan menjual dirinya. Mereka rela melakukan apapun untuk bisa mendapatkan uang demi pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Keempat kurangnya pengawasan dari pihak keluarga, sekolah dan masyarakat. Kebanyakan anak-anak remaja yang kurang kasih sayang dari orang tuanya atau anak-anak yang berasal dari keluarga Broken Home berpeluang besar untuk terjerumus ke dalam seks bebas. Sementara di lingkungan masyarakat terjadi perubahan cara pandang setiap tahunnya berkaitan dengan kemajuan masa pubertas sekaligus masa menstruasi pada remaja putri. Jika pada masa dahulu usia 17-19 tahun baru mengalami menstruasi tapi anak remaja sekarang usia 12 tahun sudah mengalami menstruasi.
Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka anak remaja yang sudah melakukan seks bebas dan berdampak pada tingginya angka kasus pencabulan, pernikahan dini, hingga kasus penjualan atau pembuangan bayi. Di sisi yang lain juga berdampak pada moral remaja tersebut, karena pada akhirnya mereka tidak akan bisa fokus untuk melanjutkan pendidikannya hingga merusak masa depannya.
Memang jeratan liberalisme pada remaja sangat
miris sekali. Kita bisa melihatnya dari usia para pelaku seks bebas yang
semakin muda. Dan kalau kita perhatikan, ini adalah tanda kerusakan perilaku
yang sangat parah sekali yang bersumber dari rusaknya asas kehidupan.
Pendidikan seks dan reproduksi yang ditawarkan sebagai solusi, ternyata hanya akan menambah parah persoalan tersebut. Karena solusi yang ada lahir dari paradigma baru yang justru bertentangan dengan Islam.
Pada dasarnya IsIam merupakan satu-satunya solusi yang tepat untuk menyelesaikan persoalan seks bebas. Dalam sistem IsIam akan menjadikan aqidah IsIam sebagai landasan/pondasi dalam kehidupan. Dan dari akidah IsIam tersebut akan muncul sebuah tata aturan yang bisa diterapkan dalam kehidupan kita. Sehingga dengan kita menerapkan sistem IsIam dalam kehidupan, maka akan dapat menjaga kemuliaan para generasi dan peradaban yang ada. Wallahu a'lam bish shawab.
Oleh: Iin Rohmatin Abidah, S.Pd. (Sahabat Tinta Media)
Senin, 20 Maret 2023
Maraknya Siswi SMP-SMA Meminta Dispensasi Nikah Bersifat Sistemik
Senin, 13 Maret 2023
REMAJA HILANG KENDALI, TAK SADAR PUNYA KENDALI
Tinta Media - “Ini idolaku, mana idolamu?” Tak sedikit orang masih terbius oleh kalimat tadi. Bahkan menjadi hal yang lumrah di dunia untuk terpukau dengan idola yang didambakan. Namun dunia hari ini menjadikan kaum remaja hilang kendali terhadap idolanya, terlagi untuk kaum plastik, atau dunia game, hingga tataran menjadi sebagian pemuda yang konsumtif. Dengan segala cara mereka lakukan tuk ikuti cara berpakaian hingga gaya hidup. Sudahlah sesat, ditambah lagi terjerumus lubang kesengsaraan. Karena tak mempertimbangkan apa yang akan dilakukan dan efek bagi dirinya ataupun sekitarnya.
Padahal generasi bangsalah yang bisa membawa perubahan suatu negeri. Namun lagi-lagi, sorotan publik terhadap kekerasan, balapan liar, hingga pergaulan bebas yang terjadi adalah pemuda yang menjadi tokoh utama. Hingga berbagai kasus sudah menjadi hidangan media setiap hari. Pastinya terfigur oleh apa yang sudah menjadi pikiran yang sudah terbangun dari faktor tontonan, keluarga, teman hingga negara.
Menggambarkan ada kesalahan beruntun yang terjadi pada dunia hari ini yang belum dipahami oleh remaja luas. Bahkan faktor yang menjadikan mereka rusak yakni;
Pertama, ada kesalahan pada diri pemuda bangsa ini. Minimnya ilmu agama hingga moral kehidupan hilang dengan begitu saja. Terlagi poros hidup yang belum mereka ketahui sepenuhnya yang menjadikan jati dirinya terombang ambing seperti buih dilautan dan berefek pada ketidak tahuan arah pandang hidup yang sebenarnya.
Kedua, masyarakat sekitar, terutama keluarga. Karena menjadi pendorong salah satu
faktor remaja hilang kendali. Terlagi masyarakat yang tak peduli urusan hidup
orang lain. Sifat individu yang mengakar kuat pada masyarakat hari ini. Hingga
imbas teruntuk sekitarnya.
Ketiga, negara. Yang seharusnya sebagai pengatur urusan rakyatnya.
Bagaimana menyediakan pendidikan yang mencetak moral yang tinggi serta iptek
yang berkualitas. Namun, negara ini masih penganut system kapitalisme yang
sejatinya penghalang hakekat amanah negara. Hanya bisa berlekuk lutut pada
pemodal agar rencana mereka berjalan lancar. Penghancur pemuda negeri ini
terlagi, umat Islam menuju kebangkitan. Malah sibuk memeras darah rakyat
,hingga tak peduli akan kerusakan
negerinya.
Alhasil, semua ini adalah buah
dari penerapan sistem yang tunduk pada akal manusia yang berasas
sekulerisme. Sekularisme adalah paham yang memisahkan agama dan urusan
kehidupan. Bahkan agama hanya dijadikan ritual belaka oleh individu-individu.
Sedangkan urusan dunia bebas oleh akal manusia yang terbatas.
Sangatlah miris kita semua melihat ini. Inilah tatkala akal manusia
dijadikan patokan hukum untuk menerapkan di dunia. Remaja yang kian hilang
akal. Diserang dari berbagai sisi
fun, fashion, food, dan film, friction, free sex, free thinkers. Hingga tergila-gila oleh K-pop. Rela beli tiket dan persiapan untuk konser berjuta-juta.
Padahal ini semua pasti ada lahwun munadzamun (kesenangan yang terorganisir).
Dari souvenir, pakaian, hingga tiket semua biaya akan berakhir ditangan
para penjajah kafir.
Maka tak heran jika remaja sekarang minim pemahaman agama. Pendidikannya saja meminimalisir pelajaran agama dan fokus kepada mencetak para buruh
bukan menimba ilmu. Moral tak lagi jadi acuan melainkan orang bermodal yang
bisa bermegang setir dunia. Tingkah laku yang kebarat-baratan hingga bertindak
amoral. Sangat jauh dari adat ketimuran apalagi nilai Islam.
Mau dibawa kemana remaja kita? Yang seharusnya remaja menjadi pewaris negri ini, justru menjadi korban serangan barat. Yang seharusnya menjadi pemegang kebangkitan negri malh jadi babu barat. Lantas semua ini akan menyalahkan sapa? Remaja itu sendiri? Ataukah keluarga yang tak mendidik? Ataukah negara yang tak peduli potensi remaja.
Potensi Generasi Terealisasi oleh
Sistem Islam
Najmu syabab, sebutan pemuda islam dengan potensi akal, jiwa pemuda, skill, tsaqofah sains, dan koneksi. Semua akan didukung oleh negara islam. Dari segi pendidikan, mencetak produk remaja berkualitas seperti halnya para ilmuwan yang menjadi peletak dasar ilmu hingga teknologi hari ini. Dari dukungan masyarakat yang kuat dan peka terhadap lingkungan. Bahkan pada individunya yang berasas aqidah Islam dalam berbuat sesuatu. Dan yang utama adalah negara yang mengawal semua struktur agar berjalan sesuai syariatnya.
Oleh: Fariha Maulidatul Kamila
Siswi SMA IT Alamri