Tinta Media: Remaja
Tampilkan postingan dengan label Remaja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Remaja. Tampilkan semua postingan

Jumat, 01 November 2024

Kapitalisme-Demokrasi Mengerdilkan Potensi Remaja Islam, Khilafah Solusi Terdepan




Tinta Media - Belakangan ini sedang viral boneka Labubu yang banyak diserbu oleh Gen-Z secara menggebu-gebu, walaupun harganya mencapai ratusan ribu bahkan jutaan rupiah. Boneka ini menjadi viral sejak idol K-Pop, Lisa Blackpink memamerkannya di akun media sosial miliknya. Sejak saat itulah, para Gen-Z tak mau ketinggalan untuk mendapatkan boneka Labubu agar menjadi bagian dari tren global yang telah dipopulerkan oleh sosok yang sangat diidolakan.

Terkait ”demam” Labubu yang menyerbu masyarakat, sosiolog Universitas Airlangga Nur Syamsiyah SSosio MSc mengatakan bahwa daya tarik produk populer sering kali terletak pada nilai eksklusivitas, keterbatasan produksi, dan keterkaitannya dengan budaya pop yang memiliki basis penggemar. Hal itu menciptakan persepsi bahwa memiliki Labubu berarti turut menjadi bagian dari tren global yang dipopulerkan sosok yang sangat diidolakan. (Jawa Pos, 13/10/2024)

Gen-Z dan FOMO

Inilah yang disebut dengan fenomena FOMO (Fear of Missing Out) alias takut ketinggalan dari tren yang sedang populer. Sikap FOMO seperti ini mayoritas ada dalam diri para Gen-Z. Saat ini mereka memasuki usia remaja yang labil, mudah terbawa arus. 

Apalagi sistem yang sedang diterapkan saat ini adalah kapitalisme-liberal yang memiliki asas sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan). Sudah barang tentu, ini akan memunculkan gaya hidup negatif pada remaja, seperti hedonistik, materialistik, konsumeristik, gaul bebas, dan sebagainya.

Maka tak heran jika 'demam' Labubu dengan mudah menjangkiti kaum muda. Walaupun untuk mendapatkan sebuah benda kecil tersebut harus antre berdesakan serta merogoh kocek ratusan ribu hingga jutaan rupiah, tetapi mereka rela melakukannya karena memang kesenangan dunia telah mendominasi hidup dan menjadikannya sebagai prioritas utama.

Pemuda adalah Agen Perubahan

Di balik sikapnya yang labil, remaja juga merupakan usia yang produktif. Potensi, semangat, dan energi mereka sedang berada dalam puncaknya. Kelebihan tersebut jika diarahkan dengan benar, akan menghasilkan produktivitas yang luar biasa pada diri remaja. 

Slogan "Pemuda adalah agent of change (agen perubahan)" bukanlah sesuatu yang utopis. Ingatkah dulu Ir Soekarno pernah berkata, "Berikan aku 10 pemuda, maka akan kuubah dunia!"

Kalimat tersebut muncul karena faktanya usia remaja memang se-produktif itu. Lihat saja Reformasi '98, siapa yang mencetuskan? Mahasiswa, pemuda! 

Apalagi jika kita berkaca pada masa lalu. Muhammad Al-Fatih, pemuda saleh berusia 21 tahun yang menjadi pemimpin pasukan Islam yang berhasil menghancurkan dan menembus benteng Konstantinopel yang selama berabad-abad lamanya gagal ditaklukan. Namun, ia dan pasukannya mampu menaklukannya.

Sistem Sekuler Mengebiri Potensi Pemuda

Memang, 'pengebirian' potensi pemuda pasti akan terjadi dalam sistem berasaskan sekularisme. Potensi remaja yang luar biasa tersebut bisa terkerdilkan hanya dengan adanya sikap FOMO. Mengapa ini bisa terjadi? Karena sistem Islam tidak diterapkan dalam kehidupan, sehingga ajaran Islam tidak menyentuh kaum muda. Ini mengakibatkan kaum muda tidak mengetahui apa sebenarnya tujuan hidup mereka.

Namun, nampaknya penguasa kita saat ini enggan mengarahkan potensi pemuda untuk kemajuan bangsa. Penguasa malah membiarkan pemuda kita terjerumus pada lingkaran materialistik yang tak bertepi. 

Di sisi lain, pemuda yang berprestasi selalu luput dari perhatian penguasa, apalagi pemuda yang berprestasi di bidang agama, seolah tak ada harganya. Namun, para pemuda gaul yang terbawa arus FOMO selalu saja menjadi topik yang asik untuk diperbincangkan. Penguasa pun diam seolah perbuatan tersebut dibenarkan. Miris!

Khilafah PR bagi Kaum Muslimin

Ketiadaan peran penguasa untuk melejitkan potensi Gen-Z sebagai agent of change menjadikan PR berat bagi kita sebagai kaum muslimin untuk memperjuangkan tegaknya sistem Islam (Khilafah Islamiyyah) yang menerapkan syari'at Islam secara menyeluruh dalam segala aspek kehidupan. Dengan Khilafah, kehidupan menjadi berkah, dan para pemuda terselamatkan dari sekularisme-liberalisme yang menjerumuskannya dalam kefanaan dunia. 

Khilafah, sebagaimana dulu pernah ditegakkan selama 13 abad lamanya, memiliki sistem terbaik untuk melejitkan potensi pemuda, mengarahkan hidupnya sesuai tujuan penciptaan, dan mempersembahkan karya terbaik untuk umat dan Islam. Potensi inilah yang dibutuhkan untuk memperkokoh peradaban gemilang, sebagaimana yang pernah dicapai para pemuda pada masa kekhilafahan, khususnya pada masa Khilafah Abbasiyah. Insyaallah akan kembali terwujud di masa kekhilafahan selanjutnya, insyaallah. Allaahu a'lam bi ash-shawab.




Oleh: Annisa Amalia Farouq
(Aktivis Muslimah) 


Sabtu, 19 Oktober 2024

Peran Guru dan Tantangannya dalam Memutus Kekerasan di Dunia Pendidikan

Tinta Media - Kekerasan di lingkungan pendidikan menjadi isu serius yang semakin mendapat perhatian, terutama setelah beberapa kasus tragis yang melibatkan guru dan siswa. Dalam konteks ini, penting untuk menelusuri peran guru sebagai pendidik dan pembimbing serta tantangan yang mereka hadapi, terutama dalam rangka memperingati Hari Guru Dunia yang jatuh pada 5 Oktober dengan tema "Valuing Teacher Voices: Towards a New Social Contract for Education".

Tema Hari Guru tahun ini menekankan pentingnya suara guru dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang efektif. Iman Zanatul Haeri, seorang guru dan Kepala Bidang Advokasi Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), menyatakan bahwa guru harus menjadi sentral moral dan etika bagi siswa. Suara guru sangat diperlukan untuk memanfaatkan potensi terbaik setiap anak didik, sehingga kebijakan pendidikan yang diambil dapat mencerminkan realitas di lapangan. Ketika guru terlibat dalam tindakan kekerasan, seperti yang terjadi dalam beberapa kasus tragis, hal ini menciptakan krisis kepercayaan dan memperburuk kondisi pendidikan.

Kasus Kekerasan di Sekolah

Belakangan ini, beberapa insiden kekerasan yang melibatkan guru telah mengungkapkan adanya masalah serius dalam sistem pendidikan. Kasus-kasus seperti siswa yang meninggal akibat hukuman fisik menunjukkan bahwa pemahaman dan penerapan disiplin dalam pendidikan masih sangat rendah. Hal ini tidak hanya merugikan siswa, tetapi juga menciptakan atmosfer yang tidak aman di sekolah. Ketika guru menjadi pelaku kekerasan, hal ini bertentangan dengan peran mereka sebagai pendidik yang seharusnya memberikan bimbingan moral dan etika.

Tantangan yang Dihadapi Guru di Indonesia

Di tengah tantangan ini, guru di Indonesia juga menghadapi berbagai masalah. Di antaranya adalah gaji yang tidak menyejahterakan bahkan jauh dari kata cukup. Kurikulum yang terus berubah seiring dengan berubahnya menteri pendidikan juga menjadi tantangan. Belum sampai seorang guru memahami kurikulum tersebut dengan baik, kurikulum sudah diganti. Ketika di tataran para pendidiknya saja masih kebingungan, bagaimana dengan anak didiknya? Tugas administratif yang harus dikerjakan oleh seorang guru juga menambahkan deretan persoalan. Tantangan ini dapat berkontribusi pada stres dan tekanan yang dialami guru. Sehingga pada gilirannya dapat menyebabkan mereka mengambil tindakan kekerasan terhadap siswa. Ini menunjukkan bahwa ketika guru merasa tidak dihargai dan tidak didukung, dampak negatifnya dapat merembet ke siswa.

Kekerasan di sekolah, baik fisik maupun psikologis, menciptakan lingkaran setan yang sulit diputus. Iman menekankan pentingnya pemahaman guru dan siswa tentang berbagai bentuk kekerasan, yang sering kali dianggap sepele atau tidak terdeteksi. Ini menunjukkan bahwa pelatihan dan edukasi mengenai kekerasan di lingkungan pendidikan perlu ditingkatkan.

Pandangan Islam dalam Pendidikan

Islam memandang bahwa kurikulum pendidikan itu harus berlandaskan pada akidah Islam. Sehingga mata pelajaran serta metodologi penyampaian pelajaran seluruhnya disusun tanpa adanya penyimpangan sedikit pun dalam pendidikan dari asas tersebut.

Dalam konteks pendidikan Islam, peran guru sangat dihormati dan dimuliakan. Pendidikan dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan, tetapi juga membentuk kepribadian siswa. Guru diharapkan memiliki akhlak dan kualifikasi yang tinggi, sehingga mereka dapat menjadi teladan yang baik. Dengan adanya penghargaan yang layak untuk guru, baik secara finansial maupun emosional, diharapkan mereka dapat lebih fokus pada pengembangan siswa tanpa terganggu oleh masalah pribadi.

Maka perlu ada sistem yang dapat mendukung agar peran mereka dapat berjalan secara optimal. Artinya menjadi tanggung jawab negara untuk memberikan gaji yang layak. Menetap kurikulum pendidikan yang jelas dan terarah. Serta memikirkan bagaimana agar semua guru memiliki kualifikasi yang sama. Memberikan sarana dan prasarana yang dapat menunjang sistem pendidikan tersebut.

Menghargai dan Memuliakan Guru

Pentingnya menghargai suara guru tidak hanya menjadi tema peringatan Hari Guru, tetapi juga menjadi kunci untuk mengatasi masalah kekerasan di sekolah. Ketika guru merasa dihargai dan mendapatkan dukungan yang memadai, mereka cenderung lebih mampu mendidik siswa dengan cara yang humanis dan edukatif. Ini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya tindakan kekerasan, karena guru yang sejahtera secara finansial dan emosional memiliki kapasitas yang lebih baik untuk mendidik.

Memutus lingkaran kekerasan di sekolah adalah tanggung jawab bersama yang melibatkan semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan tentu saja, guru itu sendiri. Suara guru perlu didengar dan dihargai dalam merumuskan kebijakan pendidikan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan produktif. Ini bukan hanya tentang mengurangi kekerasan, tetapi juga tentang menciptakan ruang di mana setiap siswa dapat belajar dan berkembang tanpa rasa takut. Hanya dengan demikian, pendidikan dapat kembali menjadi fondasi bagi masa depan yang lebih baik.

Oleh: Asrofah, Pemerhati Remaja

Kamis, 10 Oktober 2024

Miras dan Kenakalan Remaja, Problematika yang Tak Kunjung Reda


Tinta Media - Kenakalan remaja terus meningkat dan kondisinya pun sangat memilukan. Seperti yang terjadi di Desa Neglasari, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung. Tak sedikit pemuda yang berkumpul hingga larut malam disertai perilaku yang mengganggu, seperti melakukan kebisingan, balap liar, dan tindakan-tindakan tidak sopan. Parahnya, aktivitas itu dibarengi dengan konsumsi miras sehingga sering kali menimbulkan keributan, perkelahian, merusak fasilitas umum, mencorat-coret tembok, bahkan tindakan kriminal. 

Banyak warga yang mengeluhkan hal tersebut. Mereka berharap, ada tindakan dari pihak yang berwenang, baik penertiban, edukasi, maupun pemberian fasilitas yang dapat menyalurkan energi dan kreativitas remaja ke arah yang positif.

Sejatinya, masalah miras dan kenakalan remaja ini tidak akan teratasi hanya dengan melakukan aksi razia oleh satpol PP atau hanya dengan menyediakan aktivitas positif dan memberikan edukasi mengenai bahaya miras. Akan tetapi, diperlukan kerja sama antara masyarakat, pihak sekolah, aparat keamanan, dan pemerintah daerah maupun pusat untuk meningkatkan pengawasan dan memberlakukan sanksi tegas kepada para pelaku.

Tidak dimungkiri bahwa penerapan sistem sekulerisme-liberalisme telah merusak para remaja saat ini. Sistem yang memisahkan agama dari kehidupan ini menjadikan pemuda bebas melakukan apa saja yang disukai. 

Nampak jelas bahwa minuman keras adalah biang dari kejahatan yang menimbulkan berbagai permasalahan saat ini. Selama sistem ini masih bercokol dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, maka masalah ini pasti tidak akan pernah terselesaikan.

Lain halnya dengan sistem Islam yang mampu memecahkan berbagai problematika kehidupan. Maka, dibutuhkan adanya perubahan sistem untuk mewujudkan perubahan terarah dalam naungan khilafah yang mampu menyelesaikan segala persoalan dengan tuntas. Dengan tiga faktor pendukung, Islam mampu meng-counter masalah tersebut hingga akarnya, yaitu faktor individu yang senantiasa menjaga ketaatan, masyarakat yang mampu mengontrol dengan amar maruf nahi mungkar, dan penguasa sebagai pihak yang paling berwenang menjalankan aturan yang dilengkapi sistem pendidikan berbasis akidah Islam yang berperan penting melahirkan generasi berkualitas juga seperangkat sanksi bagi pelaku. Wallahu' alam bishsawab.



Oleh: Heni Ruslaeni
Sahabat Tinta Media

Senin, 23 September 2024

Aku Nggak Bisa Yura, Tren Merriage Is Scary Membuat Gegana

Tinta Media - Gen Z tengah "Gegana" atau gelisah galau merana, hidup di era digital native, menjadikan warganet bereaksi proaktif terhadap maraknya tren konservatif dominan negatif. Wauw tren pemicu kontradiktif...

Baru-baru ini, tren merriage is scary menjamur di kalangan jomblo dan mereka yang belum menikah. Berangkat dari spekulasi terhadap maraknya perselingkuhan dan KDRT.

Sangat menguras emosional, video amatir yang beredar di platfrom Instagram, menunjukkan selebgram Intan mengalami KDRT oleh suami sendiri. Mirisnya, di lokasi terdapat bayi merah, yang hampir ketendang ayahnya sendiri. Bagaimana tidak memicu atensi warganet terhadap kehidupan pernikahan? (Insert.live, 14/08/24)

Maraknya case ini, menimbulkan culture shock warganet, mayoritas dari mereka memiliki khawatir berlebihan, bahkan perasaan takut menikah. Banyak dijumpai komentar netizen, "wanita spek bidadari, masih juga diselingkuhi," atau "perempuan secantik dan sebaik itu masih di KDRT juga," akhirnya ramai komentar, "Yura aku nggak kuat, aku nggak percaya lagi sama laki-laki," makin ke sana, makin kemari respons warganet, semoga sahabat smart bukan bagian dari mereka ya.. Hihii...

Kesalahan satu laki-laki menjadikan barometer kebenaran. Semua laki-laki, dinilai sama di mata perempuan. Begitulah maindset brutal liberal, apalagi ketika salah dalam memilih publik figur, idola, atau role model sebagai rujukan dan motivasi.

Ironis, barometer seseorang menjadikan role model terbaik, versi mereka dengan alasan klasik. Misal, dia baik, dia ganteng, dia glowing, dia tajir, atau dia memiliki language love acts of service. Pokoknya idaman perempuan banget deh, relate banget nggak sih besti?

Menjadikan manusia rawan kecewa karena menyandarkan banyak harapan kepada manusia. Sehingga wajar tren-tren aneh bermunculan dan nggak make sense terhadap solusi.

Berharap kepada manusia merupakan seni melukai hati paling dalam, kenapa? Mau sebanyak apa pun jumlah manusia yang ingin menyenangkan hati kamu, itu semua tidak akan terjadi tanpa seizin Allah. Maka libatkan Allah dalam setiap urusan kehidupan kita, sandarkan semua aturan kehidupan kepada syariat Islam.

Kebayang kan ya, beli handphone Iphone tipe terbaru, harus melihat buku panduan dari pabrik Iphone, nggak mungkin kan beli Iphone, buku panduannya Samsung? Fitur sama speknya aja beda, itu baru selevel mengaplikasikan barang, bagaimana dengan kehidupan ini yang sangat kompleks?

Handphone saja ada penciptanya, ada buku panduannya, lantas kita mau mengingkari keberadaan Sang Pencipta dengan membuat aturan kehidupan sendiri? Merasa aku paling berhak atas tubuhku, aku paling tau diriku seperti apa? Giliran diberi ujian, musibah, cobaan, mengklaim Allah nggak adil, "merasa hidup ku paling kacau, kenapa harus aku ya Allah?"

Seharusnya kita lebih bisa memahami secara mendalam lagi, bagaimana alam semesta, manusia, dan kehidupan ini? Bagaimana ketiganya saling berkaitan? Tidakkah, dari ketiga unsur tersebut kita akan menemukan adanya penciptaan? Kebayang nggak sih, setiap lukisan ada pelukisnya. Misalnya Pablo Picasso, pelukis tersohor pada abad ke-20. Bagaimana dengan penciptaan alam semesta, manusia, dan kehidupan? Bikin mikir nggak tuh sahabat smart...

 

Meluruskan lagi  mindset kita, adalah langkah awal menguraikan setiap problem kehidupan ini. Menyoal mindset hakikat hidup adalah ujian, dan mindset bagaimana kita merespons setiap informasi serta ujian yang ada di dalam hidup kita.

Memahami bahwasanya kehidupan ini adalah tempat bersenda gurau dan tempat bermain. Layaknya game, ketika kita tidak bisa cara mainnya, permainan akan menguasai kita, hingga berakhir game over. Namun, ketika kita bisa mengembalikan keadaan, kita bisa memahami cara mainnya, kita bisa mengendalikan permainan dan kita bisa mencapai rekor sebagai the winner. Tentunya menjadi pemenang butuh skill, butuh ilmu, butuh belajar, dan tentunya taat terhadap aturan permainan.

Bayangkan dalam dunia game kita copy paste dalam kehidupan sehari-hari. Mencari ilmu dan terus belajar untuk mengetahui seluruh panduan dan aturan yang Allah berikan kepada manusia, agar kita tidak tersesat besti. Hihi

"Sejatinya, dunia itu hanyalah permainan serta tempat bersenda gurau, maka sebaik-baiknya tempat adalah akhirat (surga) untuk orang-orang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti? (TQS. al-An'aam:32)

Tren "Merriage Is Scary" bisa kita lewati hanya dengan mengubah mindset liberal dengan Islam, dan tentunya mempelajari lagi ajaran Islam itu seperti apa. Tentunya kita butuh circle temen hijrah yang akan menjari support sistem terbaik kita. Tapi perlu diingat bahwasanya pacaran bukan ajaran Islam, dan ta'aruf prosedur Islam ketika seseorang siap menikah. Yuk belajar Islam bareng Smart With Islam... Icikkiwir...

Oleh: Novita Ratnasari, S. Ak., Penulis Ideologis, Pemerhati Remaja

Sabtu, 07 September 2024

Pemerhati Remaja Ajak Muslimah Ambil Peran


Tinta Media - Pemerhati Remaja Kak Fathiyah Khairiyah, S.Li. mengajak muslimah Karawang untuk mengambil peran, dan bukan hanya sebagai penonton.

“Jadi membuat visi misi agar menuju goals seorang muslimah menuju surga-Nya, tentu harus mengenali diri kita sendiri, agar tidak salah langkah untuk menentukan peran kita mau berkiprah seperti apa? Prestasi seperti apa yang mau dipersembahkan kepada Rasulullah nanti?” tuturnya dalam MTR (Majelis Taklim Bulanan) untuk Muslimah Karawang: Aku Kira Mental Illnes, Ternyata Kebanyakan Screen Time” di Aula Asrama Haji, Karangpawitan, Karawang, Ahad (18/8/24) yang diselenggarakan oleh Komunitas SWI (Smart With Islam).

Kak Fathia mengajak sahabat smart untuk fokus menentukan peran yang diambil. Peran di depan layar, di belakang layar, pemain, atau bahkan mencukupkan sebagai penonton. “Realitas hari ini, kita dipaparkan dengan era digital native, ketika salah mengaplikasikan, tidak bisa mengendalikan nafsu, kita akan screen time. Dan berangkat dari screen time itu langkah awal penyebab mental illnes,” tuturnya.

Ia mengajak sahabat smart untuk menggunakan gadget dengan benar. “Bingung mau cari apa? Mau ngapain? Itu udah ciri-ciri orang terpapar screen time. Makanya manfaatkan fitur mute di sosial media, biar lebih fokus terhadap penggunaan gadget,” sambungnya dengan lugas.

Ia mengingatkan ketika habits dengan lifestyle bebas seperti halnya screen time, menjadikan standar hidup orang mudah berubah. Dulu pakaian sopan itu, standarnya tertutup, malu jika mengenakan pakaian terbuka. Tapi sekarang, mayoritas orang terbiasa dengan kostum terbuka, atau bikini dianggap sopan jika rapi dan bersih. “Bukti bahwa standar orang berubah selaras mengikuti perkembangan zaman, sehingga melahirkan tren-tren unfaedah seperti fomo, flexing, manusia nggak gerak, dsb,”  tuturnya.

Kak Fathia merespons kasus yang tengah viral, 18 anak paskib dipaksa melepaskan hijab saat pengukuhan. Nah, seperti itu jika orang kebanyakan screen time, akan melahirkan manusia dengan banyak ide. Ironisnya, ide-ide yang muncul malah tuai kontroversial karena hot, terlalu bebas. “Dalam agama Islam memakai hijab hukumnya wajib ya bukan sebatas ingin terlihat sopan semata,”  sesalnya.

Berangkat dari screen time, banyak sekali orang berorientasi pada hasil, mengingat banyaknya konten-konten dengan lifestyle bebas, menjadi pemicu orang harus memiliki pencapaian seperti orang lain. “Padahal bisa saja, pencapaian orang lain tidak sesuai passion kita, bakatnya beda, situasi, dan keadaan berbeda. Sehingga ketika terlalu berorientasi pada hasil, dengan standar hidup rawan berubah, tidak sedikit orang banyak tersesat dengan cara instan dan cenderung kotor. Misalnya, membuat konten porno, meskipun tidak sesuai norma-norma yang ada, karena dianggap menghasilkan cuan cepat, bisa kaya instan, sehingga cara kotor dikerjakan. “Itulah yang sekarang sedang terjadi,” bebernya.

Kak Fathia juga memberikan tips and trik agar muslimah hari ini tidak tersesat dengan maraknya gaya hidup yang aneh bin nggak masuk akal, seperti screen time yang bisa menyebabkan mental illnes. “Proud to be Muslim, kalau kita sudah PD (percaya diri) dengan agama Islam, orang mau jungkir balik seperti apapun, mau make lifestyle tren ala-ala kece bin ngehits pun, pikiran kita tidak akan teracuni oleh virus sampah itu. Tetap istiqomah dengan apa yang memang seharusnya kita kerjakan dan perjuangkan” ungkapnya.

Ia menjelaskan, meskipun pemahaman orang sekarang banyak keliru mengenai Islam. Banyak yang beranggapan bahwa Islam hanya mengatur ibadah dengan Sang Pencipta saja, selebihnya urusan masing-masing aja. “Realitas yang nggak make sanse dengan penalaran dari mana manusia berasal, banyak orang yang paham terkait penciptaan manusia itu dari Allah Swt, namun sedikit pula yang istiqomah dengan seperangkat aturan hidup seluruhnya yang ditetapkan oleh Sang Pencipta,” pungkasnya.

Menurutnya, memahami Islam sebagai problem solving dari kerusakan hari ini, harus dimulai belajar dan memahami esensi Qadha dan Qadar. “Mempelajari manusia berada dalam dua circle, pertama circle di luar ranah kita, atau bagian dari hak preogratif Allah. Kedua, circle di dalam ranah manusia. Tugas manusia fokus terhadap circle kedua. Jangan fokus terhadap respons kita dengan apa yang terjadi, tetapi fokus dengan apa yang bisa kita kerjakan setelah ujian datang menghampiri. Karna rasa kecewa berangkat dari ekspektasi yang tidak terpenuhi, jadi sandarkan standar hidup, hanya kepada Sang Pencipta agar tidak kecewa,” pungkasnya.[] Novita Ratnasari, S.Ak.

Jumat, 06 September 2024

Kebijakan Jokowi dan Pandangan Islam tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

Tinta Media - Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengusulkan program penyediaan alat kontrasepsi bagi pelajar sebagai bagian dari upaya untuk menekan angka kehamilan remaja yang terus meningkat. Langkah ini telah memicu perdebatan sengit di tengah masyarakat, terutama dalam konteks nilai-nilai agama dan budaya yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia.

Indonesia menghadapi masalah serius dalam hal kesehatan reproduksi remaja. Data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa tingkat kehamilan di kalangan remaja masih cukup tinggi, dengan sekitar 36 dari 1.000 remaja perempuan berusia 15-19 tahun mengalami kehamilan pada tahun 2021. Kehamilan pada usia dini ini tidak hanya berisiko terhadap kesehatan ibu dan anak, tetapi juga dapat berdampak sosial, seperti putus sekolah dan kemiskinan.

Dalam konteks ini, program penyediaan alat kontrasepsi untuk pelajar dapat dilihat sebagai upaya untuk menanggulangi masalah kesehatan reproduksi di kalangan remaja. Dengan akses yang lebih mudah terhadap alat kontrasepsi, diharapkan remaja dapat lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi mereka dan menghindari kehamilan yang tidak diinginkan.

Pandangan Islam terhadap kontrasepsi cukup beragam, tergantung pada interpretasi dan mazhab yang dianut. Secara umum, Islam tidak secara tegas melarang penggunaan kontrasepsi, asalkan penggunaannya tidak bertujuan untuk menghindari keturunan secara permanen (sterilisasi) dan dilakukan dalam kerangka pernikahan yang sah. Menurut beberapa ulama, penggunaan kontrasepsi diizinkan jika tujuannya adalah untuk menjaga kesehatan ibu, menjarangkan kelahiran, atau untuk alasan ekonomi dan sosial yang sah.

Namun, dalam konteks penyediaan alat kontrasepsi untuk pelajar yang belum menikah, pandangan Islam cenderung lebih konservatif. Islam menekankan pentingnya menjaga kesucian dan moralitas, dan aktivitas seksual di luar pernikahan dianggap sebagai pelanggaran terhadap ajaran agama. Oleh karena itu, kebijakan yang memungkinkan akses mudah terhadap alat kontrasepsi bagi remaja dapat dianggap sebagai dorongan terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Untuk menjembatani perbedaan ini, penting bagi pemerintah untuk mempertimbangkan pendekatan yang lebih holistik. Salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan adalah penguatan pendidikan seks yang komprehensif, yang tidak hanya fokus pada aspek teknis seperti penggunaan alat kontrasepsi, tetapi juga menekankan pentingnya nilai-nilai moral dan agama dalam kehidupan remaja.

Pendidikan seks dalam perspektif Islam dapat mencakup ajaran tentang pentingnya menjaga kesucian, tanggung jawab dalam hubungan, serta konsekuensi sosial dan spiritual dari aktivitas seksual di luar nikah. Dengan demikian, remaja tidak hanya diberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, tetapi juga dibekali dengan pemahaman yang kuat tentang pentingnya menjaga moralitas sesuai dengan ajaran agama.

Salah satu tantangan terbesar dalam implementasi program ini adalah potensi resistensi dari masyarakat yang kuat memegang nilai-nilai agama. Beberapa kelompok masyarakat mungkin merasa bahwa kebijakan ini tidak sejalan dengan nilai-nilai moral yang mereka anut dan khawatir akan dampak negatifnya terhadap perilaku remaja. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih inklusif, di mana pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk tokoh agama, guru, dan orang tua, untuk memastikan kebijakan ini diterima dan dipahami dengan baik.

Selain itu, perlu diperhatikan bahwa kebijakan ini harus disertai dengan mekanisme pengawasan yang ketat untuk memastikan bahwa distribusi alat kontrasepsi tidak disalahgunakan. Edukasi yang mendalam tentang penggunaan kontrasepsi, dampak kesehatan, serta implikasi moral dan sosialnya harus menjadi bagian integral dari program ini. Dengan cara ini, kebijakan ini bisa berjalan efektif tanpa melanggar norma-norma sosial yang ada.

Peran tokoh agama sangat penting dalam menyukseskan program ini. Tokoh agama dapat berperan sebagai jembatan antara pemerintah dan masyarakat dengan memberikan pemahaman yang tepat mengenai pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dalam kerangka nilai-nilai Islam. Dengan dukungan tokoh agama, diharapkan kebijakan ini dapat diterima dengan lebih baik oleh masyarakat luas, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip agama yang dianut.

Program penyediaan alat kontrasepsi untuk pelajar yang diusulkan oleh pemerintahan Jokowi merupakan kebijakan yang bertujuan untuk menekan angka kehamilan remaja, namun menghadapi tantangan besar dalam hal penerimaan sosial dan agama. Dalam pandangan Islam, kontrasepsi diperbolehkan dalam batas-batas tertentu, tetapi penggunaannya di kalangan remaja yang belum menikah masih menjadi isu kontroversial.

Untuk memastikan kebijakan ini tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama, pemerintah perlu melibatkan tokoh agama, pendidik, dan masyarakat dalam perumusannya. Edukasi seks yang komprehensif, berbasis pada nilai-nilai Islam dan budaya lokal, perlu menjadi bagian integral dari program ini. Dengan demikian, diharapkan kebijakan ini dapat diterapkan dengan cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, sambil tetap efektif dalam mencapai tujuan kesehatan publik.

Oleh: Nur Aidah Fitriah, Mahasiswi STEI SEBI

Jumat, 30 Agustus 2024

PP Kontrasepsi untuk Remaja Melegalkan Zina

Tinta Media - Zina dianggap biasa dalam sistem kapitalisme bahkan di kalangan remaja, karena kebebasan sangat dijunjung tinggi meskipun penyimpangan dan bisa merusak generasi. Sungguh aneh jika negara malah menyuburkan perzinaan di kalangan remaja dengan membuat aturan yang mendorong pergaulan bebas yang akan membawa kerusakan. Aneh, jika negara memfasilitasi remaja agar merasa aman berbuat zina dengan memberi mereka alat kontrasepsi.

Melegalkan sesuatu yang haram seperti zina hanya akan mengundang azab Allah yang sangat pedih. Untuk apa kontrasepsi bagi remaja yang belum menikah. Harusnya mereka berpuasa untuk tidak melakukan. sex bebas sebelum mereka siap untuk menikah karena naluri dan kebutuhan sexual hanya boleh disalurkan dalam sebuah ikatan pernikahan. Sesuatu yang dilarang pasti merusak meskipun dalam pandangan manusia dianggap bermanfaat. Kebijakan penguasa untuk memberikan alat kontrasepsi pada remaja hanya akan mendorong mereka untuk melakukan sex bebas. Mereka merasa aman dari kehamilan tapi tidak dari azab Allah. Meskipun di dunia hukum buatan manusia tidak melarang tapi hukuman  di akhirat pasti mereka dapatkan karena zina adalah dosa besar.

Diterapkannya hukum kufur dengan menghalalkan dosa besar hanya mengundang azab Allah yang sangat pedih. Banyak bencana dan kesukaran hidup karena hukum Allah ditinggalkan, dan lebih memilih hukum buatan manusia yang sering bertentangan dengan syariat-Nya. Hidup di negeri kaya raya dengan sumber daya alamnya, namun rakyatnya hidup sengsara. 

Hanya Allah, Yang Maha Tahu, hukum yang terbaik buat manusia. Sementara, hukum buatan manusia sering menyesatkan dan membawa pada kerusakan tanpa mereka sadari. Mereka berpikir dengan memberi kontrasepsi kepada remaja akan melindungi mereka dari risiko kehamilan, tapi risiko lebih besar tidak disadari akan terjadi, yakni sex bebas, praktik zina di kalangan remaja yang pasti akan membawa kerusakan .pada generasi.

Hanya dalam sistem Islam, khilafah, syariat Allah bisa diterapkan secara kaffah, bukan hukum kufur yang akan membawa pada kerusakan. Selama sistem kapitalis yang diterapkan praktik zina akan tumbuh subur di kalangan remaja, karena aturan yang mendukung mereka untuk melakukan zina dalam sebuah pergaulan bebas yang membawa kerusakan.

Saatnya kita berpikir jernih untuk membangun kehidupan Islami yang hanya bisa terwujud

dalam sistem Islam yang menerapkan Islam secara.  Generasi terjaga dari penyimpangan perilaku dan mampu berpikir cemerlang. Generasi unggul dengan kepribadian Islam menjadi calon pemimpin masa depan yang mampu menciptakan kehidupan ideal dengan Islam, bukan kehidupan sekuler yang jauh dari nilai-nilai Islam.

Oleh: Mochamad Efendi, Sahabat Tinta Media 

Anak Muda Wajib Waspada dengan Gula!

Tinta Media - Hai sob, aku mau nanya nih, kalian suka ngga sih minuman kemasan yang rasanya manis-manis itu! yang biasa dijual di banyak supermarket. Minuman yang rasanya enak, manis, ga perlu ribet-ribet bikin, murah pula. Kira-kira siapa sih yang ngga suka sama minuman kaya gitu? apalagi dari kalangan kita, gen Z. Aku yakin rata-rata kita semua suka minuman kemasan seperti itu.

Tapi kalian tau ngga sih kandungan gula yang ada di dalam minuman kemasan seperti itu? kalian pernah liat informasi nilai gizi yang ada di belakang minuman kemasan tidak? coba kalau nanti beli, cek kandungan gula di minuman tersebut ya.

Kita ambil contoh minuman teh b*tol so*ro yang isi bersihnya 350 ml. Disebutkan dalam informasi nilai gizinya, kandungan gulanya adalah 11 gram untuk satu serving (225ml). Cara menghitung kandungan gulanya adalah 11 dibagi 225 kemudian dikalikan 350 ml, maka hasilnya adalah 17 gram yang setara dengan 3,5 sendok teh.

Contoh lainnya ada pada minuman sereal en*rgen yang mengandung 18 gram gula atau setara dengan 2 SDM(sendok makan) gula. Minuman probiotik ya*ult yang 65 ml nya mengandung 10 gram gula. Susu kotak ul*ra m*m* ki*s yang mengandung 11 gram gula atau setara dengan 1 SDM gula. minuman p*r*ro yang mengandung 27 gram gula atau setara dengan 3 SDM gula. Permen jely kenyal y*pi mengandung 48 gram gula atau setara dengan 5 SDM gula.

Waduh, lumayan ngeri ya! Padahal jatah gula kita sehari menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah 50 gram, bisa-bisa langsung habis kalau banyak mengonsumsi makanan atau minuman kemasan seperti yang dicontohkan di atas.

Dikutip dari detik.com Sabtu 27 Juli 2024 dikabarkan bahwa banyak anak-anak yang mengalami cuci darah di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM). Ada sekitar 60 anak yang menjalani terapi pengganti ginjal di RSCM. 30 diantaranya menjalani hemodialis rutin sementara lainnya datang sebulan sekali.

Ada banyak faktor yang bisa meningkatkan risiko terkena gagal ginjal, salah satunya adalah kebiasaan mengonsumsi makanan atau minuman kemasan yang tinggi gula. Dokter Spesialis Anak di RSCM Eka Laksmi Hidayati mengatakan salah satu faktornya adalah pola hidup tidak sehat (cnnindonesia.com 26/07/2024).

Pola hidup tidak sehat ini tidak langsung seketika langsung terjadi. Ini bisa terjadi kalau sudah masuk obesitas dan anak yang obesitas ketika masuk usia dewasa (gagal ginjal).

Sungguh miris, kesehatan rakyat tidak ada lagi jaminannya. Negara juga abai dalam mengontrol makanan atau minuman yang di konsumsi rakyatnya. Bukankah itu tugas utama negara? yaitu menjamin kesehatan rakyatnya. Kalaulah kita sudah berupaya untuk menjaga kesehatan, tapi makanan yang thayyib dan halal sulit didapatkan apalah daya?

Padahal Allah sudah mengatur pola makan yang benar dalam Q.S Al-Maidah ayat 88 "Dan makanlah yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rizkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya"

Kita semua memang membutuhkan aturan langsung dari pencipta manusia, Allah SWT Al-Khaliq Al-Mudabbir. Aturan yang sempurna tiada tara karena langsung dari sang kuasa. Bukankah sudah saatnya aturan itu diterapkan?

Oleh: Shiera Kalisha Tasnim, GenZiPU (generasi z peduli umat)

Legalisasi Zina, Melahirkan Generasi Red Flag

Tinta Media - Remaja dalam balutan marabahaya, penuh drama, deretan kebijakan hanya memperpanjang kemaksiatan. Sungguh malang, masa depan generasi muda dalam dekapan zona zina. Jangan ya dek ya...

Ada yang kenal Pedro Zamora, aktor Hollywood? Sosok pemeran MTV dalam The Real World:San Francisco. Seorang pria gay, pertama kali secara transparan muncul ke stasiun televisi dengan penyakit HIV yang dideritanya. Zamora seorang pendidik HIV, aktif memberikan edukasi serta membagikan alat kontrasepsi ke gereja dan sekolah, sebagai bentuk kepeduliannya terhadap kesehatan, hingga mendapatkan gelar pendidik Amerika Serikat. Pesan yang ingin disampaikan Zamora kalau mau friend with benefit (FWB) ya harus makai pengaman biar aman. Wah...wah...mindset keblinger nih. (Yahoo, 15/10/23)

Aksi heroik ini pernah dilakukan oleh Zamora jauh sebelum Indonesia Merdeka, sampai sekarang karyanya masih dikenang banyak orang, bahkan sering menghadiri konferensi AIDS Internasional serta memberikan edukasi ratusan kali. Tetapi ternyata nggak efektif untuk memutus rantai HIV/AIDS ini, perlu diketahui bahwa AS sekarang 1,2 juta orang positif HIV. Kan jelas nggak make sense ya, memutus rantai penyakit menular dengan pemberian pengaman. (HIV.gov, 07/12/23)

Zamora contoh figur yang keliru, ingin memutus HIV/AIDS tapi memfasilitasi alat kontrasepsi. Bahkan di akhir hidupnya, Zamora masih sempat kencan dengan sesama jenis. Apa nggak bahaya kalo Zamora dijadikan role model oleh negeri dengan mayoritas Muslim terbanyak?

Mirisnya, sekarang Indonesia sedang copy paste aksi Zamora, melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 terkait UU Kesehatan.  Sekelas Zamora aja, yang sudah sering mengadiri konferensi Internasional masih nol hasilnya. Ibarat produk menjamur dipromosikan kembali. Kahabisan ide ini mah, ck...ck...ck...

Sahabat smart harus lebih awere dengan apa yang terjadi. PP 28/24 sekilas biasa saja, namun setelah diselami banyak aturan yang nggak make sanse dengan dunia remaja. Misalnya pasal 103 tentang memberikan edukasi, informasi, dan memfasilitasi remaja alat kontrasepsi dalam upaya kesehatan alat reproduksi. Artinya alat kontrasepsi masuk ke dalam sekolah, nggak bahaya tah?

Peraturan ini, cenderung melegalisasi seks bebas di dunia remaja. Mungkin tenaga medis dan negara sudah kebingungan merespons penyakit menular bak gunung es. Di kawasan sahabat smart, sudah ada 323 pasien dengan diagnosa HIV/AIDS. Terjadi lonjakan signifikan dari tahun 2020 sampai 2024, korban nambah banyak sedangkan penyakit tersebut belum bisa disembuhkan. (Beritakarawang, 15/07/24)

Dunia remaja dalam bahaya, sebelum PP 28/24 disahkan, pergaulan bebas selayaknya monster, susah dikendalikan. Bagaimana nasib remaja jika disediakan alat kontrasepsi? Bukankah remaja yang tadinya tersipu malu untuk memiliki alat kontrasepsi, sekarang nggak perlu ragu lagi. Emang boleh sebrutal itu?

Masa depan remaja mau dibawa ke mana? Mungkinkah melahirkan generasi berintegritas jika seks bebas dijadikan lifestyle tanpa batas. Bisa sih, tapi hanya di dunia khayal aja. Bercyandaaa...

Menjadi Muslim, sudah saatnya menjadikan Rasulullah Muhammad saw. Sebagai role model remaja zaman now. Sehingga apa pun yang beliau bawa, contohkan, dan kerjakan kita senantiasa berittiba.

Langkah pertama, kita harus berittiba dengan pemikiran Rasulullah. Sehingga apa yang kita kerjakan reconnect with Rasulullah. Bukankah ketika Rasulullah diutus menjadi Nabi sekaligus Rasul, banyak sekali yang membenci, bahkan sampai melempar kotoran ketika Rasulullah shalat.

Kira-kira apa yang mereka benci? Bukankah sebelum Rasulullah diutus menjadi nabi terakhir, merupakan orang yang paling disegani. Muhammad dijadikan barometer orang-orang kafir dalam hal kejujurannya, akhlaknya, kesopanannya, sifat amanahnya, dsb. Tidak ada keburukan yang melekat kepada Muhammad.

Sebenarnya apa yang Rasulullah bawa? Rasulullah membawa agama Islam yang sempurna dan paripurna. Dalam Islam terpancar pemikiran yang khas dan menyeluruh. Ketika seseorang bertauhid dan menginstal pemikiran Islam, sebuah kemustahilan, jika tetap melaksanakan kemaksiatan.

Bukankah sahabat Mus’aib bin Umair ketika sudah masuk Islam, beliau meninggalkan keluarganya karena meninggalkan sesembahan nenek moyang. Lelaki tertampan, dan rupawan pasa zamannya, rela meninggalkan kemewahan itu hanya untuk mendapat ridha Allah.

Allah berfirman,

Apa yang Rasulullah beri kepadamu maka terimalah, dan apa yang Rasulullah larang maka tinggalkan. Bertakwalah kepada Allah, karena sungguh sangat keras hukuman Allah. (TQS.al-Hashr:7)

Jelas ya sahabat smart, seks bebas, zina, pacaran, dkk tidak diajarkan dalam Islam, tidak pula dicontohkan oleh Rasulullah. Yang beliau contohkan adalah poligami, dengan ketentuan dan mekanisme sesuai syariat ya bestie. Sekarang poligami di framing  negatif padahal sunnah, sedangkan pacaran mendekati zina, yang jelas-jelas dilarang sama Allah. Jadi stop normalisasi zina, hari gini pacaran bertahum-tahun tapi tanpa kepastian. Nggak zaman lah yauw... ITP dong, Indonesia Tanpa Pacaran. Icikkiwir..

Wallahu’alam Bisowab.

Oleh: Novita Ratnasari, S. Ak., Penulis Ideologis, Pemerhati Remaja

Minggu, 18 Agustus 2024

Pemerhati Remaja: Luangkan Waktu untuk Hadir ke Kajian

Tinta Media - Pemerhati Remaja kak Silva Bella Rezky, S.Pd. mengajak remaja Muslimah Karawang meluangkan waktunya untuk hadir ke kajian remaja.

“Jadi, luangkan waktu untuk hadir ke kajian. Bukan hadir ke kajian kalau ada waktu luang,” tuturnya dalam MTR (Majelis Taklim Rutinan) bagi remaja Muslimah Karawang dengan tema “Kita Mengaji karena Cinta” di Aula Asrama Haji, Karangpawitan, Karawang, Senin (22/07/2024) yang diselenggarakan oleh Komunitas SWI (Smart With Islam).

Kak Silva mengajak remaja untuk hadir ke kajian agar tidak nyasar ke lembah kenistaan. “Realitas hari ini dipenuhi kubangan-kubangan maksiat pasti hati itu mengingkari nikmatnya iman? Yuk, kita sama-sama saling mengingatkan bahwa Allah akan kenaikan derajat orang berilmu beberapa derajat,” ujarnya.

Ia memaparkan realitas hari ini yang begitu rusak bin bobrok sekali. Misalnya, penggunaan gadget tidak untuk kebaikan, cenderung maksiat dan membuat manusia lalai akan kewajiban seorang Muslimah. “Udah masuk waktu sholat, masih tuh asyik tik-tokan, joget-joget di depan kamera. Nauzubillah,” sesalnya.

Ia juga mengingatkan bahwa setiap yang bernyawa pasti merasakan mati, dan sebaik-baiknya balasan orang beriman adalah surga. “Bahkan Allah mention ke kita kalau dunia itu kesenangan yang memperdaya,” ungkapnya.

Kak Silva juga memberikan tips agar menjadi orang berilmu dengan hadir ke kajian dengan cinta. Pertama, rasa cinta disandarkan kepada Allah Swt. Kedua, muslimah menutup aurat. Ketiga, memperhatikan makanan dan minuman. Dan terakhir, menjaga tingkah laku, lisan, dan tulisan.

“Kita harus memiliki kerangka berpikir mengkaji Islam secara keseluruhan, memahami syariat secara sempurna, meyakininya, mengamalkannya, lalu menyebarkannya (dakwah),” ungkapnya.

Menurutnya, orang beriman adalah manusia terbaik dan memiliki kewajiban dalam menyampaikan kebenaran. “Perlu di garisbawahi bahwa dakwah bukan hanya untuk ulama, ustadz, da’i atau mereka yang punya kesempatan di atas podium,” pungkasnya.[] Novita Ratnasari

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab