MEWUJUDKAN NEGERI ‘RAYA’
Tinta Media - Gempita kemerdekaan di negeri ini masih terasa. Bendera, umbul-umbul dan nuansa merah putih lainnya masih menghiasi ruang gerak masyarakat. Lagu kebangsaan Indonesia Raya masih terngiang dinyanyikan dengan penuh takzim. Kenangan momentum proklamasi 78 tahun yang lalu membangkitkan semangat penduduk di negeri ini untuk kehidupan yang lebih baik.
Dalam sebuah diskusi online,
cendekiawan muslim Profesor Fahmi Lukman pernah mengungkapkan, ketika kita
menyanyikan lagu kebangsaan kita, pernahkah kita memiliki cita-cita bahwa
negeri ini menjadi sebuah negara yang ‘raya’? Sebuah negara yang berjaya di
dunia. Jika iya, apakah sudah tergambar bagaimana mewujudkannya?
Raya, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia berarti “besar (dalam pemakaian terbatas”, juga berarti “alam
(jagat)”. Jika sebuah negara memiliki karakter ‘raya’, maka otomatis dia
memiliki wawasan dunia, tidak tersekat oleh batas-batas tertentu yang
mengkerdilkan ke’raya’annya. Apakah negeri ini telah memiliki semangat ini?
Lebih penting lagi, bagaimana mewujudkannya?
Di bulan September 2023 ini,
bertepatan dengan momentum lahirnya Nabi Agung Muhammad SAW. Bukan saja
pribadinya yang istimewa, namun misi risalahnya yang juga berbeda dengan Nabi
dan Rasul sebelumnya. Jika nabi dan rasul sebelumnya diutus hanya untuk
kaum-kaum tertentu, Rasul SAW hadir untuk sekalian manusia (TQS [4]: 79) dan
membawa Islam rahmat lil ‘alamin (TQS [21]: 107).
Dengan wahyu yang telah
diturunkan oleh Alloh SWT, beliau berhasil menembus sekat-sekat klan/kabilah,
qoumiyah dan panji-panji ashabiyah yang membelenggu bangsa Arab saat itu. Walhasil, kekuatan Islam yang
direpresentasikan oleh tegaknya Daulah Islam di Madinah menjadi cikal-bakal
tegaknya peradaban baru di tengah kancah internasional.
Daulah Islam, yang pada
mulanya hanya menyatukan dua golongan, yakni Muhajirin dan Anshor di kemudian
hari berubah menjadi entitas peradaban yang menyatukan seluruh umat manusia.
Bahkan 10 (sepuluh) tahun pasca wafatnya Rasul SAW, peradaban ini berhasil
mengalahkan peradaban Persia yang telah berusia sekira 1.200 tahun dengan
bentangan wilayah empat kali luas Indonesia. Suatu prestasi yang belum pernah
ditorehkan oleh peradaban lain.
Apa ibrah yang bisa diambil
oleh rakyat di negeri ini? Momentum kemerdekaan dilanjutkan dengan momentum
Maulid Nabi Muhammad SAW bisa menjadi tonggak perubahan ke arah yang lebih
baik.
Indonesia, negeri muslim terbesar di dunia dengan kekuatan imannya tentu mampu mewujudkan ke’raya’annya jika mau melepaskan belenggu nasionalisme dan kapitalismenya. Menggantiya dengan visi dan misi yang mendunia dengan tuntunan syariat dari Alloh SWT. Bentangan wilayah yang luas, letak geopolitik yang strategis dan sumber daya alam yang ditopang muslim-muslim yang sadar akan kekuatan mabda’ Islam akan mampu mewujudkan Indonesia magnet peradaban baru menggantikan peradaban kapitalisme yang rusak dan merusak ini.
Inilah Indonesia Raya, yang menerapkan
Islam secara kaaffah, kemudian menyatukan negeri-negeri Islam yang lain dengan
cara mengoyak sekat nasionalisme dan menggantinya dengan peradaban dalam
naungan Khilafah Islamiiayah ‘ala manhaj nubuwwah. Insya Alloh.
Oleh: Yung Eko Utomo
Sahabat Tinta Media