Tinta Media: Ratusan Siswi
Tampilkan postingan dengan label Ratusan Siswi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ratusan Siswi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 25 Januari 2023

Gaya Hidup Liberal, Ratusan Pelajar Hamil Diluar Nikah

Tinta Media - Sebuah kabar beredar bahwa ratusan siswi di Ponorogo mengalami putus sekolah karena hamil diluar nikah. Berita tersebut bermula dari banyaknya pengajuan dispensasi nikah bagi kalangan remaja. Dilansir dari www.liputan6.com sekitar 266 pemohon untuk tahun 2021, 191 pemohon pada tahun 2022, dan 7 pemohon di awal tahun 2023. Dispensasi nikah ini diajukan karena meningkatnya kasus hamil di luar nikah.

Bak gunung es, peristiwa hamil diluar nikah sebenarnya bukan hal yang baru, karena banyak kasus serupa terjadi, hanya saja tak muncul di permukaan. Fenomena remaja yang masih sekolah lalu harus berhenti studi dan jadi ibu, juga bukan hal yang aneh saat ini. Masyarakat menganggapnya sebagai hal yang lumrah tapi salah kaprah. Di Indonesia, budaya Timur masih dipakai sebagai standar nilai moral, kultur keislaman juga masih jadi patokan masyarakat walau sudah cenderung pudar. Namun, jika seks bebas dan hamil di luar nikah ini menjangkit di tengah remaja muslim, maka itu sebuah hal yang patut untuk disoroti.

Apa yang sebenarnya menjadi faktor maraknya seks bebas dan fenomena meningkatnya hamil di luar nikah? Berbagai upaya sudah dilakukan untuk menekan meledaknya angka, tapi kasus tetap terjadi. Mulai dari kampanye kesehatan reproduksi dan kondom. Seruan untuk setia dengan satu pasangan, demi menghindari penyakit menular seksual, bahkan sampai diserukan untuk pacaran sehat. Sebuah ironi terjadi di Indonesia yang mayoritas muslim, tapi pergaulan bebas begitu nyata terasa. Budaya pacaran bukan hal yang tabu, dan menjadi life style bagi para pemudanya. Jika sudah demikian, seks bebas menjadi sebuah keniscayaan yang akan tetap menjerat generasi muda negeri ini.

Kerusakan ini semua bersumber dari pola hidup liberal yang saat ini dianut oleh manusia. Sebuah kerusakan tersistem karena sudah dibuangnya nilai agama dari kehidupan. Pandangan hidup sekuler begitu menggurita, tanpa sadar sudah melampaui batas-batas yang digariskan oleh Tuhan. Jika terjadi kerusakan pada sistem semesta dan manusia, itu salah manusia sendiri.

Individu-individu liberal ini hanya lahir dan diciptakan dari sistem sekuler. Individu yang bahkan tak tahu garis batas halal haram dalam segala aktivitas. Individu yang lebih memperturutkan hawa nafsu dan kesenangan duniawi, tanpa berpikir panjang akibatnya. Individu  yang lemah akidahnya, dan tak paham konsekuensi keimanan. Sistem sekuler yang membuat kepribadian generasi Indonesia menjadi pribadi-pribadi yang labil, mudah stress, dan lemah iman.

Generasi muda yang lahir dari keluarga yang tidak optimal dalam menjalankan perannya dalam memahamkan nilai agama pada anak-anaknya, juga menjadi sorotan penyumbang kerusakan yang terjadi. Keluarga adalah madrasah pertama dan utama dalam mendidik, mengembangkan potensi kebaikan dan kebenaran anak-anak. Peran orang tua sangat penting dalam memahamkan anak-anaknya agar memiliki keimanan yang kuat, dan selalu terikat pada hukum-hukum syara’. Keluarga yang labil dan tak berpondasikan keimanan pada Allah hanya akan melahirkan anak-anak yang tak tahu standar hidup yang benar.

Liberalisme yang lahir dari sekularisme ini menjadikan tatanan masyarakat menjadi kacau. Nasab pun hancur karena maraknya perzinaan. Jika hal ini tetap terjadi dan masyarakat cenderung mendiamkan dan tak mengubah keaadaan, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi ke depannya. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah lingkungan dan masyarakat yang paham dalam menjalankan peran menasihati kepada kebenaran dan mencegah kemungkaran terhadap anggota masyarakatnya.

Penguasa yang mengabaikan nilai-nilai agama, cenderung sekuler hanya akan membuat kebijakan-kebijakan yang berasaskan pada manfaat dan tambal sulam. Kebijakan penguasa sekuler hanya akan melanggengkan sebuah kebrobrokan masyarakatnya, karena solusi yang diambil dan dilakukan tidak menyentuh dasar permasalahan. Jelas sekali bahwa seks bebas terjadi karena liberalisme sekuler. Maka seharusnya penguasa melakukan edukasi yang sesuai dengan nilai agama, dan segera menerapkan sistem yang benar yang sesuai dengan fitrah manusia. Memperbaiki ikatan yang ada di tengah masyarakat agar sesuai dengan Islam.

Sejumlah besar remaja muslim dalam sistem sekuler, jika salah mengarahkan hanya akan menjadi generasi sampah. Sekularisme yang tumbuh subur di negeri ini menjadi ancaman setiap saat bagi generasi muda. Jika makin sekuler, maka semakin tidak kenal agama. Agama hanya dijadikan identitas belaka. Padahal Islam mengatur seluruh aspek kehidupan, baik individu, keluarga, masyarakat, bahkan sampai tataran negara. Maka buang jauh sekularisme sebagai induk liberalisme, gaya hidup bebas yang merusak manusia dan semesta. Pahami, terapkan, dan dakwahkan Islam, agar para pemuda kembali memeluk agamanya dan mereka selamat dunia akhirat.

Oleh : Hayyin

Sahabat Tinta Media 

Rabu, 18 Januari 2023

Ratusan Siswi SMP Hamil; Revolusi Seksual Terlarang Anak Muda Indonesia

Tinta Media - Sebagai pendidik dan ayah saya terkaget-kaget membaca ratusan pelajar putri tingkatan SMP minta dispensasi sekolah karena sudah hamil. Mungkin bukan saya saja yang kaget, tapi banyak guru, orang tua, dan siapa saja yang care dengan dunia pendidikan seperti jantung mau copot. Anak-anak yang masih usia SMP tahu-tahu hamil, jumlahnya ratusan, dan bukan di kota metropolitan, tapi Ponorogo.

Anak-anak itu juga pasti terkaget-kaget kalau mereka ternyata bisa hamil. Mungkin mereka sudah tahu kalau berhubungan seks dengan lawan jenis salah satu resikonya adalah hamil. Tapi bisa jadi mereka tak bakal menyangka kalau perbuatan mereka dengan pacar atau kawan atau siapalah cowoknya, ternyata membuat mereka hamil di usia masih amat muda.

Saya jadi teringat dengan beberapa tulisan dari pemerhati sosial, psikolog, praktisi kesehatan atau siapa saja yang mengkritisi gerakan nikah muda. Bagi mereka, pernikahan usia dini itu amat tidak layak. Beresiko bagi kesehatan fisik dan mental remaja. Namun saya belum membaca tulisan mereka yang mengkritisi soal gaya pacaran remaja sampai hamil di usia dini. Karena secara tersirat, bagi kelompok yang menentang pernikahan usia dini, pacaran bagi remaja adalah salah satu opsi atau jalan keluar. Entah mereka tidak tahu atau pura-pura tidak tahu kalau sebagian remaja Indonesia sudah mengalami suatu revolusi gaya hidup; revolusi seksual.

Mengapa saya berani mengatakan demikian? Pertama, anak-anak muda Indonesia hari ini yang dikenal dengan gen milenium dan gen Z bisa dengan mudah mengakses berbagai konten pornografi. Gawai yang canggih dan koneksi internet memanjakan mereka berselancar di berbagai situs untuk mendapatkan berbagai hal yang bersifat pornografi.

Celakanya yang mereka dapatkan bukan sesuatu yang edukatif, tapi destruktif. Merusak nalar berpikir anak-anak muda dan remaja kita. Seks dan erotisme yang harusnya jadi bagian privat dan sakral dilakukan pasangan suami-istri sekarang jadi konsumsi anak-anak muda yang masih jauh berpikir dari menikah. Mereka masih betah di sekolah, nongki dengan kawan, main futsal, tapi syahwat mereka sudah melewati titik didih.

Kedua, sebagian anak muda kita sudah semakin permisif terhadap perilaku seks bebas. Saya ingin katakan pada banyak orang tua, guru, pendidik, pemerhati sosial, dokter dan tenaga medis, sebagian anak muda Indonesia sejak tahun 90-an kalau berpacaran sudah melakukan yang namanya KNPI; kissing, necking, petting dan intercourse.

Ini juga disupport oleh orang tua mereka dan lingkungan. Coba saja di medsos atau media massa online muncul berita artis anu liburan berdua bersama kekasihnya ke daerah anu selama beberapa hari. Apakah mereka tidur satu kamar di hotel? Tidak ada yang tahu, tapi siapa yang bisa mencegah kalau itu terjadi? Akun beberapa selebgram juga sering pamer foto bersama kekasih dalam pose intim. Bagaimana sikap orang tuanya? Belum pernah saya dengar ada orang tua selebgram yang murka pada kelakuan anak-anak mereka.

Ada juga selebgram yang cerita kesana kemari kalau dia jadi selingkuhan atau simpanan laki orang. Bahkan sampai vulgar dia ceritakan kalau dia sudah berzina dengan selingkuhannya seperti ini dan itu. Belum lagi podcast-podcast yang menjual erotisme demi cuan.

Ini menjadikan seks diluar nikah di otak sebagian remaja dan anak muda Indonesia adalah keren, gaul, sampai mereka kesandung kasus hamil di luar nikah, yang laki tak mau tanggung jawab, digugurkan kandungannya, atau lebih buruk lagi dibunuh pacarnya.

Ketiga, revolusi seksual anak muda Indonesia semakin menjadi karena sebagian dari mereka juga tahu bagaimana menghindari kehamilan. Bukankah kondom dijual bebas di minimarket dan bisa dijual pada siapa saja? Sebagian dari mereka juga tahu apa yang harus dilakukan kalau terlanjur hamil. Sejumlah obat-obat penggugur kandungan dijual online dan siapa saja bisa mengaksesnya.

 

PRAGMATIS NAN BERBAHAYA

Menghadapi kondisi ini banyak pihak memilih jalan pragmatis. Katanya masyarakat harus menghormati privilege masing-masing orang lakukan hubungan seks di luar nikah, termasuk di kalangan remaja. Yang mereka kampanyekan hanyalah no sex before married, tapi tetap tolerir pacaran. Sebagian orang menyerukan pentingnya pendidikan seks, sebagian lagi menyerukan be faithful/setia pada pasangan dan penggunaan kondom.

Namun mereka juga tak bisa melarang seseorang termasuk anak muda melakukan seks sebelum nikah. Bukankah ada kaidah my body is my authority? Yang penting hubungan seks dilakukan dengan prinsip consent, tak ada paksaan dan kekerasan.

Sikap pragmatis orang tua, pendidik, masyarakat apalagi negara justru akan menyeret bangsa ini khususnya anak-anak muda masuk jurang kehancuran sosial. Lihat saja di kasus ratusan siswi SMP hamil di Ponorogo. Mereka minta dispensasi sekolah.

Waspadai juga jatuhnya mental para remaja itu. Masih muda harus sudah menanggung kehamilan, atau nanti mengasuh anak, apalagi akibat hubungan di luar nikah. Menggugurkan kandungan pun bukan pilihan terbaik. Banyak perempuan alami trauma pasca lakukan aborsi kandungan. Belum lagi resiko gangguan kesehatan seperti perdarahan berat, infeksi, sepsis (kelanjutan dari infeksi), kerusakan rahim, peradangan panggul dan endometritis (radang pada lapisan rahim).

Waspadai juga nanti perkembangan mental anak-anak yang lahir dari ibu yang terpaksa mengandung, melahirkan dan membesarkan mereka. Dari mental ibu yang tidak siap menjadi pendidik dan pengasuh anak, bagaimana bisa mental anak-anak mereka tumbuh dengan baik? Yang ada bisa menjadi beban orang tua mereka; ya beban sosial ya beban ekonomi.

Siap-siap saja Indonesia hadapi gelombang penyakit menular seksual di kalangan remaja dan anak muda. Di AS, anak muda usia 15-24 tahunmenyumbang 50 % dari total pasien penderita penyakit menular seksual (PMS/Sexual Transmitted Deseases (STDs)) , meskipun mereka hanya mewakili 25% dari populasi yang mengalami seksual, atau sekitar 20 juta anak muda AS.

 

STOP PERZINAAN

Satu-satunya jalan selamat untuk anak muda Indonesia adalah dengan stop perzinaan. Bisakah? Bisa tapi hanya dengan syariat Islam yang dijalankan dengan kaffah. Tanpa itu, revolusi seks akan terus terjadi, bahkan bisa berjilid-jilid. Dalam Islam aturan seputar pergaulan pria-wanita, pernikahan dan larangan zina sampai sanksi pidana untuknya sudah sangat lengkap.

Islam hanya membuka pintu pernikahan untuk hubungan biologis, tak ada jalan lain. Di luar pernikahan berkhalwat apalagi melakukan ‘KNPI’ adalah terlarang. Ada sanksi pidana yang diberlakuan pada anak muda yang nekat melakukan zina; jilid 100 kali menanti.

Apakah dengan begitu anak muda harus menikah dini? Tidak demikian. Pernikahan itu butuh persiapan lahir batin. Untuk mereka yang sudah siap maka dianjurkan menikah, kalau belum siap maka persiapkan diri sambil mengembangkan berbagai potensi diri dan banyak beribadah, juga menjauhkan diri dari beragam hal yang menjadi stimulan naluri seksual mereka.

Maka pornografi adalah musuh bersama yang harus dilenyapkan. Ada sanksi yang juga disiapkan bagi pembuat konten, yang menyediakan, dan yang mengaksesnya. Semua dilakukan untuk mencegah anak-anak muda alami kerusakan mental akibat pornografi.

Namun berharap itu terjadi sekarang di Indonesia adalah mustahil. Bangsa ini – terutama para pengambil kebijakannya – lebih memilih budaya liberalisme dan hedonisme masuk ke dunia anak-anak muda lewat film, musik, bacaan, dll. Kasus ratusan siswi SMP yang hamil di Ponorogo hanya jadi keterkejutan sesaat, setelah itu akan dilupakan lagi, dan revolusi seksual anak muda terus berjalan.

Sementara itu Islam Kaffah yang sebenarnya jalan keluar bangsa malah terus menerus dimusuhi. Dicap radikalisme dan dijadikan musuh bersama. Bahkan beragam isu anak umat seperti liberalisasi SDA, Perppu Cipta Kerja, juga soal seks bebas anak muda malah dibelokkan sebagai ‘tunggangan’ kaum radikal. Dis.

Padahal, banyak anak muda di negeri ini diselamatkan oleh apa yang mereka sebut kaum radikalis. Berbagai pengajian, seminar, festival keislaman, digelar sebagai ajang untuk menyadarkan dan menyelamatkan anak-anak umat. Tak sedikit yang kemudian hijrah dan menjaga diri sampai pernikahan nanti. Itu saja, masih dicurigai dan dipersekusi. Sementara dangdutan dan saweran dibiarkan dengan alasan budaya Nusantara. Ealah.

Oleh: Ustadz Iwan Januar 
Pakar Parenting 

Referensi: https://www.iwanjanuar.com/ratusan-siswi-smp-hamil-revolusi-seksual-terlarang-anak-muda-indonesia/
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab