Tinta Media: Rasulullah SAW
Tampilkan postingan dengan label Rasulullah SAW. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rasulullah SAW. Tampilkan semua postingan

Selasa, 17 Oktober 2023

Rasulullah SAW, Manusia yang Terbaik dan Pembawa Kitab yang Mulia

Tinta Media - Sobat. Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya melainkan Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya dan bahwasanya Muhammad adalah seorang hamba dan utusan-Nya.

Sobat. Pilihan Allah kepada orang yang terbaik untuk menerima wahyu-Nya, yang terpilih untuk menyampaikan misi-Nya, yang termulia dari seluruh ciptaan-Nya untuk membuka pintu rahmat-Nya, menjadi pamungkas bagi para Nabi-Nya, dan menjadikannya sebagai utusan yang mendunia dibandingkan para utusan-Nya sebelumnya, yang selalu diingat di dunia dan memberikan syafaat di akherat kelak, yang akhlaknya membentuk keindahan jiwa, yang merupakan makhluk yang paling diridhoi-Nya di dunia dan akherat, dan yang terbaik nasab dan kedudukannya jatuh kepada Muhammad sebagai hamba dan utusan-Nya.

Sobat. Kita mengetahui bahwa kemuliaan akhlaknya yang merupakan kenikmatan khusus dari-Nya memberikan manfaat yang menyeluruh kepada seluruh umat manusia, baik masyarakat umum maupun khusus, baik di dunia maupun di akherat.

Allah SWT berfirman :

لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولٞ مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٞ رَّحِيمٞ  

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” ( QS. At-Taubah (9) : 128 )

Sobat. Ayat ini sekalipun khusus ditujukan kepada bangsa Arab di masa Nabi, tetapi juga ditujukan kepada seluruh umat manusia. Semula ditujukan kepada orang Arab di masa Nabi, karena kepada merekalah Al-Qur'an pertama kali disampaikan, karena Al-Qur'an itu dalam bahasa Arab, tentulah orang Arab yang paling dapat memahami dan merasakan ketinggian sastra Al-Qur'an. Dengan demikian mereka mudah pula menyampaikan kepada orang-orang selain bangsa Arab. Jika orang-orang Arab sendiri tidak mempercayai Muhammad dan Al-Qur'an, tentu orang-orang selain Arab lebih sukar mempercayainya.

Ayat ini seakan-akan mengingatkan orang-orang Arab, sebagaimana isinya yang berbunyi, "Hai orang-orang Arab, telah diutus seorang Rasul dari bangsamu sendiri yang kamu ketahui sepenuhnya asal-usul dan kepribadian-nya, serta kamu lebih mengetahuinya dari orang-orang lain."
Sebagian mufassir menafsirkan perkataan "Rasulun min anfusikum" dengan hadis:

Bersabda Rasulullah saw, "Sesungguhnya Allah telah memilih Bani Kinanah dari keturunan Ismail, dan memilih suku Quraisy dari Bani Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari suku Quraisy, dan Allah telah memilihku dari Bani Hasyim." (Riwayat Muslim dan at-Tirmidzi dari Wasilah bin Asqa)

Dari ayat dan hadis di atas dapat dipahami tentang kesucian keturunan Nabi Muhammad saw, yang berasal dari suku-suku pilihan dari bangsa Arab. Dan orang-orang Arab mengetahui benar tentang hal ini.

Nabi Muhammad saw yang berasal dari keturunan yang baik dan terhormat mempunyai sifat-sifat yang mulia dan agung, yaitu:

1. Nabi merasa tidak senang jika umatnya ditimpa sesuatu yang tidak diinginkan, seperti dihinakan karena dijajah dan diperhamba oleh musuh-musuh kaum Muslimin, sebagaimana ia tidak senang pula melihat umatnya ditimpa azab yang pedih di akhirat nanti.

2. Nabi sangat menginginkan agar umatnya mendapat taufik dari Allah, bertambah kuat imannya, dan bertambah baik keadaannya. Keinginan beliau ini dilukiskan oleh Allah dalam firman-Nya:

Jika engkau (Muhammad) sangat mengharapkan agar mereka mendapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan mereka tidak mempunyai penolong. (an-Nahl/16: 37)

Dan Allah berfirman:

Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya. (Yusuf/12: 103)

3. Nabi selalu belas kasihan dan amat penyayang kepada kaum Muslimin. Keinginannya ini tampak pada tujuan risalah yang disampaikannya, yaitu agar manusia hidup berbahagia di dunia dan akhirat nanti.
 Dalam ayat ini Allah memberikan dua macam sifat kepada Nabi Muhammad, kedua sifat itu juga merupakan sifat Allah sendiri, yang termasuk di antara "asmaul husna", yaitu sifat "rauf" (amat belas kasihan) dan sifat "rahim" (penyayang) sebagai tersebut dalam firman-Nya:

...Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. (al-Baqarah/2: 143)

 Pemberian kedua sifat itu kepada Muhammad menunjukkan bahwa Allah menjadikan Muhammad sebagai Rasul yang dimuliakan-Nya.

Allah SWT berfirman :

إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِٱلذِّكۡرِ لَمَّا جَآءَهُمۡۖ وَإِنَّهُۥ لَكِتَٰبٌ عَزِيزٞ لَّا يَأۡتِيهِ ٱلۡبَٰطِلُ مِنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَلَا مِنۡ خَلۡفِهِۦۖ تَنزِيلٞ مِّنۡ حَكِيمٍ حَمِيدٖ  

“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Quran ketika Al Quran itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al Quran itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” ( QS. Fushshilat (41) : 41-42 ).

Sobat. Pada ayat ini diterangkan tanda-tanda orang-orang yang ingkar itu ialah mengingkari ayat-ayat Allah, dan mengingkari Al-Qur'an ketika disampaikan kepada mereka. Mereka akan memperoleh ganjaran yang setimpal dengan kekafiran mereka itu.
Kemudian Allah menerangkan bahwa Al-Qur'an itu adalah sebuah kitab yang mulia, yang tidak dapat dibatalkan isinya, dan tidak dapat diubah-ubah sedikit pun.

Sobat. Ayat ini menegaskan bahwa tidak ada sesuatu pun yang membatalkan ayat-ayat Al-Qur'an, walaupun itu kitab-kitab Allah yang terdahulu, seperti Taurat, Zabur, dan Injil, dan tidak satu pun kitab Allah yang datang setelah Al-Qur'an. Arti ini sesuai dengan pendapat Sa'id bin Jubair dan al-Kalbi.

Pada akhir ayat ini diterangkan bahwa seluruh Al-Qur'an itu benar, tidak ada yang salah sedikit pun, karena Al-Qur'an berasal dari Allah, Tuhan semesta alam. Semua yang berasal dari Allah adalah benar belaka, tidak ada satu pun yang kurang, yang salah, atau tidak sempurna. Dia Mahabijaksana dan Maha Terpuji.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Rabu, 21 Desember 2022

Belajar Syukur dari Rasulullah SAW

Tinta Media - Sobat. Siapa pun yang membaca sejarah hidup Rasulullah SAW akan menemukan bahwa setiap bagian tubuhnya bersyukur kepada Allah SWT beliau memiliki hati yang penuh syukur dan lisan yang basah dengan dzikir. Ruh Nabi Muhammad SAW bertasbih di langit dan bumi. Organ tubuhnya beramal demi meraih keridhaan Allah SWT. Rasulullah adalah hamba yang paling agung dalam bersyukur kepada-Nya. Beliau adalah hamba yang paling mulia dalam memuji-Nya. Semua hamba yang bersyukur sejatinya belajar dari beliau. Hati, lisan, dan anggota tubuh semuanya memuji Allah SWT.

ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ  

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” 

Sobat. Pada surat al-fatihah, Allah memulai firman-Nya dengan menyebut "Basmalah" untuk mengajarkan kepada hamba-Nya agar memulai suatu perbuatan yang baik dengan menyebut basmalah, sebagai pernyataan bahwa dia mengerjakan perbuatan itu karena Allah dan kepada-Nyalah dia memohonkan pertolongan dan berkah. Maka, pada ayat ini Allah mengajarkan kepada hamba-Nya agar selalu memuji-Nya.

Al-hamdu artinya pujian, karena kebaikan yang diberikan oleh yang dipuji, atau karena suatu sifat keutamaan yang dimilikinya. Semua nikmat yang telah dirasakan dan didapat di alam ini dari Allah, sebab Dialah yang menjadi sumber bagi semua nikmat. Hanya Allah yang mempunyai sifat-sifat kesempurnaan. Karena itu Allah sajalah yang berhak dipuji. Orang yang menyebut al-hamdu lillah bukan hanya mengakui bahwa puji itu untuk Allah semata, melainkan dengan ucapannya itu dia memuji Allah.

Rabb artinya pemilik, pengelola dan pemelihara. Di dalamnya terkandung arti mendidik, yaitu menyampaikan sesuatu kepada keadaan yang sempurna dengan berangsur-angsur.

'alamin artinya seluruh alam, yakni semua jenis makhluk. Alam itu berjenis-jenis, yaitu alam tumbuh-tumbuhan, alam binatang, alam manusia, alam benda, alam makhluk halus, umpamanya malaikat, jin, dan alam yang lain. Ada mufasir mengkhususkan 'alamin pada ayat ini kepada makhluk-makhluk Allah yang berakal yaitu manusia, malaikat dan jin. Tetapi ini mempersempit arti kata yang sebenarnya amat luas.

Dengan demikian, Allah itu Pendidik seluruh alam, tak ada sesuatu pun dari makhluk Allah yang terlepas dari didikan-Nya. Tuhan mendidik makhluk-Nya dengan seluas arti kata itu. Sebagai pendidik, Dia menumbuhkan, menjaga, memberikan daya (tenaga) dan senjata kepada makhluk itu, guna kesempurnaan hidupnya masing-masing.

Siapa yang memperhatikan perjalanan bintang-bintang, menyelidiki kehidupan tumbuh-tumbuhan dan binatang di laut dan di darat, mempelajari pertumbuhan manusia sejak dari rahim ibunya sampai ke masa kanak-kanak, lalu menjadi manusia yang sempurna, tahulah dia bahwa tidak ada sesuatu juga dari makhluk Allah yang terlepas dari penjagaan, pemeliharaan, asuhan dan inayah-Nya.

Sobat. Memuji dan bersyukur Allah SWT akan mendatangkan ridha-Nya serta pemberian tambahan dari-Nya. Allah SWT telah memuji diri-Nya sebelum dipuji oleh para pemuji. Dia telah bersyukur kepada diri-Nya sebelum disyukuri oleh para penyukur. Dia telah memuliakan diri-Nya sebelum dimuliakan oleh para pemulia.

Sobat. Diriwayatkan Rifaáh bin Rafi’ ra berkata, “ Pada suatu hari kami sholat di belakang Nabi SAW. Tatkala mengangkat kepalanya dari ruku’, beliau mengucapkan, “ Sami’ allahu liman hamidah” lalu seseorang laki-laki di belakangnya berkata, “ Rabbanaa walakal hamdu, Hamdaan Katsiiraan Thoyyibaan mubaarokaan fiihi – Wahai Rabb kami, bagimu pujian yang banyak, baik dan berkah. Usai sholat beliau bertanya, “ Siapa yang mengucapkan tadi?” Orang tersebut menjawab, “ Aku” Beliau bersabda, “ Aku melihat sekitar tiga puluh malaikat menuju ke sumber bacaan itu. Masing-masing ingin menjadi yang pertama kali mencatatnya.” ( HR. Al-Bukhari).

Sobat. Berikut ini tips menguatkan rasa syukur :

1. Pikirkan semua yang telah dimiliki, bukan yang diinginkan. Ada sebuah cara yang sangat efektif untuk dapat mengembangkan rasa syukur. Ambil sebuah kertas dan tuliskan semua hal yang anda miliki dalam hidup ini mulailah dari hal-hal yang paling dekat dengan diri Anda yakni tubuh anda sendiri. Seluruh tubuh kita adalah anugerah. Semua tubuh kita adalah bukti betapa dalamnya cinta Allah kepada kita. Allah menciptakan tubuh kita yang rumit dengan ketelitian dan kecanggihan yang luar biasa. BUkan kebahagiaan yang membuat kita bersyukur, melainkan rasa syukur kitalah yang membuat bahagia.

2. Fokus pada kelebihan, bukan pada kekurangan. Fokuslah pada kelebihan yang anda punya maka Anda akan menjadi orang yang di atas rata-rata. Coba anda tulis 30 hal sesuatu yang Amazing pada diri Anda yang membuat anda layak bersyukur kepada Allah. Ternyata itu akan membuat kita sadar bahwa di dalam kita sendiri ada berbagai kelebihan yang tak pernah kita sadari. Tiap hari, Allah memberikan atau menghadiahkan 86.400 detik kepada kita. Sudahkah kita berterima kasih atau beryukur kepada-Nya?

3. Ketika mendapat rahmat, Tanyakan, “ Mengapa Saya?” Agar bisa menikmati seluruh rahmat yang diberikan Allah kepada kita, cara berpikir kitalah yang harus kita ubah. Mulai sekarang, setiap Anda mengalami sebuah rahmat, tanyakan kepada diri Anda, Why me? Mengapa saya mendapatkan rahmat ini? Mengapa bukan orang lain? Apa maksud Tuhan emberikan hal ini kepada saya dan bukan kepada tetangga saya? Lihatlah semua nikmat yang ada di sekitar Anda. Tanyakan, “ Mengapa saya” dan tiba-tiba kita akan merasakan kebahagiaan yang kata-kata pun tak akan cukup melukiskannya.

4. Ketika mendapat Musibah, tanyakan, “ Pelajaran berharga apa yang bisa saya dapatkan dari peristiwa ini?”. Apabila kita mengalami kekurangberuntungan, jangan sampai kita juga kehilangan pelajarannya. Suatu masalah atau musibah sebenarnya adalah sebuah rahmat yang terselubung. Tugas kita adalah membuka selubung masalah ini dan menemukan rahmat yang terkandung di dalamnya.

5. Bayangkan segala sesuatunya tidak ada. Sebuah rasa sakit, 
betapa pun kecilnya, senantiasa menyadarkan kita akan betapa seringnya kita mengabaikan rahmat-rahmat kecil dalam hidup kita. Sebuah sakit menyadarkan kita bahw kehilangan sesuatu yang kecil sekalipun dapat berarti besar bagi kita. Kita baru merasakan nikmatnya sehat ketika kita sudah terbaring lunglai di rumah sakit. Walaupun untuk hal-hal kecil, bersyukurlah dan kau akan mendapatkan yang lebih besar. Kehilangan akan meningkatkan rasa syukur dan apresiasi kita. Oleh karena itu, kita akan lebih menghargai dan menikmati segala sesuatu justru setelah kita mengalami kehilangan.

6. Masukilah Masa Kini. Salah satu cara yang terbaik untuk bersyukur adalah dengan memasuki masa kini dan merasakan setiap momen yang kita lalui. Ada tiga musuh kedamaian pribadi ; Penyesalan akan kesalahan kemarin, kecemasan akan masalah esok, dan tidak adanya rasa syukur untuk hari ini.

7. Menjelajahi semua potensi Anda. Orang yang bersyukur adalah orang yang mau menjelajahi semua potensi yang diberikan Allah. Yang Pasti, tidak ada orang yang lahir ke dunia tanpa memiliki potensi apa pun. Bahkan seorang anak yang dilahirkan cacat pun membawa potensi yang mengagumkan apabila kita mengetahui dan mengembangkannya.

Sobat. Ketika saat meninggal dunia nanti, inginkah Anda bisa mengatakan, “ Ya Allah, apa pun yang Engkau anugerahkan kepadaku sudah kumanfaatkan semaksimal mungkin. Tidak ada sedikit pun potensi yang Kau berikan sia-sia.” Pernyataan itu adalah sebuah perwujudan rasa syukur yang luar biasa. Salah satu cara bersyukur yang sangat penting adalah memanfaatkan semua potensi, semua kemampuan, semua bakat yang diberikan oleh Allah kepada kita dengan semaksimal mungkin.

Salam Dahsyat dan Luar Biasa!

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Senin, 12 Desember 2022

Ustazah Noval Tawang Sebut Kasyful Khuththat adalah Bagian Dakwah Rasulullah SAW

Tinta Media - Aktivis Muslimah Ustazah Noval Tawang menjelaskan bahwa aktivitas membongkar konspirasi jahat kepada umat (kasyful khuththat) adalah bagian dari dakwah yang dicontohkan Rasulullah SAW, pada fase berinteraksi dengan masyarakat.

"Rasulullah SAW adalah teladan terbaik bagi manusia di dalam dakwah, salah satu aktivitasnya adalah membongkar makar jahat para penguasa, saat berdakwah di Mekah," bebernya dalam acara One Minute Booster Extra: Membongkar Makar Penjajah, Bagian dari Aktivitas Dakwah Rasulullah melalui kanal Youtube Muslimah Media Center, Selasa (6/12/2022).

Ustdzah Noval Tawang mencontohkan aktivitas kasyful khuththat yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya di dalam sebuah kutlah (Hizbur Rasul), yang langsung mendapat respon dari para petinggi suku Quraisy.

"Quraisy merespon dakwah Rasulullah dengan mengadakan pertemuan di Dar an-Nadwah, mereka bersepakat untuk membuat stigma negatif pada diri Rasulullah saw dengan sebutan sihir bayan (penyihir dengan menggunakan penjelasan)," tuturnya.

Al-Qur'an kemudian turun untuk menyingkap konspirasi jahat mereka yang telah meremehkan dan menentang dakwah Rasulullah saw.

"Allah SWT kemudian membalas ucapannya dengan menurunkan surat Al-masad, dalam surat ini Allah bahkan mengabadikan nama Abu Lahab sekaligus membongkar penentangannya dan istrinya terhadap dakwah Rasulullah SAW," tuturnya.

Para pengemban dakwah tidak boleh sedikitpun meninggalkan apalagi mengabaikan aktivitas kasyful khuththat ini.

"Harus ada upaya membongkar konspirasi jahat kepada umat, demikian pula kejahatan para penguasa di negeri-negeri muslim yang telah menjadi kaki tangan penjajah pada hari ini, untuk membebaskan umat dari makar mereka hingga pengemban dakwah bergembira atas pertolongan Allah yang telah turun melalui amal-amal dakwah yang telah mereka lakukan," pungkasnya. [] Evi

Jumat, 02 September 2022

Rasulullah SAW adalah Sosok yang Dicintai

Tinta Media - Anta ma’a man ahbabta - Kamu bersama Orang yang kamu Cintai

Sobat. Allah SWT telah menggabungkan antara taat dan cinta kepada-Nya dengan taat dan cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Allah SWT tidak mungkin ditaati kecuali melalui perantara Rasulullah SAW. Allah SWT tidak mungkin disembah kecuali melalui perantara Nabi SAW. Maka siapa ingin bertaqarrub dengan cinta kepada Allah SWT hendaklah dia mengikuti Nabi-Nya dan menelandani petunjuknya.

Allah SWT berfirman :

قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ 

“Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.(QS. At-taubah (9) : 24 ).

Sobat. Ayat ini memberikan peringatan bahwa jika orang beriman lebih mencintai bapaknya, anak-anaknya, saudara-saudaranya, istri-istrinya, kaum keluarganya, harta kekayaan, perniagaan dan rumah-rumahnya, daripada mencintai Allah dan Rasul-Nya serta berjihad menegakkan syariat-Nya, maka Allah akan mendatangkan siksa kepada mereka cepat atau lambat. Mereka yang bersikap demikian itu adalah orang-orang fasik yang tidak akan mendapat hidayah dari Allah swt. 

Berikut ini beberapa alasan mengapa orang mencintai anak, suami, istri, ibu, bapak, keluarga, dan sebagainya:

1.  Bahwa cinta anak terhadap ibu bapak adalah naluri yang ada pada tiap-tiap diri manusia. Anak sebagai keturunan dari ibu bapaknya mewarisi sebagian sifat-sifat dan tabiat-tabiat ibu bapaknya.

2.  Bahwa cinta ibu bapak kepada anaknya adalah naluri juga, bahkan lebih mendalam lagi, karena anak merupakan jantung hati yang diharapkan melanjutkan keturunan dan meneruskan sejarah hidupnya. Dalam hal ini ibu bapak rela menanggung segala macam pengorbanan untuk kebahagiaan masa depan anaknya.

3.  Bahwa cinta kepada saudara dan karib kerabat adalah cinta yang lumrah dalam rangka pelaksanaan hidup dan kehidupan tolong-menolong, bantu-membantu dan bela-membela dalam kehidupan rumah tangga, dan kehidupan bermasyarakat. Cinta yang demikian akan menumbuhkan perasaan hormat-menghormati dan sayang-menyayangi.

4. Bahwa cinta suami istri adalah cinta yang terpadu antara dua jenis makhluk yang membina keturunan dan membangun rumah tangga untuk kebahagiaan hidup dan kehidupan dunia dan akhirat. Oleh karena itu keutuhan hubungan suami istri yang harmonis menjadi pokok bagi kerukunan dan kebahagiaan hidup dan kehidupan yang diidam-idamkan.

5.  Bahwa cinta terhadap harta dengan segala jenis bentuknya baik harta usaha, warisan, perdagangan maupun rumah tempat tinggal dan lain-lain adalah cinta yang sudah menjadi kodrat manusia. Semua yang dicintai merupakan kebutuhan yang tidak terpisahkan bagi hidup dan kehidupan manusia yang diusahakannya dengan menempuh segala jalan yang dihalalkan Allah. 

6. Cinta perdagangan, merupakan naluri manusia, karena ia merupakan sumber pengembangan harta benda.

7. Cinta tempat tinggal, karena rumah merupakan tempat tinggal dan tempat istirahat sehari-hari.

Adapun cinta kepada Allah wajib didahulukan daripada segala macam cinta tersebut di atas karena Dialah yang memberi hidup dan kehidupan, dengan segala macam karunia-Nya kepada manusia dan Dialah yang bersifat sempurna dan Mahasuci dari segala kekurangan. Begitu juga cinta kepada Rasulullah saw, haruslah lebih diutamakan karena Rasulullah saw diutus Allah swt untuk membawa petunjuk dan menjadi rahmat bagi alam semesta.

Firman Allah:

Katakanlah, "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutlah aku niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." (Ali-'Imran/3: 31)

Dan sabda Rasulullah saw:
Tidaklah sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai Aku lebih daripada mencintai orang tuanya, anak-anaknya dan manusia seluruhnya. (Riwayat al-Bukhari, Muslim dari Anas)

Sobat. Semua sebab dan macam-macam cinta terhimpun dalam diri Rasulullah SAW. Allah SWT telah menganugerahkan kebaikan kepada-Nya dari awal sampai akhir, baik itu kebaikan yang tersembunyi maupun kebaikan yang tampak. Beliau dicintai, karena beliau makhluk  yang sifatnya paling  baik dan fisiknya paling bagus. Kebaikan-kebaikan beliau lebih indah daripada bulan purnama pada malam yang sempuna dan keindahan-keindahannya lebih elok dari kebun yang cantik. Beliau adalah sosok yang indah secara keseluruhan, baik jiwa, raga, jasad, maupun akhlak.

Sobat. Bagaimana mungkin kita tidak mencintai Nabi Muhammad SAW, padahal beliau telah berusaha membahagiakan kita, serta telah merasakan kesulitan seperti yang kita rasakan? Allah SWT telah bersaksi tentang kelembutan dan kasih saying Nabi SAW kepada kita. Sebagaimana firman-Nya:

لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولٞ مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٞ رَّحِيمٞ

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”( QS. At-Taubah (9) : 128 ).

Sobat. Ayat ini sekalipun khusus ditujukan kepada bangsa Arab di masa Nabi, tetapi juga ditujukan kepada seluruh umat manusia. Semula ditujukan kepada orang Arab di masa Nabi, karena kepada merekalah Al-Qur'an pertama kali disampaikan, karena Al-Qur'an itu dalam bahasa Arab, tentulah orang Arab yang paling dapat memahami dan merasakan ketinggian sastra Al-Qur'an. Dengan demikian mereka mudah pula menyampaikan kepada orang-orang selain bangsa Arab. Jika orang-orang Arab sendiri tidak mempercayai Muhammad dan Al-Qur'an, tentu orang-orang selain Arab lebih sukar mempercayainya.

Ayat ini seakan-akan mengingatkan orang-orang Arab, sebagaimana isinya yang berbunyi, "Hai orang-orang Arab, telah diutus seorang Rasul dari bangsamu sendiri yang kamu ketahui sepenuhnya asal-usul dan kepribadian-nya, serta kamu lebih mengetahuinya dari orang-orang lain."
Sebagian mufassir menafsirkan perkataan "Rasulun min anfusikum" dengan hadis:

Bersabda Rasulullah saw, "Sesungguhnya Allah telah memilih Bani Kinanah dari keturunan Ismail, dan memilih suku Quraisy dari Bani Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari suku Quraisy, dan Allah telah memilihku dari Bani Hasyim." (Riwayat Muslim dan at-Tirmidzi dari Wasilah bin Asqa)

Dari ayat dan hadis di atas dapat dipahami tentang kesucian keturunan Nabi Muhammad saw, yang berasal dari suku-suku pilihan dari bangsa Arab. Dan orang-orang Arab mengetahui benar tentang hal ini.

Nabi Muhammad saw yang berasal dari keturunan yang baik dan terhormat mempunyai sifat-sifat yang mulia dan agung, yaitu:

1.  Nabi merasa tidak senang jika umatnya ditimpa sesuatu yang tidak diinginkan, seperti dihinakan karena dijajah dan diperhamba oleh musuh-musuh kaum Muslimin, sebagaimana ia tidak senang pula melihat umatnya ditimpa azab yang pedih di akhirat nanti.
2.  Nabi sangat menginginkan agar umatnya mendapat taufik dari Allah, bertambah kuat imannya, dan bertambah baik keadaannya. Keinginan beliau ini dilukiskan oleh Allah dalam firman-Nya:

Jika engkau (Muhammad) sangat mengharapkan agar mereka mendapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan mereka tidak mempunyai penolong. (an-Nahl/16: 37)
Dan Allah berfirman:
Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya. (Yusuf/12: 103)

3.  Nabi selalu belas kasihan dan amat penyayang kepada kaum Muslimin. Keinginannya ini tampak pada tujuan risalah yang disampaikannya, yaitu agar manusia hidup berbahagia di dunia dan akhirat nanti.
 Dalam ayat ini Allah memberikan dua macam sifat kepada Nabi Muhammad, kedua sifat itu juga merupakan sifat Allah sendiri, yang termasuk di antara "asmaul husna", yaitu sifat "rauf" (amat belas kasihan) dan sifat "rahim" (penyayang) sebagai tersebut dalam firman-Nya:

...Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. (al-Baqarah/2: 143)

 Pemberian kedua sifat itu kepada Muhammad menunjukkan bahwa Allah menjadikan Muhammad sebagai Rasul yang dimuliakan-Nya.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab