Tinta Media: Rasmus Paludan
Tampilkan postingan dengan label Rasmus Paludan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rasmus Paludan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Februari 2023

Al-Qur’an Dibakar, Dr. Fika: Pola Diplomatik Negeri Muslim Tak Akan Mampu Mengakhiri Masalah

Tinta Media - Geostrategist dan Koordinator Fareastern Muslimah, Dr. Fika M. Komara, M.Si. pesimis dengan pola-pola dan struktur diplomatik negeri-negeri muslim dalam merespon pembakaran Al-Qur'an yang dilakukan oleh Rasmus Paludan.

“Saya sendiri pesimis sekali dengan pola-pola dan struktur diplomatik yang ada hari ini. Itu tidak akan menyelesaikan, selalu begitu kan. Pola ketika kaum muslimin itu sudah marah tapi selalu tidak tersalurkan atau selalu termuntahkan,” ujarnya kepada Tinta Media, Senin (5/2/2023)

Ia menganalisis, jika sudah berhubungan dengan sikap penguasa muslim, maka fenomena di atas sudah menjadi sindrom yang terjadi di berbagai belahan dunia. 

"Sebab, dunia Islam saat ini, sebagaimana analisa banyak ahli, salah satunya Samuel Hutington, mereka sebenarnya bukan penguasa inti kaum muslimin. Penguasa-penguasa ini bahkan bisa disebut apolitis dan mayoritas mereka tidak benar-benar berani bersuara karena keterikatan dan loyalitas terhadap Eropa dan Barat itu sendiri," ujarnya. 

Menurutnya, Dunia Islam itu tidak punya performa politik (political performance), termasuk dalam hal militer dan ekonomi  tidak sekuat negara Barat.

Ia pun menyayangkan, pada akhirnya ketika kaum muslimin mengutuk apapun sekedar seperti sumpah serapah, tidak memiliki kekuatan yang benar-benar menggetarkan.

“Ini menjadikan adanya kelemahan pada kepemimpinan politik umat Islam. Jika kita mengacu pada hadis Rasulullah SAW, ‘innamal imamu junnah’, bahwa sesungguhnya imam itu laksana perisai,’ hari ini kaum muslimin, penguasa-penguasa muslim tidak bisa bertindak seperti itu,” bebernya.

Apalagi, menurutnya, ketika Al-Qur'an dibakar, Nabi SAW dihina di Prancis dalam bentuk karikatur, dan tragedi-tragedi yang menimpa kaum muslimin lainnya. "Semakin menunjukkan urgensi kembalinya peran itu (sebagai perisai)," pungkasnya. [] Wafi

Selasa, 31 Januari 2023

Bakar Al-Qur'an, Pengamat: Paludan Serukan Permusuhan Terbuka terhadap Umat Islam

Tinta Media - Menanggapi tindakan Rasmus Paludan yang melakukan aksi pembakaran Al-Qur'an setiap hari Jumat sampai Swedia masuk menjadi anggota NATO, Pengamat Hubungan Internasional Ustaz Budi Mulyana menyampaikan bahwa tindakan Paludan merupakan seruan permusuhan secara terbuka dan nyata terhadap Al-Quran, kalamullah, Islam dan umat Islam.

"Pernyataan dan tindakan Paludan dalam perspektif Islam tentunya merupakan seruan permusuhan secara terbuka dan nyata terhadap Al-Qur'an, kalamullah, Islam, dan umat Islam," tuturnya kepada Tinta Media, Selasa (31/1/2023).

Menurutnya, dalam perspektif Islam, 
menistakan kitab suci umat Islam yang merupakan firman Allah SWT menusuk keimanan imat Islam.

"Alasan apapun yang diungkapkan oleh Paludan, tidak dapat diterima. Baik alasan kebebasan ekspresi ala HAM Barat, ataupun alasan politik, menekan Turki, anggota NATO untuk memberikan persetujuan agar Swedia bisa masuk anggota NATO," jelasnya.

Demikian juga, lanjut Budi, dengan pemerintah Swedia yang mengizinkan Paludan bakar Al-Qur’an, izin tersebut menunjukkan bahwa Swedia setuju dengan apa yang dilakukan Paludan. Baik dengan alasan bahwa apa yang dilakukan adalah bagian dari nilai-nilai HAM yang diadopsi Swedia, maupun Swedia mendapatkan keuntungan politik dengan apa yang dilakukan Paludan untuk mendorong Swedia menjadi anggota NATO.

Budi menilai Swedia bersikap hipokrit dan mengambil keuntungan dengan apa yang dilakukan oleh Paludan, walaupun menuai resiko mendapatkan resistensi negeri-negeri muslim dan umat Islam se-dunia.

Menurutnya, apa yang dilakukan Paludan bukanlah hal yang baru. "Berulangnya kejadian ini, tanpa ada tindakan berarti yang dapat menghentikannya, menunjukkan bahwa posisi umat Islam, penguasa negeri muslim saat ini sangatlah lemah dalam melakukan pembelaan terhadap sesuatu yang semestinya fundamental bagi umat Islam," terangnya.

"Inilah realitas umat Islam saat ini," sesalnya.

Umat Islam membutuhkan penguasa negeri muslim yang kuat, powerful dan dapat melakukan pembelaan terhadap urusan umat Islam, termasuk pembelaan terhadap penistaan kitab sucinya. Sebagaimana dulu para Khalifah menunjukkan pembelaannya terhadap umat Islam dan setiap upaya penistaan Islam dan Al-Qur’an.

"Inilah yang harus diupayakan dan diwujudkan oleh umat Islam," pungkasnya.[]'Aziimatul Azka

Bakar Al-Qur'an, Pengamat: Paludan Serukan Permusuhan Terbuka terhadap Umat Islam

Tinta Media - Menanggapi tindakan Rasmus Paludan yang melakukan aksi pembakaran Al-Qur'an setiap hari Jumat sampai Swedia masuk menjadi anggota NATO, Pengamat Hubungan Internasional Ustaz Budi Mulyana menyampaikan bahwa tindakan Paludan merupakan seruan permusuhan secara terbuka dan nyata terhadap Al-Quran, kalamullah, Islam dan umat Islam.

"Pernyataan dan tindakan Paludan dalam perspektif Islam tentunya merupakan seruan permusuhan secara terbuka dan nyata terhadap Al-Qur'an, kalamullah, Islam, dan umat Islam," tuturnya kepada Tinta Media, Selasa (31/1/2023).

Menurutnya, dalam perspektif Islam, 
menistakan kitab suci umat Islam yang merupakan firman Allah SWT menusuk keimanan imat Islam.

"Alasan apapun yang diungkapkan oleh Paludan, tidak dapat diterima. Baik alasan kebebasan ekspresi ala HAM Barat, ataupun alasan politik, menekan Turki, anggota NATO untuk memberikan persetujuan agar Swedia bisa masuk anggota NATO," jelasnya.

Demikian juga, lanjut Budi, dengan pemerintah Swedia yang mengizinkan Paludan bakar Al-Qur’an, izin tersebut menunjukkan bahwa Swedia setuju dengan apa yang dilakukan Paludan. Baik dengan alasan bahwa apa yang dilakukan adalah bagian dari nilai-nilai HAM yang diadopsi Swedia, maupun Swedia mendapatkan keuntungan politik dengan apa yang dilakukan Paludan untuk mendorong Swedia menjadi anggota NATO.

Budi menilai Swedia bersikap hipokrit dan mengambil keuntungan dengan apa yang dilakukan oleh Paludan, walaupun menuai resiko mendapatkan resistensi negeri-negeri muslim dan umat Islam se-dunia.

Menurutnya, apa yang dilakukan Paludan bukanlah hal yang baru. "Berulangnya kejadian ini, tanpa ada tindakan berarti yang dapat menghentikannya, menunjukkan bahwa posisi umat Islam, penguasa negeri muslim saat ini sangatlah lemah dalam melakukan pembelaan terhadap sesuatu yang semestinya fundamental bagi umat Islam," terangnya.

"Inilah realitas umat Islam saat ini," sesalnya.

Umat Islam membutuhkan penguasa negeri muslim yang kuat, powerful dan dapat melakukan pembelaan terhadap urusan umat Islam, termasuk pembelaan terhadap penistaan kitab sucinya. Sebagaimana dulu para Khalifah menunjukkan pembelaannya terhadap umat Islam dan setiap upaya penistaan Islam dan Al-Qur’an.

"Inilah yang harus diupayakan dan diwujudkan oleh umat Islam," pungkasnya.[]'Aziimatul Azka

Muhammadiyah Kutuk Keras Pembakaran Al-Qur'an di Swedia

Tinta Media - Wakil Ketua Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah Maneger Nasution mengutuk keras aksi pembakaran salinan Al-Qur'an oleh Rasmus Paludan di Swedia.

“Kami mengutuk keras aksi pembakaran salinan Al-Qur'an oleh Rasmus Paludan di Swedia,” tuturnya kepada Tintamedia.web.id, Ahad (29/1/2023).
 
 Maneger menilai aksi Rasmus Paludan sebagai perbuatan tak berprikemanusiaan dan memperjelas sikap diri yang cacat pikir dan gagal paham kemanusiaan universal. Menurutnya, Rasmus Paludan mempertontonkan diri sebagai yang picik dan profil islamofobia. Perbuatan itu seharusnya tidak dilakukan jika Rasmus menjunjung tinggi nilai-nilai HAM universal.

“Sangat manusiawi jika umat Islam marah. Tetapi, ekspresi kemarahan itu sejatinya dilakukan dengan cara-cara yang menggambarkan keanggunan akhlak Islam. Ekspresi kemarahan dan perlawanan yang berlebihan tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan bisa kontraproduktif dan memberi ruang bagi sementara pihak dengan motivasi tertentu untuk memojokkan umat Islam sendiri,” bebernya.

Maneger menuntut agar otoritas Swedia menuntaskan kasus yang memalukan itu secara profesional dan independen. Selain itu, lanjutnya, otoritas Swedia juga harus memastikan peristiwa yang sama tidak akan terulang di masa mendatang.

“Rasmus Paludan laik diganjar sebagai penjahat HAM universal. Pemerintah Swedia harus mampu menjelaskan ke dunia internasional bahwa pembakaran itu merupakan tindakan pribadi dan bukan representasi atau sikap partai serta negara Swedia,” ujarnya. 

Maneger juga menuntut Pemerintah Indonesia agar memanggil Dubes Swedia untuk Indonesia untuk bisa menjelaskan peristiwa penistaan kitab suci umat Islam yang telah melukai dan menodai toleransi umat beragama. 

“Kebebasan ekspresi harus dilakukan secara bertanggung jawab. Tindakan Rasmus Paludan itu mengingkari Swedia sebagai bangsa yang mengklaim paling menghargai HAM. Ia mengingkari sejarah bangsanya sendiri,” ucapnya. 

Sebagai pejabat publik, ia menilai Rasmus gagal paham tentang hal paling elementer dari perspektif HAM, hak berkeyakinan/beragama. “Rasmus seharusnya paham untuk tidak memasuki hal sensitif, baik wilayah forum internum maupun forum eksternum hak kebebasan beragama umat manusia. Kewajiban dia sebagai pejabat politik Swedia untuk menegakkan dan memenuhi norma-norma HAM universal tersebut,” tandasnya.

Maneger mendesak Rasmus Paludan untuk secara kesatria segera meminta maaf kepada dunia kemanusiaan, bukan hanya lantaran ia telah melukai hati umat Islam dengan pembakaran salinan kitab suci umat Islam, tapi tindakan dia sesungguhnya juga telah mencederai hati dunia kemanusiaan universal.

“Kami juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak terprovokasi, saling memuliakan satu sama lain. Percayakan pada Pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah-langkah diplomasi internasional agar komunitas internasional, di samping mengutuk tindakan Rasmus Paludan, juga mendesak otorotas Swedia menghukum Rasmus Paludan sebagai penjahat kemanusiaan,” pungkasnya.[] Erlina

Muhammadiyah Kutuk Keras Pembakaran Al-Qur'an di Swedia

Tinta Media - Wakil Ketua Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah Maneger Nasution mengutuk keras aksi pembakaran salinan Al-Qur'an oleh Rasmus Paludan di Swedia.

“Kami mengutuk keras aksi pembakaran salinan Al-Qur'an oleh Rasmus Paludan di Swedia,” tuturnya kepada Tintamedia.web.id, Ahad (29/1/2023).
 
 Maneger menilai aksi Rasmus Paludan sebagai perbuatan tak berprikemanusiaan dan memperjelas sikap diri yang cacat pikir dan gagal paham kemanusiaan universal. Menurutnya, Rasmus Paludan mempertontonkan diri sebagai yang picik dan profil islamofobia. Perbuatan itu seharusnya tidak dilakukan jika Rasmus menjunjung tinggi nilai-nilai HAM universal.

“Sangat manusiawi jika umat Islam marah. Tetapi, ekspresi kemarahan itu sejatinya dilakukan dengan cara-cara yang menggambarkan keanggunan akhlak Islam. Ekspresi kemarahan dan perlawanan yang berlebihan tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan bisa kontraproduktif dan memberi ruang bagi sementara pihak dengan motivasi tertentu untuk memojokkan umat Islam sendiri,” bebernya.

Maneger menuntut agar otoritas Swedia menuntaskan kasus yang memalukan itu secara profesional dan independen. Selain itu, lanjutnya, otoritas Swedia juga harus memastikan peristiwa yang sama tidak akan terulang di masa mendatang.

“Rasmus Paludan laik diganjar sebagai penjahat HAM universal. Pemerintah Swedia harus mampu menjelaskan ke dunia internasional bahwa pembakaran itu merupakan tindakan pribadi dan bukan representasi atau sikap partai serta negara Swedia,” ujarnya. 

Maneger juga menuntut Pemerintah Indonesia agar memanggil Dubes Swedia untuk Indonesia untuk bisa menjelaskan peristiwa penistaan kitab suci umat Islam yang telah melukai dan menodai toleransi umat beragama. 

“Kebebasan ekspresi harus dilakukan secara bertanggung jawab. Tindakan Rasmus Paludan itu mengingkari Swedia sebagai bangsa yang mengklaim paling menghargai HAM. Ia mengingkari sejarah bangsanya sendiri,” ucapnya. 

Sebagai pejabat publik, ia menilai Rasmus gagal paham tentang hal paling elementer dari perspektif HAM, hak berkeyakinan/beragama. “Rasmus seharusnya paham untuk tidak memasuki hal sensitif, baik wilayah forum internum maupun forum eksternum hak kebebasan beragama umat manusia. Kewajiban dia sebagai pejabat politik Swedia untuk menegakkan dan memenuhi norma-norma HAM universal tersebut,” tandasnya.

Maneger mendesak Rasmus Paludan untuk secara kesatria segera meminta maaf kepada dunia kemanusiaan, bukan hanya lantaran ia telah melukai hati umat Islam dengan pembakaran salinan kitab suci umat Islam, tapi tindakan dia sesungguhnya juga telah mencederai hati dunia kemanusiaan universal.

“Kami juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak terprovokasi, saling memuliakan satu sama lain. Percayakan pada Pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah-langkah diplomasi internasional agar komunitas internasional, di samping mengutuk tindakan Rasmus Paludan, juga mendesak otorotas Swedia menghukum Rasmus Paludan sebagai penjahat kemanusiaan,” pungkasnya.[] Erlina
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab