Tinta Media: Ramadhan
Tampilkan postingan dengan label Ramadhan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ramadhan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 14 April 2023

Inilah Syarat Agar Amal Diterima

Tinta Media - Cendekiawan Muslimah Ustazah Ririn Kurniati S.Pd. menjelaskan  syarat-syarat agar amalan diterima di sisi Allah SWT termasuk di bulan suci Ramadhan. 

“Sebagai seorang muslim, tentu kita sangat mengharapkan amalan kita diterima Allah SWT, oleh karena itu kita harus memahami bagaimana syarat diterimanya amalan kita," ujarnya dalam kajian Teman Sahur: 2 Syarat Agar Amal Diterima, Ahad (02/04/2023) di kanal YouTobe Dakwah Kalteng. 

Dia menjelaskan syarat-syarat diterimanya amalan di sisi Allah SWT. 

Pertama, keikhlasan niat karena Allah SWT. Dia menjelaskan seorang Muslim haruslah beramal semata di tujukan untuk Allah semata, bukan karena penilaian manusia. 

"Ingin dipandang soleh, atau karena mayoritas manusia melakukan hal tersebut, baik dilihat manusia ataupun tidak, amal yang ditujukan untuk Allah SWT tetap harus dilakukan," ujarnya.

Ia mengutipkan perkataan imam Abu Al Qoshimi tentang makna ikhlas. “Ikhlas adalah menjadikan tujuan taat satu-satunya hanyalah kepada Allah SWT yang maha besar, artinya yang ia inginkan dalam ketaatan hanyalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan yang lain," tuturnya. 

Kedua, harus benar yakni sesuai tuntunan dari Allah SWT. "Syarat yang kedua adalah orang yang benar, niat yang benar haruslah disertai dengan perbuatan secara benar, maksudnya adalah sesuai tuntunan dari Allah SWT, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW," terangnya. 

Ia mengatakan bahwa amalan yang tidak ada petunjuk dari nabi Muhammad saw. maka akan tertolak atau tidak di terima. "Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah bersabda, barang siapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak pernah aku perintahkan, maka amalan itu ditolak," pungkasnya.[] Hariani Suhardi

Dr. Riyan: Ramadhan Momentum Laksanakan Seluruh Ajaran Islam

Tinta Media - "Bulan suci Ramadhan perlu menjadi momentum bagi setiap muslim untuk melaksanakan tak hanya perintah puasa, tetapi juga seluruh ajaran Islam,"  Cendekiawan Muslim Ustadz Dr. Riyan, M.Ag. dalam acara Nafsiyah Jelang Sahur: Nutrisi untuk Meningkatkan Ketakwaan, Istiqomah Menolong Agama Allah SWT, Sabtu (1/4/2023) di kanal YouTube Rayah TV.

Menurutnya, jika menggunakan shaum ini sebagai sesuatu yang sifatnya taat kepada hukum-hukum Allah, bukan hanya shaumnya saja, tapi seluruh hukum-hukum Allah dengan menolong agama Allah, maka insya Allah kita akan menjadi orang-orang yang akan senantiasa ada dalam keberkahan.

Hal tersebut, lanjut Dr Riyan, sesuai dengan apa yang telah tercantum dalam Surat Muhammad ayat 7. "Bahwa jika seseorang mau menolong agama Allah, maka Allah akan memberikan pertolongan dan mengokohkan kedudukan mereka," ungkapnya. 

Ia menambahkan, dalam konteks shaum saja, Allah memberikan ganjaran pahala berkali lipat. Karena itu, bisa dibayangkan apabila ajaran Islam lainnya juga dapat dilaksanakan. Terlebih, menurutnya Islam merupakan agama yang sempurna. Islam telah mengajarkan sejak urusan thoharoh sampai masalah muamalah, mulai perkara sholat sampai khilafah.

“Maka kita bisa bayangkan, sesungguhnya kita akan mendapatkan begitu luar biasa ganjaran dari Allah, pahala yang begitu berlimpah dan kebaikan-kebaikan yang luar biasa yang seharusnya membuat kita semua semakin bersemangat,” imbuhnya.

Karenanya, pada kesempatan itu, ia turut mengajak agar setiap muslim menjadikan bulan yang penuh berkah ini sebagai kesempatan untuk menempa diri sekaligus menjadi penolong agama Allah.

“Mari kita jadikan kesempatan bulan Ramadan untuk menempa diri, memperkuat kelayakan kita sebagai seorang muslim, karena sesungguhnya Allah mengajarkan kepada kita untuk menjadi penolong agama Allah sehingga agama itu akan kemudian menjadi kokoh," tegasnya. [] Rizkimp

Rabu, 12 April 2023

[4] RAMADHAN TRANSFORMATIF

Tinta Media - Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183). Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri" (Ar-Ra'd: 11). 

Alhamdulillah, kita telah memasuki hari keempat bulan suci Ramadhan. Jadilah pribadi muslim yang selalu positif dalam menghadapai dan menjalani serangkaian ibadah di bulan penuh berkah ini. Sikap positif dalam menghadapi bulan suci Ramadhan diantaranya adalah bahagia menyambut Ramadhan, mensyukuri atas nikmat usia dan kesehatan, bersabar dalam menghadapi ujian selama menjalankan puasa dan menjalani ibadah Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan. Banyak dalil dan keterangan yang mendorong sikap positif ini, diantaranya  adalah :

 

Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah seseorang diberikan suatu nikmat dari Allah, kemudian ia bersyukur dengan nikmat itu, kecuali nikmat tersebut akan bertambah baginya. Dan barang siapa yang sabar atas musibah, maka Allah akan memberikan pahala yang besar baginya." (HR. Tirmidzi)

 

Sesiapa yang puasa Ramadhan dengan iman dan harapan akan mendapat pahala diampuni dosa-dosanya yang telah lewat (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Ramadhan transformatif mengajarkan perubahan sikap menjadi pribadi yang lebih positif. Sikap positif adalah sikap mental atau kejiwaan yang melibatkan cara berpikir, bertindak, dan merespon situasi dengan mengedepankan sudut pandang yang optimis, berfokus pada hal-hal yang baik dan menghindari pemikiran yang negatif atau merugikan. Sikap positif dapat membantu seorang muslim  untuk memandang hidup dengan cara yang lebih baik, lebih optimis, dan lebih mudah mengatasi rintangan dan masalah yang dihadapi. 

 

Ramadhan semestinya mengubah diri seorang muslim menjadi pribadi positif  setelah mampu menjalankan semua ujian dan rintangan selama berpuasa Ramadhan. Jika ada orang yang mencari masalah dengan muslim yang sedang menjalankan puasa, maka Islam mengajarkan agar dijawab : maaf saya sedang berpuasa. Inilah contoh sikap positif yang diajarkan oleh Ramadhan.

 

Sikap positif  juga bisa ditunjukkan dengan kepercayaan diri, semangat pantang menyerah, dan keyakinan akan  masa depan. Dalam konteks hubungan sosial, sikap positif juga melibatkan kemampuan untuk merespon orang lain dengan sopan dan baik, mengedepankan kerjasama dan kebaikan, serta menghindari konflik atau permusuhan.

 

Menjadi pribadi yang semakin positif selama bulan suci Ramadhan maknanya menjadi pribadi yang semakin sholih karena meningkatkanya spiritualitas. Untuk memotivasi amalan ibadah, Allah telah menetapkan bahwa ibadah sunnah akan diberikan pahala seperti ibadah wajib. Sementara ibadah wajib akan dilipatgandakan pahalanya.

 

Sebagai salah satu contoh ibadah di bulan suci Ramadhan adalah membaca, menghafal, menelaah dan mengamalkan Al Qur’an. Ramadhan sebagai syahrul qur’an semestinya semakin memotivasi umat Islam untuk lebih dekat kepada Al Qur’an.  Allah menegaskan bahwa Al Qur’an sebagai petunjuk, penjelas haq dan batil, serta sumber kebenaran bagi manusia.

 

Allah menegaskan dalam firmanNya : Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil). (QS. al-Baqarah : 185).

 

Jika kaum muslimin membaca satu juz Al Qur’an kira-kira berjumlah 7000 huruf, kalikan satu huruf dengan 10 kebaikan dikalikan pahala 70 kewajiban maka akan menghasilkan  4.900.000 kebaikan. Jika satu kali saja Al Qur’an dikhatamkan selama bulan Ramadhan, maka akan didapat 147 juta kebaikan. Jika tiga kali akan didapatkan 441 juta kebaikan. Sungguh Allah melipatgandakan pahala setiap amal sholeh di bulan Ramadhan.

Selain membaca Al Qur’an, agenda ibadah harian selama bulan Ramadhan semisal niat puasa karena Allah,  berbuka puasa dan makan sahur, menjaga diri dari yang membatalkan atau yang mengurangi pahala puasa, menjalankan  sholat terawih dan qiyamul lail dan berzikir. Dengan demikian bulan suci Ramadhan bisa menjadi wasilah agar semakin menjadi pribadi positif.

 Selain adanya proses perubahan menuju pribadi yang positif, Ramadhan juga semestinya membawa kepada perubahan pribadi yang produktif. Pribadi produktif adalah kemampuan untuk menghasilkan output yang bermanfaat atau mencapai hasil yang diinginkan melalui penggunaan waktu, sumber daya, dan keterampilan yang efisien dan efektif. 


 


Dalam konteks pekerjaan atau bisnis, menjadi produktif berarti menyelesaikan tugas dan proyek dalam batas waktu yang ditetapkan dan memenuhi standar kualitas. Hal ini melibatkan menetapkan tujuan, memprioritaskan aktivitas, mengelola waktu, dan menggunakan alat dan teknik untuk mengoptimalkan kinerja.


 


Dalam konteks pengembangan pribadi, produktivitas dapat dianggap sebagai kemampuan untuk mencapai hasil yang diinginkan, baik dalam pembelajaran, kreativitas, kesehatan, atau bidang kehidupan lainnya. Hal ini melibatkan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri, mencari peluang untuk meningkatkan diri, dan mengembangkan kebiasaan dan rutinitas yang mendukung pertumbuhan dan pencapaian. Ramadhan adalah bulan produktifitas, bukan bulan untuk bermalas-malas.


 


Puasa Ramadhan tidaklah menghalangi produktifitas seorang muslim. Berbagai kajian virtual bisa diikuti dari rumah, bisa juga yang langsung offline. Produktifitas juga bisa dilakukan dengan cara menghasilkan karya-karya tulis terbaik. Menulis satu huruf di bulan Ramadhan dengan niat ibadah, tentu saja mendapatkan berlipat pahala dari Allah. Menghidupkan budaya literasi Ramadhan adalah bentuk produktifitas.


 


Selain perubahan diri menjadi lebih positif, produktif, maka Ramadhan juga semestinya mengubah seorang muslim menjadi lebih konstributif. Konstributif atau kontributif adalah sikap atau tindakan seseorang yang berusaha untuk memberikan kontribusi atau sumbangan positif bagi lingkungan sekitar, baik itu dalam skala kecil maupun besar. Orang yang konstributif biasanya memiliki sifat proaktif, ingin memberikan dampak positif bagi orang lain dan lingkungan, serta berusaha untuk meningkatkan kualitas hidup orang lain di sekitarnya.

Contoh tindakan konstributif selama bulan suci Ramadhan bisa berupa membantu orang lain dalam kesulitan, memberikan donasi bagi kegiatan sosial atau amal, berpartisipasi dalam kegiatan yang membawa manfaat bagi lingkungan sekitar, memberikan ide atau saran yang bermanfaat untuk kemajuan umat dan bisa juga menulis karya-karya tulis yang mampu memberikan pencerahan atau inspiratif bagi kebaikan muslim lainnya.

Sikap konstributif ditunjukkan oleh sebuah hadits : Barangsiapa memberikan makanan berbuka puasa kepada orang yang berpuasa, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun. (HR. Tirmidzi dan Ibn Majah).

Sedekah pada bulan Ramadhan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti memberikan makanan kepada orang yang berpuasa, memberikan bantuan keuangan kepada fakir miskin atau yatim piatu, dan berbagai bentuk sedekah lainnya. Selain itu, sedekah juga dapat dilakukan dalam bentuk amalan kebaikan lainnya, seperti membaca Al-Quran, memperbanyak sholat sunnah, dan berbagai amalan kebaikan lainnya.

 

Sedekah pada bulan Ramadhan memiliki banyak manfaat, baik dari segi kebaikan sosial maupun kebaikan pribadi. Beberapa manfaat sedekah di bulan Ramadhan antara lain: pertama, meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Kedua, membersihkan hati dari sifat kedengkian, iri hati, dan keserakahan. Ketiga, meningkatkan rasa empati dan kepedulian terhadap orang yang membutuhkan. Keempat, menjadikan orang yang bersedekah merasa lebih bahagia dan puas dengan hidupnya. Kelima, meningkatkan keberkahan dalam hidup dan rezeki.

Nah kesimpulannya adalah bahwa Ramadhan telah mengajarkan kepada seorang muslim agar menjadi lebih positif, produktif dan konstributif, terlebih sebagai seorang pengemban dakwah. Dengan demikian Ramadhan transformatif akan bisa terwujud jika seorang muslim mengalami perubahan diri menjadi lebih positif, produktif dan konstributif.

Oleh: Dr. Ahmad Sastra

Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 26/03/23 : 14.22 WIB)

[3] RAMADHAN TRANSFORMATIF

Tinta Media - Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183). Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri" (Ar-Ra'd: 11).


Mari kita melanjutkan kembali sesi Ramadhan Transformatif seri ketiga yang akan membahas persoalan perubahan sifat-sifat individual selama menjalankan ibdah puasa Ramadhan. Diantara sifat-sifat individu yang harus berubah menjadi lebih baik selama menjalankan puasa adalah tentang keikhlasan dalam beribadah. Ikhlas itu beramal semata karena Allah dan ridho itu kerelaan hati diatur oleh Allah.

 

Setiap amal perbuatan itu bergantung niat dalam hati. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Setiap amalan tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan niatnya. Maka barang siapa hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa hijrahnya karena dunia yang dicari-cari atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa yang dikehendaki." (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Ikhlas itu dalam hati seiring dengan niat tatkala menjalankan aktivitas ibadah. Hati adalah organ penting dalam diri manusia, karena menjadi penentu aktivitasnya. Allah sungguh melihat hati setiap manusia.  Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk-bentuk kalian dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati-hati kalian dan amal-amal kalian." (HR. Muslim)

 

Nilai aktivitas ibadah seorang muslim pertama-tama ditentukan oleh niat yang ikhlas karena Allah dan yang kedua ditentukan oleh sejauh mana dia mengikuti sunah-sunah Rasulullah. Niat menjadi pangkal dari aktivitas ibadah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah menerima amal hanya dari orang yang ikhlas karena-Nya semata." (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Sebaliknya, jika tak ikhlas, maka amal ibadah tidak akan diterima oleh Allah. Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Barang siapa yang amalnya tidak dilandasi oleh ikhlas, maka amalnya itu tidak akan diterima oleh Allah." (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Tiga hal yang tidak akan rusak: sedekah yang diberikan dengan tangan kanan yang tidak diketahui tangan kiri, doa orang tua yang saleh, dan amal yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah." (HR. Tirmidzi).

 

Puasa Ramadhan itu mengajarkan keikhlasan, melakukan ibadah semata untuk meraih ridho Allah. Ibadah puasa Ramadhan merupakan salah satu ibadah yang bisa disebut sebagai ibadah rahasia dalam Islam. Hal ini dikarenakan puasa tidak memerlukan bentuk atau tampilan yang khusus untuk menunjukkan bahwa seseorang sedang beribadah.

Seorang muslim yang sedang berpuasa bisa saja terlihat seperti orang biasa saja, namun sebenarnya ia sedang melakukan ibadah puasa. Tidak ada satupun manusia tahu bahwa seseorang sedang berpuasa, maka disinilah pelajaran tentang keikhlasan itu. Puasa merupakan ibadah yang hanya diketahui oleh Allah SWT dan orang yang berpuasa itu sendiri, karena ia melakukan puasa secara diam-diam tanpa perlu menunjukkan kepada orang lain.

Dengan melaksanakan kewajiban puasa Ramadhan, maka umat Islam seharusnya berubah menjadi pribadi yang lebih ikhlas dalam banyak aktivitas ibadah lainnya dan menghindari sifat buruk seperti riya. Ikhlas adalah buah dari ketaqwaan, sementara ketaqwaan adalah buah dari keimanan. Dengan puasa Ramadhan, Allah sedang mengajarkan kepada seorang mukmin tentang keikhlasan. Jika tak ada iman dan taqwa, maka manusia tak mungkin menjalankan puasa Ramadhan.

 

Maka, dengan puasa Ramadhan, semestinya seorang muslim berubah menjadi lebih baik, yakni menjadi lebih ikhlas dalam menjalankan ibadah lainnya, seperti sholat, zakat, haji, sedekah, menuntut ilmu, mendidik anak, kehidupan suami istri, bekerja mencari nafkah, dan aktivitas lainnya. Ramadhan transformatif dikatakan berhasil jika terjadi proses perubahan setiap muslim menjadi lebih baik. Proses perubahan itu terjadi disaat melaksanakan puasa Ramadhan, dan terlebih setelah usai bulan Ramadhan nanti.

 

Kedudukan orang yang berhati ikhlas di hadapan Allah adalah mulia, namun tidaklah mudah menjadi seorang muslim yang berhati ikhlas. Keikhlasan itu membutuhkan waktu dan kesungguhan. Jika seseorang telah sampai pada martabat dan kemampuan untuk menyembunyikan segala kebaikan, maka dirinya telah memiliki sikap  ikhlas. Ikhlas itu ibarat air yang jernih, tak ada sedikitpun noda dan kotoran di dalamnya.

 

Al Qurtubi berkata," al hasan pernah ditanya tentang ikhlas dan riya , kemudian ia menjawab," diantara tanda keikhlasan adalah jika engkau suka menyembunyikan kebaikanmu dan tidak suka menyembunyikan kesalahanmu". Abu Yusuf berkata, " mas'ar telah memberitahukan kepadaku dari Saad ibn Ibrahim, ia berkata, mereka (para sahabat) menghampiri seorang laki-laki pada perang al Qadisiyah.

 

Laki-laki itu kaki dan tanganya putus, ia sedang memeriksa pasukan seraya membacakan firman Allah : Mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah. Yaitu nabi-nabi, para shiddiqien, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang sholeh. Dan mereka itulah teman-teman yang terbaik. (QS. Annisa : 69).

 

Seseorang itu bertanya kepada laki-laki itu, " siapa engkau wahai hamba Allah. Dia menjawab," aku adalah salah satu dari kaum Anshor". Laki-laki itu tidak mau menyebutkan namanya. Inilah contoh orang yang telah memiliki  keikhlasan. 

 

Sebuah kisah tentang indahnya keikhlasan terjadi dalam sebuah pertempuran dahsyat antara kaum muslimin dan kaum kafir. Ketika sang panglima perang  Khalid ibn Walid sedang memimpin pasukannya dalam sebuah  pertempuran, tanpa diduga sebelumnya,  dia memperoleh surat perintah pemberhentian dirinya dari Khalifah Umat Ibn Khaththab. Dalam surat perintah itu disebutkan bahwa sejak saat itu, panglima perang Khalid bin Walid diberhentikan dengan hormat dari jabatannya sebagai panglima perang, dan diharapkan segera menyerahterimakan jabatannya kepada panglima baru Ubaidillah ibn Al-Jarra sebagai penggantinya. 

Keputusan Khalifah sempat membingungkan dan mengagetkan Ubaidillah. Ada apa gerangan keputusan ini diambil oleh sang khalifah. Berkat kelapangan dada dan kebesaran jiwa Khalid ibn Walid akhirnya mampu menyelesaikan persoalan pelik ini dengan baik. Keduanya sepakat untuk membicarakannya secara diam-diam tanpa diketahui oleh pasukan yang tengah bertempur. Jalan keluar yang mereka sepakati adalah membiarkan pertempuran berjalan dan pergantian dilakukan secara diam-diam sambil menunggu saat yang tepat untuk mengumumkannya.


 


 


Setelah gemuruh pertempuran sedikit mereda, barulah diumumkan kepada segenap pasukan kaum muslimin atas perintah pergantian panglima perang dari Khalifah Umar bin Khaththab tersebut. Dan saat itu Khalid bin Walid berubah status menjadi prajurit seperti yang lain dibawah komando panglima perang yang baru : Ubaidillah ibn al Jarra. 


 


 


Sakit hatikah Khalid ibn Walid ? Ternyata tidak. Khalid ibn Walid dengan gigih melaksanakan semua tugas-tugas sebagai prajurit biasa. Inilah gambaran keteladanan yang luar biasa dalam sejarah umat manusia. Konon usai serah terima jabatan, beberapa anggota pasukan kaum muslimin menanyakan langsung kepada Khalid ibn Walid perihal bagaimana perasaannya tatkala beliau diberhentikan dengan hormat oleh sang Khalifah Umar dan menjadi prajurit biasa. 


 


 


Ditanyakan juga bagaimana dia bisa bersikap bijak dan rendah hati terhadap proses pergantian yang sedemikian mendadak yang cenderung tidak wajar itu. Apalagi pergantian itu dilakukan ditengah api pertempuran yang sedang membara. Tentu secara logika dilihat dari perspektif kebutuhan mental pasukan, pergantian itu terlihat tidak pantas.


 


 


Namun, Khalid ibn Walid tampaknya tumbuh sebagai panglima sejati. Maka dengan nada tenang tetapi mantap dia menjawab, " Saya berjuang bukan karena Abu Bakar yang mengangkatku, juga bukan karena Umar yang memberhentikanku, tetapi saya berjuang semata-mata karena Allah, semata-mata demi pengabdian kepada Allah". Inilah jiwa keikhlasan yang telah tumbuh dalam hati seorang pejuang sejati, Khalid ibn Walid. Seorang pejuang yang bekerja hanya dilandasi oleh keinginannya untuk mengabdi secara tulus ikhlas kepada Allah semata untuk memperjuangkan agama dan daulah Islam saat itu. 

Tampak dalam kisah ini bahwa orientasi dan motivasi Khalid ibn Walid berjuang dengan penuh keikhlasan adalah karena membela yang haq dan membela agama yang diyakininya. Dengan kata lain dia berjuang dengan semangat pengabdian yang mahatinggi. Itulah sebabnya, soal jabatan atau pangkat tidak mempengaruhi penampilannya. Justru karena sikapnya yang demikian itulah harga dirinya menjadi mulia.

Beramal dengan hati ikhlas dengan demikian adalah bentuk aktivitas terarah dalam mendapatkan sebuah hasil dengan menggunakan kesucian hatinya sebagai manifestasi kemuliaan dirinya di hadapan Allah semata. Kesucian hatinya sebagai energi diri dalam melaksanakan berbagai amal. Seorang yang berhati ikhlas akan selalu membuang energi negatif dalam hatinya dan menggantikan dengan energi positif. Dengan demikian, orang yang berhati ikhlas tidak pernah mengeluh kepada manusia, kecuali hanya berharap kepada pertolongan Allah. Tidak ada waktu yang sia-sia dan mubazir bagi seorang yang berhati ikhlas.


 


Setidaknya ada empat hal sebagai indikator keikhlasan seseorang dalam melakukan segala aktivitas hidupnya, termasuk dalam menjalankan amanah dakwah. Keempat indikator itu adalah : pertama, memiliki kapasitas besar. Dengan lapang dada dan kejernihan hatinya, seorang yang ikhlas akan mampu menghadapi persoalan seberat apapun. Mereka mampu membawa diri, persoalan dan pekerjaannya dengan hati riang dan ringan sebab tidak pernah dibebani oleh kekerdilan emosi dalam berbagai bentuknya. Ketika orang lain yang telah bekerja keras maupun bekerja cerdas tidak sanggup lagi memikul pekerjaan yang berat, seorang yang bekerja dengan penuh keikhlasan mampu menembus semua keterbatasan itu dan menyelesaikan dengan sempurna.


 


Kedua, memiliki kejernihan pandangan. Seseorang yang telah tertanam nilai keikhlasan dalam hatinya, dengan kesucian hatinya dapat mempersepsi keadaan lebih jernih dan kemudian dapat menyimpulkan lebih proporsional terhadap setiap masalah yang dihadapinya. Sebenarnya keputusan yang salah lahir dari penyakit hati yang ada dalam dirinya. Dzun Nun Al Misri pernah berkata, " Keyakinan akan memperpendek angan-angan, angan-angan yang pendek akan mengantarkan pada zuhud, zuhud akan mewariskan hikmah, dan hikmah akan melahirkan kejernhan pandangan".


 


Ketiga, berpeluang memiliki keberuntungan besar. Seseorang yang berhati ikhlas, dengan kejernihan hatinya akan terlihat hidupnya aman dimanapun mereka berada. Bahkan ketika di daerah rawan sekalipun. Mereka yakin akan keikhlasan dirinya. Dia tidak pernah membawa maksud buruk sebab tabungan energi positifnya (amal saleh) akan menjaga dirinya. Dikarenakan keikhlasan adalah puncak dari amal, maka wajar jika seorang yang penuh keikhlasan akan mendapatkan keberuntungan dan kebaikan dari berbagai sisi yang tiada pernah dia bayangkan sekalipun. Kebaikan, keberuntungan, keberkahan, ketentraman, keamanan dan kebahagiaan akan menyertai bagi orang-orang yang ikhlas.

Keempat, orang berhati ikhlas akan banyak memberi manfaat. Seorang yang berhati ikhlas dalam beraktivitas dengan kejernihan hatinya akan memiliki banyak kelebihan energi positif untuk membantu orang lain. Mereka tidak pernah kerdil dan pelit untuk membantu orang lain, sekalipun orang lain itu bisa jadi pesaingnya, bahkan mungkin musuhnya. Apalagi terhadap orang yang disayangi dan menyayangi.

Mereka tidak pernah punya halangan untuk membantu orang yang memusuhinya, karena sikap nothing to lose nya berada di tingkat paling tinggi. Mereka akan sanggup bekerja dengan siapa saja, bahkan dengan orang paling sulit sekalipun. Keikhlasan adalah sumber kemuliaan. Orang yang ikhlas adalah orang yang mulia.


 


Orang ikhlas bisa menjadi penengah terhadap dua orang yang konflik, karena selalu mamihak pada kemuliaan. Dia bisa menjadi kakak dan motivator bagi bawahan dan rekan-rekan kerjanya. Mampu melepaskan haknya untuk membantu orang lain. Akan banyak mengeluarkan hartanya untuk meringankan beban orang yang tidak mampu. Akan mudah melepaskan harta dan barang yang dicintainya jika dibutuhkan orang lain. Karena harta tidak akan mampu menodai kejernihan hatinya.


 


Nah, semoga dengan tulisan di hari ketiga Ramadhan ini kita melakukan proses transformasi menjadi pribadi yang lebih ikhlas dalam menjalankan berbagai amal dengan mengambil pelajaran dari pelajaran keikhlasan dari Allah kepada seorang mukmin dalam kewajiban puasa Ramadhan. Jadikan Ramadhan tahun ini sebagai proses transformasi menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Oleh: Dr. Ahmad Sastra

Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 25/03/23: 10.11 WIB)

[2] RAMADHAN TRANSFORMATIF

Tinta Media - Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183). Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri" (Ar-Ra'd: 11). 

 

Setelah kita kaji soal energi perubahan pribadi dan sosial dalam tulisan Ramadhan Transformatif sesi satu, maka pada tulisan kedua ini akan fokus kepada ragam perubahan individual selama menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1444 H. rumusnya, perubahan adalah keniscayaan, selama menuju kondisi yang lebih baik, sebab tak ada manusia yang sempurna, dirinya mesti terus berubah, tumbuh kembang menuju kesempurnaannya.

 

Hakikat perubahan adalah suatu kepastian yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan seorang muslim, terlebih tujuan utama puasa Ramadhan adalah menuju ketaqwaan diri. Secara konsepsi perubahan terjadi secara terus-menerus pada setiap aspek kehidupan, mulai dari perubahan dalam tubuh manusia, perubahan dalam lingkungan, hingga perubahan dalam hubungan sosial dan ekonomi. Seiring dengan waktu, setiap pribadi muslim mengalami perubahan dalam dirinya sendiri, dalam lingkungannya, dan dalam hubungannya dengan orang lain. 

 

Allah sebenarnya telah menyediakan alam semesta dan lingkungan ekologis sebagai guru dan pelajaran bagi setiap individu muslim yang mau berpikir dan merenungkan. Soal perubahan diri menjadi lebih baik selama Ramadhan, maka seorang muslim bisa mengamati dan merenungkan proses metamorfosis, sebuah tahapan perubahan dari telur hingga kupu-kupu.

 

Proses metamorfosis seekor ulat yang awalnya menakutkan dan merugikan lingkungan dimulai dengan telur yang diletakkan oleh kupu-kupu betina di tanaman inang. Telur tersebut menetas menjadi ulat setelah beberapa waktu. Ulat dengan bentuknya, seringkali menakutkan dan manusia cenderung akan menjauhinya. Ulat seringkali menebar rasa gatal dari bulu-bulunya. Ulat dengan kerakusannya akan memakan dedaunan tanpa berhenti, bahkan mulutnya akan terus bergerak mengunyah meski matanya terlelap tidur. Ulat adalah simbol perilaku destruktif manusia yang selalu merugikan manusia dan rakus akan dunia.

Dalam perspektif ilmu biologi, ulat sebagai tahap dua proses metamorfosis adalah sebuah larva dari kupu-kupu yang terus makan daun tanaman inang untuk bertumbuh dan memperoleh nutrisi yang diperlukan. Selama tahap ini, ulat akan mengalami beberapa kali pergantian kulit atau molting untuk memungkinkan pertumbuhan yang lebih lanjut. Hal ini menujukkan bahwa perubahan sesungguhnya terjadi kepada setiap makhluk Allah, terlebih manusia.


 


Meski ulat sering dijauhi oleh manusia karena bentuk dan rasa gatal yang ditimbulkan oleh bulu-bulunya, namun ulat memiliki karkater tersendiri yang penting kita ketahui. Ulat memiliki tubuh yang panjang dan ramping, terdiri dari beberapa segmen tubuh yang berbentuk seperti cincin-cincin. Ulat biasanya memiliki kulit yang halus dan lunak, serta memiliki warna yang cenderung polos atau monoton. Ulat merupakan serangga yang pemakan daun. Mereka mencari tanaman untuk dijadikan sumber makanan. 


 


Ulat memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang secara cepat. Selama fase pertumbuhan, mereka mengalami beberapa kali pergantian kulit atau ecdysis. Ulat memiliki kemampuan untuk memakan dan mencerna makanan dalam jumlah yang besar. Hal ini karena mereka membutuhkan banyak energi untuk mendukung pertumbuhan yang cepat. Beberapa jenis ulat memiliki kemampuan untuk memproduksi serat sutra. Ulat yang menghasilkan sutra disebut ulat sutera dan umumnya dibudidayakan untuk industri tekstil. 


 


Ulat memiliki peran penting dalam ekosistem sebagai makanan bagi burung, serangga lain, dan hewan-hewan lain. Ulat sering dikaitkan dengan transformasi, karena mereka mengalami transformasi dari ulat menjadi kupu-kupu. 


 


Perubahan metamorfosis terus berjalan, yakni setelah ulat mencapai ukuran maksimum, ia akan membentuk kepompong atau kokon dari benang sutera yang dihasilkan oleh kelenjar di mulutnya. Di dalam kepompong, ulat mengalami sebuah transformasi drastis. Tubuhnya pecah dan diubah menjadi struktur yang lebih kompleks dan berbeda. Kepompong adalah sebuah transformasi yang menggambarkan perenungan total manusia dari sebuah kesalahan masa lalu. Selama menjadi kepompong, selama itu pula dirinya akan menjalankan puasa sepanjang hari.


 


Dalam diri kepompong itu sendiri terjadi proses transformasi yang dalam ilmu biologi disebut sebagai pupa atau chrysalis. Pada tahap ini, seluruh organ dan fitur kupu-kupu yang baru sedang terbentuk di dalam kepompong. Pada akhirnya, kupu-kupu akan keluar dari kepompong setelah selesai metamorfosisnya. 

Maka pada tahap akhir metamorfosis, pada akhirnya, kupu-kupu keluar dari kepompong sebagai serangkaian gerakan cepat yang disebut sebagai eclose. Kupu-kupu kemudian memperluas sayapnya dan menunggu kering di bawah sinar matahari. Setelah sayapnya kering, ia akan terbang mencari makanan dan pasangan untuk berkembang biak, menyelesaikan siklus hidup kupu-kupu. Dalam berbagai budaya, kupu-kupu sering dikaitkan dengan transformasi, keindahan, dan kebebasan. Karakteristik-karakteristik ini menjadikan kupu-kupu sebagai simbol yang populer dalam seni, sastra, dan kehidupan sehari-hari. 

Seekor kupu-kupu akan tumbuh dengan sayapnya yang sangat indah yang tak ada satupun manusia yang tidak suka melihatnya. Tak ada satupun manusia yang tidak menyukai disaat kupu-kupu hinggap di tangannya, berbeda sakali saat dia masih sebagai ulat. Tak ada satupun manusia yang tidak bahagia melihat kupu-kupu hingga di taman depan rumahnya, semakin banyak kupu-kupu yang datang, hatinya akan semakin bahagia.

 

Jadilah kupu-kupu yang indah disaat Ramadhan mencapai finisnya, tinggalkan sifat-sifat buruk yang merugikan orang lain sebelumnya. Tinggalkan kerakusan kepada dunia, sebab puasa mengajarkan tentang batas mengkonsumsi makanan, baik ukuran maupun kehalalannya. Kupu-kupu adalah gambaran sifat-sifat ketaqwaan bagi seorang muslim yang telah menjalankan puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Sebab salah satu sifat seorang muslim adalah menabar kebajikan dan salalu memberi manfaat bagi orang lain. Keduanya adalah refleksi dari ketaqwaan.

 

Ada beberapa karakteristik kupu-kupu yang patut kita renungkan, diantaranya adalah : pertama, Kupu-kupu memiliki sayap yang indah dan berwarna-warni, membuatnya menjadi salah satu serangga yang paling menarik di dunia. Kedua, upu-kupu adalah serangga yang aktif pada siang hari (diurnal), membuatnya mudah ditemukan oleh pengamat. Ketiga, kupu-kupu merupakan serangga pemakan nektar. Mereka mencari sari bunga untuk dijadikan sumber makanannya.

 

Keempat, kupu-kupu memiliki siklus hidup yang unik, dari telur, ulat, kepompong, pupa, hingga menjadi kupu-kupu dewasa. Kelima, kupu-kupu memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Beberapa jenis kupu-kupu memiliki kemampuan untuk menyesuaikan warna tubuhnya dengan lingkungan sekitarnya, sehingga lebih sulit dideteksi oleh predator. Kelima, kupu-kupu adalah serangga yang penting dalam polinasi tanaman. Mereka membantu tanaman untuk bereproduksi dan mempertahankan keanekaragaman hayati.

 

Keenam, kupu-kupu memiliki peran penting dalam ekosistem sebagai sumber makanan bagi hewan-hewan lain seperti burung, kelelawar, dan kadal. Ketujuh, kupu-kupu juga memiliki nilai estetika yang tinggi. Beberapa jenis kupu-kupu digunakan sebagai dekorasi dalam seni dan kerajinan tangan.

 

Transformasi dari ulat ke kepompong hingga menjadi kupu-kupu adalah sebuah cermin transformasi menuju pribadi yang memiliki karakter yang lebih baik dan menutupi sifat-sifat buruk sebelumnya. Begitulah seharusnya yang terjadi pada seorang muslim selama menjalankan ibadah puasa bulan Ramadhan hingga ujungnya nanti mendapapi dirinya yang fitri atau bersih sebagai seorang pribadi yang lebih baik, yakni pribadi bertaqwa.

Oleh: Dr. Ahmad Sastra 

Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 24/03/23: 08.09 WIB)

Selasa, 11 April 2023

Keluarga Pengemban Dakwah, Ustadz MR Kurnia: Bukan Hanya Shaleh Tapi Muslih

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Rahmat Kurnia (MR Kurnia) menjelaskan bahwa visi misi keluarga muslim menjadi keluarga pengemban dakwah, tidak cukup hanya menjadi keluarga shaleh tetapi juga muslih. 

“Keluarga pengemban dakwah tidak cukup hanya menjadi shaleh tetapi juga muslih," terangnya dalam acara Teman Berbuka: Keluarga Dakwah, Terjaga dari Api Neraka di kanal Youtube Khilafah Channel Reborn, Senin (3/4/2023).

Menurutnya, kalau shaleh itu baik untuk dirinya sendiri tapi kalau muslih, itu berupaya untuk menyebarkan kesalehan ini kepada orang lain. "Sehingga sama-sama menjadi shaleh,” ujarnya. 

Ustaz Rahmat menuturkan, sebagaimana yang dialami oleh Rasulullah SAW ketika awal-awal mendapatkan wahyu terkait keluarga yang tercantum pada surah at Tahrim ayat 6, agar melakukan peringatan kepada keluarga terdekat. “Bahwa keluarga salah satu hal yang sangat penting untuk diajarkan Islam dan Rasulullah SAW sangat berupaya untuk menyampaikan dakwah kepada keluarganya, Khadijah misalnya,” tuturnya.

Ia menambahkan, bahwa memang suatu keluarga di dalam islam itu bukan sekedar keluarga biasa tapi keluarga yang turut menyebarkan kebenaran Islam dan mengemban dakwah islam. 

“Jadi kita masing-masing menjaga diri sendiri. Suami menjaga dirinya, istri menjaga dirinya, anak menjaga dirinya, ayah menjaga dirinya, ibu menjaga dirinya, masing-masing menjaga dirinya dari apa? Dari jilatan api neraka,” jelasnya.

Ia menegaskan, bahwa satu keluarga haruslah menjadi eluarga dakwah. Karenanya tidak heran bukan hanya Rasulullah yang mengemban dakwah tetapi juga istrinya, Khadijah, juga anak-anaknya Fatimah, menantunya sayyidina Ali. 

"Oleh karena itu, ada satu yang tidak boleh kita lupakan yaitu jadikanlah keluarga kita melaksanakan islam dan menyebarkan islam yakni menjadi keluarga dakwah,” pungkasnya.[] Amar Dani

Ustadz Choirul Annas: Bak Pelita Menyinari, Guru Paling Berhak Dimuliakan

Tinta Media - Mudir IBS (Islamic Boarding School) Insantama Ustadz Choirul Annas, Lc.  mengatakan, guru adalah orang yang paling berhak untuk dimuliakan. 

"Guru-guru kita, bak pelita yang menyinari kita dengan cahaya ilmunya, mereka menjadi orang yang paling berhak kita muliakan, kita hormati," ungkapnya pada rubrik Teman Berbuka: Menghormati Orang Berilmu di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn, Selasa (4/4/2023). 

Menurutnya, sikap yang terbaik kepada guru yakni dengan memuliakannya, tetapi sikap yang utama adalah ketika mau mendengarkan, mengamalkan, memahami pelajarannya, menghafal apa yang disampaikan, kemudian menyebarluaskan ilmu yang telah diajarkan padanya. 

Ia menyebutkan, ada empat hal bahkan bagi seorang raja sekalipun ketika melakukannya tidak akan hina. 

"Ada 4 hal yang bahkan seorang raja sekalipun tidak akan hina ketika melakukannya, yang pertama ketika ia berdiri untuk menyambut ayahnya, ketika ia melayani tamunya, ketika ia turun dari kuda tunggangannya, terakhir adalah ketika ia memuliakan guru atau orang yang berilmu," bebernya. 

Oleh karena itu, ia menghimbau untuk memiliki rasa hormat kepada guru. 

"Ini menunjukkan keutamaan orang berilmu, maka kita pun demikian kita harus memiliki rasa penghormatan ikhtirom memuliakan guru-guru kita," ujarnya. 

Ia mengutip hadist riwayat Jabir bahwa Rasulullah SAW bersabda ada tiga golongan yang tidak akan direndahkan dengan hak yang mereka miliki kecuali oleh orang munafik diantaranya, orang sepuh yang tetap istiqomah, pemimpin adil, dan guru yang mengajarkan kebaikan. 

Ia berharap, agar menjadi hamba yang berilmu yang senantiasa menghormati guru. 

"Maka mudah mudahan kita menjadi hamba yang berilmu yang senantiasa menghormari guru kita, memuliakannya dan mengamalkan menyebarluaskan apa yang telah diberikan olehnya," tuturnya. [] Robby Vidiansyah Prasetio

Senin, 10 April 2023

[1] RAMADHAN TRANSFORMATIF

Tinta Media - Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183). Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri" (Ar-Ra'd: 11).

Bulan suci Ramadhan kembali hadir di tengah-tengah umat Islam seluruh dunia. Kehadiran tamu agung 1444 H disambut dengan suka cita oleh segenap umat Islam seluruh dunia. Kewajiban melaksanakan puasa Ramadhan didasarkan oleh firman Allah QS Al Baqarah : 183 di atas. Tujuan puasa yang diwajibkan oleh Allah atas seorang mukmin adalah agar mencapai derajat taqwa. Artinya ada semacam proses perubahan individual bagi seorang yang berpuasa atau bisa disebut dengan istilah transformasi spirirual.

Ramadhan dengan demikian memiliki esensi perubahan menjadi lebih baik bagi orang-orang yang menjalankan ibadah puasa. Dengan banyaknya keistimewaan, maka diharapkan seorang mukmin akan mendapatkan banyak pemahaman, kesadaran, komitmen dan konsistensi untuk menjadi lebih baik pasca Ramadhan. Sebab sebagaimana firman Allah QS Ar Ra’d : 11, bahwa perubahan itu harus dilakukan oleh orang yang bersangkutan. Perubahan itu tergantung pengetahuan, kemauan dan kemampuan orang yang bersangkutan.   

Ramadhan transformatif maknanya adalah bahwa dengan berbagai keistimewaan bulan Ramadhan, diharapkan umat Islam baik secara individual maupun sosial melakukan proses perubahan menjadi lebih baik sejalan dengan perintah dan larangan Allah. Sebab taqwa pada dasarnya adalah melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan Allah.

Ramadhan mestinya menyadarkan kepada setiap individu muslim untuk mampu melihat segala hal yang terkait dengan dirinya, masyarakat dan bahkan negara ini. Sudahkan keseluruhannya telah menujukkan nilai-nilai ketaqwaan atau malah sebaliknya, menunjukkan kepada nilai-nilai sekuleristik atau bahkan ateistik. Istilah transformasi pada esensinya adalah proses perubahan suatu objek, situasi, atau kondisi dari satu bentuk atau keadaan menjadi bentuk atau keadaan yang lain. Istilah transformasi sebenarnya bersifat umtuk yang dapat terjadi dalam berbagai bidang keilmuwan seperti matematika, fisika, biologi, teknologi, dan sosial.

Secara teori, transformasi individual adalah proses perubahan yang dialami oleh individu secara pribadi dalam hal pemikiran, nilai, keyakinan, dan perilaku, sehingga dapat mempengaruhi cara hidup dan interaksi sosialnya. Transformasi individual dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti pengalaman hidup, keinginan untuk memperbaiki diri, dan dorongan dari lingkungan sekitar.

 

Proses transformasi individual dapat melibatkan tahapan-tahapan tertentu, seperti kesadaran akan adanya masalah atau kekurangan, pengakuan dan penerimaan atas kekurangan tersebut, niat untuk berubah, upaya untuk mengubah pola pikir dan perilaku, serta konsistensi dan ketekunan dalam menerapkan perubahan tersebut.

 

Transformasi individual dapat membawa perubahan positif dalam kehidupan seseorang, seperti peningkatan kualitas hidup, peningkatan produktivitas dan kesuksesan, peningkatan hubungan sosial, dan peningkatan kesehatan mental dan fisik. Namun, proses transformasi individual juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan kesulitan, terutama jika perubahan yang dilakukan melibatkan perubahan nilai dan keyakinan yang sudah tertanam dalam diri seseorang.

 

Selama bulan suci Ramadhan, ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk merangsang proses transformasi individual antara lain adalah dengan belajar dan memperoleh pengetahuan baru dengan menghidupkan budaya literasi semisal membaca, menulis, mendengar kajian, berdiskusi persoalan agama dan lain sebagainya.

 

Transformasi individu muslim selama bulan suci Ramadhan juga bisa dilakukan dengan membuka diri terhadap sudut pandang dan pengalaman yang berbeda semisal dari dimensi ritualistik ke dimensi ideologis. Transformasi individual selama Ramadhan juga bisa diwujudkan dengan cara melakukan refleksi diri secara berkala atau sering disebut sebagai muhasabah. Bisa juga dengan melakukan interaksi dengan orang-orang yang positif dan inspiratif seperti para guru, ustadz, kyai dan ulama dan seterusnya.

Dalam konteks sosial, transformasi sering digunakan untuk menggambarkan perubahan besar dalam masyarakat atau organisasi, seperti revolusi industri atau transformasi digital. Transformasi ini dapat melibatkan perubahan dalam kebijakan, budaya, atau teknologi yang mendorong perubahan dalam cara masyarakat bekerja, berkomunikasi, dan hidup. Transformasi sosial mengacu kepada perubahan sosial diberbagai bidangnya. Transformasi sosial dalam Islam memiliki akar sejarah yang kuat.


 


Transformasi sosial dalam Islam telah terjadi sejak awal munculnya agama Islam di abad ke-7. Berikut ini adalah beberapa peristiwa penting dalam sejarah transformasi sosial dalam Islam. Pertama, perubahan pola pikir dan pola sikap masyarakat jahiliah. Saat Nabi Muhammad menerima wahyu pertama dari Allah SWT, moralitas dalam masyarakat Arab sangat rendah, hingga disebut sebagai masyarakat jahiliah.


 


Praktek-praktek amoral seperti kekerasan, kekerasan seksual, dan alkoholisme sangat umum terjadi akibat oleh pola pikir rusak yang jauh dari tuntunan agama. Islam mengajarkan pola pikir dan pola sikap yang lebih tinggi, seperti kejujuran, kebaikan, dan kasih sayang, dan dengan demikian membawa perubahan sosial yang signifikan dalam masyarakat Arab saat itu. Islam telah melakukan proses trasformasi sosial kemasyarakatan dari budaya jahiliah menjadi budaya maju dan mulia.


 


Kedua, Islam melakukan transformasi sosial dengan dakwah Rasulullah dengan melakukan penghapusan praktek-praktek kejahatan. Nabi Muhammad secara konsisten mengajarkan bahwa semua manusia adalah sama di hadapan Allah, dan praktek-praktek kejahatan seperti penindasan, perbudakan, dan diskriminasi rasial harus dihapuskan. Ini membawa transformasi sosial signifikan dalam masyarakat Arab, mengubah praktek-praktek kejam seperti penguburan anak perempuan hidup-hidup dan perang saudara menjadi praktik-praktik yang tidak lagi diterima dan digantikan dengan kehidupan sosial yang penuh kasih sayang, perdamaian, persatuan, kebersamaan, kekeluargaan, keamanan dan kesentaosaan.


 


Ketiga, transformasi sosial berupa pembangunan sistem pendidikan. Islam mengajarkan pentingnya pendidikan dan pengetahuan, dan sistem pendidikan Islam yang terorganisir dengan baik telah berkembang di seluruh dunia Islam pada masa itu. Hal ini memungkinkan masyarakat Islam untuk lebih maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi meninggalkan jauh bangsa-bangsa lain, utamanya bangsa Eropa. Hal ini dilandasi oleh wahyu pertama dalam Islam yakni soal tradisi literasi, yakni membaca dan menulis. Firman Allah dalam QS Al ‘Alaq : 1-5 ini menjadi inspirasi dan aspirasi peradaban agung dalam sejarah Islam yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan.


 


Keempat, transformasi sosial berupa embangunan sistem kesehatan yang gratis dan berkualitas. Islam mengajarkan pentingnya kesehatan dan kebersihan, dan banyak sistem kesehatan yang terorganisir dengan baik telah berkembang di seluruh dunia Islam pada masa itu. Hal ini membawa perubahan sosial positif dalam masyarakat, memungkinkan orang untuk hidup lebih lama dan sehat. Islam sangat mengedepankan makanan yang baik dan halal yang memungkinkan jaminan kesehatan sosial sekaligus menyediakan sarana kesehatan yang berkualitas bagi rakyat yang mendapatkan musibah sakit.


 


Kelima, transformasi sosial berupa Pembangunan sistem perekonomian yang adil dan merata. Islam mengajarkan pentingnya perekonomian yang adil dan berkelanjutan. Sistem perekonomian Islam yang terorganisir dengan baik telah berkembang di seluruh dunia Islam pada masa itu, termasuk praktek-praktek seperti zakat, yang membantu mengurangi kemiskinan dan ketidakadilan sosial.

Dengan demikian, Ramadhan adalah bulan dimana akan mendorong adanya proses transformasi spiritual pada semua aspeknya, yakni upaya untuk lebih taat kepada Allah dalam semua bidang kehidupan dan meninggalkan semua yang dilarang oleh Allah melalu sebuah aktivitas dakwah dan pendidikan, sehingga melahirkan kesadaran kolektif untuk mewujudkan ketaqwaan kolektif pula. Transformasi spiritual adalah proses perubahan dalam diri seseorang yang melibatkan pertumbuhan dan evolusi pada tingkat spiritual atau religius. Transformasi ini dapat mencakup perubahan pada keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku yang berkaitan dengan agama atau spiritualitas Islam.


 


Transformasi spiritual sering kali dimulai dengan kesadaran diri tentang kebutuhan untuk memperdalam hubungan seorang hamba dengan Allah, Tuhan yang menciptakan manusia, alam semesta dan kehidupan. Hal ini mendorong seseorang untuk mempelajari ajaran-ajaran Islam lebih intensif selama bulan suci Ramadhan, mengamalkan berbagai ibadah mahdhoh dan ghoiru mahdhoh, dan mempraktekkan nilai-nilai yang mengarah pada pertumbuhan nilai spiritual atau nilai ketaqwaan.


 


Transformasi spiritual juga dapat terjadi melalui pengalaman-pengalaman yang mengubah hidup selama menjalani puasa Ramadhan, seperti menghadapi krisis, kematian, atau penyakit yang serius. Pengalaman-pengalaman ini dapat mendorong seorang muslim untuk mencari makna dan tujuan hidup yang lebih dalam, dan mengarahkan mereka pada jalan transformasi spiritual. Dengan berbagai pengalaman spiritual selama Ramadhan akan menumbuhkan kesadaran spiritual dari mana dia hidup, untuk apa hidup di dunia dan hendak kemana setelah kematiannya kelak. Transformasi spiritual selama bulan Ramadhan tidak hanya berdimensi individual, namun juga berdimensi sosial.


 


Secara teoritis, transformasi sosial adalah perubahan signifikan pada nilai-nilai, norma, dan struktur sosial dalam suatu masyarakat yang dapat mempengaruhi banyak aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi, budaya, dan lingkungan. Transformasi sosial dapat terjadi karena adanya faktor internal atau eksternal yang mempengaruhi masyarakat.

Contoh faktor internal yang dapat memicu transformasi sosial adalah perubahan dalam nilai-nilai dan norma masyarakat, perubahan demografi dan pola keluarga, serta kemajuan teknologi dan informasi yang memengaruhi cara orang hidup, bekerja, dan berinteraksi. Sedangkan faktor eksternal dapat berupa perubahan dalam tatanan global, seperti globalisasi ekonomi dan politik, konflik internasional, dan perubahan iklim yang mempengaruhi kehidupan di seluruh dunia.


 


Transformasi sosial dapat membawa perubahan positif seperti perbaikan ekonomi dan kesejahteraan, kemajuan teknologi, kemajuan sosial atau bisa juga berdampak negatif seperti ketidakadilan sosial, konflik sosial dan sejenisnya. Hal ini sangat bergantung kepada ideologi apa yang melatarbelakangi proses transformasi sosial tersebut. Ada tiga ideologi di dunia ini, pertama, Islam dengan sistem khilafahnya. Kedua, sekulerisme demokrasi dengan sistem kapitalismenya dan ketiga, sosialisme ateis dengan sistem komunismenya.  


 


Tulisan ini adalah tulisan pertama, selanjutkan akan ditulis secara lebih rinci lagi selama bulan suci Ramadhan ini. Berbagai dimensi yang lebih rinci akan dikaji dalam tulisan berikutnya. Semoga tulisan ini dan seterusnya memberikan inspirasi bagi proses perubahan menjadi pribadi dan sosial yang lebih bertaqwa yang sekaligus menjadi tujuan pelaksanaan puasa Ramadhan.

Oleh: Dr. Ahmad Sastra

Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 23/03/23 : 10.53 WIB)


 



Jumat, 07 April 2023

Boni Shallehuddin Jelaskan Tujuan Bulan Ramadhan

Tinta Media - Associate Akademi Trainer Boni Shallehuddin menjelaskan tujuan Bulan Ramadhan adalah membentuk pribadi yang bertakwa.

“Tujuan dari bulan Ramadhan adalah membentuk pribadi yang bertakwa, dengan jalan apa? Dengan jalan menjalankan shaum di bulan Ramadhan,” jelasnya pada rubrik Teman Berbuka: Tujuan Bulan Ramadhan di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn, Sabtu (1/4/2023).

Ia menyampaikan Firman Allah SWT tentang tujuan dari shaum di Bulan Ramadhan yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan kepada kalian untuk berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian menjadi orang yang bertakwa.”

Boni menyebut Bulan Ramadhan adalah bulan pelatihan. “Hal yang menarik tentang saum ini adalah assaum atau as siam sebagaiamana yang dijelaskan oleh Imam Al-Baghawi dalam tafsirnya bermakna al imsak atau menahan diri,” paparnya.
 
Ia juga tertarik tentang menahan diri dari sebuah riset yang dilakukan oleh seorang ahli psikologi di Stanford University tahun 1960, dilakukan riset dengan judul marshmallow eksperimen. “Apa eksperimen itu?” tanyanya.
 
Dipaparkannya,  eksperimen yang dilakukan, dikumpulkanlah ratusan anak-anak kecil dan dihadirkan di hadapan mereka marshmallow, semacam permen. Disampaikan kepada anak-anak bahwa permen yang diberikan boleh dimakan, tapi waktunya bukan sekarang, 15 menit lagi baru boleh dimakan. “Kalau nanti makan permennya setelah 15 menit akan dikasih tambahan hadiah,” paparnya.

Dia mengungkapkan berdasarkan eksperimen marshmallow itu banyak di antara anak-anak tidak sabar, sebelum 15 menit permennya sudah langsung dimakan, dan hanya sedikit dari anak-anak itu yang mencoba untuk menahan diri setelah 15 menit baru makan permennya. “Ternyata ditemukan anak-anak yang memiliki kemampuan melakukan delay gratification, menahan diri atau istilahnya adalah Imsak, menahan diri dari kepuasan yang sesaat, ternyata beberapa tahun yang akan datang lebih sukses dibandingkan dengan orang yang tidak sanggup untuk menahan diri. Masya Allah luar biasa,” ungkapnya. 

Dituturkannya shaum di bulan Ramadhan ternyata mengajarkan untuk imsak, menahan diri. “Menahan diri dari berbagai macam kepuasan-kepuasan nafsu yang itu tidak diridhoi oleh Allah dan Rasul-Nya,” tuturnya.

“Dengan menahan diri dari perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah dan juga kita bersegera untuk menjalankan apa yang Allah ridho, itulah yang menjadi kunci kita bisa menjadi orang yang bertakwa,” pungkasnya.[] Raras

Kamis, 06 April 2023

Ramadan Hangat di Thailand

Tinta Media - Merantau jauh ke luar negeri tentu menjadi sebuah tantangan menyenangkan yang diimpikan banyak orang. Mereka mengusahakan yang terbaik agar bisa mendapatkan pengalaman berharga itu bagaimanapun caranya. Tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan yang sama. Maka, banyak di antara para perantau ini membagikan pengalaman berharganya melalui sosial media. Kali ini, saya mendapatkan kehormatan untuk membagikan pengalaman Ramadan di negeri rantau melalui Tinta Media. Semoga ada sedikit hikmah yang bisa dipetik dari secuil pengalaman ini.
 
Kami sekeluarga untuk sementara menetap di Bangkok, untuk menemani suami dalam perjalanan dinas. Tak ada yang begitu jauh berbeda, di negeri gajah putih ini tidak begitu banyak perubahan yang dirasakan. Mungkin salah satunya karena Thailand merupakan negara tropis yang memiliki iklim mirip dengan Indonesia. Namun bedanya, di sini musim hujan hanya berlangsung sebentar. Sebaliknya, musim panas berlangsung lama hingga suhunya mencapai 39 derajat celsius.
 
Serunya, tepat di bulan Ramadan inilah puncak musim panas sedang dialami bumi Thailand. Terdapat perayaan songkran di pertengahan bulan April yang dirayakan sejak tanggal 13. Perayaan inilah yang menjadi perayaan terpenting dan terbesar di negeri dengan sistem monarki konstitusional ini.  Di saat songkran dirayakan, umat Islam yang hidup di Thailand banyak yang memutuskan untuk berada di dalam rumah. Bukan karena panasnya yang terik, tetapi pada perayaan itu, warga lokal akan berbondong-bondong turun ke jalan, kemudian saling menyemprot air pada satu sama lain. Tentu saja mayoritas dari mereka akan mengenakan pakaian yang sangat minim di tengah matahari yang sedang tinggi-tingginya. Maka, menjaga pandangan akan jauh lebih baik daripada terlibat pada dosa mata di bulan yang suci ini.
 
Namun, banyak hal yang patut disyukuri di sini. Salah satunya adalah kemudahan dalam mencari makanan halal. Sertifikasi halal pada makanan-makanan produksi pabrik sudah dilakukan secara terstruktur. Maka dari itu, kaum muslimin di negara ini bisa dengan mudah memfilter makanan halal hanya dengan melihat label. 

Edukasi tentang makanan halal pun sudah dipahami banyak orang, terutama warga lokal. Banyak di antara mereka mengerti bahwa makanan haram bukan hanya tentang babi saja. Bisa ditemui gerai-gerai dengan cap banner halal di berbagai tempat. Namun, bila ragu tentang itu, untuk kudapan berbuka puasa bisa ditemukan di perkampungan muslim yang tinggalnya terkonsentrasi di satu tempat. Salah satu yang mahsyur dinamakan 103. Disebut demikian karena pertokoan dan gerai makanan halal itu tepat berada di KM 103. Semua makanan yang disajikan di sana bisa dipastikan kehalanannya.
 
Tempat kedua yang sangat memudahkan untuk mencari makanan halal terdapat di KM 107. Di tempat yang berlokasi dekat masjid megah berwarna biru itu biasanya dijual makanan-makanan lezat khas Thailand dan sekitarnya. Bahkan, di 107 ini dilengkapi dengan pasar yang menjual aneka bahan mentah. Tempat ini layak menjadi alternatif variasi makanan untuk berbuka puasa.
 
Selain tentang kemudahan mencari makanan halal, hal yang patut diacungi jempol adalah inisiatif hebat untuk tetap menjaga syiar Islam di negeri gajah putih ini. Bila Budha menjadi agama mayoritas di Thailand, maka Islam adalah agama kedua yang paling banyak dipeluk oleh warganya. Ini menandakan bahwa perkembangan Islam di Thailand -walau masih minoritas- mengalami perkembangan yang signifikan. 

Yang saya alami secara langsung adalah kajian MMIT yang rutin digelar di Mesjid Asy-Syafiir KBRI. Ramadan atau tidak, kajiannya tetap rutin dilaksanakan selama seminggu dua kali. Para pengisinya pun beragam. Ada dari kalangan mahasiswa, ataupun para ustaz yang memang sudah lalu-lalang di dunia perdakwahan. 

Sejak tahun 2004, kajian ini semula bernama MMIB (Masyarakat Muslim Indonesia Bangkok). Namun, kajian ini berkembang hingga mendatangkan masyarakat dari provinsi lain di Thailand. Maka, diubahlah nama tersebut menjadi MMIT (Masyarakat Muslim Indonesia-Thailand) yang berjalan hingga kini. 

Bermula dari kajian yang hanya digelar dari rumah ke rumah, para ibu yang anaknya sama-sama bersekolah di SIB (Sekolah Indonesia Bangkok) itu menggelar pertemuan rutin untuk kajian Islam. Lalu, kajian itu menjadi terpusat dilakukan di Masjid KBRI dan boleh untuk dikunjungi siapa saja yang hendak belajar agama. Sebuah gerakan sederhana yang berdampak hebat ini wajib untuk dilanjutkan jejak perjuangannya.
 
Walau berada di negera tetangga yang sangat berbeda budaya dan agamanya, bukan berarti kita mengikuti arus dan berleha-leha. Saya pribadi sangat bersyukur dipertemukan dengan banyak saudara yang berasal dari negara yang sama, saling bahu-membahu untuk menjadikan kondisi hidup di perantauan tetap nyaman dan sesuai dengan koridor agama. Ramadan kali ini pun menjadi sangat istimewa. Walau penuh perjuangan, tetapi kehadiran saudara seiman di sini menjadikannya sangat bermakna.

Oleh: Dinar Khair
Sahabat Tinta Media
 

Bebas dari Kejahatan, Mengapa Hanya di Bulan Ramadan Saja?

Tinta Media - Warga Desa Ciluncat, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat menyampaikan curhatan kepada polisi terkait kenakalan remaja, geng motor, dan prostitusi yang marak terjadi di wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat (PasJabar.com,10/3/2023).

Warga pun menyampaikan harapannya agar pada bulan Ramadan 2023 ini, penyakit masyarakat yang bisa mengganggu kekhusyukan ibadah puasa dapat diantisipasi. Hal ini diapresiasi oleh Kapolresta Bandung dengan menyatakan bahwa sebelum bulan Ramadan akan dilakukan kegiatan operasi. Saat bulan Ramadan, akan ditempatkan personil di sejumlah tempat untuk mengantisipasi kejahatan di tengah masyarakat.

Ungkapan tersebut menunjukkan adanya kesamaan harapan antara masyarakat dan aparat keamanan, bahwasanya tindakan kejahatan tidak lagi marak di masyarakat, terutama di bulan Ramadan. Ini menunjukkan bahwa rasa aman merupakan sesuatu yang fitrah bagj manusia. Namun, mengapa rasa aman ini hanya diharapkan di bulan Ramadan saja?

Bulan Ramadan merupakan bulan yang sangat istimewa.  Keistimewaannya terletak pada keutamaan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan lain. Di antaranya, ada empat keutamaan yang dimiliki bulan Ramadan, yaitu: 

Pertama, bulan penuh ampunan bagi orang-orang yang beriman.

Kedua, bulan berlimpah keberkahan, sehingga bertambah kebaikan dan ketakwaan kepada Allah Swt. dan terbukanya pintu surga. Hal ini karena Allah memudahkan berbagai ketaatan pada hambanya, seperti puasa, salat malam, tadarus Al-Qur'an sampai menghatamkannya.

Ketiga, bulan bertabur pahala untuk segala amal saleh yang dikerjakan di dalamnya. 

Ramadan identik dengan kewajiban shaum (puasa) bagi umat Islam selama sebulan penuh, yang balasan pahalanya berbeda dengan amalan yang lain. Hal tersebut dapat kita pahami dari sabda Rasulullah saw. yang Artinya:

"Setiap amal yang dilakukan anak Adam akan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat." Lalu Allah 'Azza wa jalla berfirman: 'Kecuali puasa, puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang memberi ganjarannya'. Orang yang berpuasa meninggalkan syahwat dan makannya demi Aku semata." (HR. Muslim).

Keempat, bulan diturunkannya Al-Qur'anul Karim, yang merupakan petunjuk bagi kehidupan manusia. 

Keutamaan-keutamaan inilah yang menjadi alasan kaum muslimin tidak mau terganggu dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadan, yang bertujuan untuk  meraih ketakwaan. Namun, perlu menjadi hal yang dikritisi jika rasa aman hanya diharapkan di bulan Ramadan saja. Bagaimana dengan sebelas bulan yang lain? Apakah umat Islam tidak ingin di bulan yang lain pun rasa aman itu didapatkan?

Umat Islam telah menjalankan ibadah puasa Ramadan yang memiliki hikmah untuk membentuk ketakwaan di dalam diri setiap mukmin yang menjalankan. Seharusnya, setelah puasa Ramadan usai, ketakwaan yang tampak dalam bentuk ketaatan dalam menjalankan aturan-aturan Allah Swt. secara komprehensif, dapat diwujudkan. Namun, yang terjadi setelah puasa Ramadan berakhir, kehidupan umat Islam kembali kepada kondisi yang jauh dari aturan Islam. Salah satunya adalah maraknya kejahatan. 
   
Hal ini menunjukkan bahwa puasa Ramadan belum mampu mengubah kondisi umat Islam yang sekuler (memisahkan agama dari kehidupan), yang melahirkan begitu banyak masalah di tengah masyarakat, termasuk masalah kejahatan.

Masalah kejahatan ini muncul, bahkan marak akibat beberapa faktor, di antaranya adalah faktor ekonomi (kemiskinan), masalah sosial berupa  kesenjangan sosial, gaya hidup materialistis yang konsumtif dan hedonis, dan juga faktor hukum yang lemah dalam sistem sanksinya, yang dikenakan kepada para pelaku kejahatan, sehingga tidak memberikan efek jera, dan masih banyak faktor lainnya. Hal tersebut muncul akibat penerapan sistem kapitalisme-sekularisme di negeri ini.

Oleh karena itu, sistem tersebut harus diganti dengan sistem yang hak dari Zat Yang Maha Pengatur, yakni sistem Islam saja, agar rasa aman di tengah masyarakat dapat terwujud. Tidak hanya di bulan Ramadan, tetapi juga di sebelas bulan yang lain. Penerapan Islam kaffah inilah yang dapat mewujudkan predikat umat terbaik (khoiru ummah) yang telah Allah berikan kepada kaum muslimin, di dalam Al-Qur'an, yang berbunyi:

"Kalian (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (karena) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah Swt. ..." 
(QS. Ali Imran [3]:110)

Hal itu terbukti selama lebih dari 13 abad penerapan Islam dalam naungan daulah Islam (khilafah), sejak Nabi saw. hijrah dari Makkah ke Madinah, hingga runtuhnya kekhilafahan pada tahun 1924 M. 

Penerapan Islam kaffah mengatur kehidupan rakyat yang beragam, baik muslim ataupun nonmuslim yang hidup berdampingan secara damai. Hal ini bertolak belakang dengan kehidupan mereka sebelumnya yang penuh kejahiliyahan, perpecahan, hingga peperangan satu sama lain. Akan tetapi, semuanya itu berubah seratus delapan puluh derajat ketika mereka memeluk Islam, dan Islam menjadi way of life mereka.

Hal tersebut tidak mustahil akan terjadi saat ini, jika kita bisa mengubah masyarakat sekular-kapitalis menjadi masyarakat Islam. Penerapan syariat Islam ditopang oleh tiga pilar utama, yaitu ketakwaan individu, masyarakat yang menghidupkan amar makruf nahi mungkar, serta negara yang menerapkan hukum Islam secara kaffah. 

Syariat Islam telah menentukan batasan baik-buruk dan halal-haram dalam berperilaku berdasarkan Al-Qur'an dan as-Sunnah. Batasan tersebut akan menjadi pegangan masyarakat dalam melakukan amar maruf nahi mungkar. 

Selain itu, negara dalam Islam akan menerapkan aturan tegas dalam sistem sanksi. Aturan inj bisa memberikan efek jera bagi pelaku kriminal, yaitu ketika  melakukan pelanggaran hukum syara atau bermaksiat. Islam dengan tegas telah melarang aksi kekerasan dan melakukan kejahatan, baik secara verbal maupun fisik. Hukum sanksi di dalam Islam, selain dapat menggugurkan dosa si pelaku, juga dapat memberi efek jera kepada yang lain agar tidak melakukan kejahatan yang sama.

Oleh karena itu, wajar jika dalam masyarakat yang menerapkan Islam, tingkat kejahatan sangatlah kecil. Di masa Rasulullah saw., kejahatan dapat dihitung dengan jari, semisal pencurian, perilaku zina, murtad, kekerasan fisik ataupun verbal. Sifat hukum Islam yang tidak tebang pilih atau tidak pandang bulu, menjadikan tegaknya hukum Islam semakin kuat. 

Salah satu peristiwa yang pernah terjadi di masa Rasulullah saw. adalah kasus pencurian yang dilakukan oleh seorang perempuan bangsawan Quraisy. Wanita itu berusaha menghindar dari sanksi dengan meminta Usamah bin Zaid memohon ampunan kepada Rasulullah. Namun, apa yang dikatakan oleh Rasulullah kala itu?

“Demi Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku akan memotong tangannya.”

Inilah salah satu bentuk ketegasan hukum Islam. Dengan demikian, tujuan dari penerapan syariat Islam secara kaffah mampu terwujud, seperti terjaganya nyawa, agama, kehormatan, nasab, dan harta. 

Wallahu a’lam bishawab

Oleh: Nunung Nurhamidah
Sahabat Tinta Media

Kamis, 30 Maret 2023

Shaum Tidak Otomatis Menjadi Pribadi Takwa, Tapi...

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustad Eri Taufiq mengatakan pribadi takwa tidak otomatis dibentuk ketika shaum.

"Ketika shaum, lalu otomatis kita jadi pribadi takwa, enggak, tapi kita dibentuk dalam shaum itu untuk berproses menjadi orang yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala," tuturnya dalam Nafsiyah Jelang Sahur: Ramadhan Saatnya Meraih Taqwa di kanal YouTube Rayah TV, Jumat (24/3/2023).

Ia menyatakan bahwa ramadhan itu adalah rajanya bulan. Di dalamnya penuh dengan kenikmatan. Pahala-pahala dilipatgandakan dan dosa-dosa digugurkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. "Dan yang lebih istimewanya lagi, ramadhan itu menjadikan kita orang yang siap untuk punya posisi paling tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala," bebernya.

"Kenapa? Karena memang tujuan dari shaum itu adalah untuk membentuk ketakwaan," tegasnya.

Ia mengingatkan bahwa yang paling mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala justru adalah orang yang bertakwa. Karena itu bersyukur karena pertarungan di ketakwaan jadi fair. Kenapa, karena kalau bertarungnya di fisik, finansial tidak bakal ada orang yang menang. "Bersyukur kesempatan untuk bertarung di ketakwaan. Kenapa, karena semua orang, lepas dari fisiknya seperti apa, status sosialnya seperti apa, jabatannya seperti apa, secara finansial dia seperti apa, dia bisa menjadi yang paling tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala," tandasnya.[]Ajira

Selasa, 28 Maret 2023

Ramadan, Saatnya Meningkatkan Ketakwaan

Tinta Media - Sebagai seorang muslim, sepantasnya kita bersyukur dipertemukan lagi dengan bulan Ramadan, yaitu bulan yang penuh maghfirah dan ampunan. Puasa Ramadan tentu diharapkan dapat meningkatkan ketakwaan pada diri setiap muslim. Allah Swt. berfirman, yang artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu puasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (Qs. Al-Baqarah:183)

Jika buah dari puasa adalah takwa, maka sudah sepantasnyalah kaum muslimin menjadi orang-orang yang taat kepada Allah Swt. Tidak hanya pada bulan Ramadan saja, tetapi juga di bulan-bulan yang lain. Ketaatan juga bukan hanya dalam tatanan ritual dan individual semata, tetapi di seluruh aspek kehidupan.

Hakikat Takwa

Allah Swt. berfirman yang artinya:

"Alif laam miim. Kitab (Al-Qur'an) ini, tidak ada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi kaum yang bertakwa (Qs. Al-Baqarah: 1-2).

Imam al-Hasan al-Bashri menyatakan,"Orang-orang bertakwa adalah mereka yang takut terhadap apa saja yang dilarang Allah Swt. dan menjalankan apa saja yang diwajibkan Allah Swt."

Jika memang takwa adalah buah dari puasa Ramadan, maka sudah sepantasnya kaum mukmin senantiasa takut terhadap murkanya Allah Swt. yaitu dengan cara selalu berupaya menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Di antaranya menjauhi kesyirikan, selalu menjalankan ketaatan, memiliki rasa takut untuk melakukan perkara-perkara yang haram, dan selalu berusaha menjalankan semua kewajiban yang telah Allah tetapkan.

Tidak bisa dikatakan takwa jika seorang mukmin yang biasa melaksanakan salat, puasa Ramadan atau bahkan menunaikan ibadah haji, sementara ia masih melakukan kemaksiatan, misalnya memakan hasil riba, bahkan melakukan suap dan korupsi, mengabaikan urusan masyarakat, menzalimi rakyat dan enggan terikat dengan syariat Islam dalam kehidupan beragama, berpolitik, bahkan bernegara.

Orang bertakwa pun tentu selalu berupaya menjauhi kesyirikan. Syirik adalah menyekutukan Allah Swt. dengan makhluk-Nya, baik dalam konteks akidah maupun ibadah, termasuk tidak meyakini sekaligus menjalankan hukum apa pun selain hukum-Nya.

Allah Swt. berfirman, yang artinya:

"Mereka menjadikan orang-orang alim (yahudi) dan rahibnya (nasrani) sebagai Tuhan selain Allah." (Qs.at-Taubah:31).

Sementara posisi para pendeta atau para rahib saat ini banyak diperankan oleh para penguasa maupun wakil rakyat dalam sistem demokrasi, sehingga merekalah yang saat ini biasa membuat hukum dan banyak menghalalkan apa yang telah Allah haramkan dan mengharamkan apa yang Allah halalkan. 

Sebagai contoh, di negeri ini riba telah dilegalkan (dihalalkan). Masyarakat digiring sebagai pelaku riba untuk memenuhi standar kehidupannya, bahkan pemerintah pun menjadi pelaku riba terbesar, di antaranya melalui pinjaman (utang) dengan bunga tinggi. Semua itu dibebankan pada rakyat dengan dalih menambah infrastruktur, dll. Padahal, sudah jelas riba itu diharamkan secara tegas oleh Allah Swt. (Qs. Al-Baqarah: 275).

Contoh berikutnya yaitu privatisasi bebagai sumber daya alam milik umum yang dilegalisasi oleh sejumlah UU, seperti UU Penanaman Modal, UU Migas, UU Minerba, dll. Padahal, sudah jelas Islam telah mengharamkan sumber daya alam yang merupakan hajat hidup orang banyak dikuasai oleh individu, swasta, apalagi asing.

Sebagai wujud ketakwaan, kita dilarang menaati apa pun produk hukum buatan manusia yang nyatanya bertentangan dengan syariat Allah Swt.

Tanda-tanda Takwa

Imam Al-Hasan berkata, "Adapun tanda-tanda orang takwa di antaranya adalah jujur/benar dalam berbicara, selalu menjalankan amanah, selalu memenuhi janji, rendah hati dan tidak sombong, memelihara silaturahmi, menyayangi orang lemah/miskin, memelihara dari kaum wanita, berakhlak baik, memiliki ilmu yang luas,
senantiasa bertaqarub pada Allah."(Ibn Abi ad-dunya',Al-Hilmi,1/32).

Takwa tentunya harus selalu ada pada diri seorang muslim kapan saja, di mana saja, dan dalam keadaan  bagaimanapun. Rasulullah saw. bersabda, yang artinya:

"Bertakwalah engkau dalam segala keadaan!" (HR.at-Tirmidzi dan Ahmad).

Di zaman sekarang, banyak sekali orang yang tak tahu malu berbuat sesukanya, tak memiliki rasa takut saat bermaksiat, tak lagi merasa berdosa saat berzina, seolah-olah itu hal biasa. Na'uudzu billaah min zalik.

Takwa Kunci Keselamatan

Abu Bakar Ash-Shiddiq ra berkata :

"Cerdas yang paling cerdas adalah takwa, dan bodoh yang paling bodoh adalah suka bermaksiat."

Sebagai contoh, betapa banyak pejabat yang telah bergaji tinggi, mendapat berbagai fasilitas mewah dan gratis pula, tetapi tetap melakukan korupsi, kemudian ditangkap dan masuk bui. Ia celaka di dunia oleh keserakahannya dan akan diazab di akhirat oleh Allah Swt. Andaikan bertakwa, dia tidak akan dibui dan selamat dari dosa korupsi, tentunya bila memiliki sifat qanaah akan selamat dunia dan akhirat.

Ketakwaan Kolektif

Takwa harus terwujud secara kolektif di masyarakat dan kehidupan bernegara agar rakyat bersatu. Allah Swt. berfirman yang artinya:

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi... (Qs.al-A'raf:96).

Ayat ini membicarakan tentang penduduk suatu negeri. Apabila bertakwa, mereka akan Allah beri keberkahan yang berlimpah. Maka dari itu, agar negeri ini berlimpah keberkahannya, maka tak cukup mengandalkan ketakwaan secara individual. Akan tetapi, harus terwujud ketakwaan secara kolektif/bersama. Dengan kata lain, ketakwaan harus terwujud  dalam masyarakat dan kehidupan bernegara. Wujudnya tidak lain dengan menerapkan dan menegakkan syariah Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. 

Wallaahu a'lam bishawaab.

Oleh: Salam Risna SP
Sahabat Tinta Media

Ustadz Adi: Ramadhan adalah Bulan Pengendalian Diri

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Adi S Soeswadi mengungkap hikmah di bulan suci Ramadhan adalah bulan pengendalian diri.

“Hikmah di bulan suci Ramadhan yakni bulan pengendalian diri,” tegasnya dalam Kajian Singkat Romadhon: Hidup Hedon Hidup Tidak Berkah  di At Tafkir channel, Jumat (24/3/2023).

Menurutnya, tidak hanya mengendalikan diri dari makan minum saja, termasuk menahan bagaimana ketika sudah capek-capek mencari rezeki yang halal tapi juga mengendalikan diri bagaimana mengeluarkannya.

"Kalau bicara harta ada dua hal yang harus diperhatikan. Yang pertama adalah bagaimana cara kita mendapatkannya. Kalau seorang muslim yang beriman mesti halal. Halal itu harus jadi perhatian. Yang kedua, meskipun mungkin sudah halal, bagaimana cara kita membelanjakannya. Apakah di jalan Allah? Apakah itu sudah menjadi keridhoaan Allah? Itu jadi persoalan,” ujarnya.

Persoalannya, kata Ustadz Adi, terkait dengan cara pandang manusia sekarang meskipun kaum muslimin itu jumlahnya besar tapi memiliki cara pandang kapitalisme. "Bagaimana manusia menjadikan kenikmatan itu untuk tujuan hidupnya. Jadi apa yang dimiliki semata-mata untuk memuaskan kenikmatan bukan semata-mata untuk kebutuhan," ungkapnya.

Ustadz Adi mengatakan, dalam kehidupan yang kapitalistik tidak ada pilihan lain, kalau umat Islam ingin hidup mulia, barokah, maka harus kembali mempelajari islam dan menjadikan Al-Qur'an itu sebagai pegangan hidup.

"Kalaupun kita memang diberi rezeki oleh Allah, kita juga nggak foya-foya. Kita manfaatkan rezeki itu untuk menambah pahala kita. Tapi kalau kita mungkin tidak diberi rezeki yang banyak,  juga tidak tergiur untuk ingin menikmati hal-hal yang bersifat duniawi yang semu. Yang penting bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Allah kepada kita,” pungkasnya. [] Firdaus

UIY Ungkap Tujuan Utama Ibadah Ramadhan

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) mengungkapkan tujuan utama ibadah di bulan suci Ramadhan.

"Apa yang menjadi tujuan utama dari kita melaksanakan semua (ibadah) Ramadhan? Yakni diraihnya takwa," tuturnya dalam Teman Berbuka: Puasa Belum Tentu Menjamin Taqwa? Di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn, Kamis (23/3/2023).

Menurutnya, sedemikian penting soal takwa ini, sampai-sampai Allah Subhanahu wa Ta'ala menyediakan waktu secara khusus untuk menempa diri seorang muslim hingga betul-betul bisa mencapai derajat takwa, itulah Ramadhan. "Takwa menentukan posisi kita di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Menentukan posisi kita akan menjadi golongan kanan atau golongan kiri," ujarnya.

"Karena itulah maka semestinya kita  melaksanakan semua (ibadah) Ramadhan ini dengan penuh kesungguhan dan penghayatan," serunya.

Ia mengingatkan bahwa puasa tidak otomatis akan menghasilkan orang yang bertakwa. Puasa hanya akan menghasilkan sosok yang bertakwa hanya jika melaksanakan semua Ramadhan itu dengan sebaik-baiknya dengan penuh penghayatan, dengan kemauan, dengan keimanan, kemauan yang didasarkan pada keimanan. Menjadi seorang yang taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan taat yang sesungguhnya. "Buktinya kita bisa tinggalkan yang halal jika yang halal bisa kita tinggalkan apalagi yang haram, mestinya lebih bisa lagi dan itu dalam waktu yang cukup lama. Hanya ibadah puasa saja yang dilaksanakan dalam kurun waktu yang cukup panjang," tukasnya.

Ia mengingatkan untuk menjadikan takwa sebagai fokus perhatian. Dimana seluruh energi dikerahkan tak lain adalah takwa. Menjadi tema besar hidup seorang muslim, seluruh potensi hidup, waktu, tenaga, pikiran, harta, ilmu bahkan nyawa dikerahkan untuk meraih posisi takwa. "Dengan takwa yang sebenar-benarnya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala," terangnya.

"Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kelancaran dan kebaikan sedemikian sehingga kita bisa meraih derajat takwa yang sebenarnya, Insya Allah," tandasnya.[] Ajira

Kamis, 23 Maret 2023

Puasa Itu Menyehatkan

Tinta Media - Sobat. Ibadah puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam yang diwajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang telah mukallaf. Tujuan utama dari syariat ini tiada lain agar manusia mencapat derajat takwa. Syariat yang kita kerjakan bukan ditujukan untuk meyehatkan tubuh, melainkan untuk menaati Allah dan Rasul-Nya. Efek dari syariat tersebut adalah qalbu dan raga yang sehat.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ 

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” ( QS. Al-Baqarah (2): 183 )

Sobat. Para ulama banyak memberikan uraian tentang hikmah berpuasa, misalnya: untuk mempertinggi budi pekerti, menimbulkan kesadaran dan kasih sayang terhadap orang-orang miskin, orang-orang lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, melatih jiwa dan jasmani, menambah kesehatan dan lain sebagainya.

Uraian seperti di atas tentu ada benarnya, walaupun tidak mudah dirasakan oleh setiap orang. Karena, lapar, haus dan lain-lain akibat berpuasa tidak selalu mengingatkan kepada penderitaan orang lain, malah bisa mendorongnya untuk mencari dan mempersiapkan bermacam-macam makanan pada siang hari untuk melepaskan lapar dan dahaganya di kala berbuka pada malam harinya. Begitu juga tidak akan mudah dirasakan oleh setiap orang berpuasa, bahwa puasa itu membantu kesehatan, walaupun para dokter telah memberikan penjelasan secara ilmiah, bahwa berpuasa memang benar-benar dapat menyembuhkan sebagian penyakit, tetapi ada pula penyakit yang tidak membolehkan berpuasa. Kalau diperhatikan perintah berpuasa bulan Ramadan ini, maka pada permulaan ayat 183 secara langsung Allah menunjukkan perintah wajib itu kepada orang yang beriman.

Sobat. Orang yang beriman akan patuh melaksanakan perintah berpuasa dengan sepenuh hati, karena ia merasa kebutuhan jasmaniah dan rohaniah adalah dua unsur yang pokok bagi kehidupan manusia yang harus dikembangkan dengan bermacam-macam latihan, agar dapat dimanfaatkan untuk ketenteraman hidup yang bahagia di dunia dan akhirat.

Pada ayat 183 ini Allah mewajibkan puasa kepada semua manusia yang beriman, sebagaimana diwajibkan kepada umat-umat sebelum mereka agar mereka menjadi orang yang bertakwa. Jadi, puasa sungguh penting bagi kehidupan orang yang beriman. Kalau kita selidiki macam-macam agama dan kepercayaan pada masa sekarang ini, dijumpai bahwa puasa salah satu ajaran yang umum untuk menahan hawa nafsu dan lain sebagainya.

Sobat. Perintah berpuasa diturunkan pada bulan Sya'ban tahun kedua Hijri, ketika Nabi Muhammad saw mulai membangun pemerintahan yang berwibawa dan mengatur masyarakat baru, maka dapat dirasakan, bahwa puasa itu sangat penting artinya dalam membentuk manusia yang dapat menerima dan melaksanakan tugas-tugas besar dan suci.

Sobat. Dalam konteks kesehatan, puasa ramadhan pun sejatinya memiliki tiga proses yang harus dilalui seseorang untuk menjadi sehat dan memiliki system tubuh yang seimbang.

1. Proses Detoksifikasi (Mengeluarkan racun). Tubuh kita akan merasakan lapar, lemas, pusing, sedikit meriang, denyut jantung menurun, dan lain-lain. Pada fase ini tubuh sedang mengalami detoksifikasi. Terjadi penurunan gula darah, kolesterol dan asam urat secara drastic. Jika perlu bukti, sebelum puasa Ramadhan, ceklah kesehatan di lab, ukur kolesterol, asam urat dan kadar gula. Nah, setelah 10 hari pertama puasa ramadhan, silahkan cek ulang dan badingkan hasilnya dengan sebelum berpuasa.

2. Proses Rejuvenasi (Peremajaan). Tubuh mungkin akan terasa lebih ringan karena mulai terbiasa dengan aktivitas puasa. Pada fase ini, proses pengeluaran racun masih berlangsung, tetapi kecepatannya mulai melambat. Pada fase ini pula mulai terjadi peremajaan pada bagian sel-sel yang rusak. Inilah yang disebut proses autofagi, yaitu mekanisme pembongkaran bagian-bagian sel yang sudah tua, rusak, tidak berfungsi dan menggantinya dengan sel yang baru. Pada sepuluh hari kedua ini, tubuh berhasil memperbarui sekitar 60 % sel-sel tubuh. Sistem tubuh pun mulai mengarah pada keseimbangannya.

3. Proses Stabilisasi (Pemantapan kondisi). Tubuh memasuki kondisi keseimbangan alamiah. Detoksifikasi berjalan dengan lancar, proses autofagi berhasil mengganti dan meremajakan sel-sel tubuh secara sempurna, konsentrasi dan daya ingat meningkat, emosi lebih stabil, kekebalan tubuh meningkat hingga sepuluh kali lipat, serta berat badan kembali normal.

Sobat. Selain menjaga keseimbangan tubuh. Manfaat puasa bagi kesehatan adalah:

• Puasa mampu mengobati penyakit mag. Makanan yang terlalu banyak dan pola makan yang tidak terkontrol adalah salah satu penyebab meningkatnya asam lambung. Fakta bahwa kadarasam lambung pada penderita mag yang berpuasa justru lebih mendekati normal dibandingkan hari-hari saat tidak berpuasa, pola makan kita jauh lebih teratur. Berpuasa juga mampu mengurangi kebiasaan-kebiasaan buruk kita, seperti kebiasaan makan camilan, makan makanan berlemak, merokok, serta minuman berkafein dan bersoda.

• Puasa mampu mengobati penyakit hipertensi. Puasa dapat menstabilkan tekanan darah yang disebabkan oleh pola makan yang tidak terkontrol, juga menstabilkan emosi dan rasa cemas yang sering terjadi. Saat berpuasa, tubuh akan mengurangi produksi hormon yang dapat meningkatkan tekanan darah. Selain itu, saat berpuasa juga wajib menahan emosi sehingga tekanan darah menjadi lebih stabil.

• Puasa membantu menurunkan obesitas. Puasa Ramadhan adalah bentuk diet terbaik untuk mengatasi obesitas jika dilakukan dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW yaitu sederhana dalam urusan makanan.

• Puasa membantu mengobati penyakit diabetes mellitus. Dengan kekuasaan Allah SWT puasa mampu mengobati penyakit diabetis mellitus. Puasa akan membakar gula yang ada dalam darah, kemudian mengubahnya menjadi energy yang dibutuhkan oleh tubuh. Dengan demikian tubuh akan terbebas dari gula yang berlebih dengan tetap memelihara kadar gula normal yang sesuai kebutuhan manusia.

• Puasa meredakan penyakit encok. Cara paling utama dalam mengobati encok adalah dengan memperbaiki gaya hidup sehat, terutama dalam hal makanan. Jika anda ingin terhindar dari encok hindari jeroan, seafood serta minuman yang mengandung fruktosa dan alcohol. Gantilah dengan sayur, buah, telur dan sumber karbohidrat.

• Puasa membantu mencegah penyakit kanker. Puasa bermanfaat bagi penderita kanker, diantaranya terjadi penurunan produksi glukosa darah, asupan gizi seimbang, terjadinya regenerasi system kekebalan tubuh, dan meningkatnya produksi sel-sel pembunuh kanker.

• Puasa meningkatkan performa seksual. Setelah beberapa hari siklus puasa dijalankan, produksi hormone testosterone dan performa seksual justru meningkat pesan.

• Puasa meningkatkan kesehatan kulit dan membuat awet muda. Puasa memiliki manfaat dalam peningkatan kesehatan kulit karena saat berpuasa terjadi regenerasi sel-sel kekebalan tubuh, penurunan radikal bebas, serta peningkatan status antioksidan sehingga terjadi penurunan proses peradangan.

• Puasa meningkatkan kekebalan tubuh. Mampu meningkatkan imunitas karena dengan berpuasa membantu mengeluarkan racun atau detoksifikasi. Penguasa juga mengurangi massa lemak tubuh. Lemak tubuh ini dapat merusak keseimbangan system kekebalan tubuh.

• Puasa menurunkan resiko asma. Pada beberapa orang yang berpuasa, serangan asma menjadi lebih jarang hal itu karena saat berpuasa perasaan seseorang biasanya menjadi lebih damai, lebih tenang, dan berserah diri kepada Allah SWT dengan begitu, resiko asma kambuh dapat diminimalisasi. 

Sobat. Jadi puasa Ramadhan merupakan saat-saat paling berharga bagi orang beriman untuk meraih kesempatan memperbaiki diri secara menyeluruh luar-dalam, baik jasmani maupun rohani. Pada bulan yang penuh berkah ini. Allah SWT memberi kita kesempatan untuk melatih dan mengoptimalkan diri sekaligus menyeimbangkan potensi jiwa dan fisik yang kita miliki.

Salam Dahsyat dan Luar Biasa!

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab