Tinta Media: Ramadhan Transformatif
Tampilkan postingan dengan label Ramadhan Transformatif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ramadhan Transformatif. Tampilkan semua postingan

Selasa, 18 April 2023

[6] RAMADHAN TRANSFORMATIF

Tinta Media - Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183). Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri" (Ar-Ra'd: 11).

Alhamdulillah, bersyukur kepada Allah sedalam-dalamnya karena karunia Allahlah kita masih bisa menjalankan ibadah puasa hingga hari ke enam ini. Selamat membaca kembali Ramadhan Transformatif edisi keenam ini. Misi dari tulisan berseeri ini adalah agar di ujung Ramadhan nanti kita benar-benar telah lahir kembali sebagai seorang muslim yang telah mengalami perubahan menjadi lebih baik. Semoga di akhir Ramadhan nanti kita benar-benar menjadi pribadi yang bertaqwa, sebagaimana tujuan Allah mewajibkan seorang mukmin berpuasa.

 

Kali ini kita akan membahas perubahan diri selama bulan suci Ramadhan yang berhubungan dengan diri kita dengan agama kita. Bagaimana seharusnya kita menyikapi ajaran-ajaran Islam. Setidaknya ada empat perubahan yang mesti kita wujudkan, yakni : pemahaman, kesadaran, komitmen dan konsistensi. Mari kita bahas, satu persatu. Semoga pembaca belum bosan membaca Ramadhan Transformatif.

 

Yang dimaksud pemahaman adalah hendaknya selama Ramadhan ini kita mengubah diri menjadi lebih rajin mempelajari ajaran dan hukum agama ini. Berubahlah dari orang yang kurang membaca menjadi pribadi pembelajar. Dalam bahasa Al Qur’an, generasi pembelajar disebut sebagai generasi ulil albab. Ingat, jika Allah menginginkan kebaikan kepada hambaNya, maka dipahamkanlah hamba itu tentang agama (tafaqquh fiddin).

 

Tafaquh fiddin adalah istilah dalam bahasa Arab yang secara harfiah diterjemahkan sebagai "memahami agama" atau "pemahaman akan ajaran agama". Istilah ini merujuk pada proses memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip dan ajaran Islam, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 

 

Dalam tradisi Islam, tafaquh fiddin dianggap sebagai aspek fundamental untuk menjadi muslim berkualitas, karena ini memungkinkan individu untuk memperdalam hubungan spiritual mereka dengan Allah dan untuk lebih baik memenuhi kewajiban agama mereka. Ini melibatkan studi Al-Quran, Hadis (ucapan dan tindakan Nabi Muhammad), hukum Islam, sirah nabawiyah, dan sumber pengetahuan Islam lainnya.

 

Tafaquh fiddin tidak hanya tentang memperoleh pengetahuan, tetapi juga tentang menerapkan pengetahuan tersebut dalam praktik dan menggunakannya untuk bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Ini adalah proses yang berkelanjutan yang membutuhkan usaha dan refleksi diri yang terus menerus. Nah, selama Ramadhan, buatlah jadual literasi. Selain mengkhatamkan Al-Qur’an, hendaknya kita membaca buku-buku tentang Islam.

Terlebih bagi seorang pengemban dakwah yang diberikan amanah untuk mencerahkan dan mencerdaskan umat, maka sudah seharusnya menambah pamahaman agama ini dari semua sudut pandangnya. Sebab memasuki agama ini harus secara kaffah. Masyarakat harus memahami bagaimana konsep dan implementasi Islam kaffah ini.

 

Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya. (QS At Taubah : 122).

Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan, dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.(QS Al Ghasyiyah : 17-21)


Dua ayat di atas menunjukkan dua perkara sangat penting dalam Islam, yakni tradisi ilmu dan spirit dakwah amar ma’ruh nahi munkar. Tujuan mendalami ilmu-ilmu agama dan tidak ikut serta berperang adalah agar dengan aktivitas tafaqquh fiddin dapat mengetahui apa yang terbaru dari hukum-hukum agama Allah dan wahyu yang diturunkan pada rasulNya, agar mereka nanti memperingatkan kaum mereka dengan ilmu yang mereka pelajari tatkala mereka kembali kepada kaumnya itu. Dengan demikian tuntutan Islam dalam ayat ini bukan sebatas untuk menjadi ulama, ilmuwan, namun harus juga menjadi seorang pendakwah.


Mereka yang tidak ikut berjihad, tugasnya menemani Rasulullah SAW dan memperdalam ilmu agama melalui ayat-ayat Al-Qur`ān dan ketentuan-ketentuan hukum syariat yang mereka dengar dari Rasulullah SAW, kemudian mereka bisa mengajarkan ilmu yang telah mereka pelajari kepada kaum mereka setelah kembali ke rumah mereka, agar mereka dapat menghindari azab dan hukuman Allah dengan cara menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.


Tidak sebagaimana dahulu pada zaman keemasan Islam, tradisi ilmu umat Islam begitu kuat dan mendunia. Para ulama mazhab dan ilmuwan sains memiliki taraf berpikir sangat tinggi dan ditopang oleh keimanan yang meyakinkan. Namun, ketika zaman keemasan itu tak lagi dimiliki umat Islam, kini taraf berpikir umat Islam rendah dan bahkan telah bercampur oleh virus-virus pemikiran sekuler yang gelap. Tugas umat hari ini sungguh berat, yakni mengembalikan tradisi ilmu dan mewujudkan kembali peradaban Islam yang telah hilang.  


Ibnu Khaldun dalam kitabnya Muqaddimah mengatakan, substansi peradaban Islam terletak pada ilmu. Semua peradaban besar dalam sejarah selalu diawali dengan kebangkitan tradisi ilmu. Jika menilik tradisi pendidikan Islam sejak masa Rasulullah, ada satu fondasi dasar yang wajib dibangun lebih dulu sebelum memasukkan berbagai ilmu-ilmu modern. Dasar itu adalah ilmu Alquran.

Sementara makna kesadaran beragama adalah menjadikan hukum dan syariat Islam sebagai standar pemikiran dan perbuatan seorang muslim. Kedudukan perbuatan dalam hukum Islam ada lima : wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Selama Ramadhan ini teruslah meningkatkan pemahaman akan hukum-hukum Islam, agar kita semakin sadar akan pentingnya menjadikan Islam sebagai standar perbuatan. Jangan sampai ikut orang sesat dan menyesatkan dengan menjadikan piagam PBB sebagai sumber hukum Islam. Selama Ramadhan ini perubahnya menjadi pribadi yang lebih memiliki kesadaran hukum Islam dengan menjadikannya sebagai standar perbuatan.

Kesadaran hukum Islam adalah kemampuan seorang muslim untuk memahami dan menghargai pentingnya hukum dan aturan Islam dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat. Kesadaran hukum Islam penting untuk menciptakan pribadi dan masyarakat yang beradab, aman, dan sejahtera, dan tentu saja islami.


Kesadaran hukum Islam melibatkan pemahaman tentang hak dan kewajiban, serta pentingnya mematuhi hukum dan aturan agama. Ini melibatkan kesadaran tentang berbagai hukum syariah Islam yang mengatur perilaku seseorang. Kesadaran hukum merupakan bagian penting perubahan selama bulan suci Ramadhan ini agar semakin menjadi pribadi yang bertaqwa, sebab taqwa pada intinya adalah kesadaran hukum Islam dalam setiap perilaku.  


 


Setelah kesadaran hukum Islam, maka perubahan berikutnya adalah komitmen atau menjalan apa yang telah dipahami dan disadari dalam perbuatan nyata sehari-hari. Setelah dijalankan, maka wajib disyiarkan kepada masyarakat dalam bentuk pendidikan, pembinaan dan dakwah.


 


Komitmen menjalankan hukum Islam adalah kewajiban bagi setiap Muslim untuk mematuhi hukum-hukum yang diatur dalam Al-Quran dan Hadis, serta prinsip-prinsip Islam yang mengatur kehidupan manusia. Ini termasuk hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah, akhlak, muamalah (hubungan antarmanusia), dan jinayah (kejahatan).


 


Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk memperkuat komitmen dalam menjalankan hukum Islam. Pertama, mempelajari ajaran Islam secara menyeluruh. Mempelajari Al-Quran dan Hadis, serta sumber-sumber pengetahuan Islam lainnya, dapat membantu seseorang memahami hukum-hukum Islam dengan baik. Ini akan membantu seseorang memperkuat komitmennya dalam menjalankan hukum Islam. 

Kedua, Beribadah secara rutin. Beribadah secara rutin, seperti shalat lima waktu, membaca Al-Quran, dan berpuasa, dapat membantu seseorang memperkuat iman dan komitmen dalam menjalankan hukum Islam. Ketiga, menjaga akhlak yang baik. Menjaga akhlak yang baik dan menghindari perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, seperti berbohong atau bersikap kasar, dapat membantu seseorang memperkuat komitmen dalam menjalankan hukum Islam. 


Keempat, mempraktikkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Mempraktikkan nilai-nilai Islam, seperti tolong-menolong, berbagi, dan kasih sayang, dapat membantu seseorang memperkuat komitmen dalam menjalankan hukum Islam. Kelima, menghindari perbuatan yang dilarang oleh hukum Islam. Menghindari perbuatan yang dilarang oleh hukum Islam, seperti maksiat atau perbuatan keji, dapat membantu seseorang memperkuat komitmen dalam menjalankan hukum Islam secara kaffah, tidak setengah-setengah.

 

Apa itu Islam kaffah ?. Islam kaffah adalah konsep yang berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah berarti "Islam yang menyeluruh". Istilah ini merujuk pada pemahaman Islam yang mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk aspek agama, sosial, politik, dan ekonomi. Konsep ini menekankan bahwa Islam adalah agama yang universal dan menyediakan panduan untuk semua aspek kehidupan manusia dari urusan sederhana hingga bagaimana mendirikan sebuah negara.

 

Dalam Islam kaffah, semua ajaran dan praktek Islam dipahami dan dijalankan secara komprehensif dan terpadu. Hal ini mencakup pelaksanaan ibadah seperti shalat, puasa, dan zakat, serta penerapan nilai-nilai Islam dalam hubungan sosial, politik, dan ekonomi. Tujuan dari Islam kaffah adalah untuk mencapai keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan, serta untuk melanjutkan kehidupan Islam dengan tegaknya daulah Islam yang menerapkan hukum Islam secara kaffah.

 

Konsep Islam kaffah adalah sebuah pandangan yang melihat Islam sebagai sebuah sistem kehidupan yang holistik dan menyeluruh, bukan hanya sebagai sebuah agama yang berkaitan dengan urusan spiritual semata. Hal ini menekankan pentingnya untuk memahami dan menerapkan ajaran Islam secara komprehensif dalam institusi negara Islam.

 

Yang terakhir adalah tentang konsistensi atau istiqomah di jalan Islam. Artinya selama menjalankan Ramadhan ini kita harus berlatih dan berubah menjadi pribadi yang istiqomah di jalan Islam ini, tidak mudah putus asa dan juga tidak mudah tergoda atau berhenti karena ada halangan di depannya.

 

Konsisten atau istiqomah dalam agama adalah sebuah konsep yang sangat penting dalam Islam. Istiqomah berasal dari kata "qawwam" yang berarti teguh dan kokoh. Istiqomah berarti mempertahankan atau meneguhkan keimanan dan amalan kebaikan secara konsisten dan terus menerus, tanpa mengalami kemerosotan atau kelelahan dalam beribadah kepada Allah SWT.

 

Sebagai Muslim, istiqomah dalam agama berarti memiliki tekad yang kuat untuk memperkuat keimanan, memperbaiki amal perbuatan, dan meningkatkan kualitas hidup secara spiritual. Dalam Al-Quran, istiqomah dalam agama disebutkan dalam berbagai ayat, seperti surah Al-Maidah ayat 8 yang menyatakan "Hai orang-orang yang beriman, jadilah kalian orang-orang yang selalu istiqomah dalam menegakkan keadilan, menjadi saksi dengan adil karena Allah."

Oleh: Dr. Ahmad Sastra

Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 28/03/2023 : 14.46 WIB)

Senin, 17 April 2023

[5] RAMADHAN TRANSFORMATIF

Tinta Media - Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183). Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri" (Ar-Ra'd: 11). 

Alhamdulillah, Ramadhan telah berjalan selama lima hari. Ucapan hamdalah tentu saja mencerminkan rasa bahagia di hati setiap mukmin disebabkan karena Allah masih memberikan kesempatan usia dan kesehatan sehingga masih mendapati bulan mulia ini dengan keadaan beribadah menyembah Allah dan beribadah dalam arti luas yakni ketaatan kepada perintah Allah dan menjauhi setiap larangan Allah.

Ibnu Rajab Al Hambali menjelaskan makna kebahagiaan menyambut bulan suci Ramadhan dengan menegaskan bahwa bagaimana tidak bahagia disaat seorang mukmin mendapatkan kabar gembira dengan terbukanya pintu-pintu surga dan tertutupnya [intu-pintu neraka. Bagaimana mungkin seorang yang berakal sehat tidak bahagia disaat mendapatkan kabar bahwa setan-setan dibelenggu. Dari sisi manakah ada suatu waktu yang menyamai waktu Ramadhan ini ?

 

Karena itu hendaknya seorang mukmin memanjatkan doa selama bulan suci Ramadhan agar Allah selalu memberikan kekuatan untuk istiqomah menegakkan setiap perintah Allah, memberikan manisnya lantunan zikir, memberikan kekuatan untuk senantiasa bersyukur, mendoa agar Allah terus memberikan kesempatan usia agar lebih banyak mendapati bulan suci ini dan terus mendoa agar Allah selalu menjaga dan melindungi dirinya.

 

Kebahagiaan merasakan ibadah pada bulan suci Ramadhan adalah kebahagiaan dalam arti yang hakiki, yakni kebahagiaan di atas kebahagiaan. Sebab pada faktanya manusia pada umumnya juga merasakan kebahagiaan dalam level dan pengertiannya yang berbeda-beda. Setiap manusia memiliki sudut pandang sendiri dalam memaknai kebahagiaan. Setiap bangsa memiliki pengertian kebahagiaan yang beragam. Begitupun setiap ideologi atau pandangan hidup juga memiliki standar kebahagiaan yang berbeda satu dengan yang lain. Ya memang begitulah faktanya.

 

Karena itu Ramadhan transformatif yang esensinya adalah proses perubahan menghendaki ada perubahan cara pandang seorang mukmin dalam memaknai kebahagiaan dengan mengambil pelajaran dari konsep kebahagiaan yang diajarkan oleh Allah. Di antara dalil tentang kebahagiaan Ramadhan adalah disaat seorang mukmin yang berpuasa sampai pada waktu berbuka puasa atau mendapati idul fitri dan kebahagiaan di saat seorang mukmin menjumpai Allah di surga.

 

Konsep ini mengajarkan tentang kebahagiaan dengan dua dimensi yakni dunia akhirat dengan rumus kebahagiaan spiritual. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam QS Al Baqarah ayat 201 yang menegaskan akan kebahagiaan di dunia dan di akhirat dan terhindar dari siksa api neraka.

Berbuka puasa seolah merupakan kebahagiaan material, namun esensinya adalah kebahagiaan spiritual, sebab berbeda antara orang yang makan di waktu maghrib tapi tidak puasa dengan orang yang makan di waktu maghrib karena berbuka puasa. Sebab makan disaat berbuka puasa adalah makan di saat telah usai menjalankan perintah Allah, bukan semata makan untuk memenuhi rasa lapar dan haus. Ada nilai kebahagiaan spiritualitas dalam aktivitas material ketika Ramadhan. Sementara kebahagiaan seorang mukmin saat menjumpai Allah di surga adalah puncak kebahagiaan yang tidak mungkin ada yang lebih tinggi dari kebahagiaan ini.

Jika negara yang berideologi demokrasi sekuler dan atau komunisme ateistik yang berpaham materialisme melakukan survey tentang tingkat kebahagiaan suatu bangsa di dunia, tentu saja standarnya adalah ketercapaian materi dalam arti materi an sich. Artinya, kebahagiaan material an sich diukur sejauh mana masyarakat negara itu dapat mencapai kebutuhan sandang, pangan dan papan. Dengan demikian, maka negara yang mendapatkan rakyatnya tinggi otomatis akan menjadi negara paling bahagia di dunia, tidak peduli dari mana harta itu didapatkan.

Indeks Kebahagiaan Dunia (World Happiness Report) adalah sebuah indeks yang diterbitkan setiap tahun oleh PBB untuk mengukur tingkat kebahagiaan di negara-negara di seluruh dunia. Indeks ini didasarkan pada berbagai faktor seperti pendapatan per kapita, harapan hidup, kebebasan individual, dukungan sosial, korupsi, dan persepsi terhadap korupsi. Berikut adalah 10 negara teratas dalam Indeks Kebahagiaan Dunia pada tahun 2021: Finlandia, Denmark, Switzerland, Islandia, Belanda, Norwegia, Swedia, Luksemburg, Selandia Baru dan Austria.

Menurut Indeks Kebahagiaan Dunia tahun 2021, Indonesia menempati peringkat ke-76 dari 149 negara yang diukur. Skor kebahagiaan Indonesia pada tahun tersebut adalah 5.345 dari skala 0-10, yang menunjukkan bahwa tingkat kebahagiaan rata-rata di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara-negara di atasnya dalam peringkat.

Sementara di dalam negeri, BPS telah melaksanakankajian tentang tingkat kebahagiaan beberapa kali, yaitu uji coba tahun 2012dan 2013, kemudian survei pengukuran tingkat kebahagiaan (SPTK) sebanyak 3 kali, tahun 2014, 2017, dan 2021. Pendekatan yang digunakan adalah kepuasan hidup, afeksi, dan eudaimonia (pencapaian tujuan hidup).

Dalam Islam memiliki materi itu tidaklah salah, menjadi kaya juga tidak dosa, hanya saja materi itu harus dibungkus dengan ruh jika ingin mendatangkan kebahagiaan hakiki, yakni yang halal dan dibelanjakan yang halal pula, ditunaikan kewajiban seperti zakat, ditunaikan anjuran untuk infak dan sedekah. Bisa jadi benar bahwa harta kekayaan seperti luasnya tanah, mewahnya kendaraan, megahnya rumah akan mendatangnya kebahagiaan, namun bisa jadi kebahagiaan semu, tidak hakiki.

Terlebih lagi jika harta kekayaannya didapatkan dari menggarong uang rakyat, tentu saja akan muncul kegundahan dan ketakutan. Jika mereka tampak hidup mewah, berfoya-foya dan pamer harta, sesungguhnya hati mereka tidaklah bahagia. Ini bahagia level satu, yakni kebahagiaan material. Karena itu Ramadhan transformatif mengajarkan untuk melakukan proses perubahan kebahagiaan material dengan memastikan bahwa harta kita adalah harta yang halal dan dibelanjakan sesuai dengan perintah Allah. Bahkan pernah ada sebuah penelitian yang menanyakan tentang kebahagiaan kaitannya dengan materi, apakah ketika mendapatkan atau ketika memberikan. Ternyata jawabannya, seseorang akan bahagia dengan hartanya justru ketika memberikan kepada orang lain.

Selain kebahagiaan material, ada juga kebahagiaan fisikal, dimana orang merasa senang, puas, bangga dan bahagia saat dirinya sehat dan sempurna secara fisik. Kesempurnaan fisik bahkan bisa mendatangkan materi dengan berbagai caranya, seperti model, artis, olahragawan dan sebagainya. Namun kebahagiaan hakiki secara fisikal adalah disaat nikmat fisik itu disyukuri dan menggunakan untuk beribadah kepada Allah, bukan semata sebagai faktor kebanggaan. Adalah benar bahwa Allah lah yang menciptakan dengan sempurna, karena Allah sebaik-baik pencipta.

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, Dia yang Paling Baik menciptakan. (QS Al Mukminun : 12-14)

Namun kesempurnaan itu bisa menjadi kehinaan jika tak sejalan dengan aturan Allah. Allah SWT berfirman dalam Surah At-Tin ayat 4-5, yang artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang paling rendah (dalam keadaan merugi).

Hal diatas ditegaskan oleh Allah dalam QS Al Isra’ : 79 : Dan Kami ciptakan banyak jin dan manusia untuk neraka Jahanam; mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang bahkan lebih sesat lagi; mereka itulah orang-orang yang lalai.

Level kebahagiaan berikutnya adalah kebahagiaan intelektual. Kebahagiaan intelektual merupakan kebahagiaan yang timbul dari pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai dunia dan kehidupan. Kebahagiaan ini berkaitan erat dengan pengembangan potensi intelektual seseorang dan kemampuan untuk memahami berbagai aspek kehidupan dengan lebih baik.

Kebahagiaan intelektual dapat dicapai dengan cara belajar dan mengeksplorasi pengetahuan, baik melalui membaca buku, mengikuti kuliah, atau melalui pengalaman hidup. Orang yang merasakan kebahagiaan intelektual biasanya memiliki rasa ingin tahu yang besar dan senang mempelajari hal-hal baru.

Kebahagiaan intelektual juga dapat dirasakan ketika seseorang dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat melalui pengetahuan dan keahliannya, seperti mengajar atau melakukan riset yang berguna bagi masyarakat.

Dalam filosofi Yunani kuno, Aristoteles menyatakan bahwa kebahagiaan sejati terletak pada pengembangan potensi diri secara menyeluruh, termasuk potensi intelektual. Menurutnya, manusia memiliki naluri untuk mencapai kebahagiaan, dan kebahagiaan yang sejati hanya dapat dicapai melalui pengembangan diri secara menyeluruh, termasuk potensi intelektual.

 

Dalam Islam, kebahagiaan intelektual tidaklah cukup dengan paham intelektualisme semata, namun berkaitan juga dengan aspek ontologis, yakni untuk apa ilmu itu digunakan. Bahkan dalam Islam, menuntut ilmu itu wajib.   Salah satu hadis Nabi yang terkenal adalah "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimah." Dengan menuntut ilmu, seseorang muslim dapat meraih kebahagiaan intelektual dengan memberikan pencerahan, peringatan, nasihat, berkarya untuk peradaban, sebagai media dan modal dakwah dan tentu saja memberikan  manfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.

 

Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, "Berilah ruang di dalam majelis", maka berilah ruang niscaya Allah akan memberikan ruang yang lebih luas untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah", maka berdirilah niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui akan apa yang kamu kerjakan (QS Al Mujadilah : 11).

 

Level kebagagiaan yang lebih tinggi adalah kebahagiaan spiritual. Kebahagiaan spiritual adalah kebahagiaan yang bersumber dari hubungan manusia dengan Tuhan atau hal yang bersifat transenden. Kebahagiaan spiritual tidak hanya mengacu pada kepercayaan agama tertentu, tetapi juga bisa berasal dari pengalaman kehidupan yang mendalam, rasa syukur, dan hubungan emosional yang mendalam dengan alam semesta.

 

Dalam pandangan umum, kebahagiaan spiritual dapat diartikan sebagai pencapaian keseimbangan yang seimbang antara kebahagiaan jasmani, emosional, dan intelektual. Kebahagiaan spiritual dapat dicapai dengan mengembangkan kepekaan terhadap pengalaman batiniah dan mengasah kualitas pribadi seperti kasih sayang, kejujuran, kesederhanaan, dan pengampunan. Spiritualitas tidak salalu berhubungan dengan agama, namun lebih kepada kebatinan. Praktek seperti yoga, meditasi dan kontemplasi adalah bentuk pencapaian kebahagiaan tersendiri yang ada.

 

Namun demikian, berbeda dengan Islam yang memaknai kebahagiaan spiritual dengan ketaatan hamba kepada Allah dan inilah kebahagiaan spiritual yang hakiki, karena Islam adalah satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah (QS Al Imran : 19). Dalam Al-Quran, dijelaskan juga bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan diterima Allah SWT sebagai agama bagi seluruh manusia. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Maida ayat 3: Hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam sebagai agama bagimu.

Kebahagiaan spiritual dalam Islam juga bisa dicapai dengan aktivitas ibadah sebagai bentuk ketaatan seperti : sholat, puasa, zikir, dan lain-lain. Dalam Islam, kebahagiaan spiritual dapat juga dicapai dengan beribadah kepada Allah SWT, membaca Al-Quran, mengingat Allah SWT, dan melakukan amalan yang diperintahkan dalam agama. Dengan berpegang teguh pada ajaran agama dan memperdalam pemahaman tentang diri dan alam semesta, manusia dapat mencapai kebahagiaan spiritual yang abadi. Hal ini menandaskan bahwa kebahagiaan spiritual yang hakiki hanya dalam agama Islam.


 


Level tertinggi dari kebahagiaan adalah kebahagiaan ideologis. Lihatlah orang-orang yang memperjuangkan keyakinan ideologinya, mereka tak ragu-ragu untuk mengorbankan harta, pikiran, tenaga bahkan nyawanya sekalipun. Bahkan untuk keyakinan dan ideologi sesat sekalipun, manusia rela mengorbankan apa yang mereka miliki. Sebab perjuangan ideologis merupakan kebahagiaan tertinggi, bahkan jika harus mati sekalipun. Karena itu, tidaklah heran jika ada manusia yang mati-matian bahkan hingga mati memperjuangkan ideologi demokrasi sekuler atau komunisme ateis.


 


Sementara dalam Islam, kedua kebahagiaan ideologis diatas adalah semu, sebab keduanya hanya sebatas kepuasan di dunia, sementara di akhirat, mereka termasuk orang yang merugi. Kebahagiaan ideologis yang hakiki adalah saat membela agama Allah dengan harta dan jiwa, sebab hanya Islam yang diridhoi Allah. Jika mati dalam perjuangan dan jihat membela agama Allah, maka matinya husnul khotimah dan akan mendapatkan surganya Allah di akhirat kelak, bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.


 


Perjuangan membela agama Allah atau jihad fi sabilillah adalah salah satu bentuk jihad yang disebutkan dalam Al-Quran. Jihad fi sabilillah mengacu pada perjuangan untuk membela agama Allah dari segala bentuk ancaman dan penindasan yang mungkin terjadi terhadap umat Islam atau ajaran agama Islam. Namun, penting untuk dicatat bahwa jihad fi sabilillah harus dilakukan dengan cara-cara yang diizinkan dalam Islam, yaitu dengan cara yang adil, damai, dan tidak merugikan orang lain.

Dalam Islam, perintah untuk melakukan jihad fi sabilillah hanya diberikan kepada orang-orang yang terlatih dan memenuhi persyaratan tertentu, seperti memiliki pengetahuan yang cukup tentang agama Islam, memiliki kekuatan fisik dan mental yang cukup, serta memiliki niat yang benar dan ikhlas dalam melaksanakan jihad.

Allah berfirman dalam Surat An-Nisa ayat 95, Tidaklah wajib (membela agama) kecuali terhadap suatu kaum yang mendatangkan permusuhan kepadamu, karena berpegang teguh pada agama yang nyata-nyata benar, dan yang mengeluarkan kamu dari tempat tinggalmu, atau karena menolong orang-orang yang mengeluarkan kamu. Dan barangsiapa yang membebaskan dirinya karena (memperjuangkan) agama Allah, niscaya ia akan mendapat pertolongan yang sempurna dari Allah.

Surat Al-Baqarah ayat 195:Dan belanjakanlah harta kamu di jalan Allah dan janganlah kamu menjatuhkan diri kamu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

Surat At-Taubah ayat 111 : Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri mereka dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, membunuh dan dibunuh. Itulah janji yang benar yang dijanjikan-Nya kepada mereka dalam Taurat, Injil, dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih jujur terhadap janjinya daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu; dan itulah kemenangan yang besar.

Surat Al-Anfal ayat 60 : Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang, untuk menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedangkan Allah mengetahuinya. Dan apa saja yang kamu nafkahkan di jalan Allah, niscaya kamu akan dibalasi dengan sebaik-baik balasan.

Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (QS Muhammad : 7)

Oleh: Dr. Ahmad Sastra

Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 27/03/23 : 09.05 WIB)

Rabu, 12 April 2023

[2] RAMADHAN TRANSFORMATIF

Tinta Media - Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183). Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri" (Ar-Ra'd: 11). 

 

Setelah kita kaji soal energi perubahan pribadi dan sosial dalam tulisan Ramadhan Transformatif sesi satu, maka pada tulisan kedua ini akan fokus kepada ragam perubahan individual selama menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1444 H. rumusnya, perubahan adalah keniscayaan, selama menuju kondisi yang lebih baik, sebab tak ada manusia yang sempurna, dirinya mesti terus berubah, tumbuh kembang menuju kesempurnaannya.

 

Hakikat perubahan adalah suatu kepastian yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan seorang muslim, terlebih tujuan utama puasa Ramadhan adalah menuju ketaqwaan diri. Secara konsepsi perubahan terjadi secara terus-menerus pada setiap aspek kehidupan, mulai dari perubahan dalam tubuh manusia, perubahan dalam lingkungan, hingga perubahan dalam hubungan sosial dan ekonomi. Seiring dengan waktu, setiap pribadi muslim mengalami perubahan dalam dirinya sendiri, dalam lingkungannya, dan dalam hubungannya dengan orang lain. 

 

Allah sebenarnya telah menyediakan alam semesta dan lingkungan ekologis sebagai guru dan pelajaran bagi setiap individu muslim yang mau berpikir dan merenungkan. Soal perubahan diri menjadi lebih baik selama Ramadhan, maka seorang muslim bisa mengamati dan merenungkan proses metamorfosis, sebuah tahapan perubahan dari telur hingga kupu-kupu.

 

Proses metamorfosis seekor ulat yang awalnya menakutkan dan merugikan lingkungan dimulai dengan telur yang diletakkan oleh kupu-kupu betina di tanaman inang. Telur tersebut menetas menjadi ulat setelah beberapa waktu. Ulat dengan bentuknya, seringkali menakutkan dan manusia cenderung akan menjauhinya. Ulat seringkali menebar rasa gatal dari bulu-bulunya. Ulat dengan kerakusannya akan memakan dedaunan tanpa berhenti, bahkan mulutnya akan terus bergerak mengunyah meski matanya terlelap tidur. Ulat adalah simbol perilaku destruktif manusia yang selalu merugikan manusia dan rakus akan dunia.

Dalam perspektif ilmu biologi, ulat sebagai tahap dua proses metamorfosis adalah sebuah larva dari kupu-kupu yang terus makan daun tanaman inang untuk bertumbuh dan memperoleh nutrisi yang diperlukan. Selama tahap ini, ulat akan mengalami beberapa kali pergantian kulit atau molting untuk memungkinkan pertumbuhan yang lebih lanjut. Hal ini menujukkan bahwa perubahan sesungguhnya terjadi kepada setiap makhluk Allah, terlebih manusia.


 


Meski ulat sering dijauhi oleh manusia karena bentuk dan rasa gatal yang ditimbulkan oleh bulu-bulunya, namun ulat memiliki karkater tersendiri yang penting kita ketahui. Ulat memiliki tubuh yang panjang dan ramping, terdiri dari beberapa segmen tubuh yang berbentuk seperti cincin-cincin. Ulat biasanya memiliki kulit yang halus dan lunak, serta memiliki warna yang cenderung polos atau monoton. Ulat merupakan serangga yang pemakan daun. Mereka mencari tanaman untuk dijadikan sumber makanan. 


 


Ulat memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang secara cepat. Selama fase pertumbuhan, mereka mengalami beberapa kali pergantian kulit atau ecdysis. Ulat memiliki kemampuan untuk memakan dan mencerna makanan dalam jumlah yang besar. Hal ini karena mereka membutuhkan banyak energi untuk mendukung pertumbuhan yang cepat. Beberapa jenis ulat memiliki kemampuan untuk memproduksi serat sutra. Ulat yang menghasilkan sutra disebut ulat sutera dan umumnya dibudidayakan untuk industri tekstil. 


 


Ulat memiliki peran penting dalam ekosistem sebagai makanan bagi burung, serangga lain, dan hewan-hewan lain. Ulat sering dikaitkan dengan transformasi, karena mereka mengalami transformasi dari ulat menjadi kupu-kupu. 


 


Perubahan metamorfosis terus berjalan, yakni setelah ulat mencapai ukuran maksimum, ia akan membentuk kepompong atau kokon dari benang sutera yang dihasilkan oleh kelenjar di mulutnya. Di dalam kepompong, ulat mengalami sebuah transformasi drastis. Tubuhnya pecah dan diubah menjadi struktur yang lebih kompleks dan berbeda. Kepompong adalah sebuah transformasi yang menggambarkan perenungan total manusia dari sebuah kesalahan masa lalu. Selama menjadi kepompong, selama itu pula dirinya akan menjalankan puasa sepanjang hari.


 


Dalam diri kepompong itu sendiri terjadi proses transformasi yang dalam ilmu biologi disebut sebagai pupa atau chrysalis. Pada tahap ini, seluruh organ dan fitur kupu-kupu yang baru sedang terbentuk di dalam kepompong. Pada akhirnya, kupu-kupu akan keluar dari kepompong setelah selesai metamorfosisnya. 

Maka pada tahap akhir metamorfosis, pada akhirnya, kupu-kupu keluar dari kepompong sebagai serangkaian gerakan cepat yang disebut sebagai eclose. Kupu-kupu kemudian memperluas sayapnya dan menunggu kering di bawah sinar matahari. Setelah sayapnya kering, ia akan terbang mencari makanan dan pasangan untuk berkembang biak, menyelesaikan siklus hidup kupu-kupu. Dalam berbagai budaya, kupu-kupu sering dikaitkan dengan transformasi, keindahan, dan kebebasan. Karakteristik-karakteristik ini menjadikan kupu-kupu sebagai simbol yang populer dalam seni, sastra, dan kehidupan sehari-hari. 

Seekor kupu-kupu akan tumbuh dengan sayapnya yang sangat indah yang tak ada satupun manusia yang tidak suka melihatnya. Tak ada satupun manusia yang tidak menyukai disaat kupu-kupu hinggap di tangannya, berbeda sakali saat dia masih sebagai ulat. Tak ada satupun manusia yang tidak bahagia melihat kupu-kupu hingga di taman depan rumahnya, semakin banyak kupu-kupu yang datang, hatinya akan semakin bahagia.

 

Jadilah kupu-kupu yang indah disaat Ramadhan mencapai finisnya, tinggalkan sifat-sifat buruk yang merugikan orang lain sebelumnya. Tinggalkan kerakusan kepada dunia, sebab puasa mengajarkan tentang batas mengkonsumsi makanan, baik ukuran maupun kehalalannya. Kupu-kupu adalah gambaran sifat-sifat ketaqwaan bagi seorang muslim yang telah menjalankan puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Sebab salah satu sifat seorang muslim adalah menabar kebajikan dan salalu memberi manfaat bagi orang lain. Keduanya adalah refleksi dari ketaqwaan.

 

Ada beberapa karakteristik kupu-kupu yang patut kita renungkan, diantaranya adalah : pertama, Kupu-kupu memiliki sayap yang indah dan berwarna-warni, membuatnya menjadi salah satu serangga yang paling menarik di dunia. Kedua, upu-kupu adalah serangga yang aktif pada siang hari (diurnal), membuatnya mudah ditemukan oleh pengamat. Ketiga, kupu-kupu merupakan serangga pemakan nektar. Mereka mencari sari bunga untuk dijadikan sumber makanannya.

 

Keempat, kupu-kupu memiliki siklus hidup yang unik, dari telur, ulat, kepompong, pupa, hingga menjadi kupu-kupu dewasa. Kelima, kupu-kupu memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Beberapa jenis kupu-kupu memiliki kemampuan untuk menyesuaikan warna tubuhnya dengan lingkungan sekitarnya, sehingga lebih sulit dideteksi oleh predator. Kelima, kupu-kupu adalah serangga yang penting dalam polinasi tanaman. Mereka membantu tanaman untuk bereproduksi dan mempertahankan keanekaragaman hayati.

 

Keenam, kupu-kupu memiliki peran penting dalam ekosistem sebagai sumber makanan bagi hewan-hewan lain seperti burung, kelelawar, dan kadal. Ketujuh, kupu-kupu juga memiliki nilai estetika yang tinggi. Beberapa jenis kupu-kupu digunakan sebagai dekorasi dalam seni dan kerajinan tangan.

 

Transformasi dari ulat ke kepompong hingga menjadi kupu-kupu adalah sebuah cermin transformasi menuju pribadi yang memiliki karakter yang lebih baik dan menutupi sifat-sifat buruk sebelumnya. Begitulah seharusnya yang terjadi pada seorang muslim selama menjalankan ibadah puasa bulan Ramadhan hingga ujungnya nanti mendapapi dirinya yang fitri atau bersih sebagai seorang pribadi yang lebih baik, yakni pribadi bertaqwa.

Oleh: Dr. Ahmad Sastra 

Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 24/03/23: 08.09 WIB)

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab