Tinta Media: Ramadhan Mubarak
Tampilkan postingan dengan label Ramadhan Mubarak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ramadhan Mubarak. Tampilkan semua postingan

Selasa, 18 April 2023

[6] RAMADHAN TRANSFORMATIF

Tinta Media - Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183). Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri" (Ar-Ra'd: 11).

Alhamdulillah, bersyukur kepada Allah sedalam-dalamnya karena karunia Allahlah kita masih bisa menjalankan ibadah puasa hingga hari ke enam ini. Selamat membaca kembali Ramadhan Transformatif edisi keenam ini. Misi dari tulisan berseeri ini adalah agar di ujung Ramadhan nanti kita benar-benar telah lahir kembali sebagai seorang muslim yang telah mengalami perubahan menjadi lebih baik. Semoga di akhir Ramadhan nanti kita benar-benar menjadi pribadi yang bertaqwa, sebagaimana tujuan Allah mewajibkan seorang mukmin berpuasa.

 

Kali ini kita akan membahas perubahan diri selama bulan suci Ramadhan yang berhubungan dengan diri kita dengan agama kita. Bagaimana seharusnya kita menyikapi ajaran-ajaran Islam. Setidaknya ada empat perubahan yang mesti kita wujudkan, yakni : pemahaman, kesadaran, komitmen dan konsistensi. Mari kita bahas, satu persatu. Semoga pembaca belum bosan membaca Ramadhan Transformatif.

 

Yang dimaksud pemahaman adalah hendaknya selama Ramadhan ini kita mengubah diri menjadi lebih rajin mempelajari ajaran dan hukum agama ini. Berubahlah dari orang yang kurang membaca menjadi pribadi pembelajar. Dalam bahasa Al Qur’an, generasi pembelajar disebut sebagai generasi ulil albab. Ingat, jika Allah menginginkan kebaikan kepada hambaNya, maka dipahamkanlah hamba itu tentang agama (tafaqquh fiddin).

 

Tafaquh fiddin adalah istilah dalam bahasa Arab yang secara harfiah diterjemahkan sebagai "memahami agama" atau "pemahaman akan ajaran agama". Istilah ini merujuk pada proses memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip dan ajaran Islam, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 

 

Dalam tradisi Islam, tafaquh fiddin dianggap sebagai aspek fundamental untuk menjadi muslim berkualitas, karena ini memungkinkan individu untuk memperdalam hubungan spiritual mereka dengan Allah dan untuk lebih baik memenuhi kewajiban agama mereka. Ini melibatkan studi Al-Quran, Hadis (ucapan dan tindakan Nabi Muhammad), hukum Islam, sirah nabawiyah, dan sumber pengetahuan Islam lainnya.

 

Tafaquh fiddin tidak hanya tentang memperoleh pengetahuan, tetapi juga tentang menerapkan pengetahuan tersebut dalam praktik dan menggunakannya untuk bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Ini adalah proses yang berkelanjutan yang membutuhkan usaha dan refleksi diri yang terus menerus. Nah, selama Ramadhan, buatlah jadual literasi. Selain mengkhatamkan Al-Qur’an, hendaknya kita membaca buku-buku tentang Islam.

Terlebih bagi seorang pengemban dakwah yang diberikan amanah untuk mencerahkan dan mencerdaskan umat, maka sudah seharusnya menambah pamahaman agama ini dari semua sudut pandangnya. Sebab memasuki agama ini harus secara kaffah. Masyarakat harus memahami bagaimana konsep dan implementasi Islam kaffah ini.

 

Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya. (QS At Taubah : 122).

Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan, dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.(QS Al Ghasyiyah : 17-21)


Dua ayat di atas menunjukkan dua perkara sangat penting dalam Islam, yakni tradisi ilmu dan spirit dakwah amar ma’ruh nahi munkar. Tujuan mendalami ilmu-ilmu agama dan tidak ikut serta berperang adalah agar dengan aktivitas tafaqquh fiddin dapat mengetahui apa yang terbaru dari hukum-hukum agama Allah dan wahyu yang diturunkan pada rasulNya, agar mereka nanti memperingatkan kaum mereka dengan ilmu yang mereka pelajari tatkala mereka kembali kepada kaumnya itu. Dengan demikian tuntutan Islam dalam ayat ini bukan sebatas untuk menjadi ulama, ilmuwan, namun harus juga menjadi seorang pendakwah.


Mereka yang tidak ikut berjihad, tugasnya menemani Rasulullah SAW dan memperdalam ilmu agama melalui ayat-ayat Al-Qur`ān dan ketentuan-ketentuan hukum syariat yang mereka dengar dari Rasulullah SAW, kemudian mereka bisa mengajarkan ilmu yang telah mereka pelajari kepada kaum mereka setelah kembali ke rumah mereka, agar mereka dapat menghindari azab dan hukuman Allah dengan cara menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.


Tidak sebagaimana dahulu pada zaman keemasan Islam, tradisi ilmu umat Islam begitu kuat dan mendunia. Para ulama mazhab dan ilmuwan sains memiliki taraf berpikir sangat tinggi dan ditopang oleh keimanan yang meyakinkan. Namun, ketika zaman keemasan itu tak lagi dimiliki umat Islam, kini taraf berpikir umat Islam rendah dan bahkan telah bercampur oleh virus-virus pemikiran sekuler yang gelap. Tugas umat hari ini sungguh berat, yakni mengembalikan tradisi ilmu dan mewujudkan kembali peradaban Islam yang telah hilang.  


Ibnu Khaldun dalam kitabnya Muqaddimah mengatakan, substansi peradaban Islam terletak pada ilmu. Semua peradaban besar dalam sejarah selalu diawali dengan kebangkitan tradisi ilmu. Jika menilik tradisi pendidikan Islam sejak masa Rasulullah, ada satu fondasi dasar yang wajib dibangun lebih dulu sebelum memasukkan berbagai ilmu-ilmu modern. Dasar itu adalah ilmu Alquran.

Sementara makna kesadaran beragama adalah menjadikan hukum dan syariat Islam sebagai standar pemikiran dan perbuatan seorang muslim. Kedudukan perbuatan dalam hukum Islam ada lima : wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Selama Ramadhan ini teruslah meningkatkan pemahaman akan hukum-hukum Islam, agar kita semakin sadar akan pentingnya menjadikan Islam sebagai standar perbuatan. Jangan sampai ikut orang sesat dan menyesatkan dengan menjadikan piagam PBB sebagai sumber hukum Islam. Selama Ramadhan ini perubahnya menjadi pribadi yang lebih memiliki kesadaran hukum Islam dengan menjadikannya sebagai standar perbuatan.

Kesadaran hukum Islam adalah kemampuan seorang muslim untuk memahami dan menghargai pentingnya hukum dan aturan Islam dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat. Kesadaran hukum Islam penting untuk menciptakan pribadi dan masyarakat yang beradab, aman, dan sejahtera, dan tentu saja islami.


Kesadaran hukum Islam melibatkan pemahaman tentang hak dan kewajiban, serta pentingnya mematuhi hukum dan aturan agama. Ini melibatkan kesadaran tentang berbagai hukum syariah Islam yang mengatur perilaku seseorang. Kesadaran hukum merupakan bagian penting perubahan selama bulan suci Ramadhan ini agar semakin menjadi pribadi yang bertaqwa, sebab taqwa pada intinya adalah kesadaran hukum Islam dalam setiap perilaku.  


 


Setelah kesadaran hukum Islam, maka perubahan berikutnya adalah komitmen atau menjalan apa yang telah dipahami dan disadari dalam perbuatan nyata sehari-hari. Setelah dijalankan, maka wajib disyiarkan kepada masyarakat dalam bentuk pendidikan, pembinaan dan dakwah.


 


Komitmen menjalankan hukum Islam adalah kewajiban bagi setiap Muslim untuk mematuhi hukum-hukum yang diatur dalam Al-Quran dan Hadis, serta prinsip-prinsip Islam yang mengatur kehidupan manusia. Ini termasuk hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah, akhlak, muamalah (hubungan antarmanusia), dan jinayah (kejahatan).


 


Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk memperkuat komitmen dalam menjalankan hukum Islam. Pertama, mempelajari ajaran Islam secara menyeluruh. Mempelajari Al-Quran dan Hadis, serta sumber-sumber pengetahuan Islam lainnya, dapat membantu seseorang memahami hukum-hukum Islam dengan baik. Ini akan membantu seseorang memperkuat komitmennya dalam menjalankan hukum Islam. 

Kedua, Beribadah secara rutin. Beribadah secara rutin, seperti shalat lima waktu, membaca Al-Quran, dan berpuasa, dapat membantu seseorang memperkuat iman dan komitmen dalam menjalankan hukum Islam. Ketiga, menjaga akhlak yang baik. Menjaga akhlak yang baik dan menghindari perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, seperti berbohong atau bersikap kasar, dapat membantu seseorang memperkuat komitmen dalam menjalankan hukum Islam. 


Keempat, mempraktikkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Mempraktikkan nilai-nilai Islam, seperti tolong-menolong, berbagi, dan kasih sayang, dapat membantu seseorang memperkuat komitmen dalam menjalankan hukum Islam. Kelima, menghindari perbuatan yang dilarang oleh hukum Islam. Menghindari perbuatan yang dilarang oleh hukum Islam, seperti maksiat atau perbuatan keji, dapat membantu seseorang memperkuat komitmen dalam menjalankan hukum Islam secara kaffah, tidak setengah-setengah.

 

Apa itu Islam kaffah ?. Islam kaffah adalah konsep yang berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah berarti "Islam yang menyeluruh". Istilah ini merujuk pada pemahaman Islam yang mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk aspek agama, sosial, politik, dan ekonomi. Konsep ini menekankan bahwa Islam adalah agama yang universal dan menyediakan panduan untuk semua aspek kehidupan manusia dari urusan sederhana hingga bagaimana mendirikan sebuah negara.

 

Dalam Islam kaffah, semua ajaran dan praktek Islam dipahami dan dijalankan secara komprehensif dan terpadu. Hal ini mencakup pelaksanaan ibadah seperti shalat, puasa, dan zakat, serta penerapan nilai-nilai Islam dalam hubungan sosial, politik, dan ekonomi. Tujuan dari Islam kaffah adalah untuk mencapai keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan, serta untuk melanjutkan kehidupan Islam dengan tegaknya daulah Islam yang menerapkan hukum Islam secara kaffah.

 

Konsep Islam kaffah adalah sebuah pandangan yang melihat Islam sebagai sebuah sistem kehidupan yang holistik dan menyeluruh, bukan hanya sebagai sebuah agama yang berkaitan dengan urusan spiritual semata. Hal ini menekankan pentingnya untuk memahami dan menerapkan ajaran Islam secara komprehensif dalam institusi negara Islam.

 

Yang terakhir adalah tentang konsistensi atau istiqomah di jalan Islam. Artinya selama menjalankan Ramadhan ini kita harus berlatih dan berubah menjadi pribadi yang istiqomah di jalan Islam ini, tidak mudah putus asa dan juga tidak mudah tergoda atau berhenti karena ada halangan di depannya.

 

Konsisten atau istiqomah dalam agama adalah sebuah konsep yang sangat penting dalam Islam. Istiqomah berasal dari kata "qawwam" yang berarti teguh dan kokoh. Istiqomah berarti mempertahankan atau meneguhkan keimanan dan amalan kebaikan secara konsisten dan terus menerus, tanpa mengalami kemerosotan atau kelelahan dalam beribadah kepada Allah SWT.

 

Sebagai Muslim, istiqomah dalam agama berarti memiliki tekad yang kuat untuk memperkuat keimanan, memperbaiki amal perbuatan, dan meningkatkan kualitas hidup secara spiritual. Dalam Al-Quran, istiqomah dalam agama disebutkan dalam berbagai ayat, seperti surah Al-Maidah ayat 8 yang menyatakan "Hai orang-orang yang beriman, jadilah kalian orang-orang yang selalu istiqomah dalam menegakkan keadilan, menjadi saksi dengan adil karena Allah."

Oleh: Dr. Ahmad Sastra

Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 28/03/2023 : 14.46 WIB)

Jumat, 14 April 2023

Dr. Riyan: Ramadhan Momentum Laksanakan Seluruh Ajaran Islam

Tinta Media - "Bulan suci Ramadhan perlu menjadi momentum bagi setiap muslim untuk melaksanakan tak hanya perintah puasa, tetapi juga seluruh ajaran Islam,"  Cendekiawan Muslim Ustadz Dr. Riyan, M.Ag. dalam acara Nafsiyah Jelang Sahur: Nutrisi untuk Meningkatkan Ketakwaan, Istiqomah Menolong Agama Allah SWT, Sabtu (1/4/2023) di kanal YouTube Rayah TV.

Menurutnya, jika menggunakan shaum ini sebagai sesuatu yang sifatnya taat kepada hukum-hukum Allah, bukan hanya shaumnya saja, tapi seluruh hukum-hukum Allah dengan menolong agama Allah, maka insya Allah kita akan menjadi orang-orang yang akan senantiasa ada dalam keberkahan.

Hal tersebut, lanjut Dr Riyan, sesuai dengan apa yang telah tercantum dalam Surat Muhammad ayat 7. "Bahwa jika seseorang mau menolong agama Allah, maka Allah akan memberikan pertolongan dan mengokohkan kedudukan mereka," ungkapnya. 

Ia menambahkan, dalam konteks shaum saja, Allah memberikan ganjaran pahala berkali lipat. Karena itu, bisa dibayangkan apabila ajaran Islam lainnya juga dapat dilaksanakan. Terlebih, menurutnya Islam merupakan agama yang sempurna. Islam telah mengajarkan sejak urusan thoharoh sampai masalah muamalah, mulai perkara sholat sampai khilafah.

“Maka kita bisa bayangkan, sesungguhnya kita akan mendapatkan begitu luar biasa ganjaran dari Allah, pahala yang begitu berlimpah dan kebaikan-kebaikan yang luar biasa yang seharusnya membuat kita semua semakin bersemangat,” imbuhnya.

Karenanya, pada kesempatan itu, ia turut mengajak agar setiap muslim menjadikan bulan yang penuh berkah ini sebagai kesempatan untuk menempa diri sekaligus menjadi penolong agama Allah.

“Mari kita jadikan kesempatan bulan Ramadan untuk menempa diri, memperkuat kelayakan kita sebagai seorang muslim, karena sesungguhnya Allah mengajarkan kepada kita untuk menjadi penolong agama Allah sehingga agama itu akan kemudian menjadi kokoh," tegasnya. [] Rizkimp

Rabu, 12 April 2023

[4] RAMADHAN TRANSFORMATIF

Tinta Media - Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183). Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri" (Ar-Ra'd: 11). 

Alhamdulillah, kita telah memasuki hari keempat bulan suci Ramadhan. Jadilah pribadi muslim yang selalu positif dalam menghadapai dan menjalani serangkaian ibadah di bulan penuh berkah ini. Sikap positif dalam menghadapi bulan suci Ramadhan diantaranya adalah bahagia menyambut Ramadhan, mensyukuri atas nikmat usia dan kesehatan, bersabar dalam menghadapi ujian selama menjalankan puasa dan menjalani ibadah Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan. Banyak dalil dan keterangan yang mendorong sikap positif ini, diantaranya  adalah :

 

Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah seseorang diberikan suatu nikmat dari Allah, kemudian ia bersyukur dengan nikmat itu, kecuali nikmat tersebut akan bertambah baginya. Dan barang siapa yang sabar atas musibah, maka Allah akan memberikan pahala yang besar baginya." (HR. Tirmidzi)

 

Sesiapa yang puasa Ramadhan dengan iman dan harapan akan mendapat pahala diampuni dosa-dosanya yang telah lewat (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Ramadhan transformatif mengajarkan perubahan sikap menjadi pribadi yang lebih positif. Sikap positif adalah sikap mental atau kejiwaan yang melibatkan cara berpikir, bertindak, dan merespon situasi dengan mengedepankan sudut pandang yang optimis, berfokus pada hal-hal yang baik dan menghindari pemikiran yang negatif atau merugikan. Sikap positif dapat membantu seorang muslim  untuk memandang hidup dengan cara yang lebih baik, lebih optimis, dan lebih mudah mengatasi rintangan dan masalah yang dihadapi. 

 

Ramadhan semestinya mengubah diri seorang muslim menjadi pribadi positif  setelah mampu menjalankan semua ujian dan rintangan selama berpuasa Ramadhan. Jika ada orang yang mencari masalah dengan muslim yang sedang menjalankan puasa, maka Islam mengajarkan agar dijawab : maaf saya sedang berpuasa. Inilah contoh sikap positif yang diajarkan oleh Ramadhan.

 

Sikap positif  juga bisa ditunjukkan dengan kepercayaan diri, semangat pantang menyerah, dan keyakinan akan  masa depan. Dalam konteks hubungan sosial, sikap positif juga melibatkan kemampuan untuk merespon orang lain dengan sopan dan baik, mengedepankan kerjasama dan kebaikan, serta menghindari konflik atau permusuhan.

 

Menjadi pribadi yang semakin positif selama bulan suci Ramadhan maknanya menjadi pribadi yang semakin sholih karena meningkatkanya spiritualitas. Untuk memotivasi amalan ibadah, Allah telah menetapkan bahwa ibadah sunnah akan diberikan pahala seperti ibadah wajib. Sementara ibadah wajib akan dilipatgandakan pahalanya.

 

Sebagai salah satu contoh ibadah di bulan suci Ramadhan adalah membaca, menghafal, menelaah dan mengamalkan Al Qur’an. Ramadhan sebagai syahrul qur’an semestinya semakin memotivasi umat Islam untuk lebih dekat kepada Al Qur’an.  Allah menegaskan bahwa Al Qur’an sebagai petunjuk, penjelas haq dan batil, serta sumber kebenaran bagi manusia.

 

Allah menegaskan dalam firmanNya : Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil). (QS. al-Baqarah : 185).

 

Jika kaum muslimin membaca satu juz Al Qur’an kira-kira berjumlah 7000 huruf, kalikan satu huruf dengan 10 kebaikan dikalikan pahala 70 kewajiban maka akan menghasilkan  4.900.000 kebaikan. Jika satu kali saja Al Qur’an dikhatamkan selama bulan Ramadhan, maka akan didapat 147 juta kebaikan. Jika tiga kali akan didapatkan 441 juta kebaikan. Sungguh Allah melipatgandakan pahala setiap amal sholeh di bulan Ramadhan.

Selain membaca Al Qur’an, agenda ibadah harian selama bulan Ramadhan semisal niat puasa karena Allah,  berbuka puasa dan makan sahur, menjaga diri dari yang membatalkan atau yang mengurangi pahala puasa, menjalankan  sholat terawih dan qiyamul lail dan berzikir. Dengan demikian bulan suci Ramadhan bisa menjadi wasilah agar semakin menjadi pribadi positif.

 Selain adanya proses perubahan menuju pribadi yang positif, Ramadhan juga semestinya membawa kepada perubahan pribadi yang produktif. Pribadi produktif adalah kemampuan untuk menghasilkan output yang bermanfaat atau mencapai hasil yang diinginkan melalui penggunaan waktu, sumber daya, dan keterampilan yang efisien dan efektif. 


 


Dalam konteks pekerjaan atau bisnis, menjadi produktif berarti menyelesaikan tugas dan proyek dalam batas waktu yang ditetapkan dan memenuhi standar kualitas. Hal ini melibatkan menetapkan tujuan, memprioritaskan aktivitas, mengelola waktu, dan menggunakan alat dan teknik untuk mengoptimalkan kinerja.


 


Dalam konteks pengembangan pribadi, produktivitas dapat dianggap sebagai kemampuan untuk mencapai hasil yang diinginkan, baik dalam pembelajaran, kreativitas, kesehatan, atau bidang kehidupan lainnya. Hal ini melibatkan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri, mencari peluang untuk meningkatkan diri, dan mengembangkan kebiasaan dan rutinitas yang mendukung pertumbuhan dan pencapaian. Ramadhan adalah bulan produktifitas, bukan bulan untuk bermalas-malas.


 


Puasa Ramadhan tidaklah menghalangi produktifitas seorang muslim. Berbagai kajian virtual bisa diikuti dari rumah, bisa juga yang langsung offline. Produktifitas juga bisa dilakukan dengan cara menghasilkan karya-karya tulis terbaik. Menulis satu huruf di bulan Ramadhan dengan niat ibadah, tentu saja mendapatkan berlipat pahala dari Allah. Menghidupkan budaya literasi Ramadhan adalah bentuk produktifitas.


 


Selain perubahan diri menjadi lebih positif, produktif, maka Ramadhan juga semestinya mengubah seorang muslim menjadi lebih konstributif. Konstributif atau kontributif adalah sikap atau tindakan seseorang yang berusaha untuk memberikan kontribusi atau sumbangan positif bagi lingkungan sekitar, baik itu dalam skala kecil maupun besar. Orang yang konstributif biasanya memiliki sifat proaktif, ingin memberikan dampak positif bagi orang lain dan lingkungan, serta berusaha untuk meningkatkan kualitas hidup orang lain di sekitarnya.

Contoh tindakan konstributif selama bulan suci Ramadhan bisa berupa membantu orang lain dalam kesulitan, memberikan donasi bagi kegiatan sosial atau amal, berpartisipasi dalam kegiatan yang membawa manfaat bagi lingkungan sekitar, memberikan ide atau saran yang bermanfaat untuk kemajuan umat dan bisa juga menulis karya-karya tulis yang mampu memberikan pencerahan atau inspiratif bagi kebaikan muslim lainnya.

Sikap konstributif ditunjukkan oleh sebuah hadits : Barangsiapa memberikan makanan berbuka puasa kepada orang yang berpuasa, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun. (HR. Tirmidzi dan Ibn Majah).

Sedekah pada bulan Ramadhan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti memberikan makanan kepada orang yang berpuasa, memberikan bantuan keuangan kepada fakir miskin atau yatim piatu, dan berbagai bentuk sedekah lainnya. Selain itu, sedekah juga dapat dilakukan dalam bentuk amalan kebaikan lainnya, seperti membaca Al-Quran, memperbanyak sholat sunnah, dan berbagai amalan kebaikan lainnya.

 

Sedekah pada bulan Ramadhan memiliki banyak manfaat, baik dari segi kebaikan sosial maupun kebaikan pribadi. Beberapa manfaat sedekah di bulan Ramadhan antara lain: pertama, meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Kedua, membersihkan hati dari sifat kedengkian, iri hati, dan keserakahan. Ketiga, meningkatkan rasa empati dan kepedulian terhadap orang yang membutuhkan. Keempat, menjadikan orang yang bersedekah merasa lebih bahagia dan puas dengan hidupnya. Kelima, meningkatkan keberkahan dalam hidup dan rezeki.

Nah kesimpulannya adalah bahwa Ramadhan telah mengajarkan kepada seorang muslim agar menjadi lebih positif, produktif dan konstributif, terlebih sebagai seorang pengemban dakwah. Dengan demikian Ramadhan transformatif akan bisa terwujud jika seorang muslim mengalami perubahan diri menjadi lebih positif, produktif dan konstributif.

Oleh: Dr. Ahmad Sastra

Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 26/03/23 : 14.22 WIB)

[3] RAMADHAN TRANSFORMATIF

Tinta Media - Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183). Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah nasib yang ada pada diri mereka sendiri" (Ar-Ra'd: 11).


Mari kita melanjutkan kembali sesi Ramadhan Transformatif seri ketiga yang akan membahas persoalan perubahan sifat-sifat individual selama menjalankan ibdah puasa Ramadhan. Diantara sifat-sifat individu yang harus berubah menjadi lebih baik selama menjalankan puasa adalah tentang keikhlasan dalam beribadah. Ikhlas itu beramal semata karena Allah dan ridho itu kerelaan hati diatur oleh Allah.

 

Setiap amal perbuatan itu bergantung niat dalam hati. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Setiap amalan tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan niatnya. Maka barang siapa hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa hijrahnya karena dunia yang dicari-cari atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa yang dikehendaki." (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Ikhlas itu dalam hati seiring dengan niat tatkala menjalankan aktivitas ibadah. Hati adalah organ penting dalam diri manusia, karena menjadi penentu aktivitasnya. Allah sungguh melihat hati setiap manusia.  Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk-bentuk kalian dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati-hati kalian dan amal-amal kalian." (HR. Muslim)

 

Nilai aktivitas ibadah seorang muslim pertama-tama ditentukan oleh niat yang ikhlas karena Allah dan yang kedua ditentukan oleh sejauh mana dia mengikuti sunah-sunah Rasulullah. Niat menjadi pangkal dari aktivitas ibadah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah menerima amal hanya dari orang yang ikhlas karena-Nya semata." (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Sebaliknya, jika tak ikhlas, maka amal ibadah tidak akan diterima oleh Allah. Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Barang siapa yang amalnya tidak dilandasi oleh ikhlas, maka amalnya itu tidak akan diterima oleh Allah." (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Tiga hal yang tidak akan rusak: sedekah yang diberikan dengan tangan kanan yang tidak diketahui tangan kiri, doa orang tua yang saleh, dan amal yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah." (HR. Tirmidzi).

 

Puasa Ramadhan itu mengajarkan keikhlasan, melakukan ibadah semata untuk meraih ridho Allah. Ibadah puasa Ramadhan merupakan salah satu ibadah yang bisa disebut sebagai ibadah rahasia dalam Islam. Hal ini dikarenakan puasa tidak memerlukan bentuk atau tampilan yang khusus untuk menunjukkan bahwa seseorang sedang beribadah.

Seorang muslim yang sedang berpuasa bisa saja terlihat seperti orang biasa saja, namun sebenarnya ia sedang melakukan ibadah puasa. Tidak ada satupun manusia tahu bahwa seseorang sedang berpuasa, maka disinilah pelajaran tentang keikhlasan itu. Puasa merupakan ibadah yang hanya diketahui oleh Allah SWT dan orang yang berpuasa itu sendiri, karena ia melakukan puasa secara diam-diam tanpa perlu menunjukkan kepada orang lain.

Dengan melaksanakan kewajiban puasa Ramadhan, maka umat Islam seharusnya berubah menjadi pribadi yang lebih ikhlas dalam banyak aktivitas ibadah lainnya dan menghindari sifat buruk seperti riya. Ikhlas adalah buah dari ketaqwaan, sementara ketaqwaan adalah buah dari keimanan. Dengan puasa Ramadhan, Allah sedang mengajarkan kepada seorang mukmin tentang keikhlasan. Jika tak ada iman dan taqwa, maka manusia tak mungkin menjalankan puasa Ramadhan.

 

Maka, dengan puasa Ramadhan, semestinya seorang muslim berubah menjadi lebih baik, yakni menjadi lebih ikhlas dalam menjalankan ibadah lainnya, seperti sholat, zakat, haji, sedekah, menuntut ilmu, mendidik anak, kehidupan suami istri, bekerja mencari nafkah, dan aktivitas lainnya. Ramadhan transformatif dikatakan berhasil jika terjadi proses perubahan setiap muslim menjadi lebih baik. Proses perubahan itu terjadi disaat melaksanakan puasa Ramadhan, dan terlebih setelah usai bulan Ramadhan nanti.

 

Kedudukan orang yang berhati ikhlas di hadapan Allah adalah mulia, namun tidaklah mudah menjadi seorang muslim yang berhati ikhlas. Keikhlasan itu membutuhkan waktu dan kesungguhan. Jika seseorang telah sampai pada martabat dan kemampuan untuk menyembunyikan segala kebaikan, maka dirinya telah memiliki sikap  ikhlas. Ikhlas itu ibarat air yang jernih, tak ada sedikitpun noda dan kotoran di dalamnya.

 

Al Qurtubi berkata," al hasan pernah ditanya tentang ikhlas dan riya , kemudian ia menjawab," diantara tanda keikhlasan adalah jika engkau suka menyembunyikan kebaikanmu dan tidak suka menyembunyikan kesalahanmu". Abu Yusuf berkata, " mas'ar telah memberitahukan kepadaku dari Saad ibn Ibrahim, ia berkata, mereka (para sahabat) menghampiri seorang laki-laki pada perang al Qadisiyah.

 

Laki-laki itu kaki dan tanganya putus, ia sedang memeriksa pasukan seraya membacakan firman Allah : Mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah. Yaitu nabi-nabi, para shiddiqien, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang sholeh. Dan mereka itulah teman-teman yang terbaik. (QS. Annisa : 69).

 

Seseorang itu bertanya kepada laki-laki itu, " siapa engkau wahai hamba Allah. Dia menjawab," aku adalah salah satu dari kaum Anshor". Laki-laki itu tidak mau menyebutkan namanya. Inilah contoh orang yang telah memiliki  keikhlasan. 

 

Sebuah kisah tentang indahnya keikhlasan terjadi dalam sebuah pertempuran dahsyat antara kaum muslimin dan kaum kafir. Ketika sang panglima perang  Khalid ibn Walid sedang memimpin pasukannya dalam sebuah  pertempuran, tanpa diduga sebelumnya,  dia memperoleh surat perintah pemberhentian dirinya dari Khalifah Umat Ibn Khaththab. Dalam surat perintah itu disebutkan bahwa sejak saat itu, panglima perang Khalid bin Walid diberhentikan dengan hormat dari jabatannya sebagai panglima perang, dan diharapkan segera menyerahterimakan jabatannya kepada panglima baru Ubaidillah ibn Al-Jarra sebagai penggantinya. 

Keputusan Khalifah sempat membingungkan dan mengagetkan Ubaidillah. Ada apa gerangan keputusan ini diambil oleh sang khalifah. Berkat kelapangan dada dan kebesaran jiwa Khalid ibn Walid akhirnya mampu menyelesaikan persoalan pelik ini dengan baik. Keduanya sepakat untuk membicarakannya secara diam-diam tanpa diketahui oleh pasukan yang tengah bertempur. Jalan keluar yang mereka sepakati adalah membiarkan pertempuran berjalan dan pergantian dilakukan secara diam-diam sambil menunggu saat yang tepat untuk mengumumkannya.


 


 


Setelah gemuruh pertempuran sedikit mereda, barulah diumumkan kepada segenap pasukan kaum muslimin atas perintah pergantian panglima perang dari Khalifah Umar bin Khaththab tersebut. Dan saat itu Khalid bin Walid berubah status menjadi prajurit seperti yang lain dibawah komando panglima perang yang baru : Ubaidillah ibn al Jarra. 


 


 


Sakit hatikah Khalid ibn Walid ? Ternyata tidak. Khalid ibn Walid dengan gigih melaksanakan semua tugas-tugas sebagai prajurit biasa. Inilah gambaran keteladanan yang luar biasa dalam sejarah umat manusia. Konon usai serah terima jabatan, beberapa anggota pasukan kaum muslimin menanyakan langsung kepada Khalid ibn Walid perihal bagaimana perasaannya tatkala beliau diberhentikan dengan hormat oleh sang Khalifah Umar dan menjadi prajurit biasa. 


 


 


Ditanyakan juga bagaimana dia bisa bersikap bijak dan rendah hati terhadap proses pergantian yang sedemikian mendadak yang cenderung tidak wajar itu. Apalagi pergantian itu dilakukan ditengah api pertempuran yang sedang membara. Tentu secara logika dilihat dari perspektif kebutuhan mental pasukan, pergantian itu terlihat tidak pantas.


 


 


Namun, Khalid ibn Walid tampaknya tumbuh sebagai panglima sejati. Maka dengan nada tenang tetapi mantap dia menjawab, " Saya berjuang bukan karena Abu Bakar yang mengangkatku, juga bukan karena Umar yang memberhentikanku, tetapi saya berjuang semata-mata karena Allah, semata-mata demi pengabdian kepada Allah". Inilah jiwa keikhlasan yang telah tumbuh dalam hati seorang pejuang sejati, Khalid ibn Walid. Seorang pejuang yang bekerja hanya dilandasi oleh keinginannya untuk mengabdi secara tulus ikhlas kepada Allah semata untuk memperjuangkan agama dan daulah Islam saat itu. 

Tampak dalam kisah ini bahwa orientasi dan motivasi Khalid ibn Walid berjuang dengan penuh keikhlasan adalah karena membela yang haq dan membela agama yang diyakininya. Dengan kata lain dia berjuang dengan semangat pengabdian yang mahatinggi. Itulah sebabnya, soal jabatan atau pangkat tidak mempengaruhi penampilannya. Justru karena sikapnya yang demikian itulah harga dirinya menjadi mulia.

Beramal dengan hati ikhlas dengan demikian adalah bentuk aktivitas terarah dalam mendapatkan sebuah hasil dengan menggunakan kesucian hatinya sebagai manifestasi kemuliaan dirinya di hadapan Allah semata. Kesucian hatinya sebagai energi diri dalam melaksanakan berbagai amal. Seorang yang berhati ikhlas akan selalu membuang energi negatif dalam hatinya dan menggantikan dengan energi positif. Dengan demikian, orang yang berhati ikhlas tidak pernah mengeluh kepada manusia, kecuali hanya berharap kepada pertolongan Allah. Tidak ada waktu yang sia-sia dan mubazir bagi seorang yang berhati ikhlas.


 


Setidaknya ada empat hal sebagai indikator keikhlasan seseorang dalam melakukan segala aktivitas hidupnya, termasuk dalam menjalankan amanah dakwah. Keempat indikator itu adalah : pertama, memiliki kapasitas besar. Dengan lapang dada dan kejernihan hatinya, seorang yang ikhlas akan mampu menghadapi persoalan seberat apapun. Mereka mampu membawa diri, persoalan dan pekerjaannya dengan hati riang dan ringan sebab tidak pernah dibebani oleh kekerdilan emosi dalam berbagai bentuknya. Ketika orang lain yang telah bekerja keras maupun bekerja cerdas tidak sanggup lagi memikul pekerjaan yang berat, seorang yang bekerja dengan penuh keikhlasan mampu menembus semua keterbatasan itu dan menyelesaikan dengan sempurna.


 


Kedua, memiliki kejernihan pandangan. Seseorang yang telah tertanam nilai keikhlasan dalam hatinya, dengan kesucian hatinya dapat mempersepsi keadaan lebih jernih dan kemudian dapat menyimpulkan lebih proporsional terhadap setiap masalah yang dihadapinya. Sebenarnya keputusan yang salah lahir dari penyakit hati yang ada dalam dirinya. Dzun Nun Al Misri pernah berkata, " Keyakinan akan memperpendek angan-angan, angan-angan yang pendek akan mengantarkan pada zuhud, zuhud akan mewariskan hikmah, dan hikmah akan melahirkan kejernhan pandangan".


 


Ketiga, berpeluang memiliki keberuntungan besar. Seseorang yang berhati ikhlas, dengan kejernihan hatinya akan terlihat hidupnya aman dimanapun mereka berada. Bahkan ketika di daerah rawan sekalipun. Mereka yakin akan keikhlasan dirinya. Dia tidak pernah membawa maksud buruk sebab tabungan energi positifnya (amal saleh) akan menjaga dirinya. Dikarenakan keikhlasan adalah puncak dari amal, maka wajar jika seorang yang penuh keikhlasan akan mendapatkan keberuntungan dan kebaikan dari berbagai sisi yang tiada pernah dia bayangkan sekalipun. Kebaikan, keberuntungan, keberkahan, ketentraman, keamanan dan kebahagiaan akan menyertai bagi orang-orang yang ikhlas.

Keempat, orang berhati ikhlas akan banyak memberi manfaat. Seorang yang berhati ikhlas dalam beraktivitas dengan kejernihan hatinya akan memiliki banyak kelebihan energi positif untuk membantu orang lain. Mereka tidak pernah kerdil dan pelit untuk membantu orang lain, sekalipun orang lain itu bisa jadi pesaingnya, bahkan mungkin musuhnya. Apalagi terhadap orang yang disayangi dan menyayangi.

Mereka tidak pernah punya halangan untuk membantu orang yang memusuhinya, karena sikap nothing to lose nya berada di tingkat paling tinggi. Mereka akan sanggup bekerja dengan siapa saja, bahkan dengan orang paling sulit sekalipun. Keikhlasan adalah sumber kemuliaan. Orang yang ikhlas adalah orang yang mulia.


 


Orang ikhlas bisa menjadi penengah terhadap dua orang yang konflik, karena selalu mamihak pada kemuliaan. Dia bisa menjadi kakak dan motivator bagi bawahan dan rekan-rekan kerjanya. Mampu melepaskan haknya untuk membantu orang lain. Akan banyak mengeluarkan hartanya untuk meringankan beban orang yang tidak mampu. Akan mudah melepaskan harta dan barang yang dicintainya jika dibutuhkan orang lain. Karena harta tidak akan mampu menodai kejernihan hatinya.


 


Nah, semoga dengan tulisan di hari ketiga Ramadhan ini kita melakukan proses transformasi menjadi pribadi yang lebih ikhlas dalam menjalankan berbagai amal dengan mengambil pelajaran dari pelajaran keikhlasan dari Allah kepada seorang mukmin dalam kewajiban puasa Ramadhan. Jadikan Ramadhan tahun ini sebagai proses transformasi menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Oleh: Dr. Ahmad Sastra

Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 25/03/23: 10.11 WIB)

Selasa, 11 April 2023

Keluarga Pengemban Dakwah, Ustadz MR Kurnia: Bukan Hanya Shaleh Tapi Muslih

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Rahmat Kurnia (MR Kurnia) menjelaskan bahwa visi misi keluarga muslim menjadi keluarga pengemban dakwah, tidak cukup hanya menjadi keluarga shaleh tetapi juga muslih. 

“Keluarga pengemban dakwah tidak cukup hanya menjadi shaleh tetapi juga muslih," terangnya dalam acara Teman Berbuka: Keluarga Dakwah, Terjaga dari Api Neraka di kanal Youtube Khilafah Channel Reborn, Senin (3/4/2023).

Menurutnya, kalau shaleh itu baik untuk dirinya sendiri tapi kalau muslih, itu berupaya untuk menyebarkan kesalehan ini kepada orang lain. "Sehingga sama-sama menjadi shaleh,” ujarnya. 

Ustaz Rahmat menuturkan, sebagaimana yang dialami oleh Rasulullah SAW ketika awal-awal mendapatkan wahyu terkait keluarga yang tercantum pada surah at Tahrim ayat 6, agar melakukan peringatan kepada keluarga terdekat. “Bahwa keluarga salah satu hal yang sangat penting untuk diajarkan Islam dan Rasulullah SAW sangat berupaya untuk menyampaikan dakwah kepada keluarganya, Khadijah misalnya,” tuturnya.

Ia menambahkan, bahwa memang suatu keluarga di dalam islam itu bukan sekedar keluarga biasa tapi keluarga yang turut menyebarkan kebenaran Islam dan mengemban dakwah islam. 

“Jadi kita masing-masing menjaga diri sendiri. Suami menjaga dirinya, istri menjaga dirinya, anak menjaga dirinya, ayah menjaga dirinya, ibu menjaga dirinya, masing-masing menjaga dirinya dari apa? Dari jilatan api neraka,” jelasnya.

Ia menegaskan, bahwa satu keluarga haruslah menjadi eluarga dakwah. Karenanya tidak heran bukan hanya Rasulullah yang mengemban dakwah tetapi juga istrinya, Khadijah, juga anak-anaknya Fatimah, menantunya sayyidina Ali. 

"Oleh karena itu, ada satu yang tidak boleh kita lupakan yaitu jadikanlah keluarga kita melaksanakan islam dan menyebarkan islam yakni menjadi keluarga dakwah,” pungkasnya.[] Amar Dani

Ustadz Choirul Annas: Bak Pelita Menyinari, Guru Paling Berhak Dimuliakan

Tinta Media - Mudir IBS (Islamic Boarding School) Insantama Ustadz Choirul Annas, Lc.  mengatakan, guru adalah orang yang paling berhak untuk dimuliakan. 

"Guru-guru kita, bak pelita yang menyinari kita dengan cahaya ilmunya, mereka menjadi orang yang paling berhak kita muliakan, kita hormati," ungkapnya pada rubrik Teman Berbuka: Menghormati Orang Berilmu di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn, Selasa (4/4/2023). 

Menurutnya, sikap yang terbaik kepada guru yakni dengan memuliakannya, tetapi sikap yang utama adalah ketika mau mendengarkan, mengamalkan, memahami pelajarannya, menghafal apa yang disampaikan, kemudian menyebarluaskan ilmu yang telah diajarkan padanya. 

Ia menyebutkan, ada empat hal bahkan bagi seorang raja sekalipun ketika melakukannya tidak akan hina. 

"Ada 4 hal yang bahkan seorang raja sekalipun tidak akan hina ketika melakukannya, yang pertama ketika ia berdiri untuk menyambut ayahnya, ketika ia melayani tamunya, ketika ia turun dari kuda tunggangannya, terakhir adalah ketika ia memuliakan guru atau orang yang berilmu," bebernya. 

Oleh karena itu, ia menghimbau untuk memiliki rasa hormat kepada guru. 

"Ini menunjukkan keutamaan orang berilmu, maka kita pun demikian kita harus memiliki rasa penghormatan ikhtirom memuliakan guru-guru kita," ujarnya. 

Ia mengutip hadist riwayat Jabir bahwa Rasulullah SAW bersabda ada tiga golongan yang tidak akan direndahkan dengan hak yang mereka miliki kecuali oleh orang munafik diantaranya, orang sepuh yang tetap istiqomah, pemimpin adil, dan guru yang mengajarkan kebaikan. 

Ia berharap, agar menjadi hamba yang berilmu yang senantiasa menghormati guru. 

"Maka mudah mudahan kita menjadi hamba yang berilmu yang senantiasa menghormari guru kita, memuliakannya dan mengamalkan menyebarluaskan apa yang telah diberikan olehnya," tuturnya. [] Robby Vidiansyah Prasetio

Jumat, 07 April 2023

Boni Shallehuddin Jelaskan Tujuan Bulan Ramadhan

Tinta Media - Associate Akademi Trainer Boni Shallehuddin menjelaskan tujuan Bulan Ramadhan adalah membentuk pribadi yang bertakwa.

“Tujuan dari bulan Ramadhan adalah membentuk pribadi yang bertakwa, dengan jalan apa? Dengan jalan menjalankan shaum di bulan Ramadhan,” jelasnya pada rubrik Teman Berbuka: Tujuan Bulan Ramadhan di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn, Sabtu (1/4/2023).

Ia menyampaikan Firman Allah SWT tentang tujuan dari shaum di Bulan Ramadhan yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan kepada kalian untuk berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian menjadi orang yang bertakwa.”

Boni menyebut Bulan Ramadhan adalah bulan pelatihan. “Hal yang menarik tentang saum ini adalah assaum atau as siam sebagaiamana yang dijelaskan oleh Imam Al-Baghawi dalam tafsirnya bermakna al imsak atau menahan diri,” paparnya.
 
Ia juga tertarik tentang menahan diri dari sebuah riset yang dilakukan oleh seorang ahli psikologi di Stanford University tahun 1960, dilakukan riset dengan judul marshmallow eksperimen. “Apa eksperimen itu?” tanyanya.
 
Dipaparkannya,  eksperimen yang dilakukan, dikumpulkanlah ratusan anak-anak kecil dan dihadirkan di hadapan mereka marshmallow, semacam permen. Disampaikan kepada anak-anak bahwa permen yang diberikan boleh dimakan, tapi waktunya bukan sekarang, 15 menit lagi baru boleh dimakan. “Kalau nanti makan permennya setelah 15 menit akan dikasih tambahan hadiah,” paparnya.

Dia mengungkapkan berdasarkan eksperimen marshmallow itu banyak di antara anak-anak tidak sabar, sebelum 15 menit permennya sudah langsung dimakan, dan hanya sedikit dari anak-anak itu yang mencoba untuk menahan diri setelah 15 menit baru makan permennya. “Ternyata ditemukan anak-anak yang memiliki kemampuan melakukan delay gratification, menahan diri atau istilahnya adalah Imsak, menahan diri dari kepuasan yang sesaat, ternyata beberapa tahun yang akan datang lebih sukses dibandingkan dengan orang yang tidak sanggup untuk menahan diri. Masya Allah luar biasa,” ungkapnya. 

Dituturkannya shaum di bulan Ramadhan ternyata mengajarkan untuk imsak, menahan diri. “Menahan diri dari berbagai macam kepuasan-kepuasan nafsu yang itu tidak diridhoi oleh Allah dan Rasul-Nya,” tuturnya.

“Dengan menahan diri dari perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah dan juga kita bersegera untuk menjalankan apa yang Allah ridho, itulah yang menjadi kunci kita bisa menjadi orang yang bertakwa,” pungkasnya.[] Raras

Selasa, 04 April 2023

Penerapan Syariat Islam untuk Mendapatkan Hakikat Ketakwaaan


Tinta Media - Ulama Aswaja Jatim Ustadz Muhammad Ahsan menuturkan, penerapan syariah Islam  secara kaffah itu untuk mendapatkan sebenar-benarnya takwa.

“Menerapkan hukum syariat Islam secara kaffah dalam semua aspek kehidupan kita bagi kaum muslimin itu untuk mendapatkan sebenar-benarnya takwa,” ungkapnya dalam acara Teman Sahur: Meraih Kesuksesan Ramadhan di kanal Youtube Kaffah Channel, Rabu (29/3/2023).

Menurutnya, seseorang yang takut kepada Rabb Yang Maha Agung, mengamalkan apa yang sudah Allah turunkan, dan mempersiapkan diri menghadapi hari kiamat hari akhir merupakan tiga ciri orang bertakwa saat diterapkannya syariat Islam.

“Penerapan Syariat Islam menjadikan seseorang bersegera melaksanakan hukum Syariat dan bahkan menjadi garda terdepan untuk berdakwah sehingga syariat islam benar-benar diterapkan,” jelasnya.

Ustadz Ahsan menuturkan, kunci penerapan Syariat Islam adalah dengan aktifitas dakwah ditengah–tengah masyarakat secara jama’i untuk melakukan dakwah bil Khoir dan dakwah Amar ma'ruf nahi mungkar.

“Dakwah yang di maksud tentunya bukan sekedar dakwah ajakan rajin sholat dan ngaji, namun juga menyadarkan masyarakat tentang kesempurnaan Islam, bahwa Islam bukan cuma agama tapi juga the way of life atau ideologi,” tegasnya.

Ia menambahakan, dengan penerapan hukum syariah yang dilakukan oleh umat, maka umat akan dapatkan kesejahteraan dan kemaslahatan-kemaslahatan. Karena, Islam itu tidak hanya mengatur shalat, puasa, zakat. Tapi, Islam itu juga mengatur ekonomi, mengatur sosial budaya, mengatur pendidikan, mengatur pertahanan keamanan, mengatur politik bahkan Islam mengatur hubungan kerjasama luar negeri. 

“Semua itulah yang disebut Islam kaffah," tutupnya. [] Abi Nayara

Senin, 03 April 2023

Inilah Beberapa Keistimewaan Ramadhan

Tinta Media - Aktivis dakwah yang juga pengisi channel YouTube Lembur Dakwah, Ustadz Asep Sukmana menyebut beberapa keistimewaan Ramadhan.

Pertama, dilipat gandakannya pahala ibadah.
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabb-nya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi,” tuturnya membacakan hadis riwayat Bukhari di acara Teman Berbuka: Menjaga Spirit Ramadhan Sepanjang Hayat, di kanal YouTube Lembur Dakwah, Kamis (23/3/2023).
 
Kedua, Al-Qur’an turun di bulan Ramadan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 185.
 
“Diturunkannya Al-Qur'an adalah berkah bagi umat manusia secara keseluruhan, terlebih kaum muslimin. Di situ Allah menurunkan wahyu (syari'at) bagi kaum muslimin, yang berisi petunjuk, perintah dan larangan, untuk membangun peradaban yang tinggi. Jika syariat tidak ada, hidup manusia akan laksana hewan tanpa aturan yang jelas,” terangnya.  
 
Ketiga, turunnya lailatul qodar sebagai bentuk kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya. "Malam lailatul qodar, malam yang sangat diharapkan kaum muslimin. Sungguh banyak keberkahan yang bisa diperoleh pada malam itu, malam yang lebih baik dari seribu bulan," yakinnya.

Sambut Gembira

Mengingat keistimewaan tersebut, Ustadz Asep Sukmana mengajak umat Islam untuk menyambut tamu agung (bulan Ramadhan) dengan gembira dan penuh suka cita.
 
"Ahlan wa sahlan ya Ramadan, marhaban ya Ramadhan, marhaban ya s-Syahru Siyam. Itulah kalimat yang layak kita ucapkan dalam menyambut tamu agung kita. Kita sambut dengan kegembiraan dan penuh sukacita,” ungkapnya  
 
Asep menjelaskan, Ramadhan bulan penuh berkah, penuh ampunan, banyak bonus-bonus, maka wajar disambut dengan sukacita. Ia pun mengutip sabda Rasulullah Saw. sebagai sandarannya. “Barang siapa yang hatinya bergembira dengan hadirnya bulan Ramadan maka diharamkan jasadnya dari api neraka.”

Bulan Latihan
 
Asep menjelaskan, Ramadan merupakan bulan latihan kesabaran agar senantiasa taat kepada perintah Allah, meningkatkan kualitas ibadah, juga lebih banyak taqorub.
 
"Ramadan hanya ajang latihan, tapi pertarungan sesungguhnya bukan hanya di Ramadan tapi sepanjang hayat, karena di situlah sesungguhnya perjuangan kita," tegasnya.
 
Tujuan shaum, ucap Asep, untuk menggapai derajat takwa sebagai cerminan kehidupan mukmin yang sesungguhnya, dengan mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
 
"Dulu Rasulullah Saw. juga berperang di bulan Ramadan. Demikian pun para khalifah setelahnya. Karena itu Ramadan bukan hanya dalam tataran ibadah mahdhah saja, tapi semua ibadah baik ibadah fisik ataupun ibadah spritual,” imbuhnya.
 
Karena itu ia mengajak kepada kaum muslimin agar ibadah shaum tidak menghalangi aktivitas lain. “Shaum jangan menghalangi kita untuk beraktivitas dakwah mencerdaskan umat dengan Islam kafah,” pungkasnya. [] Sri Wahyuni



 

 
 

Minggu, 02 April 2023

Ibadah Ramadhan Pahalanya Berlipat Ganda, Ustadz Adi: Sangat Rugi Jika Tidak Disiapkan

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Adi S Soeswadi mengingatkan umat Islam agar memperbanyak ibadah di bulan Ramadhan karena pahalanya yang luar biasa.

"Kita harus menambah ibadah kita karena pahalanya itu luar biasa. Pahala untuk ibadah sunnah saja jadi seperti pahala wajib, yang pahala wajib dilipatgandakan oleh Allah. Jadi sangat rugi kalau kita tidak mempersiapkan diri dan mengamalkan seluruh rangkaian ibadah yang ada di bulan suci Ramadhan," ujarnya dalam Kajian Singkat Ramadhan: Jangan Sampai Rugi, Harus Beda!, Selasa (28/03/2023) di kanal YouTube At Tafkir Channel.

OIeh sebab itu, ia mengajak umat Islam agar melakukan amalan yang berbeda dari bulan biasanya. "Kita harus berusaha bahwa bulan ini spesial, harus ada amalan yang berbeda, yang lebih daripada bulan-bulan yang lain," tuturnya. 

Ia membagikan tips amalan yang mudah dilakukan oleh para pekerja yang kesulitan dalam membagi waktu untuk bekerja dan beribadah di bulan Ramadhan ini.

Pertama, bersedekah setiap hari. "Kalau kita shodaqoh di bulan suci Ramadhan 500 saja setiap hari, itu pahalanya luar biasa. Itu kan mudah dilakukan," tuturnya.

Kedua, membaca surah Al-Ikhlas. "Membaca Al-Ikhlas itu dikatakan Rasulullah sepertiga Al-Qur'an. Oleh karena itu, upayakan dalam satu hari di bulan ramadhan paling tidak kita membaca tiga kali Al-Ikhlas. Harapannya kita seolah-olah mendapatkan pahala membaca seluruh Al-Qur'an," imbuhnya.

Ketiga, memohon pekerjaan yang lebih baik pada Allah. "Mumpung Ramadhan ini doa lebih mudah diijabah, berdoa agar dapat pekerjaan yang lebih baik. Pekerjaan yang tidak mengganggu ibadah dan puasanya," pungkasnya. [] Salma Absara

Ustaz Nafis: Tiga Pilar Islam agar Keluarga Bahagia

Tinta Media - Pengasuh Rubrik Keluarga Samara Ustaz Mohammad Rizky Nafis menjelaskan bahwa ada tiga pilar dalam Islam agar keluarga senantiasa bahagia.

“Dalam Islam ada tiga pilar yang bisa menjaga agar keluarga senantiasa bahagia, yakni pilar keluarga, pilar masyarakat, dan pilar negara (kekuatan),” tuturnya dalam Live: Islamic Digest – Keluarga Bahagia Sambut Ramadan, Kamis (23/3/2023), di kanal Youtube Kaffah Channel.

Pertama, harus ada peran keluarga sendiri, yang dilihat dari kepala keluarganya. Kepala keluarga ini akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah atas peranannya. Allah Swt. Berfirman: “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS. At-Tahrim [66]: 6).

“Maksudnya ketaatan, kita menjaga keluarga dengan senantiasa membuat keluarga taat kepada Allah sehingga dengan ketaatan itulah yang menghindarkan keluarga kita dari api neraka. Keluarga muslim harus bahagia di bulan Ramadan ini karena merupakan kesempatan bagi kita semua untuk taat kepada Allah,” tuturnya.

Kedua, harus ada peran masyarakat. Keluarga berinteraksi dengan masyarakat maka harus ada dukungan dari masyarakat bagi keluarga untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah.

“Kalau melanggar perintah Allah berarti masyarakat juga menegur, masyarakat ada kepedulian terhadap ketaatan dan kemaksiatan. Peran masyarakat sangat tampak di bulan Ramadan berupa kepedulian, ketaatan, ini mestinya dipupuk maka masyarakat pun juga sangat mendukung apabila sebuah keluarga penuh ketaatan,” bebernya.

Ketiga, harus ada peran kekuatan, yakni negara yang harus ikut membantu masyarakat, membantu keluarga agar senantiasa bahagia.

“Seharusnya negara itu memberi kemudahan yaitu membantu dari segi penghasilan, dari segi kestabilitasan ekonomi sehingga mereka (keluarga) juga bisa merasakan bahagia. Nah, jika individu keluarganya islami, masyarakatnya islami kemudian negara juga mendukung hal tersebut maka akan tercipta suatu masyarakat yang islami yang insya Allah dikatakan mendapatkan keberkahan dari Allah,” jelasnya.

Dan untuk mewujudkan pilar-pilar dalam Islam tersebut menurut Ustaz Nafis adalah menjadikan Ramadan ini sebagai momen bertobat. “Melakukan tobat nasuha, yakni menyesali perbuatan dan bertekad tidak akan kembali melakukan perbuatan tersebut,” ucapnya.

Selanjutnya untuk mendapatkan perubahan dalam hidup agar mudah menuju satu keberhasilan, yakni mendapatkan rida Allah dengan jalan belajar memgaji sehingga suami, istri, dan anak memahami kewajibannya untuk meraih keluarga yang bahagia.

“Memang harus diawali dari segi kesadaran atau pemahaman. Untuk mendapatkan ilmu paling mudah dengan belajar, mengaji agar terhindar dari farming sebab rumah tangga menjadi tidak teramat, justru dengan mengaji seorang suami paham kewajibannya, demikian dengan istri dan anak-anak,” tuturnya.

Ia mengakhirinya dengan menyemangati keluarga muslim untuk bahagia menyambut Ramadhan ceria. “Ramadhan ini adalah kesempatan bagi keluarga muslim untuk lebih meraih kebahagiaan,” pungkasnya. [] Ageng Kartika

Ustaz Nafis: Ramadhan, Kesempatan Keluarga Muslim untuk Meraih Bahagia

Tinta Media - Pengasuh Rubrik Keluarga Samara Ustaz Mohammad Rizky Nafis mengungkapkan bahwa keluarga muslim harus menggunakan kesempatan di bulan Ramadhan untuk lebih meraih kebahagiaan.

“Ramadhan ini bukan sembarang bulan, yakni bulan suci di mana Allah mengobral pahala di dalamnya. Maka inilah kesempatan bagi keluarga muslim untuk lebih meraih kebahagiaan,” ungkapnya dalam Live: Islamic Digest – Keluarga Bahagia Sambut Ramadhan, Kamis (23/3/2023) di kanal Youtube Kaffah Channel.

Maka menurutnya keluarga muslim harus semangat dalam bulan Ramadhan ini. Karena ada obral pahala dari Allah, yakni memberikan pahala yang banyak sekali.

“Istilah saya begitu, bulan Ramadhan, Allah itu obral pahala. Coba bayangkan pada saat di luar bulan Ramadhan melakukan amalan sunah maka dicatat sebagai amal sunah. Namun, di dalam bulan Ramadan melakukan amalan sunah itu pahalanya seperti amalan fardhu, apalagi beramal saleh itu dilipatgandakan sampai 700 kali,” tuturnya.

Ustaz Nafis menyatakan agar keluarga bersemangat dalam meraih pahala tersebut. Dan untuk itu dibutuhkan kesadaran khususnya bagi keluarga. “Maka seorang ayah, ibu, dan anak harus memiliki persamaan pemahaman bahwa yang mereka lakukan adalah amal saleh. Mereka berlomba-lomba berfastabiqul khairat untuk meraih amal saleh yang insya Allah pada saat kita melakukan itu mengharapkan ridanya Allah,” ujarnya.

Dengan begitu keluarga pun akan merasa tenang, tenteram, walaupun bagi orang lain dianggap kekurangan harta, tidak memiliki rumah dan mobil mewah , tetapi keluarga ini merasakan kebahagiaan yang mungkin tidak dirasakan oleh orang-orang yang memiliki rumah dan mobil mewah.

Ia menjelaskan untuk membentuk keluarga muslim bahagia maka harus dipahami tentang makna bahagia. “Dalam Islam makna bahagia itu mendapatkan rida Allah, mendapatkan rida Allah itu membuat kita bahagia. Jika ingin bahagia dalam membina keluarga maka bagaimana Allah itu rida terhadap pernikahan kita,” jelasnya.
Ia mengatakan arti sebenarnya keluarga yang bahagia.

“Saling melengkapi, saling mencintai, hingga akhirnya memiliki anak-anak. Mereka saling memahami, mereka berbahagia, dan senantiasa berusaha mendapatkan rida Allah berarti mereka menaati perintah Allah, menjauhi larangan Allah,” katanya.

Maka keluarga dikatakan bahagia itu bagi Ustaz Nafis adalah keluarga yang senantiasa senang, gembira, dan tidak terpengaruh apa pun. “Artinya walaupun mungkin kekurangan dalam harta tapi merasa senang. Masyaa Allah itu disebut keluarga bahagia,” pungkasnya. [] Ageng Kartika
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab