Pembangunan Infrastruktur Dikejar, Rakyat Terlantar
Tinta Media - Pemerintah Kabupaten Bandung berencana membangun Daerah Tegalluar Kecamatan Bojongsoang menjadi sebuah kota kecil. Dulunya daerah itu hanya petakan sawah yang nantinya akan dibangun sebuah hotel dan berbagai insfratruktur lainnya. Kini, di Tegalluar juga telah dibangun stasiun dan Depo Kereta api Cepat Jakarta Bandung.
Menurut Deni Gunawan, (Kepala bidang rencana detail ruang (RDTR) Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Bandung, KCJB (Kereta Api Cepat Jakarta Bandung) itu merupakan proyek strategis nasional. Di Tegalluar, Transit Oriented Development seluas 459 hektar . Sehingga, nantinya Tegalluar akan menjadi kota kacil yang terintegrasi dengan kota Bandung dan lainnya (TRIBUNJABAR.IDBANDUNG/8/2/2023)
Betulkah demikian? Sudah sering kita melihat dan mendengar berbagai rencana dan program pemerintah dalam segala hal. Namun, program-program tersebut tetap tidak bisa berhasil maksimal sesuai harapan, meski dianggap sebagai solusi untuk memajukan dan menyejahterakan rakyat dan negara.
Sepintas memang terlihat indah dan betul. Dengan membangun berbagai insfratruktur, sebuah desa akan terlihat maju dan berkembang. Ini dilihat dari perubahan yang terjadi, mulai dari lahan sawah berubah menjadi sebuah bangunan seperti pusat perbelanjaan, perhotelan, dan gedung-gedung lainnya. Itu tanpa melihat dampak yang terjadi di masyarakat sekitar.
Masyarakat seolah dipaksa secara halus untuk pindah dan merelakan lahan pertanian dibeli pemerintah untuk dijadikan sebuah bangunan. Namun, berbagai dampak lainnya, seperti banjir, tanah longsor, ujung-ujungnya akan menimpa rakyat.
Ketika ditelaah lebih dalam, adanya bencana alam seperti banjir, tanah longsor merupakan dampak dari penerapan sistem kapitalisme sekuler itu sendiri, yaitu akibat dari ulah manusia sendiri yang merusak lingkungan dengan berbagai pembangunan infrastruktur yang tidak sesuai tuntunan agama.
Alih fungsi lahan juga akan berimbas pada sektor lain, yaitu dengan berkurangnya lahan hijau atau lahan pertanian. Hal ini akan berakibat fatal bagi masyarakat, karena dengan berkurangnya hasil bahan pangan akan mengakibatkan semakin mahalnya harga pangan.
Jadi, perubahan kota kecil dengan cara membangun semua sarana dan prasarana terasa belum pas untuk dilakukan. Sangat ironis, ketika melihat kemajuan hanya dari segi fisik luarnya saja, dengan massifnya pembangunan infrastruktur, tanpa melihat dampak buruknya bagi masyarakat sekitar.
Apalagi, masih banyak persoalan yang lebih penting, yang harus dipahami dan diselesaikan, yaitu kondisi masyarakat bawah yang semakin terjepit dengan mahalnya bahan pokok. Namun di dalam sistem kapitalisme sekuler memang begitulah adanya. Pemerintah merasa bebas memilih tempat mana saja yang akan dibangun karena mereka (penguasa) merasa memiliki hak penuh untuk mengatur semuanya.
Lain halnya dengan sistem Islam.
Pada dasarnya, Islam sangat memperhatikan masalah keindahan dan tata ruang wilayah tanpa harus ada yang merasa dirugikan. Semuanya ada dalam aturan Islam yang sempurna.
Islam adalah agama yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah dan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya. Tata ruang juga sangat diperlukan karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Semua itu harus sesuai dengan tuntutan syariat.
Dalam Islam, minim terjadi penyelewengan atau penyimpangan dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur karena tiap individu sudah memiliki landasan akidah yang kuat dan takut dosa ketika melakukan hal-hal yang dilarang syariat.
Penguasa tidak sembarangan dalam mengambil kebijakan atau keputusan, termasuk dalam mempergunakan lahan produktif. Hal ini karena pemerintah memperhatikan dampak yang akan terjadi di masa mendatang.
Seorang khalifah adalah pemimpin yang betul-betul mengurus rakyatnya dengan baik, dengan aturan yang datang dari Allah. Seorang khalifah juga akan merasa takut dengan Allah karena segala sesuatu yang dikerjakan akan dipertanggungjawabkan di sisi Allah Swt, sehingga tidak bisa semena-mena dalam membuat aturan. Semua yang dilakukan hanya untuk kemaslahatan umat sebagai bentuk tanggung jawab dan ibadah kepada Allah Swt.
Jadi, sudah sepantasnya kita beralih dari sistem yang rusak menuju sistem Islam yang sempurna, sistem yang mampu memberi solusi tuntas untuk mengatasi berbagai problem hidup manusia. Dengan begitu, akan terwujud kehidupan yang sejahtera dan penuh keberkahan. Kemaslahatan akan tegak jika syariat Islam diterapkan dalam naungan khilafah Islamiyyah.
Wallahu a'lam bishawab.
Oleh: Dartem
Sahabat Tinta Media