Tinta Media: Radikal Radikul
Tampilkan postingan dengan label Radikal Radikul. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Radikal Radikul. Tampilkan semua postingan

Rabu, 29 Maret 2023

Radikal Radikul Hanya Tuduhan Tak Berdasar

Tinta Media - Santri Dukung Ganjar (SDG) mengadakan Canvassing berupa workshop moderasi beragama serta pemberian bantuan kepada Pondok Pesantren Az-Zakiyah di Bandung, Jawa Barat. 

Menurut Koordinator wilayah SDG Jawa Barat, Achmad Hakiki, Ganjar sangat menginspirasi karena beliau sangat moderat dan pluralis, serta tidak memprioritaskan satu bagian, baik itu agama, sosial, dan sebagainya. Ganjar selalu berupaya merangkul keberagaman masyarakat di Indonesia agar tercapai tujuan, yaitu nusantara yang lebih baik. Selain itu, SDG Jawa Barat juga memberikan bantuan berupa alat-alat pembangunan kepada pondok pesantren Az-Zakiyah. Tema moderasi beragama diangkat bertujuan untuk  mencegah segala bentuk aksi radikalisme. (HARIANTERBIT.com, 11/03/2023)

Moderasi terus digaungkan demi menangkal radikalisme. Berbagai macam cara dilakukan oleh sang pemujanya. Padahal, istilah radikal sendiri adalah sesuatu yang tidak bisa dibuktikan dan tidak jelas juntrungnya. 

Radikalisme ini terus diangkat sebagai isu yang seolah penting, sehingga terus diciptakan dan digembar-gemborkan. Perlu diketahui bahwa istilah moderat adalah lawan dari radikal. Radikal menurut mereka adalah orang-orang yang teguh memegang syariat Allah. Menurut mereka (pengusung moderasi) sikap radikal ini sangat berbahaya sehingga perlu dibendung agar tidak berkembang. 

Moderasi dianggap sebagai solusi yang tepat menurut mereka. Padahal, sebenarnya justru  moderasi itulah yang sangat berbahaya dan menjerumuskan masyarakat. Betapa tidak, masyarakat digiring untuk menjauhi pemahaman Islam yang sempurna dan didorong untuk menerima ide-ide Barat dengan dalih toleransi. Hal itu sudah sangat massif dilakukan di negeri ini. 

Parahnya, banyak ulama dan santri yang gagap tentang hal ini. Sehingga, mereka tidak sadar bahwa mereka telah digiring menuju kebinasaan. Bahkan, para santri pun ikut terbawa arus, apalagi masyarakat awam. Mereka akan menganggap bahwa moderasi itu memang bagus, ramah, dan toleran, sehingga banyak yang tertipu dan tidak sadar bahwa semua itu bentuk pelemahan akidah.

Setelah ditelaah, moderasi adalah alat penguasa untuk membendung atau menghalangi bangkitnya Islam kaffah. Islam kaffah adalah lawan dari Islam moderat. Maka, wajar saja ketika jajaran pemerintah begitu getol dengan segala daya dan upaya untuk menghadangnya. Salah satunya adalah dengan memberikan bantuan ke pesantren-pesantren demi mengambil simpati. Pesantren menjadi sasaran empuk yang mereka incar karena massa yang banyak. 

Dalam sistem kapitalisme sekuler sekarang ini, tidak ada bantuan yang semata-mata murni, ikhlas dari hati kecuali adanya keuntungan dan manfaat, apalagi menjelang diselenggarakannya pesta lima tahunan (PEMILU) yang sudah tidak aneh lagi bagi para calon peserta pemilu. Pasti semua berlomba-lomba mengambil hati rakyat demi mendapatkan dukungan dan suara terbanyak. Banyak yang ingin mendapat predikat atau label sosok moderat dari para pendukungnyai, sehingga dijadikan ajang keberuntungan demi nafsu kekuasaan. Padahal, justru moderasi itu sendiri yang harus dihilangkan karena sangat berbahaya bagi generasi muda, apalagi di pondok pesantren yang kental dengan ajaran Islam.

Perlu diketahui juga bahwa moderasi adalah sebuah proyek global arahan penjajah sesuai dengan agenda kampanye Amerika Serikat tentang Global War on Terrorism (GWOT) pasca tragedi 9/21 yang dikampanyekan untuk melawan radikalisme. 

Sedangkan radikalisme sendiri adalah istilah yang masih samar. Celakanya, istilah radikalisme cenderung mengarah pada umat Islam yang mengharapkan penerapan Islam secara kaffah. Sementara, fakta menunjukkan bahwa teroris di Papualah yang harus diberantas dan diatasi. Namun, mereka tidak dianggap sebagai teroris dan radikal. 

Jadi, jelaslah bahwa yang dirangkul adalah mereka yang akan memberikan manfaat untuk diri dan partainya. Para santri dan ulama seharusnya menjadi garda terdepan dalam menjaga agama dari para penghianat bangsa, bukan malah ikut arus rencana busuk arahan penjajah. 

Santri harusnya lebih kuat dan teguh memegang ajaran Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah, tidak mudah menerima pemikiran baru yang berasal dari luar ajaran Islam. Di sisi lain, memberikan bantuan kepada pondok pesantren Az-Zakiyah tidak akan berdampak pada kemajuan yang hakiki.  

Dalam Islam, pembangunan insfratruktur berupa sarana dan prasarana pendidikan adalah tanggung jawab negara. Seorang pemimpin/khalifah akan bertanggung jawab atas rakyatnya. Jadi, kemajuan yang hakiki adalah kembali pada pemahaman Islam secara kaffah, mempelajari dan mengamalkannya.

Dengan memahami Islam secara benar, santri tidak mudah terjerumus masuk dalam perangkap musuh Islam yang dibalut dengan pakaian indah, yaitu moderasi.

Moderasi yang sesungguhnya adalah racun berbalut madu, seolah bagus, tetapi sejatinya adalah racun yang mematikan. Sedangkan tuduhan radikal hanyalah tuduhan yang tak berdasar. Karena itu, kita harus kembali pada Islam kaffah sebagai satu-satunya jalan menuju kesejahteraan dan kemajuan, bukan hanya di nusantara, tetapi untuk seluruh alam. Penerapan Islam secara kaffah hanya ada dalam institusi negara, yaitu khilafah.

Wallahu a'lam bishawab.

Oleh: Dartem
Sahabat Tinta Media
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab