Tinta Media: R-20
Tampilkan postingan dengan label R-20. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label R-20. Tampilkan semua postingan

Selasa, 15 November 2022

R-20 Serukan Agama sebagai Solusi Global, MMC: Bertentangan dengan Realita

Tinta Media - Pertemuan yang diadakan para pemimpin dunia di Yogyakarta pada Jumat, 4 September 2022 dengan mengambil tema: ‘Komunike R20 Upaya Pastikan Agama Berfungsi Sebagai Sumber Solusi Global’ dikritisi oleh Muslimah Media Center. 

“Faktanya seruan menjadikan agama sebagai solusi bertentangan dengan realita yang ada,” ujar narator dalam rubrik Serba-Serbi: Forum R20 Serukan Agama sebagai Solusi, Kontradiksi dengan Deradikalisasi, Kamis (10/11/2022) di kanal youtube Muslimah Media Center.

Menurutnya, umat Islam yang menyerukan tegaknya kembali hukum syariat Islam dalam tatanan bermasyarakat dan bernegara kerap dituduh sebagai teroris dan dianggap radikal. "Penguasa negeri ini pun seringkali mengaitkan problem yang muncul dengan keberadaan kelompok teroris dan radikal," ungkapnya. 

Demikian juga pernyataan tokoh agama KH. Yahya Kholil Staquf yang menjelaskan tentang maksud agama sebagai sumber solusi global, menurut narator,  juga perlu dikritisi lebih lanjut. Dalam pernyataannya, Yahya Kholil menjelaskan gagasan konferensi tokoh agama internasional berkeinginan menjadikan agama sebagai solusi berbagai permasalahan dunia. Masih menurut Yahya, agama diimplementasikan dengan menanamkan nilai-nilai luhur dan agama dalam dinamika politik dan ekonomi internasional. 

Narator tidak menyepakati pernyataan Yahya Kholil tersebut. “Dari pernyataan tersebut nampak bahwa agama hanya dipahami sebagai aturan nilai-nilai dan ibadah semata dan bukan sebagai ideologi,” urainya.

Menurut narator, agama memang dilibatkan, namun masih di bawah bingkai ideologi Kapitalisme Barat. Narator juga mengungkapkan di sisi lain seruan tersebut justru menunjukkan serangan terhadap Islam sebagai ideologi. 

Islam Ideologi Shahih

“Dunia tidak akan keluar dari krisis jika posisi ideologi Islam tidak diterapkan. Islam adalah satu-satunya ideologi shahih di dunia yang mampu menyelesaikan problem dunia,” tegasnya.

Narator menguraikan lebih lanjut tentang Islam sebegai ideologi. “Ideologi Islam dibangun berlandaskan akal yang mewajibkan kepada setiap muslim untuk mengimani adanya Allah, kenabian Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, dan kemukjizatan Alquran al-karim dengan menggunakan akalnya,” tuturnya. 

“Selain itu, Islam juga mewajibkan setiap muslim beriman kepada yang ghaib. Argumennya berasal dari sesuatu yang dapat dibuktikan keberadaannya dengan akal seperti Alquran dan Hadis Mutawatir.  Dengan demikian ideologi Islam dibangun berlandaskan akal. Dari segi fitrah manusia maka ideologi Islam sesuai dengan fitrah manusia. Sebab ideologi Islam mempercayai adanya agama dan adanya kewajiban merealisir agama dalam kehidupan ini serta menjalankan kehidupan sesuai dengan perintah dan larangan Allah,” tambahnya. 

Syariat Islam berupa perintah dan larangan dari Allah subhanahu wa ta'ala yang dilaksanakan oleh setiap individu mukmin, menurut narator karena adanya dengan dorongan ketakwaan kepada Allah yang tumbuh dalam jiwanya. 

 “Untuk teknis pelaksanaannya dijalankan oleh negara dengan adil yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Negara inilah yang dikenal dengan istilah Khilafah,” jelasnya.

Lebih lanjut, narator menguraikan bahwa khilafah mendapat jaminan dari Allah dan akan mampu merealisasikan tujuan bernegara yaitu terwujudnya umat yang sejahtera dengan dukungan beberapa aspek. Menurut narator, setidaknya ada empat aspek pendukungnya, yaitu :

Pertama, keunggulan konstitusi yang bersumber dari syariat Islam. Syariat  yang berasal dari Allah Al Khaliq,  Al Mudabbir, yang Maha Mengetahui, dan Maha Adil. "Syariat Islam ini bersifat komprehensif karena mencakup semua pilar bernegara baik politik ,ekonomi, sosial, budaya, serta, pertahanan dan keamanan. Syariat Islam juga bersifat luas dan manusiawi karena mencakup semua permasalahan baru pada manusia serta dapat diterapkan secara praktis oleh umat manusia," ujarnya. 

Kedua, kemampuan pemimpin dalam sistem Islam. "Pemimpin dalam sistem Islam harus paham urusan publik dan bagaimana mengaturnya. Karena tanggung jawabnya yang besar terhadap umat, maka Islam menetapkan pemimpin haruslah seorang yang mempunyai pribadi kuat, bertaqwa, berpengetahuan, dan terampil menjalankan tugas negara dengan ketakwaannya tersebut. Seorang pemimpin dalam Islam dapat tercegah dari tindakan menyeleweng dan curang atau zalim kepada rakyatnya," terangnya. 

Ketiga, struktur pemerintahan Islam sangat efisien dan sederhana. Kewenangan dan tupoksi antar lembaga jelas. "Tidak ada birokrasi yang panjang sehingga cepat dalam memecahkan masalah," tegasnya. 

Keempat, adanya kesatuan komando oleh khalifah sebagai pelaksana kebijakan semua urusan dalam negeri. Layanan publik, hubungan luar negeri, industri, dan militer berada dalam kontrol khalifah. Walaupun dalam pelaksanaannya dibantu oleh muawim pembantu khalifah dan Sekretariat Negara. 

“Dengan demikian hanya tegaknya ideologi Islam di bawah naungan negara Khilafah yang dapat menyelesaikan problem yang menimpa dunia saat ini,” pungkasnya.[] Erlina YD
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab