Tinta Media: Puisi
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 31 Juli 2024

The Tears of Gaza

By : Mrs. Leni Marlina, S.s., M.A
Lecturer of English Department, Faculty of Language & Arts, Padang State University 

In the silent night, on a wounded land,
Gaza weeps, its blood flows like a red river,
Children without smiles, mothers without hope,
A gray sky, adorned with flashes of sorrow.

Behind the cracked walls, dreams buried in agony,
Mournful voices, breaking the stillness of the night,
Where is love? Where is peace?
They ask, gazing at the silent sky.

Bullets rain like steel showers, shattering hopes,
Houses crumble, leaving behind rubble of memories,
Children's cries, mothers' pleas,
Echo through every corner of the wounded city.

Yet, beneath the ruins, there is an unconquerable strength,
A spirit that burns like an unquenchable fire,
They endure, though the world seems to turn away,
Weaving hope from wounds, creating light from darkness.

Gaza, you are a symbol of indomitable spirit,
Though storms strike, you stand tall,
With uplifted hands, you pray for peace,
In the silence of the night, your prayers rise high.

The moon watches, with a gaze full of sorrow,
Stars weep, drenching the night with tears,
The wind whispers, carrying messages of hope,
That someday, Gaza's sky will be bright again.

We, from afar, hear your lament,
With aching hearts, we join in prayer,
May someday, Gaza's sky be clear again,
And peace flow like a river in the land of prophets

Senin, 22 Juli 2024

Air Mata Gaza

Di malam yang sunyi, di tanah yang terluka,

Gaza menangis, darahnya mengalir seperti sungai merah,

Anak-anak tanpa senyum, para ibu tanpa harapan,

Langit kelabu, dihiasi kilatan-kilatan kesedihan.


Di balik tembok-tembok yang retak, mimpi-mimpi terkubur dalam penderitaan,

Suara-suara sedih, memecah keheningan malam,

Di manakah cinta?

Di manakah kedamaian?

Mereka bertanya, menatap langit yang sunyi.


Peluru menghujani seperti hujan baja, menghancurkan harapan,

Rumah-rumah runtuh, meninggalkan puing-puing kenangan,

Tangisan anak-anak, permohonan para ibu,

Bergema di setiap sudut kota yang terluka.


Namun, di balik reruntuhan itu, ada kekuatan yang tak terkalahkan,

Semangat yang membara seperti api yang tak terpadamkan,

Mereka bertahan, meski dunia seakan berpaling,

Merajut harapan dari luka, menciptakan cahaya dari kegelapan.


Gaza, kau adalah simbol semangat yang tak pernah padam,

Meski badai menerjang, kau tetap berdiri tegak,

Dengan tangan terangkat, kau berdoa untuk perdamaian,

Dalam keheningan malam, doa-doamu menjulang tinggi.


Bulan menyaksikan, dengan tatapan penuh kesedihan,

Bintang-bintang menangis, membasahi malam dengan air mata,

Angin berbisik, membawa pesan-pesan harapan,

Bahwa suatu hari nanti, langit Gaza akan kembali cerah.


Kami, dari jauh, mendengar ratapanmu,

Dengan hati yang sakit, kami ikut berdoa,

Semoga suatu hari nanti, langit Gaza kembali cerah,

Dan kedamaian mengalir deras

mengalir ke sungai di tanah para nabi.


Versi Bahasa Indonesia


Oleh : Ibu Leni Marlina, S.s., M.A, Dosen Tetap Departemen Bahasa Inggris Fakultas Bahasa & Seni Universitas Negeri Padang

Jumat, 28 Juni 2024

Bumi Butuh Penerangan

Karya : Warjianah

Bagaikan ruang dalam hati 
Tak bisa tertebak dan terlihat
Hanya bisa meraba dan merasakan
Berbekal olesan iman yang tergugah
Mencari jejak... demi jejak....
Dalam gelapnya kehidupan
Yang tak berujung akhirnya.. 

Setiap melangkah menemukan keretakan
Sisi sisi keretakan membuat kehancuran
Bagai api hendak menyambar semua
Bingung harus apa... 
Jejak ini, bagai Bebek kehilangan induk
Apa harus bawa air... 
Apa cari induk... 

Inilah ironi... Negeri ini
Banyak kasus kasus dalam hidup ini
Namun sulit di pecahkan.. 
Semakin mencari solusi semakin melebar
Kebingungan yang melanda
Mencari obat apa dokter, begitu logika
Seakan obat yang menyembuhkan
Padahal, tanpa dokter tidak ada resep

𝙋𝙚𝙢𝙖𝙡𝙖𝙣𝙜, 20 𝙅𝙪𝙣𝙞 2024

Minggu, 09 Juni 2024

Jalinan Janji


Tinta Media - Goresan luka itu kembali menganga
Menambah perih dalam sukma
Menjadi beban setiap harinya 
Tanpa mampu menghindar darinya

Suratan takdir yang telah ditetapkan
Tak akan mampu diganti
Walaupun terkadang luka jawabannya
Hingga rasanya tak mampu untuk kembali

Luka yang pernah terjadi
Jadikan ia sebagai bukti
Bahwa wajib menaati sesuatu yang telah terpatri
Seluruh kewajiban yang telah diperintahkan Ilahi

Bangkitlah kembali
Berjuanglah kembali
Masih panjang perjalanan
Masih banyak pengalaman

Walaupun tidak semudah yang dikatakan
Namun bukan berarti tak bisa dilakukan
Yakinlah akan sebuah jalinan janji
Yang telah dijanjikan oleh Ilahi

Tapal Batas, 02 Januari 2024


Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba

Agen Perubahan


Tinta Media - 1400 tahun yang lalu Rasulullah kabarkan
Bahwa Konstantinopel akan ditaklukkan
Di masa Kesultanan Utsmaniyyah 
Muhammad Al-Fatih berhasil meraihnya

Sabda Nabi bukanlah kebohongan
Melainkan sebuah kepastian
Bahwa Konstantinopel akan takluk 
Dengan sebaik-baik penakluk

Zaman terus berjalan
Generasi terus berganti
Tidakkah kita ingin perubahan?
Menuju kehidupan yang mendamaikan

Wahai para remaja
Wahai para generasi muda
Bangkitlah dan kobarkan semangat
Terus maju tanpa kenal lelah

Luruskan niat hanya untuk Allah semata
Jangan pernah berharap puji manusia
Karena kita hanya berharap balasan
Yakni surga yang telah dijanjikan

Batam, 14 Januari 2024


Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba

Sabtu, 08 Juni 2024

Lautan Cinta


Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba


Mentari beranjak menuju peraduan

Menyisakan senja sebagai kenangan

Malam perlahan menemani

Jiwa yang kerap berteman sunyi


Derit serangga menimbulkan suara

Kebersamaan menerbitkan sebuah cinta

Sayang, ternyata tak bisa selalu bersama

Karena suratan takdir menetapkannya


Di kala rembulan beranjak meninggi

Bersama awan yang tak berarti

Izinkan kisah ini diabadikan

Dalam lautan cinta penuh kenangan

Suara itu takkan mampu terhapus

Kebersamaan itu tak pernah pupus

Masih segar dalam ingatan

Kenangan indah yang menyakitkan

Sudah berbilang tahun terlewati

Seharusnya aku sudah bisa berdiplomasi

Namun nyatanya tak mampu berkompromi

Masih begitu indah terpatri dalam hati

Hingga aku pun mengambil satu pelajaran

Bahwa tak selamanya sesuai keinginan

Karena dunia ini adalah tempat ujian

Dan ladang pahala untuk para insan

Jangan berharap pada manusia

Karena akan berakhir kecewa

Serahkan pada Yang Maha Kuasa

Karena skenario-Nya tak pernah kita duga

Jika merasa jatuh cinta

Maka kembalikan pada Pemiliknya

Agar berakhir indah dan ceria

Tanpa menimbulkan lara maupun duka

Batam, 14 Januari 2024

Kamis, 06 Juni 2024

Untaian Kalbu


Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba


Cahaya mentari perlahan berlalu

Menghantar kelam di malam kelabu

Galau menghampiri sebuah kalbu

Yang didera rindu bernama masa lalu


Memori itu terukir indah dalam kenangan

Begitu membuncah untuk diluapkan

Sebuah rasa yang begitu menggelora

Pada seseorang yang dicinta


Namun kenyataan tak seindah angan

Cinta itu bertepuk sebelah tangan

Aku hanya tergugu pelan

Menyadari akan sebuah kepastian


Tak mudah untuk melupakan

Bukan berarti tak bisa dilakukan

Perlahan aku mencoba berdamai

Dengan hati yang tak kunjung selesai


Perlahan, aku mencoba berjalan

Melangkah terus ke depan

Menjauh dari kenangan

Agar perubahan di dapatkan

Pergi bukan untuk melupakan


Namun untuk mengambil pelajaran

Bahwa sesuatu yang tidak disandarkan pada Tuhan

Hanya akan menuai kekecewaan


Terima kasih atas segala kenangan yang pernah tercipta

Walaupun hanya pahit yang dapat dirasa

Semua akan menjadi pembelajaran pada akhirnya

Untuk membentuk sebuah kepribadian hati dan jiwa


Tapal Batas, 02 Januari 2024

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab