Rabu, 31 Juli 2024
Senin, 22 Juli 2024
Air Mata Gaza
Di malam yang sunyi, di tanah yang terluka,
Gaza menangis, darahnya mengalir seperti sungai merah,
Anak-anak tanpa senyum, para ibu tanpa harapan,
Langit kelabu, dihiasi kilatan-kilatan kesedihan.
Di balik tembok-tembok yang retak, mimpi-mimpi terkubur dalam penderitaan,
Suara-suara sedih, memecah keheningan malam,
Di manakah cinta?
Di manakah kedamaian?
Mereka bertanya, menatap langit yang sunyi.
Peluru menghujani seperti hujan baja, menghancurkan harapan,
Rumah-rumah runtuh, meninggalkan puing-puing kenangan,
Tangisan anak-anak, permohonan para ibu,
Bergema di setiap sudut kota yang terluka.
Namun, di balik reruntuhan itu, ada kekuatan yang tak terkalahkan,
Semangat yang membara seperti api yang tak terpadamkan,
Mereka bertahan, meski dunia seakan berpaling,
Merajut harapan dari luka, menciptakan cahaya dari kegelapan.
Gaza, kau adalah simbol semangat yang tak pernah padam,
Meski badai menerjang, kau tetap berdiri tegak,
Dengan tangan terangkat, kau berdoa untuk perdamaian,
Dalam keheningan malam, doa-doamu menjulang tinggi.
Bulan menyaksikan, dengan tatapan penuh kesedihan,
Bintang-bintang menangis, membasahi malam dengan air mata,
Angin berbisik, membawa pesan-pesan harapan,
Bahwa suatu hari nanti, langit Gaza akan kembali cerah.
Kami, dari jauh, mendengar ratapanmu,
Dengan hati yang sakit, kami ikut berdoa,
Semoga suatu hari nanti, langit Gaza kembali cerah,
Dan kedamaian mengalir deras
mengalir ke sungai di tanah para nabi.
Versi Bahasa Indonesia
Oleh : Ibu Leni Marlina, S.s., M.A, Dosen Tetap Departemen Bahasa Inggris Fakultas Bahasa & Seni Universitas Negeri Padang
Jumat, 28 Juni 2024
Bumi Butuh Penerangan
Minggu, 09 Juni 2024
Jalinan Janji
Agen Perubahan
Sabtu, 08 Juni 2024
Lautan Cinta
Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba
Mentari beranjak menuju peraduan
Menyisakan senja sebagai kenangan
Malam perlahan menemani
Jiwa yang kerap berteman sunyi
Derit serangga menimbulkan suara
Kebersamaan menerbitkan sebuah cinta
Sayang, ternyata tak bisa selalu bersama
Karena suratan takdir menetapkannya
Di kala rembulan beranjak meninggi
Bersama awan yang tak berarti
Izinkan kisah ini diabadikan
Dalam lautan cinta penuh kenangan
Suara itu takkan mampu terhapus
Kebersamaan itu tak pernah pupus
Masih segar dalam ingatan
Kenangan indah yang menyakitkan
Sudah berbilang tahun terlewati
Seharusnya aku sudah bisa berdiplomasi
Namun nyatanya tak mampu berkompromi
Masih begitu indah terpatri dalam hati
Hingga aku pun mengambil satu pelajaran
Bahwa tak selamanya sesuai keinginan
Karena dunia ini adalah tempat ujian
Dan ladang pahala untuk para insan
Jangan berharap pada manusia
Karena akan berakhir kecewa
Serahkan pada Yang Maha Kuasa
Karena skenario-Nya tak pernah kita duga
Jika merasa jatuh cinta
Maka kembalikan pada Pemiliknya
Agar berakhir indah dan ceria
Tanpa menimbulkan lara maupun duka
Batam, 14 Januari 2024
Kamis, 06 Juni 2024
Untaian Kalbu
Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba
Cahaya mentari perlahan berlalu
Menghantar kelam di malam kelabu
Galau menghampiri sebuah kalbu
Yang didera rindu bernama masa lalu
Memori itu terukir indah dalam kenangan
Begitu membuncah untuk diluapkan
Sebuah rasa yang begitu menggelora
Pada seseorang yang dicinta
Namun kenyataan tak seindah angan
Cinta itu bertepuk sebelah tangan
Aku hanya tergugu pelan
Menyadari akan sebuah kepastian
Tak mudah untuk melupakan
Bukan berarti tak bisa dilakukan
Perlahan aku mencoba berdamai
Dengan hati yang tak kunjung selesai
Perlahan, aku mencoba berjalan
Melangkah terus ke depan
Menjauh dari kenangan
Agar perubahan di dapatkan
Pergi bukan untuk melupakan
Namun untuk mengambil pelajaran
Bahwa sesuatu yang tidak disandarkan pada Tuhan
Hanya akan menuai kekecewaan
Terima kasih atas segala kenangan yang pernah tercipta
Walaupun hanya pahit yang dapat dirasa
Semua akan menjadi pembelajaran pada akhirnya
Untuk membentuk sebuah kepribadian hati dan jiwa
Tapal Batas, 02 Januari 2024