Tinta Media: Publik
Tampilkan postingan dengan label Publik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Publik. Tampilkan semua postingan

Minggu, 02 April 2023

Agung Wisnuwardana: Perubahan Pelayanan Publik Mustahil Terjadi Tanpa Perubahan Sistem

Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor Agung Wisnuwardana menegaskan bahwa untuk mengubah pelayanan publik tidak cukup dengan reformasi, namun juga harus ada perubahan sistem yang diterapkan di negeri ini.

"Reformasi bisa saja membawa perubahan pada pelayanan publik. Namun hal ini akan terasa mustahil bila sistem yang dijalankan tak turut diubah," ujarnya dalam program aspirasi: Sebagian Pajak Kita untuk Mengongkosi Gaya Hedon Oknum Pejabat, di kanal YouTube Justice Monitor, Sabtu (25/3/2023)

Pasalnya, ia beralasan, sistem kapitalis demokrasi yang tengah dijalankan saat ini yang menciptakan iklim pejabat yang tidak tulus dan ikhlas dalam melayani masyarakat.

Bahkan, ia mengungkapkan, banyak penguasa yang berorientasi menjadikan uang sebagai panglima. "Sekali lagi menjadikan uang sebagai panglima," tegasnya.[] Wafi

Kamis, 25 Agustus 2022

Kepercayaan Publik terhadap Polri Runtuh, IJM Sarankan Tiga Strategi

Tinta Media - Ahli Hukum Indonesia Justice Monitor (IJM) Dr. Muh. Sjaiful, S.H., M.H. menyarankan tiga strategi untuk mengembalikan runtuhnya kepercayaan publik sebagai akibat dari maraknya kasus yang menimpa internal Polri.

“Yang pertama adalah pengawasan terhadap kinerja kepolisian. Jadi, kinerja kepolisian itu sebenarnya tidak hanya melibatkan Komisi Kepolisian Nasional dan Lembaga Kepolisian. Selama ini hanya itu yang dilibatkan. Jadi, pengawasan ini saya kira perlu melibatkan seluruh elemen masyarakat . Baik masyarakat biasa, akademisi atau masyarakat intelektual  dan seluruh komponen masyarakat perlu melakukan pengawasan kepolisian,” tuturnya dalam Kabar Petang : Ada Kode Senyap di Balik Kasus Brigadir J. pada Kamis (18/8/2022) di kanal YouTube Khilafah News. 

Kedua, menurutnya, perlu perombakan kurikulum pendidikan kepolisian. Menurutnya, kurikulum pendidikan kepolisian yang didapat dari sejumlah sumber, kurang mengedepankan nilai-nilai spiritual.

“Akhirnya, dalam melaksanakan tugas dari aparat kepolisian ini, tidak mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai spiritual. Saya kira kurikulum pendidikan kepolisian tidak hanya tentang profesionalisme tapi juga harus menanamkan nilai-nilai spiritual, ” ungkapnya.  

Bung Sjaiful mengatakan, tugas-tugas kepolisian merupakan tugas-tugas yang yang memiliki dimensi spiritual. Apatahlagi, menurutnya, aparat kepolisian di Indonesia, sebagian besar adalah muslim. “Mereka harus menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu, kelak akan dimintai pertanggungjawaban di akherat. Sehingga, mereka bekerja tidak semata-mata karena kepentingan yang sifatnya materialistis,” jelasnya. 

Sementara yang ketiga, menurutnya, dibutuhkan perombakan sistem. Ia menjelaskan, sistem dalam tatanan kehidupan masyarakat dan negara saat ini tampak materialistis, pragmatis dan hedonis.  Dengan kondisi seperti ini, menurutnya, sangat sulit menciptakan kinerja kepolisian yang benar-benar bertanggung jawab. “Persoalannya adalah suasana dan kehidupan yang materialistis, apa-apa diukur dengan paragmatis,” tambahnya. 

Oleh karena itu, ada tiga hal penting menurut Bung Sjaiful yang bisa dilakukan oleh kepolisan untuk mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat. Yaitu adanya pengawasan, perbaikan kurikulum pendidikan kepolisian yang berdimensi spiritual serta perubahan sistem. 

“Sangat penting sekali dari ketiga hal ini untuk memperbaiki kinerja kepolisian untuk benar-benar mendapat kepercayaan di tengah-tengah masyarakat,” pungkasnya. [] Ikhty
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab