Tinta Media: Prancis
Tampilkan postingan dengan label Prancis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Prancis. Tampilkan semua postingan

Rabu, 21 Agustus 2024

Ilusi Kebebasan Ekspresi Di Prancis: Kontroversi Drag Queen di Olympic 2024

Tinta Media - Kontroversi pertunjukan yang diisi oleh Drag Queen yang terjadi di ajang  pembukaan Olimpiade 2024 di Paris mengundang berbagai reaksi. Bagi sebagian pihak, acara ini adalah penghinaan terhadap keyakinan umat Kristen, mengingat kesamaan visual dengan peristiwa Perjamuan Terakhir (The Last Supper) yang sakral. Sedangkan yang lainnya ada yang menganggap acara ini disusupi elgebetqplus-plus.

"Di Prancis, orang bebas untuk mencintai sesuka hati mereka, bebas mencintai siapa pun yang mereka inginkan, bebas percaya atau tidak percaya," ujar Thomas Jolly, kepada para wartawan pada hari Sabtu (27/7/2024) seperti dilansir Reuters.

Jelas ini menunjukkan betapa rapuhnya sistem saat ini, yakni kapitalisme. Kapitalisme mengakomodir empat pilar kebebasan, yaitu kebebasan berekspresi, kebebasan beragama, kebebasan berperilaku, dan kebebasan berpendapat.

 Ini adalah wujud nyata dalam inklusivitas masyarakat kapitalisme. Sistem yang digunakan negara-negara di dunia saat ini.

Sebenarnya hal yang lumrah di negara kapitalisme ini terjadi.  Seperti kita ketahui bersama Perancis negara yang begitu mengagungkan kapitalisme. Seperti yang kita lihat, selama rezim Macron ini ajaran Islam dilecehkan seperti pelarangan jilbab dan niqab. Jadi, jika itu bersinggungan dengan agama maka berdalih itu adalah kebebasan ekspresi.

Bukan Pertama

Fenomena ini bukanlah yang pertama terjadi. Tentu ada Implikasi dari peristiwa di Paris ini, tidak hanya menyentuh isu kebebasan berekspresi, tetapi juga isu kesetaraan wanita dan representasi gender dilihat dalam masyarakat. Melalui isu ini mereka berharap setiap orang bebas mengekspresikan dirinya tanpa batasan stereotip gender.

Larangan Tasyabuh

 Dalam Islam telah melarang secara tegas seorang pria menyerupai (tasyabuh). Berdasarkan hadis sahih riwayat Bukhari. Dari Ibnu Abbas, ia menuturkan Rasulullah telah melaknat pria yang bertingkah laku seperti perempuan dan perempuan yang bertingkah laku seperti pria. Rasulullah bersabda: "Keluarkanlah mereka dari rumah-rumah kalian. Ibnu Abbas berkata" Maka Nabi Saw pernah mengeluarkan si Fulan dan Umar juga pernah mengeluarkan si Fulan.

Dalam redaksi lain diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah Saw telah melaknat kaum pria yang menyerupai kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupai kaum pria.

Jelaslah bahwa Islam secara hukum telah menetapkan aktifitas-aktifitas yang dilakukan manusia. Aktifitas-aktivitasnya itu seiring predikatnya sebagai laki-laki dan aktivitas-aktivitasnya juga seiring sebagai perempuan, maka syara' telah memisahkannya diantara keduanya. Baik ditinjau dari sisi wajib, haram, makruh, mandub (sunah) dan mubah. ( Nabhani, Taqiyuddin Nizham al ijtima'i fi Islam).

Kewaspadaan

Kewaspadaan kaum Muslimin akan setiap agenda barat harus tetap terjaga. Walaupun acara tersebut dilakukan oleh para drag queen (laki-laki serupai wanita) yang mementaskan seni.

Namun gerakan elgebetq yang sudah mendunia dan dilegitimasi oleh pemerintah Perancis serta negara barat lainnya patut menjadi perhatian serius kita.

Oleh: Muhammad Nur, Jurnalis

Selasa, 11 Juli 2023

Doni Riw: Slogan Liberte, Egalite, Fraternite Omong Kosong

Tinta Media - Influencer Dakwah Doni Riwayanto (Doni Riw) menegaskan slogan Liberte, Egalite, Fraternite (kebebasan, kesetaraan, persaudaraan) di Perancis sejak Renaissance tidak mewujud seperti yang didengungkan.

“Slogan Prancis Liberte, Egalite dan Fraternite ini sebenarnya omong kosong, tidak sesuai dengan faktanya, tidak sesuai dengan kenyataannya,” ungkapnya dalam Catatan Peradaban Pembantaian Nahel Merzouk; Wajah Ambigu Liberal Barat? di kanal Youtube Peradaban Islam ID pada Kamis (6/7/2023).

Doni mencontohkan terkait liberte (kebebasan), menggambar karikatur Nabi Muhammad dianggap sebagai kebebasan berekspresi, namun ketika umat Islam menyerukan sesuatu ternyata berbeda standarnya.

“Kemudian kesetaraan, faktanya juga tidak setara perlakuan kepada penduduk asli kulit putih dengan pendatang Aljazair apalagi muslim. Itu tentu berbeda,” imbuhnya.

Umat Islam di negara-negara Eropa, menurutnya, mendapatkan perlakuan yang tidak berimbang. Seringkali terjadi di Perancis perlakuan berbeda antara kaum kulit putih dengan pendatang terutama muslim.

“Aparat keamanan cenderung lebih represif ketika bertemu dengan muslim keturunan dibanding dengan penduduk asli, warga asli Prancis,” tuturnya.

Selanjutnya ia menyatakan, slogan persaudaraan yang diserukan oleh Perancis dengan realitas di lapangan sangat berbeda terkait hubungan Perancis dengan negara-negara bekas jajahannya. Perancis mengendalikan negara-negara bekas jajahannya di Afrika dengan memaksakan mata uang yang dia tetapkan.

“Ketika ada yang menolak, kemudian dia (Perancis) melakukan semacam konspirasi untuk melemahkan negara itu. Akhirnya negara-negara lain takut untuk tidak manut kepada Prancis. Dengan mata uang itu yang kemudian nilai mata uangnya itu dibikin sedemikian rupa yang menguntungkan Perancis,” pungkasnya.[] Yung Eko Utomo
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab