Tinta Media: Prabowo
Tampilkan postingan dengan label Prabowo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Prabowo. Tampilkan semua postingan

Minggu, 07 April 2024

Terpilihnya Prabowo-Gibran, Sejalan dengan Politik Internasional


Tinta Media - Ucapan selamat dari Amerika Serikat (AS) melalui menteri luar negeri (Menlu) Anthony Blinken atas terpilihnya Prabowo dan Gibran sebagai presiden dan wakil presiden yang terpilih berdasarkan Komisi Pemilihan Umum (KPU), menunjukkan arah politiknya sejalan.

"Dari hasil pemilunya itu, sebagian besar negara-negara barat terlebih AS menunjukkan pengakuannya. Jadi itu sekali lagi menunjukkan bahwa memang terpilihnya Prabowo itu sejalan dengan politik internasional yang saat ini berlaku," ujar Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana dalam acara Kabar Petang dengan tema Cina-AS Berebut Prabowo? di kanal Youtube Khilafah News Rabu (27/3/2024).

Karena lanjutnya, dalam perspektif barat dan AS, bahkan rivalnya AS seperti Rusia dan Cina merasa senang dengan terpilihnya Prabowo. Alasannya kepentingan-kepentingannya pasti bisa dilanjutkan.

"Secara normatif kemenangan Prabowo itu diterima oleh semua pihak, karena dalam konstelasi internasional atau bicara secara berkelanjutan saja sudah berjalan," bebernya.

*Pengakuan*

Budi juga menuturkan terkait ucapan selamat dari AS lewat menlunya menunjukkan adanya implikasi politik, seperti menunjukkan dukung atau tidak mendukung suatu negara kepada negara lain, atau negara kepada pemerintahan yang baru.

"Kan secara diplomatik situasi yang sama tidak hanya di Indonesia, di Rusia juga baru selesai pemilu juga yang terpilih kan Putin, tapi respons dari negara-negara barat terhadap Putin itu kan beda, mereka (negara-negara barat) menuntut adanya kecurangan, bagaimana kemudian terpilihnya Putin itu butuh manipulasi, kepalsuan, nah responsnya kan seperti itu," ujarnya.

Tapi di Indonesia bebernya, terpilihnya Prabowo-Gibran yang secara keputusan KPU menang, namun responsnya tidak ada yang menuduh.

"Padahal situasi dalam negeri ini kan terjadi gejolak," ungkapnya.

Meskipun gugatan kecurangan terekspos di berbagai dunia ungkapnya, namun dalam respons internasional tidak ada negara-negara yang merespons kecurangan tersebut.

"Padahal pemilu di Indonesia itu ada kecurangan, bahkan presiden Jokowi sendiri telah melakukan intervensi dan cawe-cawe," pungkasnya.[] Setiyawan Dwi

Selasa, 26 Desember 2023

Ajudan Menhan Dukung Pasangan Capres, Koalisi Masyarakat Sipil: Langgar Aturan Netralitas TNI



Tinta Media - Ajudan pribadi Menteri Pertahanan yang berstatus sebagai anggota TNI aktif terlihat menggunakan pakaian dengan warna sama dengan uniform pasangan Prabowo-Gibran dan duduk di barisan pendukung pasangan calon tersebut dinilai Koalisi Masyarakat Sipil melanggar aturan netralitas TNI. 

"Itu melanggar aturan netralitas TNI," tuturnya melalui Siaran Pers yang diterima Tinta Media, Bersama Koalisi Masyarakat Sipil "Menyikapi Dugaan Pelanggaran Netralitas Mayor Teddy Indra Wijaya, Ajudan Menteri Pertahanan dalam Debat Capres Putaran Pertama" Rabu (20/12/2023). 

"Akal sehat dengan mudah bisa membedakan mana aktivitas Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan dan sebagai calon Presiden," terangnya. 

Koalisi Masyarakat Sipil menilai, kehadiran yang bersangkutan pada acara debat capres putaran pertama merupakan pelanggaran terhadap ketentuan UU TNI. "Anggota TNI harus bersikap netral dalam Pemilu dan tidak boleh terlibat dalam kegiatan politik praktis," ujarnya. 

Ia mengutip,  dalam Pasal 39 angka 2 UU No. 34 tahun 2004 tentang TNI yang menyebutkan bahwa prajurit TNI dilarang terlibat dalam kegiatan politik praktis. Sementara itu, acara debat Capres merupakan kegiatan kampanye politik praktis yang difasilitasi oleh KPU sebagai penyelenggara Pemilu. 

Menurutnya, tindakan yang bersangkutan juga melanggar aturan dalam UU Pemilu. Pasal 280 ayat (2) huruf g UU No. 7 tahun 2017 tentang Pemilu yang menyebutkan bahwa pelaksana dan/atau tim kampanye dalam kegiatan kampanye Pemilu dilarang mengikutsertakan anggota TNI dan kepolisian. 

"Pelanggaran terhadap hal ini juga merupakan bentuk pidana Pemilu sebagaimana ditegaskan dalam pasal 280 ayat (4) dengan ancaman sanksi pidana selama satu tahun atau denda Rp 12 juta," tegasnya. 

Keterlibatan Anggota TNI aktif dalam kampanye politik Pemilu ujarnya, terjadi akibat pengabaian prinsip netralitas yang dilakukan oleh Capres Prabowo Subianto yang didukung oleh Presiden Joko Widodo. 

Penegakan Hukum 

Koalisi Masyarakat Sipil mendesak atas pelanggaran terhadap netralitas TNI yang dilakukan ajudan tersebut tidak boleh dibiarkan tanpa adanya sanksi melalui penegakan hukum. baik dari Bawaslu RI maupun Mabes TNI itu. 

Menurutnya, Bawaslu RI, sesuai dengan kewenangannya, harus menyelidiki dugaan pelanggaran tersebut secara transparan dan akuntabel. 

"Mabes TNI harus tunduk pada mekanisme penanganan di Bawaslu melalui Gakkumdu, mengingat lembaga tersebut yang diberikan kewenangan untuk mencegah, menyelidiki, menindaklanjuti setiap dugaan pelanggaran pemilu, termasuk terhadap anggota TNI," imbuhnya. 

Sikap Mabes TNI yang menyatakan tidak ada pelanggaran pada kasus ini ungkapnya. Sesungguhnya mencerminkan bahwa komitmen TNI akan netral dalam Pemilu 2024 hanya sebatas janji dan sulit untuk dipercaya karena dalam kasus ini saja Mabes TNI permisif . 

"Dengan sikap Mabes TNI yang menyatakan tidak ada pelanggaran tentu semakin membenarkan dugaan publik bahwa kekuasaan menggunakan seluruh instrumen negara dalam pemenangan kontestasi 2024 demi kepentingan rezim," pungkasnya. [] Muhammad Nur

Kamis, 27 April 2023

NGUNDUH WOHING PAKARTI

Tinta Media - Siapa yang menanam, dia akan menuai. Siapa yang meninggalkan dia akan ditinggalkan. Siapa yang berkhianat, dia akan dikhianati. Siapa yang menyakiti, dia akan disakiti.

Hidup di dunia, bukanlah sebatas siapa yang punya kuasa, lalu dapat berbuat sekehendak hatinya. Jangan dianggap diam dan ketidakberdayaan adalah bentuk kekalahan.

Dalam ajaran agama Islam, Allah SWT bersama orang-orang yang sabar. Allah SWT mengabulkan doa orang yang terzalimi.

Dalam falsafah jawa, setiap laku harus ditata. Setiap kata ada tuahnya. Tidak boleh adigang, adigung, adiguno. Tidak boleh mentang-mentang, tidak boleh melakukan segalanya.

Hari ini, Sandiaga Uno meninggalkan Gerindra. Terbaca tegas, raut kekecewaan Muzani Sekjen Gerindra, yang mengklaim Sandi telah dibesarkan Prabowo namun akhirnya meninggalkan Prabowo.

Sandi, yang meskipun dalam dunia usaha telah dikenal sebagai pengusaha, namun dalam politik dia hanyalah 'New Comer'. Prabowo-lah, yang mengorbitkan Sandi, dari wacana menjadi Gubernur Jakarta walau akhirnya menjadi pendamping Anies di Jakarta.

Prabowo juga, yang akhirnya menenteng Sandi sebagai Cawapres, mengesampingkan Cawapres dari PKS. Prabowo memborong Capres dan Cawapres, semuanya dari Gerindra.

Akhirnya, saatnya tiba. Sandi mengirimkan sepucuk surat, bukan surat cinta melainkan surat perpisahan dengan Gerindra. Muzani menyebut Sandi lompat pagar ke partai lain.

Info santer yang beredar, Sandi akan ditampung PPP, selanjutnya dinobatkan menjadi Cawapres mendampingi Ganjar Pranowo. Skenarionya diawali dengan dukungan PPP untuk mencapreskan Ganjar Pranowo.

Apakah Prabowo merasa sakit? Gerindra meradang? 

Kira-kira itulah yang dirasakan para pemilih Prabowo di Pilpres 2019. Mereka sakit dan meradang, saat Prabowo meninggalkan mereka tenggelam sendirian, dan timbul bersama kekuasaan.

Dengan dalih mengakhiri friksi cebong - kampret, Prabowo merapat ke Jokowi. Nyatanya, bukan redam, selain Cebong - Kampret, malah muncul Kadrun.

Artinya, motif kekuasaanlah yang menjadi latar Prabowo merapat. Mewakafkan dirinya untuk Jokowi, bukan untuk rakyat sebagaimana janji wasiat yang dia buat dihadapan ahli hukumnya.

Ngunduh Wohing Pakerti. Prabowo sedang memetik buah, dari pohon pengkhianatan yang pernah ditanamnya. Jadi, tidak perlu berduka atas kepergian Sandi. Tetaplah bergembira, karena meskipun nantinya akan kalah Pilpres, masih terbuka peluang untuk menjadi Menhan Ganjar Pranowo. [].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Senin, 16 Mei 2022

MEMANGNYA SIAPA YANG MAU NYOBLOS PRABOWO, NGOTOT MAJU LAGI?


Tinta Media  - Prabowo maju pilpres? jelas kartu mati. Semua yang pernah dikecewakan, bukan hanya tidak akan memilih. Mereka, juga akan berkampanye masif agar tidak ada yang memilih Prabowo.

Kampanye dengan tendensi dendam seperti ini, lebih efektif dan tanpa butuh biaya. Kemarahan orang yang disakiti, yang telah berkorban banyak hal untuk Prabowo, akan membimbing mereka untuk berkorban sekali lagi agar Prabowo tidak terpilih.

Hal ini, juga akan dimanfaatkan oleh pesaing Prabowo. Lawan Prabowo, akan mendapatkan bahan kampanye gratis, bahkan gerakan politik yang memeloroti elektabilitas Prabowo tanpa perlu mengeluarkan duit.

Sementara itu, kubu Prabowo tak dapat membendung arus ini. Semakin dibendung, arus ini semakin meluap. Ibarat ular, Prabowo sedang melilit gergaji, semakin dililit semakin berdarah.

Sayangnya, pendukung Prabowo tak paham atas realitas politik ini. Jika mereka sadar, mereka tentu akan mengambil pilihan diam sambil mencari sekoci penyelamatan. Membangun relasi dengan kaum tua, diyakini akan dapat menjadi sekoci penyelamat, ketimbang melawan narasi penolakan terhadap Prabowo.

Apalagi, dalam politik era now, peserta politik bukan hanya partai politik. Ada jutaan netizen yang akan berkampanye secara mandiri, untuk menyalurkan aspirasi mereka.

Kalau tidak pandai memetakan arus perlawanan, salah mengambil strategi, Prabowo akan digulung arus kontra Prabowo, dengan menyanyikan kembali syair pengkhianatan pada pilpres 2019. Apalagi, bukti pengkhianatan itu tersimpan rapih dalam arsip sosial media.

Politik era now berbeda dengan politik era old. Politik era now lebih dinamis, dan kendali patron tidak mutlak seperti politik era old.

Politik yang sangat heterogen dan cair, dengan berbagai kepentingan dan dinamika politik, baik politik berbasis gerakan partai maupun gerakan keumatan. Siapapun yang memahami politik era now, tidak akan pernah berani menganggap sepele narasi yang beredar di sosial media.

Untuk menguliti elektabilitas Prabowo sangat mudah. Tinggal buka arsip lama, aransemen sedikit, terbitkan dengan nyanyian baru.

Tidak sulit bagi lawan politik Prabowo untuk menyerang dan mengeksploitasi kelemahan Prabowo. Diantara kelemahan yang paling nampak, adalah bahwa 'seekor kambing selamanya tidak akan pernah menjadi macan, hingga unta masuk ke lobang jarum'. [].

Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik 

Sabtu, 14 Mei 2022

GENERASI TUA BISA LUPA, GENERASI MUDA MENGARSIP PENGKHIANATAN DI SOSIAL MEDIA, SUDAHLAH PRABOWO WAKTUMU UNTUK UNDUR


Tinta Media - Prabowo Subianto melakukan safari politik ke sejumlah tokoh tua. Memang, tokoh tua biasa lupa, dan mereka memiliki kebutuhan untuk melanjutkan kehidupan, menjaga gerbong dan mereka harus berpatron dengan kekuasaan.

Tokoh tua, mungkin mudah lupa bahkan melupakan. Sehingga, mudah untuk memaafkan dan memberikan dukungan.

Mereka memang sudah uzur, sehingga tak memiliki banyak energi untuk terus melawan. Biarlah, mereka rehat dan kembali membangun elegi bersama Prabowo.

Setidaknya, itu yang bisa dibaca secara politik dari silaturahmi lebaran kali ini, yang tak dilakukan pada lebaran sebelumnya, termasuk sesaat setelah Prabowo menjadi Menhan Jokowi. Kartu elektabilitas Prabowo, masih bisa dimainkan dikalangan generasi tua.

Tapi hal itu, tidak berlaku bagi generasi muda, pasar terbesar politik di negeri ini. Mereka, telah mengarsipkan secara rapih teriakan Prabowo yang berjanji akan timbul tenggelam bersama rakyat, menggebrak meja dan menyatakan anti asing dan aseng, namun akhirnya merapat ke kekuasaan, meninggalkan ulama dan aktivis yang mendukungnya mendekam di penjara.

Arsip arsip sosial media, begitu rapih menyimpan dan mengabadikan saat Prabowo tak sepatah kata pun bersuara untuk tragedi KM 50, atau terhadap kriminalisasi HRS. Sejumlah emak-emak militan, tidak akan pernah melupakan, mereka pernah mengumpulkan uang untuk memberikan dukungan, mengorbankan banyak waktu dan pikiran, untuk Prabowo dan cawapres yang ganteng Sandiaga Uno.

Aksi menolak Pemilu curang yang tak dihadiri Prabowo, dan dia hanya hadir setelah korban berjatuhan. Tak sedikitpun, sikap ksatria muncul dari Prabowo, hadir berada dan bersama-sama rakyat.

Penolakan UU KPK, UU Cipta Kerja, UU IKN, tak nampak pembelaan Prabowo. Prabowo lebih memilih ada di pojok istana, dengan angin sejuk semilir, ketimbang membersamai rakyat di jalan, menolak kezaliman rezim.

Jadi mohon maaf, bisa saja generasi tua memberi maaf dan memaafkan tetapi tidak bagi generasi muda. Ini bukan soal sekedar maaf dan memaafkan, tetapi terkait untuk memutus siklus pemimpin pengkhianat, agar tak sampai pada tampuk kekuasaan.

Generasi muda akan bersiap-siap berada di parit-parit perjuangan, untuk menghadang siapapun pengkhianat untuk naik ke tampuk kekuasaan. Generasi muda sudah terbiasa dengan lapar demi masa depan, ketimbang melumat secuil kue kekuasaan dengan mengorbankan dedikasi, amanah dan kepercayaan.

Sebaiknya Prabowo undur diri, kembali ke Hambalang dan bercengkrama dengan kambingnya. Sambil kembali update status, dengan redaksi baru yang menyatakan 'pemimpin kambing selamanya tak akan bisa menjadi macan'. [].

Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab