Tinta Media: Politisasi Islam
Tampilkan postingan dengan label Politisasi Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Politisasi Islam. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 Januari 2024

UIY: Politisasi Islam Menjadi Isu Paling Menonjol pada 2023




Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menyatakan bahwa isu keumatan yang paling menonjol di tahun 2023 adalah politisasi Islam.


“Politisasi Islam menjadi isu yang paling menonjol di tahun 2023 karena umat sedang diperebutkan dalam kontestasi politik lima tahunan pada 14 Februari 2024 mendatang,” tuturnya dalam Focus to The Point: Inilah Agenda Umat 2024 di kanal YouTube UIY Official, Jumat (5/1/2024).


Politisasi Islam yang dimaksud UIY adalah memanfaatkan Islam dan umat Islam untuk kepentingan politik kekuasaan semata-mata yang pada faktanya tidak nyambung dengan Islam dan kepentingan umat secara hakiki.


“Ini selalu berulang setiap kali kontestasi politik baik pada level nasional maupun level daerah. Yang menyedihkan sebagian tokoh-tokoh umat mau diajak berkolaborasi bersama para politikus untuk melakukan politisasi Islam,” ucapnya prihatin. 

    
UIY mengkhawatirkan adanya keterlibatan tokoh-tokoh umat yang berkolaborasi dengan para politikus akan menjadi legitimasi bagi umat untuk ikut berperan aktif dalam politisasi Islam.


“Kita menolak politisasi Islam karena hanya melibatkan Islam untuk kepentingan politik. Politik yang kita inginkan adalah Islamisasi politik. Seharusnya peran ulama melakukan Islamisasi politik bukan kemudian ikut-ikutan dalam politisasi Islam,” imbuhnya penuh harap. 


Lebih lanjut UIY menjelaskan islamisasi politik adalah menjadikan Islam sebagai dasar di dalam berpolitik yang tercakup dalam tiga hal. Pertama, dalam penyusunan visi misi. Kedua dalam menyusun tujuan. Ketiga, dalam melakukan tindakan-tindakan atau kegiatan politik.


“Dalam tiga hal tersebut semua harus berdasarkan Islam. Itulah Islamisasi politik,” tutupnya.[] Erlina

Selasa, 20 Juni 2023

UIY: Publik Harus Menolak Politisasi Islam dan Mendukung Islamisasi Politik

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Muhammad Ismail Yusanto (UIY) mengajak publik untuk menolak politisasi Islam dan mendukung islamisasi politik. 

“Publik harus cermat dalam menilai. Ini orang sedang datang ini melakukan politisasi Islam atau islamisasi politik. Kita harus keras menolak politisasi Islam. Tapi kita harus mendukung dengan keras juga islamisasi politik,” ungkapnya dalam program Fokus to The Point: Politisasi Agama Dipersoalkan Jokowi, Ada Apa? Kamis (15/6/2023) di kanal Youtube UIY Official.

Ia heran ketika presiden dan juga banyak pejabat tinggi di negeri ini, termasuk juga beberapa tokoh-tokoh agama, begitu kerasnya menolak apa yang disebut politik identitas. "Dan politik identitas itu tidak bisa ditutupi, arahnya adalah penolakan terhadap politik identitas Islam atau politik Islam,” sesalnya.

“Ini mengherankan, apa masalahnya? Sementara di saat yang sama kita melihat ada banyak sekali kenyataan-kenyataan yang kontradiktif. Misalnya satu sisi, ada seruan sangat kencang untuk menolak politik identitas. Tetapi di saat yang sama mereka menggunakan identitas-identitas agama untuk menarik hati atau menarik simpati konstitution Muslim,” lanjutnya.

Ia mengatakan, poster-poster di pinggir jalan itu menjelang pemilu ini hari, justru yang tidak biasa pakai kerudung, pakai kerudung, yang tidak biasa pakai peci, pakai peci. Bahkan jadi Imam Shalat, bahkan datang ke Mesjid, datang ke Pesantren. "Bukankah itu mereka sedang mengambil manfaat dari identitas identitas agama Islam,” cetusnya.

Uiy menilai ini kontradiktif. Mengapa satu sisi begitu keras yang menolak sebutan politik identitas, tetapi di sisi lain memanfaatkan identitas Islam untuk kepentingan politiknya. "Karena itu kita harus menolak narasi yang menolak politik identitas,” tegasnya.

Menurutnya, penting sekali menegaskan untuk mendukung islamisasi politik. "Jadi politik itu harus berdasarkan Islam. Sama juga dengan islamisasi ekonomi, Islamisasi budaya, islamisasi pendidikan dan sebagainya. Di saat yang sama harus keras menolak politisasi Islam,” pungkasnya. [] Abi Bahrain

Senin, 19 Juni 2023

UIY: Politik Harus Berdasarkan Islam

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menegaskan, jika ingin mewujudkan hidup untuk beribadah kepada Allah SWT di seluruh aspek kehidupan, maka politik harus berdasarkan Islam.

"Tidak bisa tidak, jikalau kita (umat Islam) ingin betul-betul mewujudkan hidup untuk beribadah kepada Allah SWT dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk di dalam aspek politik, maka politik itu harus berdasarkan Islam," ujarnya dalam program Fokus To The Point: Politisasi Agama Dipersoalkan Jokowi, Ada Apa? di kanal YouTube UIY Official, Kamis (15/6/2023). 

Ia menjelaskan, yang dimaksud politik sebagai ibadah artinya adalah politik yang berdasarkan kepada ketentuan-ketentuan Allah SWT. "Hidup itu untuk beribadah kepada Allah SWT," jelasnya.

Karena itu, menurutnya umat Islam mesti melakukan politik Islam dan mengislamisasikan politik.

"Islamisasi politik itu artinya politik yang berdasarkan Islam. Baik dalam visi misinya, aspirasinya, maupun langkah-langkah dan perjuangannya," ucapnya.

Jadi, UIY menegaskan, bahwa umat Islam harus mendukung Islamisasi politik, yaitu politik yang harus berdasarkan Islam.

"Sama juga dengan Islamisasi ekonomi, Islamisasi budaya, Islamisasi pendidikan dan sebagainya itu," tegasnya.

Di saat yang sama, ia lanjut menjelaskan, umat juga harus keras menolak politisasi Islam, karena itu berbeda dengan Islamisasi politik.

"Politisasi Islam itu menjadikan Islam sebagai sekadar alat politik. Nah, yang sekarang terjadi adalah penolakan terhadap Islamisasi politik, tapi malah membiarkan terjadinya politisasi Islam," jelasnya.

Ia pun mencontohkan aktivitas-aktivitas politisasi Islam yang dibiarkan oleh penguasa. Diantaranya yaitu yang menggunakan simbol-simbol Islam keluar masuk pesantren bukan untuk belajar agama. 

Ia lanjut mencontohkan, datang kepada Kiai bukan untuk mendengar nasehat, tapi sekadar menarik simpati Kiai dan penghuni pesantren untuk mendukungnya.

"Sementara, dia sendiri sebagai calon juga partai yang mendukungnya, sama sekali tidak berurusan dengan Islam. Tampak dari asasnya bukan Islam, bahkan sekuler. Tampak dari tujuan narasi-narasi yang dibangunnya, tidak pernah bersentuhan dengan Islam bahkan tidak jarang bertentangan dan memusuhi Islam," pungkasnya. [] Muhar

Minggu, 14 Mei 2023

Menolak Islamisasi Politik Tapi Gunakan Politisasi Islam, UIY: Ini Paradoks!

Tinta Media - Cendekiawan muslim, Ustadz Ismail Yusanto (UIY) menilai ada paradoks politik hari ini, satu sisi menolak Islamisasi politik, namun di sisi lain menggunakan Islam demi kepentingan politik.

"Mereka menolak Islamisasi politik tetapi menggunakan politisasi Islam, memanfaatkan Islam sebagai alat untuk meraih kepentingan politik. Ini paradoks," ungkapnya dalam live: Lagi!! Kampanye Tolak Politik Identitas, Khilafah, Intoleransi, dan Terorisme??!! di kanal YouTube PKAD, Senin (8/5/2023)

Pertama, bisa terlihat di politik hari ini ada usaha menyingkirkan Islam politik dari arena politik. "Ini merupakan paradoks yang sangat keterlaluan," ujarnya. 

"Satu sisi mereka itu mendewa-dewakan demokrasi. Dan demokrasi itu intinya kedaulatan rakyat. kedaulatan rakyat itu pada ujungnya itu kan penghargaan yang tinggi terhadap aspirasi rakyat. Nah, bagaimana bisa jika rakyat itu memiliki aspirasi berdasarkan agama, lalu mereka mengatakan bahwa ini terlarang berdasarkan agama Islam? Lalu dikatakan ini politik identitas tidak punya tempat di negeri ini," kesalnya.

Padahal, ia mengingatkan sekali lagi bahwa hal tersebut adalah aspirasi rakyat. Dan itu aspirasi-aspirasi yang legal secara politik, secara konstitusi juga legal. 

"Bahkan itu sebuah aspirasi yang kalau kita pandang dari sudut pandang ajaran Islam malah memang seharusnya seperti itu seorang muslim. Bahwa dia berdasarkan aspirasi politik, ekonomi, dan lain-lain nya berdasarkan ajaran Islam," tegasnya.

Tapi hari ini, ia membeberkan bahwa narasi politik identitas, aspirasi semacam ini itu dianggap berbahaya. Karenanya, narasi ini dianggap harus dihilangkan dan dihukum sesuatu perkara yang haram secara politik. Jadi ini satu paradoks yang tujuannya adalah menyingkirkan Islam politik dari tengah-tengah masyarakat.

"Kedua, tapi pada saat yang sama mereka menyadari bahwa Islam itu, Islam dan kemusliman atau muslim dan keislaman tidak bisa dilepaskan dari realita kehidupan masyarakat, karena itu merupakan satu posisi," urainya.

"Oleh karena itu, mereka menyerang apa yang disebut politik identitas. Tapi di sisi lain, mereka juga tetap menggunakan Islam sebagai salah satu simbol penentu dari kemenangan politik," ungkapnya. 

UIY mencontohkan sebagaimana dilakukan oleh capres. Capres yang resmi hari ini kan ada dua yang sudah ditentukan, yaitu Anies Baswedan dan Ganjar. Kalau Anies mungkin tidak dipersoalkan. Karena memang Anies tidak pernah mengatakan anti terhadap politik identitas. Bahkan Anies dianggap sebagai representasif dari politik identitas itu sendiri.

"Tapi kalau Ganjar dari PDI Perjuangan itu kan dengan keras mengecam politik identitas. Tapi ini hari kegiatan Ganjar dapat diliat gitu. Kemana dia? Pakaiannya seperti apa? Keluar masuk pesantren, ketemu kiai bukan untuk mendalami ajaran agama, tapi untuk apa? Inilah yang disebut sebagai politisasi agama," pungkasnya. [] Wafi
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab