Tinta Media: Politik
Tampilkan postingan dengan label Politik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Politik. Tampilkan semua postingan

Senin, 19 Juni 2023

UIY: Politik Harus Berdasarkan Islam

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menegaskan, jika ingin mewujudkan hidup untuk beribadah kepada Allah SWT di seluruh aspek kehidupan, maka politik harus berdasarkan Islam.

"Tidak bisa tidak, jikalau kita (umat Islam) ingin betul-betul mewujudkan hidup untuk beribadah kepada Allah SWT dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk di dalam aspek politik, maka politik itu harus berdasarkan Islam," ujarnya dalam program Fokus To The Point: Politisasi Agama Dipersoalkan Jokowi, Ada Apa? di kanal YouTube UIY Official, Kamis (15/6/2023). 

Ia menjelaskan, yang dimaksud politik sebagai ibadah artinya adalah politik yang berdasarkan kepada ketentuan-ketentuan Allah SWT. "Hidup itu untuk beribadah kepada Allah SWT," jelasnya.

Karena itu, menurutnya umat Islam mesti melakukan politik Islam dan mengislamisasikan politik.

"Islamisasi politik itu artinya politik yang berdasarkan Islam. Baik dalam visi misinya, aspirasinya, maupun langkah-langkah dan perjuangannya," ucapnya.

Jadi, UIY menegaskan, bahwa umat Islam harus mendukung Islamisasi politik, yaitu politik yang harus berdasarkan Islam.

"Sama juga dengan Islamisasi ekonomi, Islamisasi budaya, Islamisasi pendidikan dan sebagainya itu," tegasnya.

Di saat yang sama, ia lanjut menjelaskan, umat juga harus keras menolak politisasi Islam, karena itu berbeda dengan Islamisasi politik.

"Politisasi Islam itu menjadikan Islam sebagai sekadar alat politik. Nah, yang sekarang terjadi adalah penolakan terhadap Islamisasi politik, tapi malah membiarkan terjadinya politisasi Islam," jelasnya.

Ia pun mencontohkan aktivitas-aktivitas politisasi Islam yang dibiarkan oleh penguasa. Diantaranya yaitu yang menggunakan simbol-simbol Islam keluar masuk pesantren bukan untuk belajar agama. 

Ia lanjut mencontohkan, datang kepada Kiai bukan untuk mendengar nasehat, tapi sekadar menarik simpati Kiai dan penghuni pesantren untuk mendukungnya.

"Sementara, dia sendiri sebagai calon juga partai yang mendukungnya, sama sekali tidak berurusan dengan Islam. Tampak dari asasnya bukan Islam, bahkan sekuler. Tampak dari tujuan narasi-narasi yang dibangunnya, tidak pernah bersentuhan dengan Islam bahkan tidak jarang bertentangan dan memusuhi Islam," pungkasnya. [] Muhar

Sabtu, 17 Juni 2023

Inilah Hakikat Politik Demokrasi Kapitalis

Tinta Media - Narator Rayah TV menjelaskan hakikat politik demokrasi kapitalis.

"Inilah hakikat politik demokrasi kapitalis. Adanya penguasa hanyalah penjual sedangkan rakyat sebagai pembeli. Semua  sumber daya alam dikeruk habis demi kepentingan oligarki," tuturnya dalam video: Indonesia For Sale! Selasa (13/6/2023) di kanal YouTube Rayah TV.

Setelah jalan tol, bandara, tambang emas dan kepemilikan umum lainnya dijual murah, kini Indonesia jualan pasir laut. "Entah karena kebelet pengen bayar utang atau sudah gak ada lagi uang buat jalanin roda perekonomian negara," ujarnya.

Narator mengatakan, ribuan dalih dan alasan dikeluarkan, kalau penjualan  pasir laut ini akan menjaga kelestarian ekosistem, akan lebih menguntungkan alur pelayaran dan akan menjaga keamanan pantai dari penambangan ilegai. "Bahkan penjualan pasir ini akan memberikan tambahan pemasukan buat negara," ungkapnya. 

"Padahal negara seharusnya bisa lebih memahami kalau penambangan ekspor pasir ini bukan dalam rangka menjaga kelestarian ekosistem, justru akan menimbulkan kerusakan dan dampak buruk kepada warga sekita," jelasnya.

Berdasarkan laporan instrumental reporting kolektif, menurutnya, ada 4 dampak kerusakan yang akan terjadi.

Pertama, penambangan pasir laut akan menyebabkan Abrasi secara besar besaran yang dapat menyebabkan tenggelamnya pulau pada lokasi pertambangan.

Kedua, penambangan pasir laut secara masif  akan menyebabkan terganggunya ekosistem baik akibat dari pengerukan pasir atau dari pencemaran yang dilakukan.

Ketiga, rusaknya biota laut yang berdampak kepada nafkah para nelayan.

Dan yang Keempat, ekspor pasir pantai untuk tujuan reklamasi negara lain mengancam keamanan dalam negeri dan hanya menguntungkan pihak asing saja.

"Dampak yang muncul dari eksploitasi alam ini semakin menjelaskan jika politik demokrasi kapitalislah yang menjadi biang kerok penyebab terjadinya kerusakan di negeri ini," pungkasnya.[] Pakas Abu Raghib

 

 

 

 

 

Kamis, 01 Juni 2023

MAHFUD MD 'TERJEBAK' MANUVER POLITIK DENY INDRAYANA DALAM ISU 'BOCORAN' PUTUSAN MK

Tinta Media - 'Sepandai-pandai tupai melompat, toh akan jatuh ke tanah juga'. Mungkin, pribahasa ini sangat tepat untuk menggambarkan kondisi Mahfud MD.

Mahfud MD, selama ini mengaku sering melakukan upaya kontrol penegakan hukum secara politik melalui sejumlah statementnya di sosial media. Konon, pembongkaran kasus pembununan berencana terhadap Brigadir Josua, bisa terungkap karena ulah Ferdy Sambo, juga tak lepas dari manuver politik Mahfud MD.

Mulanya Mahfud MD saat itu mengaku, ingin memancing anggota DPR bersuara terkait kasus kematian Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J. Menurutnya, suara DPR dibutuhkan untuk memberikan dukungan agar kebenaran atas perkara tersebut bisa dibongkar.

"Karena hukum itu produk politik, ndak bisa hukum jalan sendiri kalau tidak ada suasana politik yang mendorong, suara masyarakat, dan lain sebagainya,” ungkap Mahfud dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPR RI di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/8/2022).

Namun sayang, entah karena motifnya berbeda (bukan penegakan hukum) atau karena ada tendensi Mahud MD untuk melindungi Moeldoko, kali ini Mahfud kena batunya. Mahfud terpancing statemen Deny Indrayana soal dugaan 'bocoran putusan MK' yang akan memutus Pemilu akan dilaksanakan dengan sistem proporsional tertutup, juga soal kemungkinan PK Moeldoko akan dimenangkan untuk memuluskan kudeta Partai Demokrat yang berujung penjegalan Anies Baswedan.

Mahfud MD terjebak menggunakan frasa 'info A1' dan frasa 'pembocoran' hingga menuduh adanya pembocoran rahasia negara dari pernyataan Deny Indrayana.

"Terlepas dari apa pun, putusan MK tak boleh dibocorkan sebelum dibacakan. Info dari Denny ini jadi preseden buruk, bisa dikategorikan pembocoran rahasia negara. Polisi harus selidiki info A1 yang katanya menjadi sumber Denny agar tak jadi spekulasi yang mengandung fitnah," kata Mahfud lewat akun Twitter resminya @mohmahfudmd Minggu (28/5/2023).

Padahal, Deny Indrayana sama sekali tidak menggunakan frasa ''info A1' dan frasa 'pembocoran'. Deny mengaku hanya mendapatkan informasi bahwa MK akan memutuskan Pemilu dengan sistem proporsional tertutup dengan komposisi 6 hakim menerima dan 3 hakim mengajukan disenting opinion.

"Pagi ini saya mendapatkan informasi penting. MK akan memutuskan pemilu legislatif kembali ke sistem proporsional tertutup, kembali memilih tanda gambar partai saja," kata Denny lewat cuitan di akun Twitternya @dennyindranaya, Minggu.

Entah ada korelasinya atau tidak dengan statemen Mahfud MD, Deny Indrayana akhirnya dilaporkan Paguyuban BCAD ke Mapolda Metro Jaya, Senin (29/5). Alasannya, Deny Indrayana membocorkan rahasia negara dan membuat resah.

Akhirnya, Deny Indrayana membuat Siaran Pers yang salah satu poinnya memberikan penegasan tentang tidak adanya pembocoran rahasia negara dalam pesan yang disampaikannya soal akan ada putusan MK dengan sistem proporsional tertutup.

Secara rinci, Deny meminta publik menyimak dengan hati-hati, dirinya sudah cermat memilih frasa, "... mendapatkan informasi', bukan "... mendapatkan bocoran". 

_"Saya juga secara sadar tidak menggunakan istilah "informasi dari A1" sebagaimana frasa yang digunakan dalam twit Menkopolhukam Mahfud MD. Karena, info A1 mengandung makna informasi rahasia, seringkali dari intelijen. Saya menggunakan frasa informasi dari "Orang yang sangat saya percaya kredibilitasnya"._ Ungkap Deny dalam siaran pers, dari Melbourne, 30 Mei 2023.

Karena itu, penulis berkesimpulan sebagai berikut:

*Pertama,* Mahfud MD terjebak ikut menari dalam genderang yang ditabuh oleh Deny Indrayana, dimana Deny memang menghendaki statemennya menjadi perbincangan publik, agar menjadi kontrol politik terhadap MK. Mengingat, sifat putusan MK yang final dan mengikat, maka ikhtiar untuk menjaga putusan MK agar taat konstitusi adalah mengawalnya secara politik, sebelum putusan dibacakan.

Kalau kritik terhadap MK dilakukan setelah putusan dibacakan, maka itu sama saja buang energi sia-sia. Sebab, putusan MK yang bersifat final dan mengikat tidak akan dapat dibatalkan dengan opini dan kritikan.

*Kedua,* Mahfud MD terpeleset, terpelanting, terbanting dan jatuh saat mengikuti irama tarian yang ditabuh oleh Deny Indrayana, karena terjebak menggunakan ungkapan 'pembocoran rahasia negara' dengan mengutip pernyataan Deny Indrayana melalui frasa 'info A1'. Motif politik Mahfud justru terbongkar melalui pernyataannya, sehingga Mahfud MD patut diduga punya motif yang ada kaitannya dengan kepentingan sistem Pemilu proporsional tertutup (PDIP) dan kudeta partai Demokrat melalui modus operandi pengajuan PK (Moeldoko).

Sebagaimana diketahui, PDIP adalah partai yang menginginkan Pemilu dengan sistem proporsional tertutup, sementara Moeldoko yang mengajukan PK ke Mahkamah Agung jelas punya motif untuk mengambil alih Partai Demokrat dan bisa juga berujung penjegalan pencapresan Anies Baswedan.

*Ketiga,* atas kesalahan Mahfud MD yang terjebak masuk dalam manuver politik Deny Indrayana, Deny jadi untung besar. Sebab, jika nantinya putusan MK menetapkan Pemilu dengan sistem proporsional tertutup maka benarlah informasi yang diungkap Deny.

Namun, apabila MK menolak proporsional tertutup maka ini menjadi kemenangan Deny Indrayana, karena Deny punya pandangan memang menginginkan sistem Pemilu dilakukan secara proporsional terbuka. Soal, siapa yang diuntungkan atau Deny Indrayana punya kepentingan dan terafiliasi dengan siapa? Cukuplah ungkapan 'Kudeta Partai Demokrat' yang mampu menjawabnya, dan statemen Beny K Harman yang mengkritik Mahfud MD sebagai konfirmasinya.

*Keempat,* hari ini kondisi bangsa Indonesia sangat tidak baik, dan apa yang disebut SBY akan ada 'Chaos Politik' bukan mustahil benar-benar akan terjadi. Karena itu, selain sibuk copras capres, segenap elemen pergerakan perlu memikirkan jalan lain untuk menyelesaikan sengkarut problem yang melanda negeri ini.

Terakhir, penulis rekomendasikan ke depan agar Mahfud MD lebih bijak memilih ungkapan dalam berstatemen, apalagi statemen yang sifatnya mengcopy statemen pihak lain. Alih-alih mau mengambil benefit politik, salah langkah bisa menjadi bumerang dan malah jadi terjebak secara politik. [].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik



Selasa, 30 Mei 2023

Politik Erdogan adalah Politik Pragmatisme, Ini Penjelasannya

Tinta Media - Pengajar Hubungan Internasional Hasbi Aswar, M.A., Ph.D. mengatakan bahwa politik Erdogan itu adalah politik pragmatisme atau politik jangka pendek.

“Erdogan itu kan sebenarnya murni politik pragmatisme atau dalam kerangka politik jangka pendek,” tegasnya dalam Rubrik Dialogika: Pemilu Turki Kemenangan Islam dan Campur Tangan AS, Jumat (20/5/2023) di kanal Youtube Peradaban Islam ID.

Dia menjelaskan faktor-faktor alasan kenapa Erdogan tidak menjadi Islami betul dan juga revolusioner hanya sekedar mengambil Islam secara sebagian-sebagian.

“Sebenarnya ada beberapa faktor. Yang pertama adalah tidak mungkin dalam kondisi masyarakat yang saat ini. Misalnya tidak memperlihatkan prestasi-prestasi. Yang kedua adalah tetap menjaga hubungan dengan apa dengan Uni Eropa,” jelasnya.

Dia melanjutkan Turki tetap menjaga hubungan dan tetap memperpanjang atau tetap memperjuangkan masuknya Turki di Uni Eropa. Kalau Erdogan benar-benar ingin islami, seharusnya Erdogan tidak mengurusi itu.

“Tapi Erdogan itu memperlihatkan diri bahwa kami itu sebenarnya tidak ingin menuju kepada "jalan Islamisme" atau kami tidak ingin menuju kepada jalan yang disebut sebagai orang-orang ini ottomanisme dan seterusnya itu. Tapi, kami ingin Turki itu demokratis yang akomodatif terhadap semua golongan. Itu yang Erdogan sering katakan,” lanjutnya.

Dia membeberkan bahwa manuver politik Erdogan baik dalam maupun luar negeri itu adalah sekuler, meskipun Erdogan sering dikatakan oleh kelompok-kelompok sekuler tentang Erdogan yang membawa Turki ke dalam negara yang tertutup lebih islami dan Erdogan mengatakan tidak.

Dia melanjutkan sama halnya dengan partai Islam di Indonesia yang awal-awalnya kelihatan sangat islami tapi kemudian akhirnya kelihatan seperti itu, yang tidak konsisten pada islam.

“Karena di Indonesia dalam konteks politik elektoral, kalau ingin elektoral 5 tahunan, kalau kita ingin berkuasa, kalau ingin idealis, kita tidak akan mungkin menunggu ratusan tahun baru bisa berkuasa. Nah, ini jebakan dari politik sekuler. Dan itu akan membuat akhirnya orang-orang yang bermain dalam project sekuler itu menjadi tidak sabaran dan akhirnya meninggalkan ideologi,” pungkasnya [] Setiawan Dwi

Rabu, 24 Mei 2023

Ahmad Khozinudin: Politik Tak Sebatas Kegiatan Pemilu

Tinta Media - Sastrawan Politik Ahmad Khozinudin menyatakan, pengertian politik tak sesempit hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pemilu.

"Pengertian politik tak sesempit hanya dalam urusan memilih capres, mendukung capres, memilih caleg, memilih partai, atau hal-hal lain yang berkaitan Pemilu," ujarnya kepada Tinta Media, Selasa (16/5/2023).

Ia menjelaskan, kesalahan besar jika politik dipahami sebatas kalau sudah memberikan dukungan kepada Ganjar Pranowo, menjadi Relawan Anies, membentuk posko pemenangan Prabowo.

"Atau aktivitas politik praktis lainnya terkait Pilpres 2024," jelasnya.

Menurutnya, definisi politik adalah pengaturan segala urusan umat. Politik dilaksanakan oleh negara dan umat, karena negaralah yang secara langsung melakukan pengaturan ini secara praktis.

"Sedangkan umat, mengawasi negara dalam pengaturan tersebut," tuturnya.

Ia pun membeberkan, dalam konteks ke-Indonesiaan, politik juga termasuk mengontrol kinerja eksekutif, mengawasi DPR, memahami alokasi APBN, mengkritik dana cuci uang di Kemenkeu sebesar Rp 349 triliun, mempersoalkan pelemahan KPK, membela Ulama yang dikriminalisasi, mempersoalkan ijazah palsu Presiden, menuntut pengusutan kasus BLBI, kasus Century hingga kasus korupsi Jiwasraya.

"Dan segala hal yang berkaitan dengan kemaslahatan rakyat lainnya," bebernya.

Politik Islam

Terkait politik Islam, Ahmad menjelaskan, bahwa aktivitas dakwah khususnya dakwah kepada penguasa agar menerapkan syariat Islam adalah aktivitas politik yang agung. 

"Esensi dari politik Islam adalah untuk menegakkan hukum Allah SWT di muka bumi, melalui tegaknya institusi Khilafah," jelasnya.

Ia pun menegaskan, Khilafah sebagai institusi politik Islam akan tegak dengan dakwah.

"Bukan melalui Pemilu atau Pilkada dalam sistem demokrasi sekuler (yang menolak peraturan hukum-hukum Islam dalam berpolitik dan atau bernegara), tutupnya mengakhiri". [] Muhar

Minggu, 21 Mei 2023

DIMENSI HUKUM DAN POLITIK KASUS KORUPSI JOHNY G PLATE

Tinta Media - Saya ingin mengingatkan kepada Surya Paloh, jangan terlalu menjauhi pikiran atas keyakinan adanya intervensi politik dan kekuasaan yang menjerat kader Anda, Johny G Plate. Soal intervensi politik dan kekuasaan, tak perlu anda menegaskan itu tidak ada, tak perlu pula berpura-pura untuk tidak mempercayainya.

Untuk membaca adanya intervensi politik dan kekuasaan, tak perlu pula menunggu besok atau lusa. Saya bisa menerangkannya sejak saat ini.

Begini, Status tersangka Johny G Plate, tidak lepas dari posisi NasDem yang mengusung Anies Baswedan dan tak mau hengkang dari lingkaran kekuasaan Jokowi. Ingat! Bukan _an sich_ karena Anda mengusung Anies, tapi juga karena sikap Anda yang tak mau hengkang dari koalisi, tak mau menarik mundur 3 menteri NadDem dari kabinet Jokowi: Siti Nurbaya Abubakar, Syahrul Yasin Limpo dan Johny G Plate.

Anda bisa saja mengusung Anies, tapi Anda juga harus konsisten: hengkang dari kekuasaan. Maka wajar, jika PDIP berulangkali mendesak NasDem untuk menarik mundur ketiga menterinya, menyusul dukungan NasDem kepada Anies.

Andai saja Anda menarik mundur ketiga menteri Anda, atau Anda membatalkan mencapreskan Anies Baswedan, dipastikan kader Anda Johny G Plate aman.

Anda, bisa saja menganggap penetapan tersangka Johny G Plate sebagai tidak adil, tidak bermoral dan tidak profesional. Tapi, mungkin juga perilaku tidak adil, tidak bermoral dan tidak profesional itu juga mengarah kepada NasDem.

NasDem bisa saja dianggap tidak adil, mendukung Anies tapi masih tetap menempatkan menteri di kabinet. Padahal, jelas-jelas Jokowi tak menghendaki Anies.

NasDem tak bermoral, berani berbeda dengan Jokowi tapi tetap mengambil kue menteri yang ada didalam kekuasaan Jokowi.

NasDem juga bisa dianggap tidak profesional, berdiri di dua kaki. Satu kaki menjadi pijakan Anies, satu kaki masih menginduk ke kubu Jokowi dengan jatah tiga menteri.

Begitulah, narasi tidak adil, tidak bermoral dan tidak profesional, bisa menyasar kepada siapapun, dan dapat didalilkan oleh siapapun.

Pertanyaan krusialnya, apakah Johny G Plate tidak terlibat korupsi? Hanya menjadi korban politik?

Mengenai hal ini, saya ingin tegaskan, berdasarkan asas 'praduga pasti bersalah' mustahil Johny G Plate tidak terlibat. Corak dan gradasi pasal 2 dan 3 UU Tipikor itu selalu dilakukan secara berkomplot (bukan berjama'ah), tidak mungkin dilakukan secara mandiri dan berdiri sendiri. Kasus suap saja pasti melibatkan pemberi dan penerima suap, apalagi kasus korupsi berdasarkan ketentuan pasal 2 dan 3 UU Tipikor. Pasti banyak yang terlibat, termasuk Johny G Plate.

Baiklah, akan saya kutip lengkap bunyi pasal 2 dan 3 UU Tipikor:

Pasal 2 ayat (1) UU tipikor, 

"Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)”.

Kemudian, 
Pasal 3 berbunyi 

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)."

Kuncinya, ada pada frasa 'diri sendiri, orang lain dan/atau korporasi'. Frasa ini memastikan bahwa dalam kasus korupsi pasal 2 dan 3 UU Tipikor, pasti dilakukan secara kolektif kolegial, secara berkomplot (maaf, bukan berjama'ah. Kata jama'ah terlalu mulia untuk dinisbatkan pada perilaku korup).

Adapun perbuatan melawan hukum atau menyalahgunakan wewenang, itu pasti dilakukan oleh pejabat publik yang punya kewenangan. Dalam hal ini, Johny G Plate adalah pejabat Menteri Kominfo. Kalau Johny G Plate itu cuma pedagang cilok, bisa dikatakan secara pasti bahwa penetapan tersangka yang dilakukan Kejagung terhadap Johny G Plate adalah kriminalisasi.

Karena itu, untuk melawan ketidakadilan ini -tidak ada cara lain kecuali mengaktivasi pasal 2 dan 3 secara ekstensif- dan menyeret semua pelaku yang terlibat dalam pusaran korupsi BTS 4G dengan pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Modusnya, follow the money.

Ayolah Johny G Plate, bernyanyilah yang merdu. Seret semua pejabat dan politisi yang terlibat dan kecipratan duit Rp 8,3 triliun dari korupsi pengadaan BTS 4G di Kemenkoinfo. Jangan diam, sebab jika diam patut diduga sudah ada kompromi politik dari kasus ini. Target politik untuk menjinakkan NasDem, bisa dikatakan berhasil. [].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Sabtu, 20 Mei 2023

TURBULENSI POLITIK NASDEM, BERDAMPAK PADA PENCAPRESAN ANIES?

Tinta Media - Sulit untuk menampik suasana kegalauan NasDem pasca penetapan tersangka Johny G Plate dalam kasus korupsi BTS 4 oleh Kejaksaan Agung. Surya Paloh sendiri, mengaku sedih dan tak dapat menyembunyikan kesedihannya dalam perkara ini.

Ketua Umum NasDem itu menggambarkan kesedihan yang bercampur dengan rasa kemarahan, dengan ungkapan "terlalu mahal, Johny G Plate diproses dalam perkara ini". Meski berusaha menutupi rasa kecurigaan atas adanya intervensi kekuasaan dan politik dalam perkara ini, Paloh malah secara implisit justru memberikan sinyal kasus ini tidak lepas dari intervensi kekuasaan dan politik.

Kasus ini, tentu saja mengakibatkan turbulensi politik di tubuh NasDem. Untuk meminimalisir keguncangan, Surya Paloh berusaha menetralisirnya dengan tiga langkah:

*Pertama,* menyatakan menghormati proses hukum terhadap Johny G Plate. Meskipun, ada kegelisahan, kesedihan, dan bahkan 'rasa marah' yang menyertai, karena merasa diperlakukan tidak adil, tidak profesional bahkan tidak bermoral.

Mungkin saja, Surya Paloh tahu banyak dan detail borok-borok kekuasaan dari partai lainnya, yang dia juga memberikan permakluman karena menjaga etika dan moral. Tapi hal itu, tidak berlaku bagi partainya. Tentu saja, itu dianggap sebagai tindakan yang tidak adil, tidak bermoral dan tidak profesional.

Semestinya, proses hukum berlaku bagi semua politisi dari partai apapun. Tidak kemudian ada perlakuan 'Lex Spesialis' dalam pengertian pemberian privilege tertentu.

*Kedua,* memerintahkan kepada seluruh jajaran partai NasDem, dari DPP hingga DPD, semua organ struktural dan fungsional NasDem agar bekerja seperti biasa, tidak terhasut dan termakan adu domba. Nampaknya, Paloh sadar betul kasus ini akan mempengaruhi psikologi dan mental kadernya.

Apalagi, ini adalah kali kedua Sekjen NasDem tersangkut kasus korupsi. Persepsi publik yang terbangun bisa saja menyimpulkan NasDem partai gembongnya korupsi, sehingga persepsi ini jelas akan mempengaruhi mental dan psikologi kader NasDem.

*Ketiga,* segera menetapkan Hermawi Taslim sebagai Plt Sekjen NasDem menggantikan Johny G Plate. Sebagai Nahkoda, Paloh memang harus segera menunjuk Sekjen untuk melanjutkan perjalanan politik kapal NasDem.

Namun, ada gestur yang keliru ditampakkan oleh kader NasDem. Saat Paloh memberikan arahan dengan narasi kesedihan dam rasa marah, namun saat nama Hermawi Taslim disebut sebagai Plt Sekjen, Taslim dan sejumlah kader lainnya malah mengumbar senyum dan tawa, diikuti riuh tepuk tangan. Sikap yang secara tidak sadar meruntuhkan narasi menyatukan kohesi internal NasDem yang dibangun Paloh.

Publik kemudian dapat menilai, ternyata terlepas ada kesedihan atas penetapan tersangka Johny G Plate, ada kegembiraan dan rasa bahagia atas penunjukan Hermawi Taslim sebagai Plt Sekjen NasDem. 

Semestinya, Hermawi Taslim dan kader lainnya dapat menahan ekspresi kebahagiaan dengan tetap diam berkhidmat mendengar penyampaian penunjukan oleh Ketum NasDem. Sebab, jabatan Sekjen ini bukan diperoleh dari proses kongres yang dapat dirayakan dengan rasa gembira, senyuman dan tepuk tangan.

Kasus ini jelas mengguncang NasDem. Namun, apakah akan berdampak pada pencapresan Anies Baswedan? 

Pasca kasus ini bergulir, Anies langsung mengunjungi Surya Paloh. Dampak yang mungkin terjadi, belum dapat dihitung secara pasti.

Bisa saja, kasus ini adalah warning agar NasDem mundur dari mencalonkan Anies. Bisa juga, NasDem semakin marah kepada rezim dan mengambil posisi mendukung penuh pencapresan Anies Baswedan. Siap ajur ajuran.

Sayangnya, NasDem tidak mungkin mengkapitalisasi kasus ini sebagai kasus kriminalisasi. NasDem sulit untuk _taking benefit politik_ dengan modus _playing victim_. Sebab, semua rakyat juga tahu semua pejabat dari semua parpol itu korup. Ada yang mau bantah pernyataan saya ini ? [].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Dakwah kepada Penguasa Agar Menerapkan Syariat Islam adalah Aktivitas yang Agung

Tinta Media - Dakwah kepada penguasa agar menerapkan syariat Islam merupakan aktivitas politik yang agung.

"Dalam Islam, aktivitas dakwah khususnya dakwah kepada penguasa agar menerapkan syariat Islam adalah aktivitas politik yang agung," tutur Sastrawan Politik Ahmad Khozinudin kepada Tinta Media, Selasa (16/5/2023).

Menurutnya, esensi dari politik Islam adalah untuk menegakkan hukum Allah SWT di muka bumi. "Melalui tegaknya institusi Khilafah," tegasnya.

Ia menilai, perjuangan penegakan Khilafah bukan ditempuh dengan do'a dan memohon agar Khilafah turun dari langit. "Akan tetapi, Khilafah diperjuangkan dengan metode (thariqoh) yang baku, yang mencontoh perjuangan dakwah Rasulullah SAW saat di Mekkah, hingga akhirnya mampu menegakkan kekuasaan Islam (Daulah Islam) di Madinah," ungkapnya. 

Mendirikan Negara Islam atau Khilafah Islam, kata Ahmad, tercermin dari metode yang diambil dari sunnah Nabi SAW dalam mendirikan Negara Islam. 

"Metode tersebut tercermin dalam tiga tahapan. Pertama, pengkaderan (at-tatsqîf). Kedua, interaksi dengan umat (at-tafâ’ul), termasuk di dalamnya adalah pencarian dukungan dan pertolongan (thalab an-nushrah). Ketiga, penerimaan kekuasaan dari pemilik kekuasaan (istilâm al-hukmi)," jelasnya. 

Menurutnya, Sunnah Nabi saw menunjukkan atas tiga tahapan tersebut dalam mendirikan Negara Islam di Madinah. "Dengan demikian kita wajib mengikuti metode yang tercermin dalam tiga tahapan," pungkasnya.[] Achmad Mu'it 

Selasa, 16 Mei 2023

MEMAHAMI HAKEKAT POLITIK SEJATI DAN ESENSI PERJUANGAN PENEGAKAN KHILAFAH

"....Mereka pengusung khilafah yang diyakininya akan datang dari langit. Entah bagaimana caranya datangnya khilafah itu, hanya HTI-lah yang tahu. Yang pasti, khilafah tidak datang dari hasil pemilu. Makanya mereka tidak yakin dengan pemilu."

[R. Kholis Majdi, 14/5]

Tinta Media - Penulis cukup terkejut, saat membaca tulisan yang dikirim Tony Rosyid di salah satu GWA dengan judul 'HTI Tidak Berpolitik!'. Setelah dibaca tuntas, penulis merasa perlu memberikan tanggapan terhadap artikel yang ditulis oleh R. Kholis Majdi tersebut.

Sebagian besar tulisan itu perlu diluruskan, terutama tentang hakekat politik dan perjuangan penegakan Khilafah. Untuk dua tema inilah, penulis ingin memberikan tanggapan.

Adapun tulisan R. Kholis Majdi yang memberikan deskripsi tentang HTI dengan pendapatnya yang macam-macam, seolah HTI organisasi penjahat, bisa diproses oleh aparat, pandangannya terkait kedudukan HTI dalam Pemilu seperti apa, dan hal lain yang berkaitan dengan HTI, biarlah otoritas HTI yang memberikan klarifikasi. 

Namun ada hal penting untuk penulis tegaskan melalui tulisan ini bahwa HTI bukan ormas terlarang, statusnya hanya dicabut BHP nya. Sementara, UU Ormas menegaskan Ormas tak punya BHP tetap sah, legal dan konstitusional.

Adapun terkait politik dan perjuangan penegakkan Khilafah, perlu penulis sampaikan hal-hal sebagai berikut:

*Pertama,* definisi politik adalah pengaturan urusan umat di dalam dan luar negeri. Politik dilaksanakan oleh negara dan umat, karena negaralah yang secara langsung melakukan pengaturan ini secara praktis, sedangkan umat mengawasi negara dalam pengaturan tersebut.

Pengaturan urusan umat di dalam negeri dilakukan oleh negara dengan menerapkan ideologi (mabda) di dalam negeri. Inilah yang dimaksud politik dalam negeri.

Adapun pengaturan urusan umat di luar negeri yang dilakukan negara adalah dengan mengadakan hubungan dengan berbagai negara, bangsa, dan umat lain, serta menyebarkan ideologi ke seluruh dunia. Inilah yang dimaksud politik luar negeri.

Memahami politik luar negeri adalah perkara yang penting untuk menjaga institusi negara dan umat, dan merupakan perkara mendasar agar mampu mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia. Juga merupakan aktivitas yang harus ada untuk mengatur hubungan umat Islam dengan umat lainnya dengan benar.

Tatkala umat Islam mempunyai tugas mengemban dakwah Islam kepada seluruh umat manusia, mereka harus melakukan kontak dengan dunia, dengan menyadari sepenuhnya keadaan-keadaan mereka, memahami problem-problemnya, mengetahui motif-motif politik berbagai negara dan bangsa, dan mengikuti aktivitas-aktivitas politik yang terjadi di dunia. Umat Islam juga harus memperhatikan khithah (rencana strategis) politik berbagai negara, tentang uslub-uslub (cara) mereka dalam mengimplementasikan khithah tersebut, tata cara mereka melakukan hubungan satu sama lain, dan manuver-manuver politik yang dilakukannya. 

Karena itu, umat Islam harus memahami hakikat konstelasi politik di Dunia Islam berdasarkan kerangka pemahaman tentang konstelasi internasional (al-mauqif al-duali). 

Jadi, pengertian politik tak sesempit hanya ditafsirkan dalam urusan memilih Capres, mendukung Capres, memilih Caleg, memilih Partai, atau hal-hal lain yang berkaitan Pemilu. Dalam konteks ke-Indonesiaan, politik juga termasuk mengontrol kinerja eksekutif, mengawasi DPR, memahami alokasi APBN, mengkritik dana cuci uang di Kemenkeu sebesar Rp 349 triliun, mempersoalkan pelemahan KPK, membela Ulama yang dikriminalisasi, mempersoalkan ijazah palsu Presiden, menuntut pengusutan kasus BLBI, kasus Century hingga kasus korupsi Jiwasraya, dan segala hal yang berkaitan dengan kemaslahatan rakyat lainnya.

Adalah salah besar, jika politik an sich dipahami dengan memberikan dukungan kepada Ganjar Pranowo, menjadi Relawan Anies, membentuk posko pemenangan Prabowo, atau aktivitas politik praktis lainnya terkait gawe Pilpres 2024.

Dalam Islam, aktivitas dakwah khususnya dakwah kepada penguasa agar menerapkan syariat Islam adalah aktivitas politik yang agung. Esensi dari politik Islam adalah untuk menegakkan hukum Allah SWT di muka bumi, melalui tegaknya institusi Khilafah.

*Kedua,* perjuangan penegakan Khilafah bukan ditempuh dengan do'a dan memohon agar Khilafah turun dari langit. Akan tetapi, Khilafah diperjuangkan dengan metode (thariqoh) yang baku, yang mencontoh perjuangan dakwah Rasulullah SAW saat di Mekkah, hingga akhirnya mampu menegakkan kekuasaan Islam (Daulah Islam) di Madinah.

Mendirikan Negara Islam atau Khilafah Islam tercermin dari metode yang diambil dari sunnah Nabi SAW dalam mendirikan Negara Islam. Metode tersebut tercermin dalam tiga tahapan: 

(1) pengkaderan (at-tatsqîf); 

(2) interaksi dengan umat (at-tafâ’ul), termasuk di dalamnya adalah pencarian dukungan dan pertolongan (thalab an-nushrah); 

(3) penerimaan kekuasaan dari pemilik kekuasaan (istilâm al-hukmi). 

Sunnah Nabi saw menunjukkan atas tiga tahapan tersebut dalam mendirikan Negara Islam di Madinah. Dengan demikian kita wajib mengikuti metode yang tercermin dalam tiga tahapan.

Secara umum ada persamaan antara masyarakat kita dan masyarakat Makkah atau pra-Madinah dalam hal pemikiran, perasaan dan sistem kufur yang mendominasinya. Yang berbeda hanyalah keyakinan mayoritas individunya. 

Di masyarakat Makkah kebanyakan kaum musyrik. Adapun di masyarakat kita saat ini kebanyakan kaum Muslim. Karena itu yang kita lakukan adalah menyeru mereka untuk melanjutkan kehidupan Islam di dalam institusi Khilafah Islam sebagaimana dulu.

Untuk itulah, methode dakwah untuk memahamkan umat akan pentingnya syariat Islam melalui sejumlah pembinaan, berinteraksi dan berjuang secara politik untuk menjelaskan kufurnya sistem sekuler, sekaligus mencari dukungan dan pertolongan untuk menegakkan kekuasaan Islam adalah amal praktis yang terindera, bukan hanya berdiam diri sambil mendongak ke langit berharap Khilafah turun dari langit.

Hal itu terus diupayakan, agar umat paham Khilafah, hingga akhirnya rindu untuk segera ditegakkan Khilafah, dan menjadikan ahlun nusyroh (militer) memberikan dukungannya kepada pejuang Khilafah. Sampai akhirnya, terjadi perkawinan politik antara umat selaku pemilik kekuasaan real dengan pengemban dakwah untuk menegakkan Khilafah, yang mendapatkan restu dan dukungan dari militer selaku pemilik kekuatan real. 

Khilafah tidak datang dari langit, melainkan dengan perjuangan dan dakwah yang meneladani Rasulullah, sampai akhirnya Allah SWT berikan pertolongan melalui dukungan umat dan ahlun nusyroh. Khilafah memang hanya akan tegak dengan dakwah, bukan melalui Pemilu atau Pilkada dalam sistem demokrasi sekuler. [].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik, Pejuang Khilafah



Sabtu, 22 April 2023

FDMPB: Islamofobia adalah Kejahatan Politik Barat

Tinta Media - Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra menegaskan bahwa Islamofobia adalah kejahatan politik barat. 

"Islamofobia bisa dikatakan sebagai kejahatan politik Barat dikarenakan permusuhan kepada islam," ujarnya kepada Tinta Media, Rabu (19/4/2023). 

Ia mengungkapkan berbagai tindakan barat yang anti islam terus dilakukan melalui berbagai strategi. "Narasi moderasi Islam justru dibuat sebagai pertanda bahwa Barat anti Islam. Program moderasi beragama disetting Barat sebagai upaya untuk menghadang kebangkitan islam," ungkapnya. 

Menurutnya, Islamofobia  itu lahir dari ideologi sekularisme. "Negara yang menerapkan sistem sekularisme  selalu menempatkan Islam sebagai halangan dan ancaman yang diwujudkan dengan berbagai kebijakan anti islam sebagaimana marak terjadi di Perancis dan negara lainnya," tuturnya. 

Ia mengutip teori Psikoanalisa Freud yang menjelaskan bahwa phobia adalah pertahanan kecemasan yang disebabkan oleh impuls id yang ditekan. Kecemasan ini dialihkan dari impuls id yang ditakuti dan dipindahkan ke objek atau situasi yang memiliki koneksi dengannya. Inilah alur munculnya islamopobia di dunia saat ini. 

Dengan demikian, lanjutnya, Islamofobia telah menjadikan islam sebagai objek untuk menakut-nakuti masyarakat. "Islam  yang justru merupakan ajaran mulia dikonstruksi sedemikian rupa seolah sesuatu yang menyeramkan terus ditanamkan melalui impuls id masyarakat tanpa memberikan kesempatan kepada pikiran rasional untuk mengkajinya, maka lahirlah kondisi kejiwaan yang abnormal berupa Islamofobia," bebernya. 

Ia mengatakan, dalam konteks penyakit kejiwaan, maka yang salah bukanlah Islam, namun ketakutan dan kecemasan yang berlebihan inilah yang menjadi masalah dan harus disembuhkan. "Sebab phobia adalah penyakit kejiwaan yang harus disembuhkan dihilangkan oleh umat Islam," tuturnya. 

Menurutnya, ini adalah tantangan kesadaran bagi umat Islam dan dunia bahwa Islamofobia adalah proyek Barat untuk menghadang kebangkitan ideologi Islam di seluruh dunia. "Maka umat Islam harus tetap berjuang menegakkan Islam, tanpa ada takut sama sekali, dan melakukan berbagai dakwah penyadaran kepada umat Islam yang salah paham dan pahamnya salah atas Islam," pungkasnya. [] Robby Vidiansyah Prasetio

Selasa, 11 April 2023

Memisahkan Sepakbola dan Politik adalah Ilusi

Tinta Media - Influencer Dakwah Aab Elkarimi mengatakan bahwa memisahkan sepakbola dan politik adalah ilusi terutama di tingkat internasional.

"Perlu diketahui, memisahkan sepakbola dan politik adalah ilusi apalagi di tingkat internasional," ujarnya di postingan reels Instagram miliknya @aab_elkarimi, Senin (27/3/2023).

Menurutnya, sepakbola adalah sarana efektif untuk membangun opini karena menjadi pusat kerumunan yang disenangi dan banyak mengundang perhatian publik.

"Sepakbola itu pusat kerumunan yang disenangi dan banyak sekali mengundang perhatian publik. Dan ini sarana yang efektif untuk membangun opini dan meneguhkan sikap," tuturnya.

Aab mengatakan bahwa ada beberapa negara dan suporter yang mengkampanyekan atau membawa narasi mereka masing-masing, termasuk FIFA sendiri.

"Sebagaimana ini yang dilakukan Jerman dalam mengkampanyekan LGBT, juga dilakukan Qatar yang mendakwahkan Islam, juga yang dilakukan suporter Maroko yang membawa narasi solidaritas Palestina dan ini juga yang dilakukan FIFA saat mem-banned Rusia karena menyerang Ukraina," bebernya.

"(Demikian juga) saat kita hanya menolak Israel di media sosial, di Ramadhan ini mereka membatasi akses masuk masjid, mereka menyerbu kompleks Al-Aqsa dan mereka juga mengusir umat muslim ketika beribadah," ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa hal ini bukan beberapa tahun saja tapi sudah puluhan tahun. "Dan mereka melakukan ini bukan setahun atau dua tahun tapi puluhan tahun," sesalnya.

Ia mengatakan, batalnya drawing tersebut patut disesali karena ada banyak kerugian.
"Ada banyak kerugian tapi menerima penjajah masuk ke negeri ini tidak bisa kita biarkan," pungkasnya.[] Muhammad Ikhsan Rivaldi

Senin, 10 April 2023

MEMBACA STRATEGI POLITIK FIR’AUN

Tinta Media - Fir'aun adalah sebutan bagi penguasa Mesir kuno yang memerintah pada masa Nabi Musa AS. Fir'aun dalam bahasa Arab berarti "orang yang sangat pemarah atau keras kepala". Dalam Al-Qur'an, Fir'aun digambarkan sebagai seorang penguasa yang kejam, sombong, menentang perintah Allah dan bahkan sampai tidak mengakui keberadaan Allah SWT.

 

Fir'aun dikenal karena perannya dalam kisah Nabi Musa AS. Menurut Al-Qur'an, Fir'aun memerintahkan orang-orang Mesir untuk membunuh bayi-bayi laki-laki kaum Bani Israel karena takut kehilangan kekuasaannya. Membunuh semua orang yang menentangnya dan memenjarakan siapapun yang dianggap musuhnya. Kegilaan kekuasaan fir’aun telah menjadikan dirinya sebagai pemimpin diktator yang kejam.

 

Dalam aspek strategi politik, kekuasaan fir'aun bisa dibaca sebagai sebuah kekuasaan yang diktator, kejam, ateistik dan sangat ambisius, seolah kekuasaan itu akan ada di tangannya selamanya. Psikologi politik fir’aun dikenal sebagai penguasa Mesir Kuno yang memiliki kekuasaan mutlak atas rakyatnya. Kekuasaannya berbasis pada sistem kerajaan yang otoriter dan terpusat di tangan dirinya sebagai penguasa. Dalam politik Fir'aun, semua keputusan diambil oleh Fir'aun sendiri dan dia dianggap sebagai sumber keputusan tertinggi dalam negara.Fir'aun menganggap dirinya sebagai tuhan dan menolak untuk mengakui keberadaan Allah SWT.

 

Selain itu, Fir'aun juga memiliki kebijakan yang menguntungkan dirinya dan keluarganya. Dia membangun banyak proyek besar seperti kuil, monumen, dan bendungan, namun pada saat yang sama, memaksa rakyatnya untuk bekerja sebagai budak untuk membangun proyek-proyek tersebut dengan tujuan untuk berbangga-bangga dan memperkaya anggota keluarganya.

 

Kisah fir'aun sebagai pembacaan atas strategi politiknya disebutkan di beberapa ayat dalam Al-Qur'an : Dan Fir'aun berkata, "Hai para pembesar, aku tidak mengetahui ada tuhan selain aku. Oleh karena itu, wahai Haman, bakarlah tanah liat dan bangunlah sebuah menara untukku agar aku dapat melihat Tuhan Musa. Dan sesungguhnya aku yakin bahwa Musa adalah pendusta." (QS Al-Qasas: 38)

 

"Wahai kaumku, apakah aku tidak memiliki kekuasaan atas Mesir dan sungai-sungai yang mengalir di bawahku? Apakah kalian tidak bisa memahaminya?" (QS Az-Zukhruf: 51). Fir'aun menganggap dirinya sebagai tuhan dan menolak untuk mengakui keberadaan Allah SWT. Dia berkata kepada rakyatnya, "Aku adalah tuhanmu yang paling tinggi" (QS An-Nazi'at: 24). Sifat sombong ini membuat Fir'aun tidak mau mendengarkan nasihat orang lain dan merasa bahwa dia selalu benar.

 

Fir'aun menolak untuk tunduk kepada Allah SWT dan mengakui keberadaan-Nya. Dia berusaha untuk menentang Musa AS dan menganggap dirinya lebih kuat dari Musa AS dan Allah SWT. Fir'aun mengatakan kepada rakyatnya, "Aku tidak mengetahui ada tuhan selain aku" (QS Al-Qasas: 38).

Meskipun Fir'aun seorang penguasa yang kuat dan sombong, dia juga penakut. Dia takut kehilangan kekuasaannya dan merasa terancam oleh kehadiran Musa AS. Fir'aun merasa bahwa Musa AS merupakan ancaman bagi kekuasaannya dan merasa perlu untuk menindas rakyatnya.

 

Dengan sifat-sifatnya yang kejam, sombong, dan tidak tunduk kepada Allah SWT, Fir'aun dianggap sebagai contoh yang buruk bagi manusia. Fir'aun diingatkan dalam Al-Qur'an sebagai contoh buruk bagi manusia agar kita tidak mengikuti jejaknya dan selalu tunduk kepada Allah SWT

 

Tumbangnya Fir'aun dan kekalahan pasukannya diakibatkan oleh beberapa faktor berikut : pertama, Kesombongan dan ketidak-taatan Fir'aun terhadap Allah SWT. Fir'aun memandang dirinya sebagai tuhan yang paling tinggi dan tidak mau tunduk kepada Allah SWT. Fir'aun memerintahkan orang-orangnya untuk menyembahnya dan tidak mengakui keberadaan Allah SWT. Karena itu, Allah SWT mengirimkan bencana dan mukjizat kepada Fir'aun dan umatnya sebagai tanda kekuasaan-Nya.


Kedua, Penindasan Fir'aun terhadap Bani Israel. Fir'aun memperbudak dan menindas Bani Israel selama berabad-abad. Dia memaksa Bani Israel untuk bekerja sebagai budak dalam proyek-proyek besar yang dibangunnya. Fir'aun juga memerintahkan untuk membunuh bayi-bayi laki-laki Bani Israel. Karena penindasan tersebut, Allah SWT mengirimkan Musa AS untuk membebaskan Bani Israel dari perbudakan Fir'aun.

 

Ketiga, Kepercayaan Fir'aun pada kekuasaan mutlaknya. Fir'aun tidak mau mendengarkan dan mengikuti saran dari siapa pun, bahkan dari para pembesar dan penasihatnya. Dia menganggap dirinya sebagai sumber keputusan tertinggi dalam negara. Karena itu, ketika Allah SWT mengirimkan bencana dan mukjizat kepada Fir'aun, dia tetap bersikeras dalam kesombongannya dan menolak untuk tunduk kepada Allah SWT.

 

Keempat, keajaiban yang ditunjukkan oleh Musa AS. Musa AS diberikan mukjizat oleh Allah SWT untuk membuktikan kebenaran ajaran-Nya. Mukjizat tersebut, antara lain, adalah tongkat yang bisa berubah menjadi ular, dan air sungai yang bisa berubah menjadi darah. Keajaiban tersebut membuat Fir'aun dan umatnya terkejut dan takut, namun karena kesombongan dan ketidak-taatan Fir'aun, dia tetap menolak untuk tunduk kepada Allah SWT.

 

Semoga dunia hari ini tidak dikuasai oleh anak keturunan fir’aun, karena akan melahirkan malapetaka politik, budaya, ekonomi, agama dan kemanusiaan. Semoga lahir kembali Musa-Musa yang akan memimpin dunia ini dengan landasan kitabullah dan sunnah Rasulullah Muhammad SAW.

Oleh: Dr. Ahmad Sastra

Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

(AhmadSastra,Kota Hujan, 22/03/23 : 10.42 WIB)

Minggu, 02 April 2023

DPR: DEWAN PERWAKILAN PARTAI, MASIH PERLUKAH KITA IKUT PEMILU?

Tinta Media - Kita patut apresiasi pernyataan jujur dari Bambang Pacul (Bambang Wuryanto), yang menyatakan bahwa dirinya sebagai anggota DPR tidak punya otoritas untuk mewakili rakyat. Entah lugu atau keceplosan, Bambang Pacul secara eksplisit menyatakan, dirinya termasuk juga 'korea' kolega lainnya (baca: badut-badut Senayan), hanya garang didepan publik, namun takut pada pimpinan partainya masing-masing.

Hal itu disampaikan Bambang Pacul saat menjawab permintaan Mahfud MD agar DPR segera mengesahkan RUU Perampasan Aset. Prinsipnya, Bambang justru mendorong Mahfud MD untuk melobi pimpinan partai, karena hakekatnya anggota DPR di senayan adalah kepanjangan tangan partai.

Tanpa pengakuan Bambang Pacul, sebenarnya publik sudah paham bahwa politisi di DPR itu hanya menjadi Wakil Rakyat saat kampanye Pemilu. Saat kampanye itulah, rakyat benar-benar dimanjakan oleh politisi.

Ada yang berkunjung, bagi-bagi kaos, hingga amplop merah berisi duit dengan cover 'Harta Zakat'. Rakyat, juga selalu menjadi materi ulasan dalam setiap pidato kampanye politik.

Namun setelah politisi mendapatkan suara, menjadi anggota DPR, maka sepenuhnya anggota DPR menjadi milik partai, kepanjangan tangan partai. Meminjam istilah yang dipopulerkan PDIP, seluruh anggota DPR pada hakekatnya adalah petugas partai.

Yang punya kedaulatan terhadap DPR adalah partai, bukan rakyat. Maka, wajar saja UU Cipta Kerja yang ditolak rakyat malah disahkan oleh DPR. Kenapa demikian? Karena perintah pimpinan partai mengesahkan UU Cipta Kerja.

Kalau sudah demikian, masih relevan-kah kita ikut Pemilu? Memilih wakil rakyat, yang selanjutnya menjadi petugas partai?

Masih mungkinkah, akan ada perubahan jika karakter badut-badut di Senayan, seperti yang diceritakan Bambang Pacul?

Pada kenyataanya, kedaulatan rakyat dalam sistem demokrasi sejatinya hanya mitos, hanya utopia. Yang berdaulat, sejatinya adalah kapital. Dan partai, bisa dikendalikan dengan kapital, selanjutnya anggota DPR tinggal dikendalikan via partai.

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo pernah menyebut pemodal cukup merogoh ongkos Rp 1 Triliun untuk menguasai partai politik di Indonesia. Menurut Bamsoet nominal itu berdasarkan pengalamannya selama berkiprah di dunia politik di Indonesia.

Kalau ada 11 Partai Politik, berarti hanya cukup Rp. 11 triliun untuk menguasai APBN Indonesia yang nilainya Rp3000 triliun per tahun. Jika bisa mendapatkan untung 10 % saja dari nilai APBN, maka oligarki dengan kekuatan kapitalnya bisa memperoleh kocek Rp300 triliun per tahun. Padahal, modalnya hanya Rp11 triliun.

Jika Rp11 triliun ini bisa mengendalikan partai selama 5 tahun, maka oligarki akan mendapatkan keuntungan totalnya Rp1500 triliun, dengan memerintahkan anggota DPR lewat partai, untuk mengelola APBN dengan corak yang menguntungkan oligarki.

Misalnya, bikin proyek biodiesel, yang main oligarki. Bikin proyek IKN, yang untung oligarki. Bikin kebijakan hilirisasi, yang main perusahaan oligarki. Dst.

Begitulah sistem politik demokrasi, masih mau bertahan? [].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

https://heylink.me/AK_Channel/

Sabtu, 01 April 2023

IJM: Budaya Korupsi dan Hedon Tidak Terlepas dari Sistem Kapitalis Demokrasi

Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor Agung Wisnuwardana mengungkapkan bahwa budaya korupsi lahir dari sistem kapitalis demokrasi.

"Budaya korupsi, budaya hedon, tidak bisa dilepaskan dari sistem kapitalis demokrasi," ujarnya dalam program aspirasi: Sebagian Pajak Kita Untuk Mengongkosi Gaya Hedon Oknum Pejabat, di kanal YouTube Justice Monitor, Sabtu (25/3/2023)

Ia mengatakan bahwa sistem ini memang menumbuhsuburkan budaya korupsi dan Hedon para pejabat publik di tengah-tengah kita.

"Supaya kita faham tentang hal ini dan sadar untuk merubah sistem ini dengan sistem yang lebih baik, yaitu sistem Islam," pungkasnya.[] Wafi

IJM: Penguasa Abaikan Rakyat karena Ongkos Politik Mahal

Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana mengungkapkan, ongkos politik yang mahal menciptakan penguasa yang abai terhadap rakyatnya.

"Mahalnya ongkos politik meniscayakan abainya para penguasa terpilih terhadap rakyatnya," tuturnya dalam program aspirasi: Sebagian Pajak Kita Untuk Mengongkosi Gaya Hedon Oknum Pejabat, di kanal YouTube Justice Monitor, Sabtu (25/3/2023)

Ia mengungkapkan bahwa hal Ini tervisualisasikan dalam pernyataan Lucky Hakim yang membongkar gaji siluman pejabat pemerintahan. "Lucky Hakim membongkar gaji pemerintahan yang tak lazim saat melakukan podcast dengan Arman Hermansyah," kisahnya.

 Ia menceritakan bahwa Lucky Hakim memutuskan mundur sebagai wakil bupati karena tidak mau tanpa bekerja, namun menerima uang begitu banyaknya. "Ini lah wajah buruk politik demokrasi," pungkasnya.[] Wafi

Sabtu, 25 Maret 2023

Pengamat: Tingginya Popularitas Olahraga Bisa Jadi Sarana Politik

Tinta Media - Pengamat Politik Internasional Ustadz Budi Muliyana menyampaikan tingkat pupolaritas olah raga seperti sepak bola bisa menjadi sarana politik.

"Ketika olahraga (sepak bola) mencapai suatu tingkat popularitas tertentu, maka itu menjadi sebuah sarana yang penting dalam politik,” ungkapnya di kanal YouTube UIY Official: Timnas U-20 Israel Diterima, Indonesia Inskonsisten? Ahad (12/3/2023).

Ia melanjutkan, propaganda dan juga isu-isu dalam politik lokal maupun Internasional akan mendapatkan momentum oleh pihak-pihak tertentu dalam event olahraga.

“Sehingga memang akhirnya menjadi sulit, menjadikan olahraga sebagai suatu kegiatan yang purely sport tanpa nilai-nilai politik gitu,” ujarnya.

Ia juga menuturkan, penegakan aturan FIFA secara purely, memisahkan politik dan olahraga memang sulit sekali, ketika memutuskan Rusia diskualifikasi dari peserta piala dunia Qatar 2022, karna rusia menyerang Ukraina. 

"Tentu keputusan tersebut dengan pertimbangan politik," tegasnya.
"Menjadi sesuatu hal absurd, jika berkeinginan memisahkan politik dan olahraga," pungkasnya. [] Abi Nayyara
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab