Tinta Media: Petunjuk
Tampilkan postingan dengan label Petunjuk. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Petunjuk. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 23 Desember 2023

Ulama Aswaja: Siapa yang Menjadikan Al-Qur'an sebagai Petunjuk, maka Allah Tuntun Mereka



Tinta Media - Ulama Aswaja KH Rokhmat S Labib mengungkapkan, bagi siapa pun yang menjadikan Al-Qur'an itu sebagai petunjuk maka Allah akan tuntun mereka dari jalan kegelapan. 

"Jadi siapa pun ketika menjadikan Al-Qur'an itu sebagai petunjuk oleh dia, Qur'an itu kan "nurrun" atau cahaya. Bayangkan dia ketika dalam keadaan gelap kemudian ada cahaya dari Allah untuk menuntun mereka," ujarnya dalam acara Kajian Online Tafsir Al-Waie dengan tema Karakter Orang Kafir, Dimana-Mana Sama Saja, di kanal Youtube Khilafah Channel Reborn Rabu (20/12/2023). 

Jika Al-Qur'an tidak dijadikan petunjuk, lanjutnya, maka akibatnya manusia akan terus berputar dan semakin terjerumus dalam kegelapan. 

"Jadi "a'adzartahum" (Al-Baqarah ayat 6) kami memberi peringatan pada mereka, Rasulullah SAW juga memberikan peringatan pada mereka dengan menggunakan Al-Qur’an," bebernya. 

Berarti, kata KH Rokhmat S Labib, Al-Qur'an ini sebenarnya petunjuk seluruh manusia "hudallinnas". "Hanya saja, hanya orang yang bertaqwa saja yang mau menjadikan Al-Qur’an  sebagai petunjuk," tuturnya. 

Jadi, kata KH Rokhmat S Labib, selain orang yang bertaqwa, dia tidak mau menjadikan Al-Qur'an sebagai petunjuk. "Dan ini juga terjadi pada orang-orang kafir," pungkasnya. [] Setiyawan Dwi.

Rabu, 11 Oktober 2023

Dr. Nasrul: Al-Qur’an Petunjuk Bagi Manusia

Tinta Media - Intelektual Muslim sekaligus Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN Dr. Nasrul Syarif M.Si. menegaskan bahwa Al-Qur’an memberikan petunjuk bagi umat manusia, yang mengantarkan keselamatan dan kebahagiaan.

“Sungguh, Al-Qur'an ini memberikan petunjuk bagi umat manusia ke jalan yang paling lurus yang mengantarkan keselamatan dan kebahagiaan mereka,” tegasnya kepada Tinta Media, Ahad (9/10/2023).

Ia menambahkan bahwa Al-Qur’an memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan sebagai bukti dari keimanannya itu bahwa bagi mereka ada pahala yang besar sebagai imbalan dari iman dan apa yang diamalkannya itu. 

“Allah menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad agar menjadi petunjuk bagi umat manusia guna meraih keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat,” jelasnya.

Namun, ia juga menyampaikan bahwa Al-Qur’an memberi kabar buruk serta ancaman bahwa sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat. “Kami sediakan bagi mereka kelak di hari kiamat azab yang pedih yaitu neraka,” terangnya kemudian.

Hal ini diambilnya dari firman Allah dalam QS. Al-Isra'/17: 9)

“Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”

Dr. Nasrul juga memaparkan di antara tugas Rasulullah adalah menjelaskan Al-Qur'an kepada manusia tentang masalah-masalah agama, karena ayat-ayat Al-Qur'an ada yang terperinci dan ada pula yang umum isinya. “Rasulullah menjelaskan ayat-ayat Allah yang masih bersifat umum itu,” paparnya dengan menyampaikan Firman Allah Q.S. An-Nahl/16: 44.

“Dan Kami turunkan Adz-dzikr (Al-Qur'an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan,” (QS. An-Nahl/16: 44).

Selain menjelaskan ayat-ayat yang masih bersifat umum, ia menambahkan bahwa Rasulullah menetapkan pula petunjuk-petunjuk dan hukum-hukum yang bertalian dengan urusan agama dan akhlak. Sebagaimana Allah SWT berfirman :“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy-Syura /42 : 52)

Dijelaskannya, Allah menerangkan bahwa sebagaimana Dia menurunkan wahyu kepada rasul-rasul terdahulu Dia juga menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad saw berupa Al-Qur'an sebagai rahmat-Nya. “Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Muhammad saw sebelum mencapai umur empat puluh tahun dan berada di tengah-tengah kaumnya, belum tahu apa Al-Qur'an itu dan apa iman itu, dan begitu juga belum tahu apa syariat itu secara terperinci dan pengertian tentang hal-hal yang mengenai wahyu yang diturunkannya, tetapi Allah menjadikan Al-Qur'an itu cahaya terang benderang yang dengannya Allah memberi petunjuk kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya dan membandingkan kepada agama yang benar yaitu agama Islam,” jelasnya dengan menyebut suatu ayat.

“Dan engkau (Muhammad) tidak pernah mengharap agar Kitab (Al-Qur'an) itu diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) sebagai rahmat dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali engkau menjadi penolong bagi orang-orang kafir,” (QS. Al-Qasas/28: 86).

Ia juga menyampaikan ayat lain, yaitu: “Dan jikalau Kami jadikan Al-Qur’an itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al-Qur’an) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh",” (QS. Fussilat/41: 44).

Dr. Nasrul berdoa. “Kami memohon kepada Allah yang senantiasa melimpahkan nimat-nikmat-Nya kepada kita sebelum berhak menerimanya dan melanggengkannya kepada kita karena kelalaian kita bersyukur kepada-Nya serta menjadikan kita sebagai umat terbaik yang dipersaksikan untuk umat-umat yang lain agar memberikan pemahaman kepada kita mengenai kitab suci-Nya dan juga sunnah Nabi-Nya, baik ucapan maupun perbuatan sehingga memenuhi haknya atas kita dan membuat kita terdorong untuk lebih meningkatkan ibadah kepada-Nya,” doanya seraya menyampaikan firman Allah.
“Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” ( QS. Ibrahim (14) : 1)

“Sobat. Surah ini dimulai dengan "Alif Lam Ra". (Lihat tafsirnya pada jilid pertama pada judul "mafatihus suwar".) Dalam firman Allah swt sesudah Alif Lam Ra menjelaskan maksud dan tujuan diturunkannya Al-Quran kepada Nabi Muhammad. Allah menurunkan Al-Quran kepada Rasulullah agar petunjuk dan peraturan-peraturan yang dibawa Al-Quran itu dapat menjadi tuntunan dan bimbingan kepada umatnya,” lanjutnya menjelaskan.

Dengan petunjuk itu, disampaikannya mereka dapat dikeluarkan dari kegelapan ke cahaya yang terang-benderang, atau dari kesesatan dan kejahilan ke jalan yang benar dan mempunyai ilmu pengetahuan serta peradaban yang tinggi. “Sehingga mereka memperoleh rida dan kasih sayang Allah Swt di dunia dan di akhirat,” terangnya.

Menurutnya, penegasan tentang fungsi Al-Qur’an ini sangat penting sekali. “Apalagi jika dihubungkan dengan ayat-ayat yang lalu, di mana Allah swt telah menyebut-kan adanya orang-orang yang mengingkari Al-Qur’an, baik sebagian, maupun keseluruhannya,” ucapnya.

Selanjutnya dalam ayat ini diterangkan bahwa Rasulullah hanya dapat menjalankan tugas tersebut di atas dengan izin dan bantuan dari Allah Swt, dengan cara memberi kemudahan dan menguatkan tekad beliau dalam menghadapi segala rintangan. “Al-Qur’an merupakan jalan yang dibentangkan Allah Yang Mahakuasa dan Maha Terpuji bagi Nabi Muhammad dan umatnya.

Disampaikannya firman Allah Swt: “Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan,” ( QS. An-Nahl (16) : 44 )

“Sobat. Sesudah itu Allah Swt menjelaskan bahwa para Rasul itu diutus dengan membawa bukti-bukti nyata tentang kebenaran mereka. Yang dimaksud dengan bukti-bukti yang nyata dalam ayat ini ialah mukjizat-mukjizat yang membuktikan kebenaran kerasulan mereka. Sedangkan yang dimaksud dengan az-zubur ialah kitab yang mengandung tuntunan hidup dan tata hukum yang diberikan oleh Allah kepada manusia,” paparnya.

Ia manambahkan, ayat ini juga menerangkan bahwa Allah menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad saw supaya beliau menjelaskan kepada manusia mengenai ajaran, perintah, larangan, dan aturan hidup yang harus mereka perhatikan dan amalkan. Al-Qur'an juga mengandung kisah umat-umat terdahulu agar dijadikan suri teladan dalam menempuh kehidupan di dunia. “Nabi Muhammad juga diperintahkan untuk menjelaskan hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qur'an dan merinci ayat-ayat yang bersifat global mengkhususkan yang bersifat umum, membatasi yang mutlak dan lain-lain agar mudah dicerna dan sesuai dengan kemampuan berpikir mereka,” jelasnya.

“Di akhir ayat, Allah Swt menegaskan agar mereka memikirkan kandungan isi Al-Qur'an dengan pemikiran yang jernih untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat, terlepas dari berbagai macam azab dan bencana seperti yang menimpa umat-umat sebelumnya,” lanjutnya.
  
Disampaikannya pula sebuat ayat. “(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl (16) : 89)

“Sobat, dalam ayat ini, Allah Swt menjelaskan kembali apa yang akan terjadi pada hari kiamat atas setiap umat, yakni kehadiran seorang nabi dari kalangan mereka sendiri, yang akan menjadi saksi atas perbuatan mereka,” terangnya.

Nabi Muhammad saw menjadi saksi pula atas umatnya. Pada hari akhir itu, dia menjelaskan sikap kaumnya terhadap risalah yang dibawanya, apakah mereka beriman dan taat kepada seruannya, ataukah mereka melawan dan mendustakannya. “Para Nabi itulah yang paling patut untuk menjawab segala alasan dari kaumnya,” tegasnya.

“Ketika memberikan kesaksian, para Rasul tentu berdasarkan penghayatan mereka sendiri atau dari keterangan Allah Swt, sebab mereka tidak lagi mengetahui apa yang terjadi atas umatnya sesudah mereka wafat,” sambungnya.

Kemudian ia menyampaikan, Rasulullah mencucurkan air mata sewaktu sahabatnya, 'Abdullah bin Mas'ud, membaca ayat yang serupa maknanya dengan ayat di atas:
“Dan bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka,” (QS. An-Nisa'/4: 41)

Ia menceritakan 'Abdullah bin Mas'ud berhenti membaca ketika sampai ayat ini, karena Rasul saw berkata kepadanya, "Cukup." 'Abdullah bin Mas'ud kemudian menoleh kepada Rasul saw, dan melihatnya mencucurkan air mata.
“Sobat, menjadi saksi pada hari kiamat adalah kedudukan yang mulia, tetapi berat. Rasul saw akan menjelaskan kepada Allah pada hari kiamat keadaan umatnya sampai sejauh mana mereka mengamalkan petunjuk Al-Qur'an yang diwahyukan kepadanya,” tuturnya.

Pada hari itu, Dr. Nasrul mengatakan tak ada alasan lagi bagi umat untuk tidak mempertanggungjawabkan amal perbuatan mereka di dunia, sebab Al-Qur'an telah menjelaskan kepada mereka segala sesuatu, yang baik ataupun yang buruk, yang halal dan yang haram, serta yang benar dan yang salah. “Al-Qur'an memberikan pedoman bagi manusia jalan mana yang lurus dan yang sesat, serta arah mana yang membawa bahagia dan mana yang membawa kesengsaraan,” tegasnya.

Ia mengingatkan, barang siapa membenarkan Al-Qur'an dan mengamalkan segala petunjuk yang terdapat di dalamnya, tentulah ia memperoleh rahmat dalam kehidupan dunia dan akhirat. “Al-Qur'an memberi kabar yang menyenangkan kepada orang yang taat dan bertobat kepada Allah dengan pahala yang besar di akhirat dan kemuliaan yang tinggi bagi mereka,” ucapnya.

Rasul saw yang diberi tugas untuk menyampaikan Al-Qur'an, kelak akan dimintai pertanggungjawaban tentang tugas dan kewajibannya itu pada hari kiamat, sebagaimana firman Allah:
“Maka pasti akan Kami tanyakan kepada umat yang telah mendapat seruan (dari rasul-rasul) dan Kami akan tanyai (pula) para Rasul,” (QS. Al-A'raf/7: 6).

“Dengan cahaya Al-Qur'an itulah, Allah memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus yaitu agama yang benar,” tandasnya. []Raras

Rabu, 19 Oktober 2022

Al Baqarah 137, Guru Luthfi: Ahlul Kitab Akan Mendapat Petunjuk dan Kebenaran Jika...


Tinta Media - Pengasuh Majelis Baitul Qur’an, Tapin, Guru H. Luthfi Hidayat menjelaskan syarat bagi Ahlul Kitab agar mendapat petunjuk dan kebenaran dari Allah. 

“Makna Qur'an Surat Al Baqarah ayat 137 adalah jika Ahlul Kitab beriman, berkeyakinan sebagaimana keyakinan orang-orang mukmin, tidak membeda-bedakan di antara rasul-rasul Allah maka mereka akan mendapat petunjuk dan kebenaran dari Allah,” ungkapnya dalam Program Kajian Jumat Bersama Al Quran: Ahlul Kitab akan Mendapat Petunjuk Jika Mereka Mau Beriman, Jumat (14/10/2022), dikanal Youtube Majelis Baitul Qur’an.

Namun, jika Ahlul Kitab melakukan Syiqaaq atau permusuhan maka Allah akan menolong orang-orang yang beriman. “Pertolongan dari Allah inilah yang menjadi kunci kemenangan umat Islam, hanya dengan terus meningkatkan ketaatan, taqarub, dan ketakwaan kepada Allah,” ujarnya. 

Firman Allah SWT:

فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّما هُمْ فِي شِقاقٍ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ    

Maka jika mereka beriman kepada apa yang kalian telah beriman kepada-Nya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kalian). Maka Allah akan memelihara kalian dari mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, (QS. Al Baqarah: 137).

Ia mengemukakan penjelasan Imam Al Qurthubi dalam Tafsir beliau Al Jaami' li Ahkamil Qur’an, Firman Allah: 
فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا                    
Maka jika mereka beriman kepada apa yang kalian telah beriman kepada-Nya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk.

“Imam Al Qurthubi menjelaskan bahwa Khitab (seruan) dalam ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw. dan umatnya. Maknanya, jika mereka beriman seperti iman kalian dan percaya seperti kepercayaan kalian, maka sesungguhnya mereka telah mendapatkan petunjuk. Dengan demikian, kesetaraan terjadi antara kedua keimanan tersebut,” tuturnya. 

Ia mengartikannya dengan pendapat dari Imam Ali Ash Shabuni yang lebih spesifik memaknai kalimatnya bahwa Ahlul Kitab yang beriman sebagaimana imannya orang-orang beriman maka mereka mendapat petunjuk di jalan yang benar. 

“Artinya, jika mereka Ahlul Kitab mendapat petunjuk sebagaimana orang-orang beriman mendapat petunjuk,” ucapnya. 

Ia pun mengatakan makna keimanan dari penjelasan Imam Ibnu Katsir atas ayat ini. 
“Yaitu iman kepada semua kitab Allah, para rasul-Nya, serta tidak membedakan antara satu nabi dengan nabi lainnya,” katanya. 

Kalimat berikutnya: 
وَإِنْ تَوَلَّوْا
Dan jika mereka berpaling. 
Ia mengungkapkan pendapat dari Imam Ibnu Katsir dan Imam Al Qurthubi. Imam Al Qurthubi memaknainya sebagai  berpaling dari keimanan. 

“Sementara  pendapat dari Imam Ibnu Katsir, jika mereka berpaling, yakni berpaling dari kebenaran kepada kebatilan setelah adanya hujah ada pada diri mereka,” ungkapnya. 

Kalimat berikutnya:
فَإِنَّما هُمْ فِي شِقاقٍ
Maka sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kalian). 
Guru Luthfi menjelaskan beberapa pendapat ulama tentang makna Syiqaaq. Zaid bin Aslam menyatakan sebagai al munaaza'ah (permusuhan). Menurut satu pendapat, adalah perdebatan, penyimpangan, dan pelanggaran.

“Menurut pendapat yang lain, Asy-Syiqaaq diambil dari perbuatan yang menyulitkan dan menyusahkan sehingga seolah masing-masing pihak berusaha untuk menyulitkan sahabatnya,” bebernya. 

Ia pun mengutarakan tentang lanjutan kalimat dari ayat ini:
فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ
Maka Allah akan memelihara kalian dari mereka. 
“Yakni, Allah akan memelihara rasul dari musuh-musuhnya,” ujarnya. 

Menurutnya hal ini merupakan janji Allah untuk melindungi nabi-Nya. 

“Bahwa Allah akan memeliharanya dari orang-orang yang menentang dan menyalahinya, dengan orang-orang beriman yang dia berikan petunjuk,” tuturnya.

Dan ia menegaskan pemenuhan janji Allah untuk memelihara nabi-Nya terjadi pada peristiwa peperangan dengan Bani Qainuqa, Bani Quraizhah, dan Bani An-Nadhir. 

Kalimat terakhir dari ayat mulia ini: 
وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ                    
Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. 
Ia menyatakan penjelasan dari Tafsir Imam Ali Ash Shabuni dalam kitabnya Shafwatu Tafaasir tentang kalimat terakhir ini. 

“Artinya, Dia Allah SWT Maha Mendengar apa yang mereka ucapkan dan Maha Mengetahui kejahatan dan kedengkian yang mereka sembunyikan dalam hati mereka,” pungkasnya. [] Ageng Kartika
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab