Tinta Media: Perubahan
Tampilkan postingan dengan label Perubahan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Perubahan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 09 Juni 2024

Agen Perubahan


Tinta Media - 1400 tahun yang lalu Rasulullah kabarkan
Bahwa Konstantinopel akan ditaklukkan
Di masa Kesultanan Utsmaniyyah 
Muhammad Al-Fatih berhasil meraihnya

Sabda Nabi bukanlah kebohongan
Melainkan sebuah kepastian
Bahwa Konstantinopel akan takluk 
Dengan sebaik-baik penakluk

Zaman terus berjalan
Generasi terus berganti
Tidakkah kita ingin perubahan?
Menuju kehidupan yang mendamaikan

Wahai para remaja
Wahai para generasi muda
Bangkitlah dan kobarkan semangat
Terus maju tanpa kenal lelah

Luruskan niat hanya untuk Allah semata
Jangan pernah berharap puji manusia
Karena kita hanya berharap balasan
Yakni surga yang telah dijanjikan

Batam, 14 Januari 2024


Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba

Minggu, 17 Maret 2024

Arah Pergerakan Aktivis Menuju Perubahan dan Persatuan


Tinta Media - Pergerakan menuju perbaikan yang diupayakan oleh para aktivis tentu merupakan salah satu bukti nyata kepedulian para aktivis, terutama aktivis mahasiswa terhadap permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat. Permasalahan di berbagai bidang seperti masalah ekonomi, sosial, politik, bahkan lingkungan mendorong para aktivis memperjuangkan perubahan dan perbaikan. 

Beberapa permasalahan yang dihadapi di antaranya terkait kasus kekerasan seksual sehingga dituntut penerapan UU TPKS maupun Permendikbud PPKS yang dianggap dapat mengatasi masalah KS di tengah masyarakat maupun lingkungan Perguruan Tinggi. Namun, nyatanya setelah peraturan tersebut dilegalkan pun ternyata kasus KS masih terus meningkat. 

Adapun permasalahan politik seperti pengesahan UU Ciptaker (Omnibus Law) dianggap sangat menguntungkan oligarki dan merugikan rakyat terutama para pekerja atau buruh. Undang-undang ini juga memuluskan ambisi penguasa untuk menggerus kekayaan alam negara demi kepentingan pengusaha asing. 

Permasalahan pendidikan juga masih merajalela. Masih banyak masyarakat yang tidak dapat melanjutkan pendidikan karena terkendala biaya. Ini karena pendidikan telah menjadi salah satu komoditas bisnis sehingga masyarakat kelas bawah secara ekonomi tidak mampu meraih pendidikan tinggi. 

Bahkan, sistem pendidikannya sendiri pun bermasalah. Ini dibuktikan dengan banyaknya pelanggaran norma maupun hukum oleh para pelajar. 

Permasalahan yang dihadapi pelajar tersebut juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang ditanam dalam kurikulum pendidikan yang realitanya tidak menanamkan akidah atau kewajiban ketundukan kepada Sang Pencipta. 

Ekonomi juga turut mewarnai permasalahan yang dihadapi masyarakat, karena masih banyak masyarakat di bawah garis kemiskinan, bahkan kekurangan gizi. Masih banyak masyarakat yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Ada juga masyarakat yang bermasalah dengan lahan tempat tinggal. Mirisnya, ada penggusuran lahan demi kepentingan industri sehingga masyarakat harus meninggalkan wilayah tempat tinggalnya secara terpaksa. Yang sering ditargetkan pun biasanya lahan yang memiliki potensi sumber daya alam tertentu, seperti bahan tambang, minyak bumi, perkebunan, dan sejenisnya. Semuanya dilakukan demi kepentingan bisnis para pemilik modal. Bahkan, kebijakan tersebut dilegalkan oleh pemerintah. 

Akar Masalah Problematika Umat

Perlu dipahami bahwa akar dari berbagai permasalahan tersebut diawali dari paradigma pengambilan kebijakan berdasarkan ideologi kapitalisme-sekuler. Orientasi untuk meraih keuntungan menjadikan kebijakan yang diambil bukan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 

Standar bahagia dan keberhasilan dalam sistem kapitalisme adalah kenikmatan jasmani yang dengan kata lain keuntungan berupa materi. Hal ini terbukti dari napas kebijakan-kebijakan yang disahkan hingga merugikan rakyat. Tentu hal tersebut terjadi karena ada pihak yang ingin merebut keuntungan materi. Peraturan dan kebijakan yang diambil berdasarkan pertimbangan logika manusia dengan segala keserakahan dan keterbatasannya.

Arah Perjuangan Perubahan

Jika akar masalah dari berbagai problematika yang terjadi di tengah masyarakat adalah penerapan ideologi kapitalisme dalam pengambilan kebijakan, maka sudah seharusnya perubahan yang diperjuangkan, khususnya para aktivis adalah perubahan ideologis pula. Perubahan parsial atau tidak mengakar justru hanya akan mempertahankan, bahkan menambah permasalahan baru. Perjuangan tersebut harus memutus rantai permasalahan yang disebabkan oleh sistem ideologi kapitalisme. 

Perubahan ideologis merupakan suatu hal yang harus diupayakan dan bisa diwujudkan. Hal ini terbukti pada perubahan peradaban di dunia. Harus ada perubahan peradaban manusia yang tidak manusiawi hingga menjadi peradaban manusiawi, cemerlang, bahkan gemilang. Hal ini dapat kita lihat pada beberapa perubahan peradaban di tengah masyarakat seperti di wilayah Arab, Eropa, bahkan Nusantara. 

Sebelum datangnya Islam di Arab, ternyata peran wanita sangat hina dalam pandangan masyarakat Arab. Bahkan, bayi perempuan yang baru lahir harus dibunuh. Namun, setelah Islam disampaikan kepada masyarakat Arab, peran wanita menjadi sangat mulia. 

Hal serupa terjadi di Eropa. Masyarakat Eropa sangat erat dengan kepercayaan mistis hingga banyak penyakit bertebaran karena mereka belum mengenal tradisi menjaga kebersihan. Namun, setelah Islam sampai di Eropa, untuk pertama kalinya di Eropa ditemukan sabun sebagai alat untuk bersih-bersih. 

Adapun di Nusantara, masih banyak kebudayaan yang mengancam manusia. Setelah Islam sampai di Nusantara, masyarakat justru dimuliakan dan dilarang keras untuk membunuh tanpa alasan.

Kunci Keberhasilan Peradaban

Perubahan yang begitu besar tersebut bisa diwujudkan karena adanya perubahan taraf berpikir masyarakat. Perubahan taraf berpikir tersebut diawali dengan upaya untuk memahamkan masyarakat atau dengan dakwah. Ada upaya penyadaran tentang tatanan kehidupan yang salah, lalu dipahamkan tentang tatanan kehidupan yang benar, yakni Islam. 

Adapun kunci keberhasilan peradaban Islam yang mampu mengubah posisi manusia di berbagai belahan dunia tersebut adalah akidah Islam itu sendiri berupa tauhid (beriman kepada Allah Swt.).

Konsekuensinya adalah tunduk dan patuh kepada apa pun yang Allah perintahkan, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan sistem kehidupan manusia. 

Allah Swt. menurunkan agama Islam kepada manusia untuk mengatur kehidupan dalam tiga dimensi, yakni hubungan manusia dengan Allah (hablumminannas), hubungan manusia dengan dirinya sendiri (hablumminannafsi) dan hubungan manusia dengan sesama  manusia (hablumminannas). 

Sistem kehidupan manusia termasuk di dalamnya peraturan, hukum, kebijakan negara, politik, ekonomi, pendidikan. pengelolaan sumber daya alam dan sejenisnya juga diatur dalam sistem Islam. Hal ini membuktikan bahwa Islam merupakan ideologi karena memiliki landasan berpikir, yakni tauhid, serta metode untuk menerapkannya berupa peraturan-peraturan dalam syariat Islam. 

Berkaitan dengan permasalahan masyarakat hari ini, akar masalahnya adalah ideologi kapitalisme yang rusak. Maka, sudah saatnya masyarakat paham terkait ideologi yang benar dan sesuai dengan fitrah manusia, yakni ideologi Islam. Segala kebijakan dan peraturan yang diambil sesuai dengan peraturan dan perintah dari Sang Maha Pencipta. 

Maka, sudah saatnya para pejuang perubahan, terutama aktivis mahasiswa untuk memahami akar masalah dari problematika umat hari ini, yakni penerapan ideologi kapitalisme. 

Jika akar permasalahannya adalah sistemik, tentu solusi yang dibutuhkan untuk mengatasi berbagai macam problematika umat itu berupa perubahan sistemik pula. 

Islam memiliki jawaban atas permasalahan tersebut. Namun, untuk mewujudkan penerapan ideologi Islam, tentu membutuhkan institusi yang menerapkannya berupa negara. 

Pada hakikatnya, ideologi Islam tidak dapat diwujudkan tanpa adanya tiga pilar, yakni individu, masyarakat, dan negara yang menerapkan syariat Islam. Maka, sudah saatnya umat berjuang untuk bersatu mewujudkan negara yang mampu menerapkan syariat Islam secara paripurna, yaitu khilafah Islamiyah. Allah Swt. juga telah menyampaikan firman-Nya dalam surah al-Baqarah ayat 208 yang artinya, 

“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara menyeluruh.”[]


Oleh: Isra Novita
Mahasiswi Universitas Indonesia

Kamis, 14 Maret 2024

Perubahan Hakiki Hanya dengan Sistem Islam


Tinta Media - Antusiasme dan harapan masyarakat di Indonesia dalam pelaksanaan Pemilu tahun ini sangatlah besar dengan berpartisipasi memberikan hak suaranya di pemilu pada tanggal 14 Februari 2024  lalu. Memilih pemimpin negeri dan wakil-wakil rakyat di DPR menjadi cara yang mereka gunakan untuk membawa perubahan yang lebih baik di negeri ini.

Di satu sisi, hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat mulai menyadari bahwa keadaan negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Terlihat di semua  bidang  kehidupan, berbagai permasalahan kian hari kian mengimpit dan susul-menyusul tanpa henti. Di antara masalah tersebut antara lain:

Pertama, bidang ekonomi. Walaupun negeri ini sangat kaya akan sumber daya alamnya, tetapi justru kemiskinan merajalela. Utang luar negeri semakin menggurita, kasus korupsi menjadi hal biasa, kerawanan pangan pun terus melanda.

Kedua, bidang pendidikan. Belum semua lapisan masyarakat dapat mengenyam fasilitas pendidikan hingga tingkat atas, apalagi hingga perguruan tinggi (PT) akibat mahalnya biaya pendidikan. 

Untuk PT saja biaya yang harus dikeluarkan bisa mencapai ratusan juta. Ini menunjukkan hawa bisnis begitu merebak di ranah pendidikan. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya anak-anak negeri ini yang tidak mampu melanjutkan pendidikan, bahkan putus di tengah jalan.

Ketiga, bidang kesehatan. Masyarakat harus membayar mahal ketika ingin mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Jika ingin mendapatkan yang gratis atau murah, pelayanan kesehatannya pun apa adanya. 

Program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) pun sejatinya bukan jaminan kesehatan berupa pelayanan kesehatan dari negara, tetapi justru 'gotong royong ' rakyat yang hakikatnya adalah asuransi yang dikelola oleh BPJS. Beban pembiayaannya dikembalikan kepada rakyat, dengan membayar premi per bulan per jiwa.

Keempat, bidang sosial. Berkembangnya masalah sosial dan penyakit sosial, semisal banyaknya tunawisma yang menggelandang di kota-kota besar, maraknya ODGJ akibat tidak mampu memikul beban hidup yang semakin berat dalam berbagai hal, juga stres sosial yang menimpa banyak orang di berbagai lapisan masyarakat.

Kelima, bidang keamanan dan kriminalitas. Kejahatan dalam berbagai bentuk, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, menambah miris kondisi bangsa ini. 

Kejahatan yang meningkat tajam sebagai efek dari masalah kemiskinan, sosial, dan sebagainya, menjadikan rasa aman sebagai sesuatu yang mahal di negeri ini. Bahkan, di lingkungan terdekat sekalipun, yaitu keluarga, kerabat dan tetangga, tidak dapat terjamin rasa aman. Sebagai buktinya, bahwa para pelaku kejahatan saat ini, banyak yang merupakan orang-orang terdekat korban.

Itulah realitas hidup di dalam masyarakat yang menjunjung tinggi HAM dan kebebasan, melalui sistem demokrasinya, yang justru melahirkan masyarakat yang rusak dalam seluruh bidang kehidupan.

Maka, sangat wajar jika rakyat di negeri ini menginginkan perubahan, tentu ke arah yang lebih baik. Namun, apakah perubahan masyarakat itu cukup melalui pemilu? 

Masyarakat menggantungkan harapan yang sangat besar kepada calon pemimpin yang digadang-gadang dapat membawa perubahan. Ada juga yang berharap akan adanya sebagian wakil rakyat yang mau mendengar aspirasi mereka dan memperjuangkannya, sehingga mengubah kondisi menjadi  lebih baik. Namun, tidak sedikit juga masyarakat yang meragukan bahwa pemilu ini akan memberikan perbaikan kondisi mereka. Ini karena masyarakat sudah jengah dengan keadaan yang semakin sulit akibat kebijakan yang menyengsarakan rakyat.

Di negeri ini, pemilu demokrasi telah dilakukan berulang kali dan menghasilkan pemimpin negara yang berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari militer, sipil intelektual, ulama, perempuan, hingga pengusaha mebel. Namun, kondisi yang dialami bangsa ini tidak menjadi lebih baik dengan para pemimpin tersebut, justru makin jauh dari kata sejahtera.

Jika ditelusuri, masalahnya bukan hanya terletak pada sosok pemimpinnya saja, tetapi juga terletak pada sistem yang diterapkan, yakni demokrasi kapitalisme, yang terbukti telah gagal memberikan kehidupan yang sejahtera, aman, dan sentosa kepada rakyat, berupa kehidupan yang penuh problematika tanpa mampu diselesaikan.

Sebagai seorang muslim, kita harus mengembalikan tolok ukur kehidupan kita kepada pandangan Islam. Jika kita ingin melakukan perubahan kondisi masyarakat menjadi lebih baik, maka harus mengganti sistem demokrasi kapitalisme dengan sistem  Islam yang sempurna.

Allah Swt. berfirman dalam QS. Ar-Ra'd (13)- 11, yang artinya bahwa:

"Allah Swt. tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum tersebut mengubah keadaan diri mereka sendiri."

Sistem aturan kehidupan yang diterapkan saat ini, yaitu sistem demokrasi-kapitalisme-sekuler, yang memisahkan agama dari kehidupan, telah menampakkan aturan Allah Swt. dengan menjadikan manusia yang menjadi pembuat hukum (legislasi), karena kedaulatan berada di tangan rakyat.

Walaupun pada kenyataannya, para elite politik duduk di kursi parlemen untuk membuat undang-undang dan kebijakan yang hanya pro kepada para pemilik modal, baik lokal swasta, asing, dan aseng, sedangkan rakyat yang banyak dirugikan.

Oleh karena itu, bagi kumat Islam, hanya hukum Allah Swt. yang haq, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Maidah (5):8 50, yang artinya:

"Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? Hukum siapakah yang lebih baik dari pada hukum Allah bagi kaum yang meyakini?"

Melalui pergantian sistem kufur saat ini dengan sistem Islam, insyaallah akan terjadi perubahan yang mendasar, melalui sebuah institusi pemerintahan yang disebut khilafah.

Perubahan sistem ini harus diperjuangkan melalui sebuah aktivitas dakwah berjamaah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. untuk menancapkan ketakwaan pada setiap individu, dan juga pada masyarakat, sehingga mendorong mereka untuk menerapkan syariah Islam kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Ini dilakukan secara komprehensif dan revolusioner dipimpin oleh seorang khalifah (imam) yang telah memenuhi syarat kelayakan sebagai pemimpin, berdasarkan hukum syara. Inilah perubahan yang hakiki, menuju keridaan Allah Swt. 

Allah Swt. berfirman dalam QS Al -'Araf; 96, yang artinya:

"Seandainya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, niscaya Allah akan melimpahkan atas mereka barakah dari langit dan bumi ...."

Wallahu'allam bisawwab.


Oleh: Yuli Ummu Shabira
Sahabat Tinta Media

Minggu, 10 Maret 2024

Program Beasiswa Ti Bupati (Besti), Harapan Menuju Perubahan?



Tinta Media - Sistem pendidikan saat ini terus diprioritaskan untuk mencetak para penerus bangsa sebagai tonggak peradaban suatu bangsa. Semua cara ditempuh oleh pemerintah baik di daerah maupun di pusat. Salah satunya dengan program beasiswa ti Bupati alias BESTI yang digulirkan oleh pemerintah Kabupaten Bandung.

Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan pencapaian target Rataan Lama sekolah (RLS), menjadi 10 tahun pada tahun 2024 yang sebelumnya ada di angka 9,10 tahun sekaligus untuk mewujudkan pemerataan pendidikan di wilayahnya.

Bupati Bandung Dadang Supriatna mengatakan bahwa Beasiswa ti Bupati (Besti) merupakan implementasi dari visi pemkab, yakni menyediakan layanan pendidikan yang berkualitas dan merata, guna mendukung terwujudnya masyarakat yang edukatif.

Program ini diperuntukkan bagi siswa berprestasi yang kurang mampu dan diberikan pula kepada para penghafal Qur'an, serta  guru ngaji yang belum mengenyam pendidikan sarjana. Dengan program ini, Bupati berharap bisa melahirkan SDM yang hebat, berkualitas, memiliki daya saing, berintegritas, dan profesional untuk bisa bersama membangun Kabupaten Bandung sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). 

Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Daerah Lilis Suryani mengatakan bahwa program ini ditujukan pada calon mahasiswa yang memiliki prestasi akademik ataupun non-akademik dan yang tergolong sebagai keluarga ekonomi tidak mampu. Besaran beasiswa Rp5 juta per semester atau paling besar Rp40 juta untuk 8 semester.

Program ini akan digelar selama dua gelombang di tahun 2024 ini. Untuk kuota masing-masing  gelombang pertama 130 dan kedua 120.

Adapun syarat-syarat penerima beasiswa antara lain: warga Kabupaten Bandung yang dibuktikan dengan KTP, yang tengah menempuh pendidikan S1 serta tidak sedang menerima beasiswa lain, menyertakan surat permohonan beasiswa kepada Bupati Bandung, lolos seleksi pemberian beasiswa pendidikan, melampirkan SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian).

Selain syarat tersebut, ada pula kriteria khusus yang wajib dipenuhi, di antaranya: memiliki rata-rata nilai delapan pada ujian nasional dan ujian sekolah bagi calon mahasiswa, bagi yang berstatus mahasiswa diwajibkan memiliki indeks prestasi kumulatif (IPK) terendah di angka 3.00  bagi mahasiswa di perguruan tinggi negeri dan 3.15 bagi mahasiswa di perguruan tinggi swasta.

Pelaksanaan program pemerintah ini merupakan upaya untuk mengurai permasalahan pendidikan dalam kategori khusus untuk golongan menengah ke bawah, tetapi justru ketimpangan sosial ekonomi sangat jelas terlihat dan memberikan jurang pemisah yang semakin dalam antara yang miskin dan yang kaya. Apalagi, pembatasan dan persyaratan yang cukup banyak dalam beberapa kategori jarang bisa diraih oleh masyarakat miskin.

Inilah fakta bahwa negara dalam sistem sekuler-kapitalisme hanya sekadar regulator, bukan sebagai raa'in. Dalam sistem ini, peran pengurusan bercampur tangan dengan pihak pengusaha swasta yang berasaskan manfaat dan keuntungan berupa materi. Padahal, "tidak ada makan siang yang gratis."

Berbeda halnya dengan sistem Islam, sistem pendidikan berbasis akidah diaplikasikan dalam penerapan syariah secara kaffah. Tujuannya adalah membangun kepribadian Islam (aqliyah dan nafsiah Islam) dan mempersiapkan lahirnya generasi yang ahli di setiap aspek kehidupan.

Di samping itu, penerapan akidah yang benar dan lurus merupakan dasar terbentuknya kekuatan ukhrowi yang kuat dan tangguh serta perlindungan dan periayahan negara yang menjamin atas seluruh rakyat dengan tidak ada sekat.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw.

"Khalifah adalah pengurus urusan rakyat dan ia bertanggung jawab terhadap urusan mereka."

Generasi unggul di bawah naungan khalifah telah terbukti dalam sejarah selama hampir 14 abad dengan melahirkan para ilmuwan dan cendekiawan muslim yang sampai hari ini penemuan mereka dijadikan tolok ukur dan dikembangkan menjadi sains dan teknologi canggih.

Oleh karena itu, terwujudnya generasi yang bertakwa dan tangguh hanya bisa dilakukan oleh sistem Islam dalam naungan khilafah. Wallahua'lam bisawawab.



Oleh: Nunung Juariah
Sahabat Tinta Media

Sabtu, 24 Februari 2024

UIY Ungkap Pentingnya Dakwah bagi Perubahan



Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) mengungkap pentingnya dakwah yang menjadi instrumen utama bagi perubahan. 

"Dakwah adalah bagian penting dari ajaran Islam, yang menjadi instrumen utama bagi perubahan," tuturnya dalam video: Songsong Perubahan, Sabtu (17/2/2024), di kanal Youtube Khilafah News. 

Melalui dakwah, lanjutnya, ajaran Islam dipelajari, dipahami, dihayati kemudian diamalkan hingga membentuk perilaku. 

“Perilaku yang dilakukan secara bersama dalam kurun waktu yang panjang akan menghasilkan budaya. Sehingga menjadi jelas dakwah akan menghasilkan budaya dan budaya yang dibentuk itu adalah budaya yang baik dalam aneka sisi dan aspek. Jadi dakwahlah yang akan membentuk budaya, bukan sebaliknya," tegasnya.


Menurutnya, dakwah bersumber dari nilai-nilai Islami yang bersifat tetap sedang budaya tumbuh sebagai hasil dari relasi nilai dan perilaku manusia yang tentu saja akan terus berubah. 

Ia mencontohkan, dulu perempuan ketika hadir di undangan berkebaya dan menggunakan gelung, tetapi kini hampir tak ada lagi perempuan yang berpakaian berkebaya dan menggunakan gelung, yang tampak sekarang adalah kerudung. 

“Kerudung yang di awal tahun 1980-an dulu itu sempat begitu dimusuhi oleh siswi-siswi Sekolah Menengah Atas di berbagai kota di Bandung, Bogor, Jakarta dan Surabaya, setelah menemukan kesadaran baru dalam berpakaian, lalu mereka melengkapi seragam sekolahnya dengan kerudung,” bebernya. 

Ia melanjutkan, alih-alih mendapatkan apresiasi, para siswi itu justru mendapat pelarangan dan intimidasi sampai dipecat dari sekolah atau dipaksa mengundurkan diri karena keteguhannya berkerudung. 


“Berkat dakwah yang dilakukan secara konsisten suasana itu berubah, kerudung kini tak lagi dimusuhi bahkan setelah bertahun-tahun tak henti diperjuangkan akhirnya kerudung ditetapkan resmi menjadi bagian dari seragam sekolah SMA SMP bahkan juga SD,” urainya. 

Mempengaruhi 

UIY yakin, ketika dakwah terus dilakukan maka perubahan pasti akan terus terjadi karena seruan dakwah akan mempengaruhi orang berpikir. 

“Ketika pemikiran orang berubah pula tanggapan terhadap ajaran Islam dan budaya yang dulu ditolak kini diterima, bahkan dibela. Dulu dianggap buruk kini dianggap baik dan makin banyak orang tertarik. Dulu dibenci kini dicintai begitu sebaliknya dulu dicinta, kini tak lagi," bebernya. 

“Karena itu teruslah berdakwah, agar manusia, keluarga, negara, bahkan dunia berubah ke arah yang lebih baik yang diridhai Allah Yang Maha Mencipta,” pungkasnya. [] Muhammad Nur

Selasa, 20 Februari 2024

IJM: Perubahan Tergantung Kepentingan Pragmatis



Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor  (IJM) Agung Wisnuwardana menyatakan bahwa perubahan tergantung kepentingan pragmatis. 

"Semua perubahan ini semata tergantung kepentingan pragmatis alias apa kepentingan kekinian yang diharapkan," tuturnya dalam video: Otak Atik Angka? Kamis (15/2/2024) di kanal Youtube Justice Monitor. 

Menurutnya, permainan politik seperti ini sebetulnya sangat lumrah. “Sistem demokrasi, sistem yang tegak di atas asas sekularisme ini sama sekali tidak mengenal Tuhan, apalagi konsep halal haram. Apa pun boleh dilakukan demi meraih kekuasaan. Legalitas sebuah tindakan pun diatur dengan kekuatan uang,” jelasnya. 

Pemilihan kepemimpinan dalam sistem ini, terangnya, sejatinya hanya kamuflase atas prinsip daulat rakyat yang diagung-agungkan secara periodik. 

"Rakyat seakan diberi hak politik, padahal sejatinya yang tampil sebagai pemenang tetap saja para pemilik uang, pemilik modal," imbuhnya. 

Ia melanjutkan,  tidak heran ketika pemilu usai, rakyat pun ditinggalkan. “Triliunan uang yang dihambur-hamburkan untuk pesta lima tahunan akhirnya hanya menyisakan penderitaan panjang. Termasuk melahirkan budaya koruptif dan perpecahan yang diwajarkan," kritiknya. 

Menurutnya, banyak kebijakan yang ditetapkan penguasa pilihan rakyat berselisih jalan dengan keinginan rakyatnya. 

“Kebijakan politik yang dilahirkan para penguasa yang konon menjadi representatif rakyat, nyatanya hanya representasi kepentingan politik,” kritiknya. 

Hubungan penguasa dan pemilik uang dalam demokrasi, sambungnya,  memang tidak bisa dipisahkan. Keduanya menjadi hubungan saling menguntungkan demi kursi panas kekuasaan yang berkelindan dengan target menambah akumulasi modal. 

"Oleh karenanya suara rakyat suara Tuhan yang disucikan pun menjadi mantra manis yang bisa mengelabui," tambahnya. 

Ia mengatakan, Steven Levistky dan Daniel Ziblatt dari Harvard University pernah menulis buku How Democracies Die, yang menjelaskan bahwa demokrasi akan mati di tangan penguasa yang dipilih melalui jalur demokrasi itu sendiri. Yakni, ucapnya, ketika mulai menolak nilai-nilai toleransi dan menampakkan perilaku otoritarianisme sebagaimana yang justru tampak saat ini. 

"Sayangnya, sebagian orang tidak sampai pada kesimpulan bahwa demokrasi memang akan benar-benar mati karena cacat bawaannya sendiri," tandasnya. 

Ia menilai, demokrasi tegak di atas asas yang rusak dan senyatanya telah melahirkan sebagai aturan yang juga rusak dan merusak. 

“Pengetahuan atas cacatnya sistem yang ada tentu tidak akan berdampak apa pun jika tidak dilanjutkan dengan perjuangan untuk mengubah keadaan. Bersikap fatalis, jelas bukan karakter seorang muslim,” ucapnya sembari membacakan surat Ar-Ra’du ayat 11. 

Ia menegaskan, arah perubahan tidak boleh lagi hanya fokus pada perubahan orang melainkan harus mengarah pada perubahan sistem dan kepemimpinan dengan meneladani Rasulullah saw. 

Sepanjang peradaban kapitalisme berkuasa di bumi, lambat laun dunia berjalan ke jurang kehancuran yang makin dalam. Semoga kita sadari dan terus melangkah untuk melakukan perubahan sistem dan juga perubahan orang," pungkasnya.[] Ajira

IJM: Perubahan Itu Sesuatu Keniscayaan



Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor  (IJM) Agung Wisnuwardana menegaskan bahwa perubahan itu sesuatu keniscayaan.

"Perubahan itu suatu keniscayaan. Tak bisa dibendung. Tak bisa dicegah. Perubahan itu sesuatu yang alami (nature), akan terjadi," ujarnya dalam video: Luhut Tegaskan RI Tidak Butuh Narasi Perubahan? di kanal Youtube Justice Monitor, Jumat (16/01/2024).

Menurutnya, gelombang besar menuju perubahan di tanah air terasa semakin kuat, pasalnya banyak orang merasakan Indonesia saat ini semakin terpuruk.

“Indonesia adalah negara besar dan sangat kaya sumber daya alamnya, namun Indonesia belum bisa menjadi negara unggul dibandingkan dengan negara-negara lain bahkan di tingkat ASEAN sekalipun,” paparnya.  

Ia membeberkan fakta,  di negeri ini lebih dari 10 juta  warga berada dalam kemiskinan ekstrem, dan  menduduki peringkat kedua prevalensi stunting tertinggi di ASEAN. 

"Utang luar negeri tahun lalu sudah tembus 8.000 triliun dan tahun ini mungkin akan mendekati 9.000 triliun. Ketimpangan ekonominya semakin meningkat, penegakan hukumnya tidak berpihak pada warga. Hasil survei KedaiKOPI tahun lalu menunjukkan ada 54,5% warga di negeri ini merasa tidak puas dengan penegakan hukum. Itulah sebabnya rakyat Indonesia sangat berharap ada perubahan dengan kepemimpinan yang baru," pungkasnya. [] Muhammad Nur

Minggu, 18 Februari 2024

Bulan Ramadan: Saatnya Jadikan Takwa sebagai Visi Perubahan



Tinta Media - Beberapa saat lagi kita akan bertemu dengan bulan suci Ramadhan. Bulan yang mulia lagi utama disisi Allah. 

Bulan Ramadhan merupakan salah satu waktu yang paling utama bagi kaum muslimin untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah daripada bulan-bulan yang lainnya. Karena di bulan itu turunlah pedoman hidup umat Islam yang sempurna, yakni Al Quran. Allah berfirman yang artinya, 

"Bulan Ramdhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang benar dan yang salah). ... ". (QS.Al Baqarah:185). 

Saking utamanya bulan Ramadhan, puasa dan sholat malam yang dilaksanakan di dalamnya dapat menggugurkan segala dosa yang lampau orang beriman. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah yang artinya, 

"Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dalam kondisi beriman dan semata-mata menjalankan perintah Allah. Niscaya diampuni segala dosanya yang telah lalu". (Muttafaq 'alaih). 

Dan Rasulullah pun bersabda, 

"Barang siapa yang mendirikan malam selama bulan Ramadhan dalam kondisi beriman dan semata-mata melaksanakan perintah Allah. Niscaya diampuni segala dosanya yang telah lalu". (Muttafaq 'alaih). 

Jadi, kaum muslimin hendaknya meningkatkan kualitas dan kuantitas amal ibadahnya di bulan Ramadhan agar mendapatkan keutamaannya. Karena bulan ini merupakan momentum yang terbatas dan hanya terjadi satu tahun sekali. 

Beberapa aktivitas ibadah yang dapat dilakukan selama Ramadhan itu seperti, pertama, menyempurnakan pengamalan ibadah wajib. Contohnya, mengintensifkan sholat berjam'ah di masjid dan disiplin menghadiri kajian seputar tsaqafah Islam. 

Kedua, menambahkan dan mengonsistenkan ibadah sunnah. Contohnya, intens nderes baca Al Quran, merajinkan sedekah dan mengonsistenkan sholat-sholat sunnah. 

Ketiga, meminimalisir melakukan perkara yang sebatas boleh. Misalnya, main game dan scroll media sosial. 

Keempat, meninggalkan hal-hal yang makruh. Misalkan, memakan makanan yang tidak bau menjelang sholat taraweh dan ketika sahur menjelang imsak. 

Kelima, menghentikan diri dari melakukan hal-hal yang haram. Misalnya, batal puasa, judi slot dan trading. 

Lima perkara di atas itu pada dasarnya mesti dilanjutkan pasca bulan Ramadhan juga. Karena sebetulnya syariat-syariat itu senantiasa berlaku bagi seluruh kaum muslimin, baik di bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan. 

Selain hal-hal di atas, ada satu hal penting yang harus difokuskan kaum muslimin secara universal di bulan Ramadhan nanti, yaitu mereka harus menentukan dan memperjuangkan secara sungguh-sungguh visi perubahan kaum muslimin ke depan. 

Visi perubahan ini bersifat mendesak. Visi perubahan ini bukan bersifat temporal dan parsial, tapi harus kokoh dan mendasar. Alasannya, karena itulah satu-satunya solusi kaum muslimin agar dapat hidup dalam suasana keimanan dan ketakwaan yang menyeluruh 

Visi perubahan ini bukan didasarkan pada perasaan dan rasa kebangsaan manusia. Namun, berasakan wahyu Allah. Allah berfirman yang artinya, 

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa". (QS.Al Baqarah:183). 

Memang benar, ayat di atas merupakan argumentasi kewajiban berpuasa. Namun di kata terakhirnya terdapat lafaz "agar kamu bertakwa". Lafazh ini jika merujuk kepada aktivitas shaum. Dengan aktivitas puasa, seharusnya kaum muslimin dapat menjadi pribadi yang penuh dengan ketakwaan. 

Ketakwaan adalah menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Selama bulan Ramadhan kaum muslimin diharapkan memiliki visi perubahan hakiki kepada takwa. Baik takwa pada masing-masing individu, yaitu menjadikan pribadinya  sholeh dan sholehah. Atau takwa pada masyarakat, dengan mengubah masyarakat menjadi pihak yang saling peduli dan saling menasihati dengan sesamanya. Ataupun takwa pada negara, dengan menjadikan negara didasari oleh Aqidah Islam, menjalankan syariah Islam secara total dan menegakkan kedaulatan di tangan Allah dalam sistem khilafah. 

Dengan demikian, puasa kaum muslimin akan lebih terjaga dan bisa sampai kepada derajat takwa yang sempurna. 

Maka, ayo kita jadikan bulan Ramadhan tahun ini sebagai momentum dalam menetapkan dan mewujudkan visi perubahan yang mengarah kepada ketakwaan secara total.

Oleh: Nurhilal AF Abdurrasyid
Sahabat Tinta Media 

Sabtu, 10 Februari 2024

Dakwah dengan Tulisan Memberi Perubahan yang Berkesan



Tinta Media - Kekuatan penulis itu dimulai dari azam yang kuat. Ketika azam belum kuat, maka kita akan mudah menyerah. Sebab, di setiap dakwah, baik melalui tulisan maupun lisan, pasti akan selalu ada rintangan dan tantangan. 

Ketika rintangan dan tantangan tersebut dihadapi tanpa azam yang kuat, pasti kita akan menyerah dan berhenti untuk berdakwah.

Sebagai motivasi, bahwasanya peradaban Islam diukir dengan dua perkara, yaitu hitam tinta para ulama dan merah darah para syuhada. Keduanya bersinergi memecah berbagai kezaliman dan mampu mengguncang dunia dengan bukti bertahan lamanya masa kejayaan Islam. 

Dengan tinta para ulamalah dunia diubah. Semoga kelak dengan tinta pula Islam akan kembali berjaya. Sebagai tambahan semangat, Ali bin Abi Thalib pernah berkata bahwa semua orang akan mati kecuali karyanya. Maka, tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak. 

Oleh karena itu, menulis dakwah ideologis merupakan bekal terbaik untuk kita di akhirat. Karya tulis atau dakwah dengan tulisan akan selalu ada dan hidup walau penulis telah mati dan akan menjadi amal jariyah baginya.

Oleh karena itu,  azamkan pada diri bahwa motivasi tersebut akan selalu dibaca dan diingat sebagai penyemangat untuk selalu menulis ketika dalam keadaan malas ataupun futur. 

Kalimat tersebut sangat penting bagi seorang penulis. Karena rasa malas dan bosan akan datang jika tidak ada motivasi, maka rasa bosan itu tidak akan bisa dilawan tanpa motivasi yang benar.

Sahabat, ingatlah saat ujian dakwah, ujian kehidupan menghampiri kita. Sesungguhnya, di luar sana banyak sekali saudara-saudara kita yang merasakan ujian yang jauh lebih berat daripada kita. Saat dakwah kita ditolak masyarakat karena dianggap tidak sesuai dengan adat kebiasaan, berseberangan dengan pemikiran mereka, maka di luar sana banyak saudara kita yang sampai mendekam di penjara demi bisa menyampaikan dakwah. Mulut mereka dibungkam untuk tetap diam, bahkan tidak sedikit yang harus meregang nyawa.

Maka dari itu, kitalah sebagai pemuda tangguh yang selayaknya menulis terkait apa yang kita ketahui, mengingat kerusakan para remaja yang begitu memilukan, mulai dari masalah percintaan hingga masalah persahabatan. Hal itu selalu ada. 

Pertengkaran dan pembunuhan di kalangan pemuda pun semakin marak terjadi. Lalu, jika remaja saat ini seperti itu, maka siapakah yang akan meneruskan peradaban negeri ini ke depannya? Apakah pantas negeri Wakanda ini diteruskan oleh remaja rusak seperti itu. Tentunya tidak. 

Karena itu, merupakan kewajiban bagi kita untuk mengubah remaja yang rusak. Remaja merupakan aset bangsa yang harus kita jaga karena merekalah yang akan meneruskan peradaban Islam ini nantinya.

Maka dari itu, tugas kita sebagai remaja penulis ideologislah untuk menyadarkan mereka dengan tulisan. Kita harus membuat semua pemuda sadar bahwa merekalah yang akan meneruskan negeri ini sehingga menjadi remaja yang solid dan kuat dalam berdakwah, menjadi tonggak awal berdirinya negara Islam. Insyaallah.


Oleh: Azzaky Ali
(Santri kelas X)

Senin, 05 Februari 2024

Kekuatan Tulisan dalam Mengubah Peradaban



Tinta Media - Apakah saudara pernah mendengar atau membaca sejarah terkait sebuah tabloid yang dijadikan sarana propaganda untuk menghancurkan sebuah peradaban besar? Peradaban emas yang gemilang pada masa kejayaannya? 

Ya, Tabloid bernama Al Jinan, menggempur pemikiran umat muslimin di era kekhalifahan Utsmaniyah. Para penulis tabloid ini begitu gigih dan pantang menyerah terus menulis propaganda yang melemahkan Islam. Propaganda yang mereka buat begitu halus bahkan sampai yang membacanya tidak menyadari bahwa mereka tengah digiring kepada pemahaman tertentu. 

Melalui tulisan pula, kebenaran Islam dan cara pandang Islam terkait suatu permasalahan yang terjadi dapat disampaikan kepada umat. Umat saat ini banyak disuguhi tulisan-tulisan yang berasal dari luar Islam. Sudah barang tentu lama kelamaan umat menjadi terbiasa dengan cara pandang di luar Islam tersebut. 

Tulisan mampu menjadi sarana tabungan amal jariyah yang tidak terputus walau penulisnya sudah wafat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : 

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ 

“Barang siapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan maka baginya seperti pahala pelakunya” (HR. Muslim). 

Di era modern seperti saat ini, tulisan mampu menjangkau pembaca yang sangat luas, dibantu oleh peran media sosial yang makin meningkat penggunaannya dari tahun ke tahun. Dilansir dari databoks.katadata.co.id tanggal 09/26/2023 Facebook masih menjuarai posisi media sosial terpopuler di dunia saat ini. Menurut data We Are sosial, platform besutan Mark Zuckerberg ini memiliki 2,96 miliar pengguna aktif hingga April 2023. Kemudian, YouTube berada di urutan kedua dengan jumlah pengguna aktif sebesar 2,52 miliar pengguna. 

Melihat potensi di atas, tentu sebagai umat Muslim penting kiranya bagi kita untuk senantiasa aktif memberikan opini terhadap suatu kondisi yang tengah terjadi. Baik dari sisi pendidikan, ekonomi, politik, dunia remaja, parenting, sampai hubungan internasional agar umat mendapatkan tambahan informasi dari sisi pandangan Islam terhadap permasalahan di atas. 

Dari persoalan di atas, kita akan berfokus pada aspek ekonomi. Walaupun kita tidak bisa pungkiri bahwa permasalahan di atas saling berkaitan satu sama lain. 

Permasalahan ekonomi sudah barang tentu selalu menjadi topik yang populer di masyarakat serta sangat menarik untuk dibahas. Bagaimana Islam mengatur sistem ekonomi dalam skala mikro? Bagaimana Islam mengatur sistem ekonomi dalam skala makro? Bagaimana Sistem Ekonomi Islam mengatasi Inflasi? Pertanyaan-pertanyaan di atas hanya sebagian kecil dari banyak pertanyaan bagaimana Sistem Ekonomi Islam dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi yang ada saat ini. 

Semoga penulis diberikan keistiqomahan dalam memberikan tulisan opini terkait ekonomi yang terjadi, serta semoga tulisan penulis ke depan mampu memberikan tambahan informasi bagaimana Islam memandang fenomena ekonomi yang terjadi saat ini.

Oleh : Rizal Rosadi
Pengusaha Muslim 

Rabu, 17 Januari 2024

IJM: Pemberantasan Judi Online Harus Diawali dari Perubahan Mindset



Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana menyatakan, pemberantasan judi online harus diawali dari perubahan mindset (pola pikir).

"Pemberantasan judi online harus diawali dari perubahan mindset," ujarnya dalam program Aspirasi: Gawat! 3 Juta Lebih Warga Main Judi Online, Perputaran Uang Rp327 T, di kanal Youtube Justice Monitor, Sabtu (13/1/2024).

Agung menjelaskan, perubahan mindset yang dimaksud adalah bahwa judi online terlarang bukan karena mafsadatnya, melainkan karena hal itu merupakan larangan dari Allah Swt.

"Dengan begitu, orang mukmin (orang yang beriman) akan meninggalkan aktivits tersebut. Aparat pun akan menjadi garda terdepan dalam memberantas kemaksiatan yang merusak masyarakat, termasuk judi online," paparnya.

Selain itu, kata Agung, pemerintah harus melakukan penindakan hukum yang tegas kepada para aktor, bandar, pengiklan, promotor dan pihak lain yang terkait dengan aktivitas judi online. 

"Pemberantasan judi online oleh pemerintah jangan sampai setengah hati. Jangan sampai oknum aparat terlibat dalam pengamanan judi online, tetapi nihil penanganan dan pengusutan kasus judi online," tuturnya.

Agung  juga mengingatkan, agar masyarakat turut sinergi berpartisipasi memerangi aktivitas judi online di lingkungan masing-masing.

"Baik dalam keluarga, tempat kerja, institusi pendidikan, maupun lingkungan sekitar lainnya," imbuhnya.

Sebelumnya, Agung turut  mengabarkan bahwa Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) telah mencatat perputaran dana terkait aktivitas judi online di Indonesia yang mencapai Rp327 triliun sepanjang 2023.

"Kepala PPATK Ivan Yustiavandana menjelaskan ada 3,9 juta warga yang bermain judi online," ungkapnya memungkasi.[] Muhar

Senin, 15 Januari 2024

Perubahan yang Sempurna Hanya dengan Islam


Tinta Media - Seperti yang kita ketahui pemilu tinggal menghitung hari. Pemilu akan digelar sebentar lagi yaitu tepatnya 14 Februari. Parpol dan elite politik melalui beragam monopoli dan negosiasi semakin terus memanas saat ini. Berbagai survei oleh setiap lembaga di lakukan untuk opini seputar para capres tersebut. 

Suasana kondisi pemilu  sangat kuat di tengah masyarakat. Posko-posko relawan didirikan sebagai  agenda solidaritas, sosialisasi para capres di gelar di berbagai daerah. Antusias tampak tinggi di tengah-tengah kaum Muslimin. Mereka sangat berharap perubahan melalui pemilu. Seperti yang kita lihat bahwa keadaan umat di tanah air tidaklah merasakan kebaikan bahkan kian terpuruk dengan beragam persoalan yang semakin menggurita. Mulai dari persoalan, sosial, ekonomi, keamanan, bahkan politik. 

Sepanjang tahun 2023 banyak persoalan rakyat yang tidak ada penyelesaian tuntasnya. 
Di bidang sosial  misalnya, angka perceraian dan KDRT makin meningkat. Kasus   kekerasan rumah tangga tak kunjung selesai, dan angka kemiskinan semakin meningkat. Di bidang ekonomi   ternyata kekayaan alam di negeri ini yang melimpah ruah justru tidak mampu menjamin hidup rakyatnya sejahtera. Nyatanya masih banyak masyarakat yang terlilit kemiskinan, kekurangan gizi, kelaparan, dan lain sebagainya. Kekayaan negeri ini juga hanya di  nikmati segelintir orang. Kesenjangan sosial semakin mendalam dan melebar 

Ironinya lagi, Indonesia malah makin tercekik utang. Akhir tahun ini saja, utang pemerintah  mencetak rekor terbesar hingga mencapai 8.041,01 triliun. Di sisi lain  pembangunan yang ada makin menghadirkan ketidakadilan bagi rakyat, melainkan hanya berpihak kepada oligarki.
Keadaan ini makin terpuruk dengan adanya koruptor yang tidak ada henti-hentinya yang melibatkan para pejabat. 

Sungguh akar masalah  persoalan bangsa dan negara ini bukan karena semata karena faktor individu, yaitu  pemimpin/pejabat yang tidak amanah dan tidak benar. Melainkan karena negara tidak memakai hukum syariat Islam secara kaffah lah akar dari permasalahan umat. Hari ini hukum yang diterapkan negara bersumber dari ideologi kapitalis dengan demokrasinya yang rusak dan merusak.

Sekularisme terjadi di semua lini. Kebahagiaan di ukur dengan tercapainya berbagai kepentingan dan kemanfaatan individual. Mereka mencitakan undang-undang yang dibuatnya dengan aturan yang dibuat bukan untuk kepentingan rakyat melainkan hanya untuk kepentingan oligarki. 

Allah SWT berfirman; "Telah nampak kerusakan di darat dan  di lautan di sebabkan oleh tangan manusia. Allah menghendaki  mereka merasakan dari akibat perbuatan mereka  agar mereka kembali  ke jalan yang benar." (TQS. ar Rum ayat 41). 

Wahai kaum Muslim, selama kita masih memakai sistem hidup yang berasal dari sistem rusak ini, maka kita seperti orang dalam lingkaran tanpa jalan keluar. Perubahan hakiki hanya dengan Islam. Memilih pemimpin bukan hanya sekedar pemimpin yang berkepribadian Islami melainkan juga yang mau menerapkan Islam secara kaffah dan menjalankan hukum Islam baik dari segi ekonomi, keamanan, kesehatan, pendidikan hukum, dan politik dalam dan luar negeri. Syariat Islamlah yang menjadi panduan dalam kehidupan baik individu, masyarakat maupun negara. Maka perubahan hakiki yang menyejahterakan rakyat akan terwujud. 

Wallahu a'lam bish shawwab


Oleh: Ummu Nizam 
Sahabat Tinta Media 

Senin, 25 Desember 2023

Perubahan Regulasi dalam Demokrasi adalah Wajar



Tinta Media - Keputusan MK yang menjadi pedoman bagi KPU sehingga terjadi perubahan peraturan terkait hak pilih, Narator MMC mengatakan perubahan regulasi dalam sistem demokrasi adalah sesuatu yang dianggap wajar. 

"Perubahan regulasi dalam sistem demokrasi adalah sesuatu yang dianggap wajar," tuturnya dalam tayangan Serba-Serbi MMC: " ODGJ Diberi Hak Nyoblos? melalui kanal Youtube Muslimah Media Center, Sabtu (23/12/2023). 

"Regulasi terkait pemilih kalangan ODGJ ini diduga kuat dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk meraup suara," ungkapnya. 

Menurutnya, ketetapan ODGJ boleh memanfaatkan hak pilihnya membuktikan bahwa negara memiliki standar ganda dalam kebijakan-kebijakannya.
Ia beralasan negara memberi perlakuan berbeda terhadap ODGJ dalam perkara lain. 

"Dalam kasus kriminalisasi ulama yang banyak terjadi beberapa tahun terakhir pelaku yang kebanyakan berasal dari ODGJ justru dibebaskan oleh negara atau tidak diberi sanksi," cetusnya. 

"Hal ini menunjukkan bahwa negara mengakui ODGJ tidak memahami konsekuensi atas aktivitas-aktivitasnya dan tidak mampu berpikir benar," terangnya. 

Menurutnya masalah ini tidak hanya berkaitan dengan penghormatan atas hak politik dan kewarganegaraan ODGJ, lebih dari itu berkaitan dengan kebijakan politisasi ODGJ oleh pihak-pihak tertentu. 

"Demi meraih kekuasaan atau memenangkan pemilu sistem demokrasi telah membuka celah bagi orang-orang yang memiliki kekuatan dan modal untuk melakukan politisasi terhadap ODGJ," pungkasnya.[] Muhammad Nur

Kamis, 16 November 2023

Pentingnya Misi Perubahan di Hari Sumpah Pemuda



Tinta Media - Pemuda merupakan pelopor perubahan peradaban. Penggerak perubahan di Indonesia pun digagas oleh para pemuda. Sebagai contoh, melalui sumpah pemuda, diharapkan adanya perubahan keadaan dengan terwujudnya cita-cita bangsa dalam sebuah kemerdekaan. Selanjutnya, momentum ini diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda setiap tanggal 28 Oktober. Namun, bagaimana kondisi pemudah saat ini? Apakah para pemuda masih memiliki misi sebagai agen perubahan sebagaimana sejarah mencatat?

Bonus Demografi

Sejatinya, negeri ini diberikan bonus demografi yang luar biasa untuk cita-cita perubahan yang hakiki. Sayangnya, kelebihan ini tidak dibaca dengan baik oleh negara. Pasalnya, negara hanya mengarahkan pemuda di sektor ekonomi saja. Sebagaimana dilansir Beritasatu.com (28/10/2023) bahwa Jokowi menekankan Indonesia harus mampu memanfaatkan peluang melalui dua strategi, yaitu

Pertama, mempersiapkan sumber daya manusianya agar siap memasuki pasar tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi. 

Kedua, meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan masyarakat melalui eksploitasi sumber daya alam yang ada. Dengan kata lain, negara telah menumpulkan pemikiran pemuda karena mencukupkan diri sebagai tenaga kerja alias buruh, bukan tenaga ahli ataupun analis.

Kondisi ini harus disampaikan kepada rakyat, khususnya pemuda agar sadar posisi penting mereka sebagai agen perubahan peradaban. Jangan sampai pemuda minim kreativitas, miskin inovasi karena tertanam cukup sebagai tenaga kerja. Mereka menganggap, yang penting bisa kerja, dapat penghasilan. 

Para pemuda harus sadar diri akan pentingnya misi perubahan terhadap kondisi negara. Mereka punya potensi yang lebih dari sekadar menghasilkan uang. Itulah yang seharusnya dimaksimalkan dari bonus demografi yang Allah anugerahkan.

Pemuda di Sistem Kapitalis

Potensi pemuda yang besar bisa lemah, bahkan hilang di sistem kapitalis. Kenapa demikian? Karena negara menjadikan generasi muda tak lebih dari alat produksi penghasil produk yang akhirnya hanya menguntungkan pengusaha dan oligarki. Sistem ini hanya mendorong lahirnya tenaga kerja yang siap untuk dilatih dan dipekerjakan pada perusahaan-perusahaan oligarki.

Tidak hanya itu, saat ini peran pemuda juga dibajak melalui program pemerintah di berbagai bidang yang justru menjauhkan dari potensi sebagai agen perubahan peradaban. Hal ini menjadikan generasi hanya mampu berpikir pragmatis dan individualis. Tolak ukur kesuksesan pemuda sekarang hanya pada materi, tetapi rendah akhlak,  tidak memiliki misi besar yang jelas. 

Kondisi ini diperparah ketika ada pemuda yang kritis, negara justru seolah menutup mata dan telinga. Bahkan, ketika ada generasi muda yang unggul dalam sains dan teknologi, negara tidak mau mengakui. 

Satu contoh, Warsito P Taruno menemukan alat pembunuh kanker dengan teknologi berbasis energi rendah yang dipadukan teknologi terapi telah ditolak dan tidak mendapat izin Lembaga Kesehatan Indonesia. Padahal, hasil penemuan ini telah teruji di Lab in Vitri dan banyak dipesan Jepang karena terbukti efektif membunuh kanker.

Di bidang informasi, pemuda Indonesia juga ada yang menemukan teknologi broadband yang menjadi cikal bakal mobile 4G LTE. Penemuan ini dianggap tidak dibutuhkan negeri sendiri. Mirisnya, penemunya justru diakui Jepang sebagai peneliti terbaik. 

Masih banyak lagi penemuan anak bangsa yang sebenarnya mampu mengubah peradaban dunia, tetapi justru ditumpulkan oleh negara. Inilah dampak diterapkannya sistem kapitalis di Indonesia yang membuang potensi pemuda ketika dianggap tidak menguntungkan penguasa dan pengusaha. Kondisi ini yang mematikan potensi pemuda sesungguhnya.

Pemuda di Sistem Islam

Dalam sistem Islam, pemuda harus memiliki misi besar sebagai agen perubahan peradaban. Pemuda didorong untuk menuntut ilmu secara maksimal guna menghasilkan karya-karya inovatif penunjang kehidupan yang lebih baik. Pemerintah Islam memfasilitasi berbagai penelitian dan menghargai sekecil apa pun penemuan.

Sejarah mencatat lahirnya ilmuwan-ilmuwan Islam yang hasil temuannya masih digunakan hingga sekarang. Ada Ibnu Sina, ilmuwan muslim yang terkenal sebagai Bapak Kedokteran. Penemu Al Jabar Al Khuwarijmi yang hasilnya digunakan untuk perkembangan teknologi masa kini. Muhammad Al Fatih, pemuda pemimpin penaklukan Konstatinopel dengan cara yang dianggap orang lain gila, tetapi keberhasilan idenya bisa dirasakan hingga sekarang. Masih banyak ilmuwan muslim lain yang mereka tidak hanya cerdas dalam ide, tetapi juga faqih terhadap agama.

Momen Sumpah Pemuda

Hari Sumpah Pemuda yang selalu diperingati pada 28 Oktober bisa dijadikan momen untuk mengingatkan kembali jati diri pemuda. Sadarkan pemuda akan pentingnya misi perubahan peradaban yang harus dimiliki setiap generasi muda. Tanpa misi yang kuat, pemuda hanya akan menjadi tenaga kerja, buruh, bahkan pesuruh oligarki yang minim inovasi. Pemuda bukan pesuruh dan pencetak uang bagi pengusaha.

Di hari yang dikhususkan bagi pemuda ini, harus dibakar semangat mereka untuk mengambil peran memanfaatkan potensi besar yang dimiliki. Potensi pemuda adalah membuat perubahan peradaban dunia menjadi lebih baik dengan syariat Islam. Semoga dengan momen ini, negara bisa lebih maksimal memanfaatkan potensi pemuda dengan misi besarnya, bukan justru memadamkan semangat dan potensinya. Dengan demikian, perubahan hakiki sebagaimana diharapkan umat segera tercapai.
Wallahu a'lam bish shawab.

Oleh: R. Raraswati
Aktivis Muslimah Peduli Generasi

Selasa, 03 Oktober 2023

Kelahiran Nabi, Aktivis: Peristiwa Besar yang Berpengaruh terhadap Konstelasi Internasional


 
Tinta Media - Aktivis Muslimah Ustadzah Iffah Ainur Rochmah menyatakan bahwa kelahiran Nabi saw. merupakan peristiwa besar yang berpengaruh terhadap dunia dan konstelasi internasional.
 
"Kelahiran Nabi adalah satu peristiwa besar yang berpengaruh bukan hanya pada keluarganya, pada orang-orang Quraisy atau pada mereka yang ada di Jazirah Arab, tapi peristiwa besar yang berpengaruh terhadap dunia bahkan berpengaruh terhadap konstelasi internasional," tuturnya dalam Muslimah Talk: Kelahiran Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam Password Kepemimpinan Wahyu Atas Dunia, Sabtu (30/9/2023) di kanal Youtube Muslimah Media Center.
 
 
Menurutnya, tidak berlebihan kalau ditegaskan dalam pikiran bahwa peristiwa lahirnya Rasulullah saw. ini adalah tonggak sebuah revolusi, sebuah perubahan besar.
 
"Saya mengajak untuk melihat bahwa peristiwa lahirnya Rasulullah saw. ini adalah sebuah revolusi perubahan sebuah peradaban, perubahan sebuah kepemimpinan bagi umat manusia," ujarnya.
 
Ia menjelaskan, apa yang terjadi pada kehidupan Nabi saw. setelah diangkat sebagai Rasul, Allah Swt. memberikan kemaksuman pada dirinya.
 
“Rasul hanya menyampaikan apa yang diwahyukan oleh Allah Swt. Maka apa yang dicontohkan, sesungguhnya adalah keteladanan tanpa debat bagi umat manusia,” tegasnya.
 
Rasul saw., lanjutnya, mencontohkan dakwah di Makkah sampai hijrah ke Madinah. Di sana ada banyak peristiwa, di sana ada banyak penyikapan dan penetapan-penetapan oleh Rasul saw. Di sana juga turun ayat-ayat Al-Qur'an, dikeluarkan hadits-hadits Rasul saw.
 
"Dakwah Rasul di Makkah sesungguhnya adalah contoh atau teladan. adanya metode, adanya thariqah yang disyariatkan untuk melakukan dakwah," tandasnya.
 
Ia menambahkan, jika tujuan dakwahnya adalah untuk membangun sebuah masyarakat maka didapati hukum-hukum syariat bukan untuk diperdebatkan tetapi untuk dipraktikkan.
 
Ia menggambarkan, bagaimana Rasul membina para sahabat menjadi kader-kader pengemban Islam, bagaimana Rasul menyikapi tantangan yang dihadapi oleh kaum muslimin beserta Rasulullah sendiri terhadap orang-orang kafir yang menghendaki untuk menghapus atau  menghentikan amal dakwah.
 
“Rasul saw. tidak menghadapinya dengan kekerasan, Rasul menghadapinya dengan dialog, dengan debat, dengan mujadalah berdasarkan apa yang dituntunkan wahyu. Ini  juga keteladanan bagi kita untuk kita praktikkan, bukan hanya untuk sekedar kita ketahui," harapnya.
 
Maka, ucapnya, dakwah Rasul di Makkah sesungguhnya adalah tuntunan bagi umat Islam hari ini untuk secara individual, secara berkelompok  di dalam satu organisasi politik, bagaimana amal-amal yang mesti dilakukan untuk bisa membangun sebuah masyarakat Islam.
 
“Sedangkan dakwah Rasul saw. di Madinah Al Munawwarah adalah contoh praktis bagaimana hukum-hukum syariat dipraktikkan dalam membangun masyarakat, membangun sebuah pemerintahan, bahkan menjalankan politik dalam negeri maupun politik luar negeri," bebernya.
 
Nomor Satu
 
Ustadzah Iffah mengungkapkan bahwa Rasul saw. dikategorikan sebagai orang nomor satu yang paling berpengaruh di dunia.
 
“Bukan karena secara pribadi mempengaruhi individu-individu di sekitarnya, tetapi karena mampu membangun sebuah masyarakat bahkan sebuah negara super power yang menguasai sepertiga wilayah dunia di era satu abad pertama yakni di masa Umar bin Abdul Aziz . Bahkan, menguasai dua pertiga wilayah dunia di periode-periode berikutnya,” urainya.
 
Ia menjelaskan, bagaimana pemerintahan Islam, bagaimana kepemimpinan masyarakat, kepimpinan negara bahkan kepemimpinan dunia sudah dicontohkan oleh Rasulullah saw. ketika memimpin Daulah Islam di Madinah.
 
"Rasul menunjuk Muawin (para pembantu-pembantu dalam urusan pemerintahan maupun administratif), memimpin pasukan untuk melawan entitas Qurays, melakukan ekspansi, melakukan penyebaran hidayah dan diayah (propaganda)  ke negeri-negeri lain, mengirimkan macam-macam sarana untuk mengenalkan Islam dan menawarkan agar kepemimpinan Islam juga menaungi wilayah-wilayah yang lain,” ulasnya.
 
Semua itu, menurutnya,  menunjukkan bahwa Nabi saw. betul-betul membangun sebuah pemerintahan, sebuah kepemimpinan politik di Madinah yang memiliki pengaruh terhadap kawasan Jazirah Arab bahkan terhadap dunia.
 
“Rasul saw. telah menggariskan sebuah role model kepemimpinan  untuk menaungi masyarakat yang menganut Islam maupun yang mau tunduk di bawah naungan Islam. Bahkan role model kepemimpinan yang ditawarkan untuk menaungi dunia agar dunia ini dipenuhi dengan kerahmatan,” ungkapnya.
 
Sistem
 
Ustadzah Iffah mengingatkan, bicara kepemimpinan tidak cukup hanya bicara sosok pemimpinnya saja tetapi juga bicara sistem yang menjadi pijakan.
 
“Rasul saw. mencontohkan bukan hanya secara pribadi sebagai pemimpin yang mengayomi, amanah, memiliki sifat-sifat istimewa sebagai pemimpin tetapi  juga mencontohkan secara nyata bagaimana sistem politiknya, bagaimana sistem ekonomi, sistem pendidikan, sistem pelayanan terhadap masyarakat bahkan sistem untuk membina hubungan politik luar negeri,” bebernya.
 
Oleh karena itu, sambungnya, bicara kelahiran Rasul adalah password lahirnya sebuah model kepemimpinan bagi manusia, bagi dunia yaitu model kepemimpinan yang didasarkan pada wahyu.
 
“Saat umat galau bagaimana melabuhkan kepercayaan terhadap kepemimpinan yang adil dan menyejahterakan, maka hendaknya kita menyadari bahwa passwordnya tidak lain adalah kembali kepada kepemimpinan sebagaimana dicontohkan Rasul saw," pungkasnya.[] Ajira

Senin, 28 Agustus 2023

Perubahan Kepemimpinan Tidak Menyebabkan Kondisi Masyarakat Lebih Baik


 
Tinta Media - Ketua komunitas mengenal Islam Kafah Dra. Irianti Aminatun mengatakan bahwa perubahan kepemimpinan sejak orde lama, orde baru, hingga orde reformasi, tidak menyebabkan kondisi masyarakat lebih baik.
 
“Rangkaian perubahan itu tidak menyebabkan kondisi masyarakat lebih baik. Perubahan gagal, ekonomi, politik, pendidikan, hukum, sosial kemasyarakatan, justru kian memburuk,” ujarnya di acara Bincang Islam bersama Komunitas Mengenal Islam Kafah: Perubahan Hakiki ke Arah Islam, di Bandung, Ahad (27/8/2023).
 
Ia beralasan, perubahan yang terjadi tidak pada persoalan pokok, bukan pada akar permasalahan. “Akar permasalahannya, karena sistem Islam tidak diterapkan dan justru  menerapkan sistem kapitalis sekuler,” katanya.
 
Perubahan yang terjadi, ucapnya, hanya perubahan orang, bukan sistem.Padahal penyebab kerusakan itu pada sistem sekuler kapitalis yang rusak dan merusak. ”Inilah penyebab mengapa perubahan yang terjadi tidak berhasil menghantarkan kepada kebaikan,” simpulnya.
 
Ia melanjutkan,  sistem hukum (untuk memperoleh keadilan), sistem ekonomi (untuk mengatur sumber daya manusia dan sumber daya alam), pranata politik (untuk menjalankan roda pemerintahan), dan sanksi hukum (untuk menjamin stabilitas sosial kemasyarakatan) hakikatnya adalah perangkat sistem kehidupan yang menjadi penentu corak kehidupan.
 
“Meski terjadi perubahan rezim dan puncak pemimpin politik tumbang, semua sistem tersebut tidak otomatis berubah jika memang tidak diubah. Agar menghantarkan kepada kebaikan, maka wajib mengubah orang sekaligus sistemnya,” tandasnya.
 
Islam
 
Mengacu pada perubahan yang dilakukan Rasulullah, Irianti menjelaskan, Islam benar-benar dijadikan dasar oleh Rasulullah dalam visi dan misi perubahan. Rasul saw. menghunjamkan akidah Islam sebagai dasar perubahan. Akidah adalah pemikiran yang paling mendasar.
 
“Pemikiran yang paling dasar ini menggambarkan visi-misi hidup seorang muslim, dari mana ia berasal? Akan ke mana ia setelah mati? Lalu apa yang harus dilakukan di dunia ini? Ini adalah pemikiran dasar (akidah Islam),” jelasnya.
 
Ia menambahkan, perubahan yang dilakukan oleh Rasulullah saw. adalah perubahan yang bersifat inqilabiy (revolusioner). Artinya, bukan perubahan yang bersifat parsial dan tadarruj (bertahap). Hal demikian karena kerusakan yang terjadi di Makkah kala itu realitasnya adalah kerusakan yang sistemis.
 
“Jika direfleksikan kepada kehidupan saat ini, kebobrokan terjadi di berbagai sisi kehidupan yang saling kait mengait. Islam memandang kondisi tersebut  sebagai zaman jahiliah (kebodohan). Kerusakan masyarakat mulai dari akidah, kehidupan bermuamalah, bidang hukum, adat istiadat, dan sisi kehidupan bermasyarakat lainnya. Dalam konteks kekinian, kerusakan yang terjadi ini bersifat sistemis dan ideologis. Oleh karena itu, perubahan yang dilakukan pun sejatinya adalah perubahan yang bersifat sistemis dan ideologis,” urainya.
 
Menurutnya,harapan dan arah perubahan yang benar dan baik itu tidak ada, kecuali hanya pada Islam, ideologi kehidupan yang bersumber dari Sang Pencipta manusia dan alam semesta. “Metode perubahannya pun harus sesuai contoh Rasulullah saw. yang bertumpu pada perubahan pemikiran tanpa kekerasan,” tambahnya.
 
Dakwah Rasul
 
Irianti lalu memaparkan, tiga tahapan dakwah Rasul dalam mengubah masyarakat jahiliah menuju masyarakat Islam.
 
“Pertama, tahap pembinaan berupa penancapan pemikiran yang diemban. Pemikiran baru yang diemban harus benar-benar diyakini dan tertancap secara mendalam dalam benak mereka yang ingin melakukan perubahan. Bahkan, rahasia keberhasilan perubahan yang berlandaskan sebuah pemikiran ada pada tahapan ini,” jelasnya.

Rasul saw., lanjutnya, menancapkan akidah Islam ke benak para sahabat tidak kurang dari 13 tahun selama di Makkah. Pemikiran yang jernih, selaras dengan akal, menenteramkan jiwa dan kalbu, akhirnya terhunjam kukuh di benak para sahabat. “Ini adalah modal paling dasar untuk kemudian melakukan tahap kedua,” pesannya.
 
Kedua, sebutnya, menyampaikan pemikiran atau ide perubahan kepada masyarakat dengan terang-terangan. Dilakukan dengan perang pemikiran dan perjuangan politik.
 
“Setiap pemikiran dan ide rusak, ragam kebijakan politik yang menyengsarakan rakyat, harus dikritik dan dijelaskan kelemahan, kekeliruan, dan akibat buruk terhadap kehidupan bermasyarakat,” jelasnya.
 
Pada era Rasulullah, ucapnya, Al-Qur’an mengecam tegas dan gamblang terhadap ragam keyakinan dan kebiasaan buruk kaum jahiliah, seperti firman Allah Swt. yang mengecam perilaku Abu Lahab.
 
“Dalam kondisi sekarang, perang pemikiran dan perjuangan politik itu bisa kita contohkan saat kita menjelaskan kebobrokan ide kapitalisme dan sosialisme, serta ragam turunan pemikiran lain yang menjadi napas atas berbagai kebijakan politik. Contohnya: UU Kesehatan, UU Omnibuslaw  Ciptakerja dan lain-lain,” terangnya.
 
Ketiga, lanjutnya, tarnsformasi kepemimpinan. Hijrah Rasulullah saw. adalah bentuk keberhasilan langkah yang ketiga ini. Saat itu, masyarakat dan tokoh-tokoh Madinah (ahlul quwwah wal mana’ah) sudah siap memberikan kekuasaan mereka kepada Rasulullah saw. Peresmian transformasi kepemimpinan itu ditandai dengan Baiat Aqabah II.
 
“Peristiwa baiat ini diawali dengan datangnya rombongan haji dari Madinah ke Makkah dengan jumlah yang cukup banyak. Mereka terdiri dari 75 orang kaum muslim, yaitu 73 laki-laki dan 2 perempuan,” imbuhnya.
 
Rasulullah saw, jelasnya, berhasil  mewujudkan cikal bakal yang akan menjadi fondasi dan pilar pertama dalam mendirikan Negara Islam. Yakni sebuah negara yang akan menerapkan Islam di dalam masyarakat, mengembannya sebagai risalah universal ke seluruh umat manusia dengan membawa serta kekuatan yang akan menjaganya, dan menghilangkan semua rintangan fisik yang menghalangi di jalan penyebaran dan penerapannya.
 
“Arus perubahan seperti  inilah yang sejatinya harus terjadi pada dunia dan kaum muslim saat ini. Perubahan dari kondisi sistem kapitalisme liberal atau sosialisme komunis, menuju masyarakat Islam. Perubahan ini yang akan benar-benar memberikan kebaikan pada masyarakat dan kehidupan alam semesta,” pungkasnya.[] Qorry
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab