Tinta Media: Perubahan
Tampilkan postingan dengan label Perubahan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Perubahan. Tampilkan semua postingan

Senin, 11 November 2024

Retreat Pejabat, Mungkinkah Membawa Perubahan untuk Rakyat



Tinta Media - Kita ketahui bersama bahwa para pejabat di Kabinet Merah Putih (KMP) sepekan lalu (25-27 Oktober 2024) telah melakukan pembekalan (retreat) di Akmil Magelang. Tujuan dari retreat ini diadakan adalah untuk menyatukan visi dan misi, membentuk bonding (rasa kebersamaan) serta team building. 

Dalam wawancara eksklusif dengan Retno Pinasti di program 'Prabowo Bicara' yang tayang Minggu (27/10/2024) di SCTV, Prabowo berbicara bahwa sebuah kabinet negara sebesar Indonesia tidak mungkin berasal dari suatu kelompok dan berasal dari suatu partai. Maka, beliau  berpendapat bahwa harus ada kerja sama yang baik di antara tokoh-tokoh elite, tokoh-tokoh politik, dan tokoh-tokoh kemasyarakatan, sehingga menjadi saling mengenal. 

Mulai dari keberangkatan sampai kepulangan, para pejabat di KMP munggunakan pesawat Hercules. Alhasil, retreat tersebut pun menyita perhatian publik, (liputan6.com, Senin 28/10/2024).

Setelah pembekalan (retreat) di Akmil Magelang, para pejabat di KMP menyatakan siap bekerja. Akan tetapi, publik masih menyangsikan perubahan yang ingin dicapai dalam pemerintahan baru. 

Semangat kebersamaan serta kesatuan visi dan misi belum menjamin baik buruknya kinerja. Rakyat bukan hanya butuh pejabat yang sinergi dan disiplin, tetapi harus pejabat yang mempunyai visi baru untuk perubahan yang dapat menyelesaikan berbagai persoalan yang membelit negeri ini, seperti kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, kesehatan, pendidikan, ketahanan pangan, keamanan, serta kesejahteraan rakyat.

Rakyat membutuhkan kepemimpinan yang mampu mengayomi serta mampu memprioritaskan terpenuhinya kebutuhan dasar rakyat. Apakah semua bisa terealisasi? Ternyata tidak. Walaupun pemerintahan sudah berubah, tetapi aturan yang diterapkan masih sama, yaitu sistem sekuler demokrasi kapitalisme? Selama aturan yang diterapkan masih sama, maka keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat akan sulit terwujud.

Pada faktanya, pemilihan para menteri dan jajaran di bawahnya justru terbentuk dari bagi-bagi kue kekuasaan. Ini bisa terbaca dari susunan kabinet yang dibentuk, yaitu tidak mempertimbangkan integritas dan profesionalitas. Adanya tukar guling jabatan antara parpol menguatkan hal itu karena yang ditunjuk untuk mengisi jabatan tersebut sebagian besar dari elite parpol, jurnalis, pengusaha, dan sukarelawan.

Sistem yang diterapkan sekarang ini sangat berbanding terbalik dengan sistem Islam, baik dari sisi pemerintahan maupun output pejabat yang dihasilkan. Dalam sistem pemerintahan Islam, pejabat yang dipilih bukan untuk berbagi kekuasaan. Pejabat dipilih berdasarkan integritas (pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan Islam). 

Adapun kapabilitasnya, ini dapat dilihat dari segi kemampuan secara fisik dan keilmuan yang dimiliki oleh calon pejabat, yaitu sangat jauh dari konflik kepentingan. Kepala negara (khalifah) memiliki otoritas dan wewenang dalam memilih pejabat yang tepat karena tugas pejabat yang dipilih bertindak sebagai pembantu pelaksanaan tugas khalifah.

Di dalam sistem Islam, aturan yang diterapkan adalah aturan Allah yang bersifat pasti dan tetap, yaitu mengikat semua pihak, baik pejabat, aparat maupun rakyat. Dalam aturan Islam, tidak akan ada celah bagi perilaku jual beli hukum, revisi aturan, pejabat korupsi, curang, konflik kepentingan, dan bagi-bagi kekuasaan. Semua itu karena sistem yang diterapkan pemerintahan Islam berbasis akidah Islam.

Ketika aturan Islam diterapkan, maka, masyarakat akan terbiasa beramar makruf nahi mungkar. Masyarakat sendiri yang akan mengontrol dan mengoreksi para pejabat negara. Di samping itu, penerapan aturan Allah Ta'ala akan mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat. Sebab, keadilan hukum Islam bersumber dari Allah Ta'ala. Kesejahteraan yang terwujud pun bersumber dari penerapan sistem politik ekonomi Islam yang mengutamakan kepentingan dan kemaslahatan rakyat dan rahmat bagi seluruh alam.

Karena itu, segera tinggalkan sistem batil dan merusak ini dan ganti dengan sistem yang mampu menjadi solusi permasalahan umat, yaitu sistem Islam! Saatnya kita berjuang untuk tegaknya sistem Islam secara kaffah menuju perubahan yang hakiki! Wallahu a'lam bi ash-shawwab.




Oleh: Ummu Arkaan
Sahabat Tinta Media

Jumat, 08 November 2024

Saatnya Gen-Z Melek Politik untuk Perubahan Hakiki Sesuai Syariat Islam



Tinta Media - Pemerintah Kabupaten Bandung sukses menggelar Talkshow Why Gen-Z: "Kepemimpinan Ala Gen-Z" melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol). Talkshow ini diselenggarakan dalam upaya memberikan pengayaan, pendidikan politik dan wawasan generasi muda dalam menghadapi Indonesia Emas 2045. Tujuan diadakannya acara ini yaitu untuk meningkatkan karakteristik kualitas Gen-Z.

Dikky Achmad Sidik Pjs. Bupati Bandung mengucapkan terima kasih kepada Badan Kesbangpol Kabupaten Bandung yang telah melaksanakan seminar bagi generasi muda dalam upaya mempersiapkan calon-calon pemimpin di masa mendatang, apalagi saat ini yang juga bertepatan dengan akan dilaksanakannya Pilkada Serentak Nasional pada 27 November 2024. Kita tahu, pada momen itu, generasi muda akan memberikan hak suaranya.

Gen-Z menjadi target paling diincar oleh kandidat Bacabup dan Bacawabup Pilkada 2024. Bukan tanpa alasan, Gen-Z menjadi kelompok pemilih terbesar kedua setelah generasi milenial karena dikenal sebagai kaum muda yang tumbuh bersama teknologi dalam pemilihan kepala daerah serentak 2024.

Bicara tentang politik tentu sangat menarik, tetapi tidak bagi Gen-Z . Mereka berpandangan bahwa politik adalah alat untuk meraih tujuan tertentu, sehingga mereka cenderung anti untuk bicara politik.

Padahal Gen-Z dan milenial disebut-sebut sebagai pilar dari generasi emas 2045, sehingga mereka sangat diperhitungkan di segala aspek kehidupan, termasuk suara mereka yang diperebutkan dalam Pemilu/Pilkada 2024, karena mereka terkategori pemilih pemula pada 2024 ini.

Potensi usia muda pada Gen-Z seharusnya disiapkan bukan sekadar keahlian untuk bekerja, tetapi mereka juga perlu disiapkan sebagai calon pemimpin di masa depan. Mereka adalah aset besar untuk perubahan ke arah perbaikan dan kebangkitan, terutama sebagai seorang muslim. Generasi adalah para penerus estafet ketaatan. 

Dalam sistem sekuler, Gen-Z tidak lebih hanya dipandang sebagai aset komoditas untuk meningkatkan kemajuan ekonomi, yang keuntungannya hanyalah untuk para oligarki dan penguasa korporatokrasi. Sehingga, upaya memajukan generasi selalu fokus pada aktivitas ekonomi semata, dengan mengabaikan aspek karakter yang kini kian jauh dari nilai-nilai luhur. Jangankan berbicara pemuda bersyakhsiyah Islam yang mulia, saat ini Gen-Z dalam hal moral saja sangat mengkhawatirkan. Namun, penguasa  justru fokus menawarkan lapangan pekerjaan. Itu pun sangat mungkin untuk diragukan, apalagi janji-janji saat kampanye.
 
Sudah saatnya Gen-Z diarahkan pada kesadaran politik hakiki, karena mereka aset berharga umat. Hanya Islam ideologi yang mampu membangkitkan pemuda menjadi generasi yang mampu dalam segala hal, bukan untuk sekadar menjadi pekerja, tetapi mereka adalah para kreator.

Dalam Islam, politik atau siyasah artinya mengatur, memelihara, mengurusi urusan umat, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan syariat Islam.

Bukan hanya itu, Islam juga mengatur hubungan internasional, masalah kewajiban kepada Allah (ubudiah), pakaian, makanan, dan akhlak seorang muslim. Ketika semua hal tersebut diterapkan dengan aturan Islam, itulah yang dinamakan pemberlakuan politik Islam.

Namun, penerapan seluruh syariat Islam tersebut membutuhkan institusi politik berupa negara, yakni Khilafah Islamiah.

Gen-Z dan milenial harus memahami cakupan Islam kaffah, serta mengetahui bahwa berbagai persoalan yang mendera seluruh umat manusia saat ini adalah akibat tidak diterapkan Islam kaffah dan justru melandaskan pengaturan kehidupan berasaskan sekularisme, kapitalisme, dan sistem politik demokrasi.

Sudah saatnya Gen-Z melek dan beraktivitas politik guna mewujudkan institusi politik Islam, yakni Khilafah Islamiah sehingga semua ketentuan syariat Islam bisa terterapkan. Wallahu a'lam bisshawab.



Oleh: Rukmini
Sahabat Tinta Media

Sabtu, 28 September 2024

Demonstrasi Mahasiswa, Akankah Membawa Perubahan Hakiki?


Tinta Media - Bentrokan massa aksi demonstrasi dengan tim gabungan TNI-POLRI tak bisa dihindarkan di depan gedung DPR RI Jakarta pada hari Kamis (22/8/2024). Massa berhasil menjebol salah satu pagar di komplek DPR RI, di jln Gatot Subroto. Terjadilah lemparan batu dari massa aksi yang dibalas dengan tembakan gas air mata oleh tim gabungan TNI-POLRI. Massa terus merangsek masuk hingga terjadi kericuhan.

Keadaan sebelumnya terpantau tenang sebelum ada yang memantik pergerakan massa yang terus maju ke depan. Massa terus maju dan mendekat sekitar pukul 16.15 WIB dan  memanjat pagar gerbang utama.

Sementara, massa demonstran lain berusaha merusak pagar disertai teriakan komando agar menghancurkan pagar gerbang utama tersebut. Sedangkan di dalam pagar, tim gabungan TNI-POLRI terus berusaha menekan mundur massa dengan tembakan gas air mata. 

Para demonstran hari ini menuntut agar pengesahan RUU Pilkada dibatalkan oleh DPR RI. Massa aksi masih belum berkurang meskipun DPR telah menyatakan tidak akan mengesahkan RUU hari ini. (Bisnis.com, JAKARTA)

Turunnya aksi demonstrasi ke jalan kembali terjadi untuk kesekian kalinya. Kali ini, aksi demonstrasi mahasiswa menggeruduk gedung DPR RI. Itu adalah bentuk kemarahan  yang diluapkan atas ketidakadilan yang dipertontonkan oleh penguasa negeri ini. 

Kemarahan ini menandakan bahwa para demonstran menyadari adanya kecurangan dan ketidakadilan di negeri ini. Namun, akan lebih baik jika mereka menyadari bahwa kezaliman yang terjadi adalah buah dari penerapan sistem batil demokrasi kapitalisme sekuler. 

Itulah akar permasalahan yang sesungguhnya. Dengan kata lain, kekisruhan yang terjadi saat ini juga akibat sistem kapitalisme sekuler yang sudah mencengkeram negeri ini.

Sistem kapitalisme berlandaskan pada materi dan keuntungan semata. Sementara, sekularisme adalah paham pemisahan agama dari kehidupan. Penilaian benar dan salah hanya disandarkan pada akal manusia. Paham ini menganggap bahwa manusia mampu membuat aturan untuk mengatur kehidupan manusia lainnya. Padahal, aturan manusia dengan asas manfaat dan keuntungan sangat rentan terjadi manipulasi kekuasaan kan kebijakan yang hanya menguntungkan penguasa, sekaligus pengusaha beserta kelompoknya saja. Utak-atik peraturan seenaknya hanya untuk melanggengkan kekuasaan sudah menjadi hal biasa dalam sistem batil ini. 

Sudah seharusnya semua elemen masyarakat, terkhusus para mahasiswa bangun dan sadar bahwa tidak akan pernah ada perubahan hakiki ketika masih berada dalam kungkungan sistem demokrasi. Walaupun demikian, adanya perlawanan terhadap penguasa tentu harus diberi apresiasi. Namun, harus diberi pemahaman yang benar tentang visi perubahan yang sahih, yaitu perubahan yang mengarah pada penerapan Islam kaffah di seluruh aspek kehidupan. Jadi, bukan malah menyelamatkan demokrasi yang sejatinya memang sudah batil dan hanya menyebabkan kesengsaraan rakyat.

Walhasil, hanya dengan tunduk pada aturan Allah sajalah manusia bisa selamat dari segala bentuk kezaliman penguasa, kembali pada hakikat sebagai seorang hamba Allah yang tidak ada daya dan upaya, lemah, dan terbatas. 

Tidak mungkin ada yang bisa membuat aturan yang mampu menyelesaikan masalah kehidupan ini kecuali Allah Swt. Di sinilah pentingnya dakwah amar ma'ruf nahi mungkar di lingkungan masyarakat, memahamkan bahwa Islam mempunyai solusi hakiki untuk mengatasi berbagai macam problematika kehidupan. 

Dengan demikian, masyarakat, termasuk para demonstran tidak salah jalan dalam berjuang untuk melakukan perubahan. Perubahan yang hakiki hanya bisa dilakukan dengan penerapan syariat Islam dalam sebuah institusi negara khilafah. Wallahu a'lam bishawab.



Oleh: Dartem
Sahabat Tinta Media

Selasa, 17 September 2024

Popularitas Artis, Mampukah Membawa Perubahan Hakiki?


Sahrul Gunawan-Gun Gun Gunawan dan Dadang Supriatna-Ali Syakieb telah resmi mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) zkabupaten Bandung pada hari Kamis (29/8/2024). Pendaftaran terjadi pada Kamis malam dan merupakan hari terakhir pendaftaran Pilkada Kabupaten Bandung. Pasangan Sahrul-Gun Gun mendaftar pukul 20.00 WIB, sedangkan pasangan Dadang-Ali mendaftar pukul 16.00 WIB. Sahrul dan Dadang merupakan calon petahana. (KOMPAS.com)

Mereka berdua menjabat sebagai bupati dan wakil bupati hasil pilkada Kabupaten Bandung 2020. Bandung Bedas jilid 2 adalah jargon yang digunakan oleh Dadang-Ali.

Ada 13 partai yang memperkuat, dan ada 6 partai parlemen, yaitu PKB, PAN, Nasdem, Demokrat, PDI-PERJUANGAN Dan Gerindra. Sebagian yang lainya adalah partai non-parlemen, seperti Perindo, PKN, PSI, Partai Buruh, Partai Garuda, PBB, Partai Garuda, dan Gelora.

Menggandeng para artis sebagai wakil bupati bukan yang pertama kali dilakukan Dadang. Sedangkan partai yang mengusung Sahrul-Gun Gun dalam pilkada kali ini, yaitu Garuda Golkar, PKS dari partai parlemen. Sedangkan  dari partai non-parlemen antara lain adalah PPP, Hanura, Partai Ummat, dan Partai Garuda. 

Artis terjun ke dunia politik sudah menjadi hal biasa terjadi, bahkan popularitasnya sangat digandrungi oleh berbagai partai politik untuk dijadikan calon wakil rakyat sebagai bupati ataupun walikota. Popularitas digunakan untuk meraih manfaat mengeruk suara rakyat. 

Dalam sistem demokrasi sekuler, hal seperti itu wajar terjadi. Semua orang termasuk para artis berhak mencalonkan diri atau digandeng parpol di pilkada. Kemampuan berpolitik mungkin saja dimiliki oleh para artis yang diusung oleh parpol pendukung. 
Namun, tidak sedikit pula masyarakat yang memilih calon hanya berdasarkan popularitas calonnya saja. Hal itu terjadi karena masyarakat masih banyak yang belum mengenal satu per satu dari para calon bupati atau wakil bupati. Jadi, ketika memilih calon bupati dan wakil bupati, masyarakat hanya memandang dari segi ketenaran saja. 

Pada dasarnya, demokrasi hanya membutuhkan suara terbanyak untuk meraih kemenangan, bukan dari kapabilitas calon yang diusung. Pertanyaannya, apakah setelah meraih kedudukan di kursi kekuasaan, mereka bisa membawa perubahan dan menjadikan masyarakat hidup sejahtera? 

Setelah di telaah, ternyata perubahan yang signifikan belum bisa dirasakan. Buktinya, masih banyak rakyat yang justru menderita dan terjepit dengan berbagai kebijakan yang menzalimi rakyat. 

Lihat saja kebijakan-kebijakan seperti undang-undang Omnibus law cipta kerja yang sangat tidak pro-rakyat. Inilah kelemahan sistem demokrasi sekuler sesungguhnya. Sistem ini melahirkan para pejabat yang rakus dan korup. Sebab, parpol mendukung para artis hanya untuk kepentingan dan keuntungan semata. Tidak peduli kompeten atau tidak, yang penting bisa meraih suara terbanyak dalam kancah pertarungan politik. Saling sikut antarkelompok demi memenangkan pertarungan politik sudah menjadi hal biasa. Tidak ada kawan dan lawan yang abadi. Semua bisa berubah setiap waktu. 

Ini berbeda dengan politik Islam. Seperti kita ketahui, Islam adalah sebuah ideologi yang tidak hanya mengatur masalah ibadah ritual saja, tetapi mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam memilih pemimpin/ pejabat. 

Politik bukan semata-mata masalah kekuasaan, tetapi lebih ke persoalan urusan rakyat, yaitu mengurusi semua rakyat dengan baik sesuai syariat Islam. Sungguh berat tugas seorang pemimpin dalam Islam karena harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan di hadapan Allah Swt. kelak di yaumil akhir. 

Oleh karena itu, cara memilihnya pun harus berdasarkan kapabilitas dan memang sesuai persyaratan dalam Islam. Parpol harus dibangun dengan ikatan yang sahih, yaitu ikatan akidah Islam. Ikatan itulah yang akan membuat langkah perjuangan semakin kuat, saling memberi peringatan kepada penguasa, dan juga kepada manusia lainya. Ikatan itu juga mampu meluruskan penguasa jika ada kebijakan-kebijakan yang menyimpang dari jalur yang semestinya. 

Jadi, menggaet seseorang bukan hanya untuk memperoleh suara  tanpa visi misi yang jelas, tetapi betul-betul harus sesuai fikrah dan thariqah seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Itulah partai politik Islam yang akan memberi perubahan hakiki tanpa harus menggaet figur yang punya ketenaran. Wallahu a'lam bishawab



Oleh: Dartem
Sahabat Tinta Media

Sabtu, 07 September 2024

Bersiap Hadapi Perubahan

"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah pada Allah, dan hendaklah setlap diri memperhatikan apa yang telah dipersiapkannya untuk hari esok, dan bertaqwallah pada Allah." (QS Al-Hasyr: 18)

Tinta Media - Perubahan adalah sebuah keniscayaan, sebuah sunatullah. Berbeda dengan Allah yang baqa (kekal), segala ciptaan-Nya bersifat fana (tidak kekal, mengalami perubahan). Kita dan lingkungan di sekitar kita pun mengalami perubahan. Ada perubahan yang bisa kita prediksi, dan ada banyak perubahan yang tidak terduga. Sudahkah kita mempersiapkan diri menghadapi perubahan yang akan terjadi di hari esok?

Perubahan yang tidak diprediksi seringkali mencengangkan, bahkan adakalanya menyakitkan. Seorang ibu yang selalu memandang anaknya sebagal bayi atau balitanya yang harus ditolong dan diatur, dan tidak tidak pernah berpikir bahwa suatu saat anaknya akan besar dan dewasa, akan terhenyak saat anak remajanya berkata, "Selama ini Mamih telah pilihkan untuk aku, telah mengatur hidupku. Nanti saat aku sudah 18 tahun, aku bisa mengatur diriku sendiri. Maaf, jika saat itu datang, Mamih tidak lagi bisa mencampuri hidupku...."

Kita pun kadang terkejut saat berkaca dan melihat betapa kita telah tua, berkerut dan beruban. Dan keterhenyakan ini menjadi menyakitkan saat dibarengi oleh kesadaran betapa waktu begitu cepat berlalu padahal kita belum berbuat banyak untuk hidup kita, apalagi untuk hidup orang lain. Berapa banyak orang yang berucap, "Kok enggak terasa ya, sudah setahun berlalu kayaknya baru kemarin."

Karena itu, nasihatnya adalah, mari kita sadari perubahan yang akan terjadi, persiapkan diri untuk menghadapinya, dan rencanakanlah bentuk perubahan baik yang kita inginkan agar kita tidak terpenjara oleh penyesalan dan kesakitan atas apa yang telah menjadi takdir kita. Bukankah waktu hidup kita dibatasi agar kita bersegera mencapai implan-Impian kita? Bersegeralah memperbaiki kualitas amal kita agar hari esok selalu lebih baik dari hari ini sehingga kita layak disebut sebagai orang yang beruntung orang yang sukses.

Jadi, merencanakan perubahan menuju lebih baik sama artinya dengan merencanakan untuk beruntung, untuk sukses, untuk berhasil. Orang yang tidak merencanakan untuk lebih baik atau orang yang tidak memiliki rencana apa-apa atas hidupnya di hari esok adalah orang yang merencanakan kecelakaan, merencanakan

kesulitan, dan merencanakan hal-hal buruk atas dirinya, "Demi waktu. Sesungguhnya manusia dalam keadaan yang merugi, kecuali

orang-orang yang beriman, beramal shalih dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran." (OS Al Ashr:1-3)

Pada akhirnya, orang-orang yang beriman, beramal shalih dan saling menasihati akan mendapatkan kesuksesan, bukan hanya di hari esoknya di dunia, tapi juga di hari esoknya di akhirat. Mereka berhak mendapatkan piala surga yang indah karena mereka meyakini keberadaan surga, bersiap menghadapi segala hambatan menuju surga dan memang membuat rencana perjalanan menuju surga. Bagaimana dengan rencana perjalanan kita menapaki hari esok?

Oleh : Muhammad Arif Alfaruqi, Mahasiswa STEI SEBI, Prodi Manajemen Bisnis Syariah 2021

Jumat, 06 September 2024

Massa Turun ke Jalan, Akankah Menghasilkan Perubahan?


Tinta Media - Ribuan massa dari berbagai elemen masyarakat mulai dari buruh, mahasiswa, artis hingga komika berdemonstrasi di depan kompleks Dewan Perwakilan Rakyat (DPR/MPR), di kawasan Senayan, Jakarta, Kamis (22/8) untuk menolak Rancangan Undang-undang (RUU) Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) karena disinyalir akan menganulir putusan MK. 

Sebelumnya, MK mengeluarkan putusan yang menyatakan bahwa partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu dapat mendaftarkan pasangan calon kepala daerah meski tidak memiliki kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Namun, sehari setelah putusan tersebut, Badan Legislatif (Baleg) mendadak menggelar rapat dan dalam sehari menyepakati revisi UU Pilkada untuk disahkan menjadi undang-undang dalam rapat paripurna yang akan digelar Kamis (22/8). 

Sejumlah pesohor yang nampak hadir dalam aksi demonstrasi tersebut di antaranya ada Reza Rahadian, Bintang Emon, Yono Bakri, Arie Kriting, Abdur, Rigen, dan masih banyak lainnya telah memadati gerbang samping DPR/MPR sejak pukul 09.00 WIB. (Voaindonesia.com, 22/8/2024)

Para pendemo tersebut pada umumnya mengkritik kinerja DPR yang lambat dalam mengesahkan RUU penting lainnya, tetapi begitu cepat meloloskan revisi UU Pilkada. 

Apa yang dilakukan DPR ini seperti hendak membegal putusan MK yang semestinya bersifat final dan mengikat. Banyak pihak menduga dan curiga bahwa di balik tergesa-gesanya DPR membuat revisi undang-undang Pilkada ini, ada upaya untuk membuka jalan bagi pencalonan Kaesang Pangarep, putra Presiden Jokowi yang akan maju di Pilkada 2024. 

Masyarakat tidak ingin aturan negara dilanggar demi kepentingan satu keluarga yang sedang berkuasa. Karena itu, tujuan dari demonstrasi kali ini adalah mengawal putusan MK dan menyelamatkan demokrasi yang tengah porak-poranda.

Hal itu pula yang menyebabkan sinyal ‘Peringatan Darurat’ melalui simbol garuda berlatar bisa begitu masif tersebar di media sosial. Para influencer, artis, dan netizen beramai-ramai mengunggah peringatan darurat tersebut untuk mengabarkan bahwa Indonesia sedang tidak baik-baik saja. .

Ada indikasi kuat terjadinya nepotisme dan penyalahgunaan kekuasaan di kalangan politisi untuk mendukung politik dinasti keluarga Jokowi. Indikasi adanya politik dinasti ini mulai merebak sejak diloloskannya Gibran Rakabuming Raka, putra pertama Jokowi sebagai calon wakil presiden kala itu setelah adanya putusan MK, sedangkan yang menjadi ketua MK adalah Anwar Usman, adik ipar Jokowi.

Ghirah perjuangan pun muncul di tengah masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap nasib bangsa ini. Karena itu, aksi unjuk rasa tidak hanya terjadi di wilayah Jakarta, tetapi juga di kota-kota besar di seluruh wilayah Indonesia. Alhasil, pengesahan revisi UU Pilkada akhirnya dibatalkan. DPR dan pemerintah sepakat bahwa Peraturan KPU (PKPU) Pilkada 2024 menyesuaikan putusan MK. Namun, warga tidak lengah dan tetap mengawal putusan MK sampai betul-betul dijalankan.

Bangkitnya kesadaran masyarakat atas kondisi negeri saat ini patut diapresiasi. Artinya, ada kepedulian atas kondisi bangsa yang memang tidak baik-baik saja. Ada kesadaran akan adanya penyalahgunaan kekuasaan, politik kotor yang terus dipermainkan oleh mereka yang diserahi amanah jabatan. Akibatnya, banyak urusan rakyat terabaikan, sebab rakyat bukanlah prioritas bagi mereka, melainkan bagaimana caranya melanggengkan kekuasaan. Demonstrasi merupakan upaya rakyat untuk menyampaikan aspirasi secara legal dalam sistem demokrasi. Pemerintah sendiri seharusnya tidak anti terhadap kritik karena rakyat berhak mendapatkan pelayanan terbaik.

Hanya saja, kesadaran akan rusaknya demokrasi ini bukan kesadaran yang sebenarnya diperlukan. Demokrasi sejak awal memang sudah rusak karena lahir dari rahim kapitalisme, sebuah ideologi yang menjadikan materi sebagai tujuannya. Dalam penerapannya, demokrasi berasaskan sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Agama harus dipisahkan dari politik dan urusan kehidupan orang banyak. Agama harus dibatasi sebagai hubungan hamba dengan Pencipta-Nya saja, yakni dalam bentuk ibadah ritual di ranah pribadi semata. Demokrasi lahir dari pikiran manusia yang lemah, terbatas, dan serba kekurangan.

Demokrasi muncul sebagai jalan tengah atas perselisihan yang terjadi antara dominasi gereja yang otoriter dan absolut sepanjang abad pertengahan. Dominasi gereja dan kerajaan yang mengatasnamakan diri sebagai wakil Tuhan memaksa agar seluruh urusan kehidupan seperti seni, ekonomi, sains tunduk sepenuhnya pada kekuasaan mereka. Kediktatoran ini memunculkan perlawanan dari kalangan filsuf dan cendekiawan. Mereka ingin agar para agamawan hanya mengurus kegiatan dalam gereja saja, sedang urusan kekuasaan harus diserahkan kepada mereka yang memiliki ilmu keduniaan.

Dari sini jelas bahwa demokrasi bukan diperuntukkan bagi umat Islam. Maka, harus ada upaya untuk membangkitkan kesadaran umat yang hakiki. Bahwasanya yang dibutuhkan umat saat ini bukanlah demokrasi, tetapi sistem hidup yang berasal dari Pencipta manusia, kehidupan, dan alam semesta, Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

Islam adalah agama kamil dan syamil yang memiliki aturan kehidupan bagi seluruh makhluk-Nya. Jika aturan ini diterapkan secara menyeluruh, sudah pasti akan memberikan rahmat bagi seluruh alam. Faktanya, sistem ini pernah memimpin dunia selama 1300 tahun.

Perubahan hakiki hanya akan terwujud jika umat mau kembali melanjutkan kehidupan Islam yang sudah lama terjeda. Tidak mungkin demokrasi yang bercokol hari ini bisa diperbaiki atau memperbaiki kehidupan manusia. Meskipun pemimpin yang dianggap zalim sudah turun dan diganti pemimpin yang baik hati, tetapi selama sistemnya masih sama, umat akan terus merasa tidak terpuaskan. Korupsi, kriminalitas, kemiskinan, kerusakan moral tak akan teratasi tanpa solusi yang hakiki. Bisa dikatakan, perjuangan mempertaruhkan hidup dan mati untuk demokrasi akan sia-sia belaka.

Akan lebih baik jika semangat dan energi umat dikerahkan untuk memperjuangkan perubahan sistem kembali kepada Islam. Umat harus membuka kembali sejarah kejayaan agar merasa bangga menjadi umat terbaik yang telah ditetapkan Oleh-Nya. Umat juga harus meyakini bahwa kemenangan Islam akan kembali karena telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Janji ini sudah pasti akan terjadi, bukan janji manis politisi yang sering kali tak terbukti. Hanya saja, untuk menyambut janji tersebut, diperlukan usaha dan perjuangan seluruh umat, kesadaran dan tujuan bersama sampai Allah rida dan menetapkan kemenangan itu tiba. Wallahua’lam bishawab.




Oleh: Dini Azra
Sahabat Tinta Media

Minggu, 09 Juni 2024

Agen Perubahan


Tinta Media - 1400 tahun yang lalu Rasulullah kabarkan
Bahwa Konstantinopel akan ditaklukkan
Di masa Kesultanan Utsmaniyyah 
Muhammad Al-Fatih berhasil meraihnya

Sabda Nabi bukanlah kebohongan
Melainkan sebuah kepastian
Bahwa Konstantinopel akan takluk 
Dengan sebaik-baik penakluk

Zaman terus berjalan
Generasi terus berganti
Tidakkah kita ingin perubahan?
Menuju kehidupan yang mendamaikan

Wahai para remaja
Wahai para generasi muda
Bangkitlah dan kobarkan semangat
Terus maju tanpa kenal lelah

Luruskan niat hanya untuk Allah semata
Jangan pernah berharap puji manusia
Karena kita hanya berharap balasan
Yakni surga yang telah dijanjikan

Batam, 14 Januari 2024


Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba

Minggu, 17 Maret 2024

Arah Pergerakan Aktivis Menuju Perubahan dan Persatuan


Tinta Media - Pergerakan menuju perbaikan yang diupayakan oleh para aktivis tentu merupakan salah satu bukti nyata kepedulian para aktivis, terutama aktivis mahasiswa terhadap permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat. Permasalahan di berbagai bidang seperti masalah ekonomi, sosial, politik, bahkan lingkungan mendorong para aktivis memperjuangkan perubahan dan perbaikan. 

Beberapa permasalahan yang dihadapi di antaranya terkait kasus kekerasan seksual sehingga dituntut penerapan UU TPKS maupun Permendikbud PPKS yang dianggap dapat mengatasi masalah KS di tengah masyarakat maupun lingkungan Perguruan Tinggi. Namun, nyatanya setelah peraturan tersebut dilegalkan pun ternyata kasus KS masih terus meningkat. 

Adapun permasalahan politik seperti pengesahan UU Ciptaker (Omnibus Law) dianggap sangat menguntungkan oligarki dan merugikan rakyat terutama para pekerja atau buruh. Undang-undang ini juga memuluskan ambisi penguasa untuk menggerus kekayaan alam negara demi kepentingan pengusaha asing. 

Permasalahan pendidikan juga masih merajalela. Masih banyak masyarakat yang tidak dapat melanjutkan pendidikan karena terkendala biaya. Ini karena pendidikan telah menjadi salah satu komoditas bisnis sehingga masyarakat kelas bawah secara ekonomi tidak mampu meraih pendidikan tinggi. 

Bahkan, sistem pendidikannya sendiri pun bermasalah. Ini dibuktikan dengan banyaknya pelanggaran norma maupun hukum oleh para pelajar. 

Permasalahan yang dihadapi pelajar tersebut juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang ditanam dalam kurikulum pendidikan yang realitanya tidak menanamkan akidah atau kewajiban ketundukan kepada Sang Pencipta. 

Ekonomi juga turut mewarnai permasalahan yang dihadapi masyarakat, karena masih banyak masyarakat di bawah garis kemiskinan, bahkan kekurangan gizi. Masih banyak masyarakat yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Ada juga masyarakat yang bermasalah dengan lahan tempat tinggal. Mirisnya, ada penggusuran lahan demi kepentingan industri sehingga masyarakat harus meninggalkan wilayah tempat tinggalnya secara terpaksa. Yang sering ditargetkan pun biasanya lahan yang memiliki potensi sumber daya alam tertentu, seperti bahan tambang, minyak bumi, perkebunan, dan sejenisnya. Semuanya dilakukan demi kepentingan bisnis para pemilik modal. Bahkan, kebijakan tersebut dilegalkan oleh pemerintah. 

Akar Masalah Problematika Umat

Perlu dipahami bahwa akar dari berbagai permasalahan tersebut diawali dari paradigma pengambilan kebijakan berdasarkan ideologi kapitalisme-sekuler. Orientasi untuk meraih keuntungan menjadikan kebijakan yang diambil bukan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 

Standar bahagia dan keberhasilan dalam sistem kapitalisme adalah kenikmatan jasmani yang dengan kata lain keuntungan berupa materi. Hal ini terbukti dari napas kebijakan-kebijakan yang disahkan hingga merugikan rakyat. Tentu hal tersebut terjadi karena ada pihak yang ingin merebut keuntungan materi. Peraturan dan kebijakan yang diambil berdasarkan pertimbangan logika manusia dengan segala keserakahan dan keterbatasannya.

Arah Perjuangan Perubahan

Jika akar masalah dari berbagai problematika yang terjadi di tengah masyarakat adalah penerapan ideologi kapitalisme dalam pengambilan kebijakan, maka sudah seharusnya perubahan yang diperjuangkan, khususnya para aktivis adalah perubahan ideologis pula. Perubahan parsial atau tidak mengakar justru hanya akan mempertahankan, bahkan menambah permasalahan baru. Perjuangan tersebut harus memutus rantai permasalahan yang disebabkan oleh sistem ideologi kapitalisme. 

Perubahan ideologis merupakan suatu hal yang harus diupayakan dan bisa diwujudkan. Hal ini terbukti pada perubahan peradaban di dunia. Harus ada perubahan peradaban manusia yang tidak manusiawi hingga menjadi peradaban manusiawi, cemerlang, bahkan gemilang. Hal ini dapat kita lihat pada beberapa perubahan peradaban di tengah masyarakat seperti di wilayah Arab, Eropa, bahkan Nusantara. 

Sebelum datangnya Islam di Arab, ternyata peran wanita sangat hina dalam pandangan masyarakat Arab. Bahkan, bayi perempuan yang baru lahir harus dibunuh. Namun, setelah Islam disampaikan kepada masyarakat Arab, peran wanita menjadi sangat mulia. 

Hal serupa terjadi di Eropa. Masyarakat Eropa sangat erat dengan kepercayaan mistis hingga banyak penyakit bertebaran karena mereka belum mengenal tradisi menjaga kebersihan. Namun, setelah Islam sampai di Eropa, untuk pertama kalinya di Eropa ditemukan sabun sebagai alat untuk bersih-bersih. 

Adapun di Nusantara, masih banyak kebudayaan yang mengancam manusia. Setelah Islam sampai di Nusantara, masyarakat justru dimuliakan dan dilarang keras untuk membunuh tanpa alasan.

Kunci Keberhasilan Peradaban

Perubahan yang begitu besar tersebut bisa diwujudkan karena adanya perubahan taraf berpikir masyarakat. Perubahan taraf berpikir tersebut diawali dengan upaya untuk memahamkan masyarakat atau dengan dakwah. Ada upaya penyadaran tentang tatanan kehidupan yang salah, lalu dipahamkan tentang tatanan kehidupan yang benar, yakni Islam. 

Adapun kunci keberhasilan peradaban Islam yang mampu mengubah posisi manusia di berbagai belahan dunia tersebut adalah akidah Islam itu sendiri berupa tauhid (beriman kepada Allah Swt.).

Konsekuensinya adalah tunduk dan patuh kepada apa pun yang Allah perintahkan, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan sistem kehidupan manusia. 

Allah Swt. menurunkan agama Islam kepada manusia untuk mengatur kehidupan dalam tiga dimensi, yakni hubungan manusia dengan Allah (hablumminannas), hubungan manusia dengan dirinya sendiri (hablumminannafsi) dan hubungan manusia dengan sesama  manusia (hablumminannas). 

Sistem kehidupan manusia termasuk di dalamnya peraturan, hukum, kebijakan negara, politik, ekonomi, pendidikan. pengelolaan sumber daya alam dan sejenisnya juga diatur dalam sistem Islam. Hal ini membuktikan bahwa Islam merupakan ideologi karena memiliki landasan berpikir, yakni tauhid, serta metode untuk menerapkannya berupa peraturan-peraturan dalam syariat Islam. 

Berkaitan dengan permasalahan masyarakat hari ini, akar masalahnya adalah ideologi kapitalisme yang rusak. Maka, sudah saatnya masyarakat paham terkait ideologi yang benar dan sesuai dengan fitrah manusia, yakni ideologi Islam. Segala kebijakan dan peraturan yang diambil sesuai dengan peraturan dan perintah dari Sang Maha Pencipta. 

Maka, sudah saatnya para pejuang perubahan, terutama aktivis mahasiswa untuk memahami akar masalah dari problematika umat hari ini, yakni penerapan ideologi kapitalisme. 

Jika akar permasalahannya adalah sistemik, tentu solusi yang dibutuhkan untuk mengatasi berbagai macam problematika umat itu berupa perubahan sistemik pula. 

Islam memiliki jawaban atas permasalahan tersebut. Namun, untuk mewujudkan penerapan ideologi Islam, tentu membutuhkan institusi yang menerapkannya berupa negara. 

Pada hakikatnya, ideologi Islam tidak dapat diwujudkan tanpa adanya tiga pilar, yakni individu, masyarakat, dan negara yang menerapkan syariat Islam. Maka, sudah saatnya umat berjuang untuk bersatu mewujudkan negara yang mampu menerapkan syariat Islam secara paripurna, yaitu khilafah Islamiyah. Allah Swt. juga telah menyampaikan firman-Nya dalam surah al-Baqarah ayat 208 yang artinya, 

“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara menyeluruh.”[]


Oleh: Isra Novita
Mahasiswi Universitas Indonesia

Kamis, 14 Maret 2024

Perubahan Hakiki Hanya dengan Sistem Islam


Tinta Media - Antusiasme dan harapan masyarakat di Indonesia dalam pelaksanaan Pemilu tahun ini sangatlah besar dengan berpartisipasi memberikan hak suaranya di pemilu pada tanggal 14 Februari 2024  lalu. Memilih pemimpin negeri dan wakil-wakil rakyat di DPR menjadi cara yang mereka gunakan untuk membawa perubahan yang lebih baik di negeri ini.

Di satu sisi, hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat mulai menyadari bahwa keadaan negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Terlihat di semua  bidang  kehidupan, berbagai permasalahan kian hari kian mengimpit dan susul-menyusul tanpa henti. Di antara masalah tersebut antara lain:

Pertama, bidang ekonomi. Walaupun negeri ini sangat kaya akan sumber daya alamnya, tetapi justru kemiskinan merajalela. Utang luar negeri semakin menggurita, kasus korupsi menjadi hal biasa, kerawanan pangan pun terus melanda.

Kedua, bidang pendidikan. Belum semua lapisan masyarakat dapat mengenyam fasilitas pendidikan hingga tingkat atas, apalagi hingga perguruan tinggi (PT) akibat mahalnya biaya pendidikan. 

Untuk PT saja biaya yang harus dikeluarkan bisa mencapai ratusan juta. Ini menunjukkan hawa bisnis begitu merebak di ranah pendidikan. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya anak-anak negeri ini yang tidak mampu melanjutkan pendidikan, bahkan putus di tengah jalan.

Ketiga, bidang kesehatan. Masyarakat harus membayar mahal ketika ingin mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Jika ingin mendapatkan yang gratis atau murah, pelayanan kesehatannya pun apa adanya. 

Program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) pun sejatinya bukan jaminan kesehatan berupa pelayanan kesehatan dari negara, tetapi justru 'gotong royong ' rakyat yang hakikatnya adalah asuransi yang dikelola oleh BPJS. Beban pembiayaannya dikembalikan kepada rakyat, dengan membayar premi per bulan per jiwa.

Keempat, bidang sosial. Berkembangnya masalah sosial dan penyakit sosial, semisal banyaknya tunawisma yang menggelandang di kota-kota besar, maraknya ODGJ akibat tidak mampu memikul beban hidup yang semakin berat dalam berbagai hal, juga stres sosial yang menimpa banyak orang di berbagai lapisan masyarakat.

Kelima, bidang keamanan dan kriminalitas. Kejahatan dalam berbagai bentuk, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, menambah miris kondisi bangsa ini. 

Kejahatan yang meningkat tajam sebagai efek dari masalah kemiskinan, sosial, dan sebagainya, menjadikan rasa aman sebagai sesuatu yang mahal di negeri ini. Bahkan, di lingkungan terdekat sekalipun, yaitu keluarga, kerabat dan tetangga, tidak dapat terjamin rasa aman. Sebagai buktinya, bahwa para pelaku kejahatan saat ini, banyak yang merupakan orang-orang terdekat korban.

Itulah realitas hidup di dalam masyarakat yang menjunjung tinggi HAM dan kebebasan, melalui sistem demokrasinya, yang justru melahirkan masyarakat yang rusak dalam seluruh bidang kehidupan.

Maka, sangat wajar jika rakyat di negeri ini menginginkan perubahan, tentu ke arah yang lebih baik. Namun, apakah perubahan masyarakat itu cukup melalui pemilu? 

Masyarakat menggantungkan harapan yang sangat besar kepada calon pemimpin yang digadang-gadang dapat membawa perubahan. Ada juga yang berharap akan adanya sebagian wakil rakyat yang mau mendengar aspirasi mereka dan memperjuangkannya, sehingga mengubah kondisi menjadi  lebih baik. Namun, tidak sedikit juga masyarakat yang meragukan bahwa pemilu ini akan memberikan perbaikan kondisi mereka. Ini karena masyarakat sudah jengah dengan keadaan yang semakin sulit akibat kebijakan yang menyengsarakan rakyat.

Di negeri ini, pemilu demokrasi telah dilakukan berulang kali dan menghasilkan pemimpin negara yang berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari militer, sipil intelektual, ulama, perempuan, hingga pengusaha mebel. Namun, kondisi yang dialami bangsa ini tidak menjadi lebih baik dengan para pemimpin tersebut, justru makin jauh dari kata sejahtera.

Jika ditelusuri, masalahnya bukan hanya terletak pada sosok pemimpinnya saja, tetapi juga terletak pada sistem yang diterapkan, yakni demokrasi kapitalisme, yang terbukti telah gagal memberikan kehidupan yang sejahtera, aman, dan sentosa kepada rakyat, berupa kehidupan yang penuh problematika tanpa mampu diselesaikan.

Sebagai seorang muslim, kita harus mengembalikan tolok ukur kehidupan kita kepada pandangan Islam. Jika kita ingin melakukan perubahan kondisi masyarakat menjadi lebih baik, maka harus mengganti sistem demokrasi kapitalisme dengan sistem  Islam yang sempurna.

Allah Swt. berfirman dalam QS. Ar-Ra'd (13)- 11, yang artinya bahwa:

"Allah Swt. tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum tersebut mengubah keadaan diri mereka sendiri."

Sistem aturan kehidupan yang diterapkan saat ini, yaitu sistem demokrasi-kapitalisme-sekuler, yang memisahkan agama dari kehidupan, telah menampakkan aturan Allah Swt. dengan menjadikan manusia yang menjadi pembuat hukum (legislasi), karena kedaulatan berada di tangan rakyat.

Walaupun pada kenyataannya, para elite politik duduk di kursi parlemen untuk membuat undang-undang dan kebijakan yang hanya pro kepada para pemilik modal, baik lokal swasta, asing, dan aseng, sedangkan rakyat yang banyak dirugikan.

Oleh karena itu, bagi kumat Islam, hanya hukum Allah Swt. yang haq, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Maidah (5):8 50, yang artinya:

"Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? Hukum siapakah yang lebih baik dari pada hukum Allah bagi kaum yang meyakini?"

Melalui pergantian sistem kufur saat ini dengan sistem Islam, insyaallah akan terjadi perubahan yang mendasar, melalui sebuah institusi pemerintahan yang disebut khilafah.

Perubahan sistem ini harus diperjuangkan melalui sebuah aktivitas dakwah berjamaah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. untuk menancapkan ketakwaan pada setiap individu, dan juga pada masyarakat, sehingga mendorong mereka untuk menerapkan syariah Islam kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Ini dilakukan secara komprehensif dan revolusioner dipimpin oleh seorang khalifah (imam) yang telah memenuhi syarat kelayakan sebagai pemimpin, berdasarkan hukum syara. Inilah perubahan yang hakiki, menuju keridaan Allah Swt. 

Allah Swt. berfirman dalam QS Al -'Araf; 96, yang artinya:

"Seandainya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, niscaya Allah akan melimpahkan atas mereka barakah dari langit dan bumi ...."

Wallahu'allam bisawwab.


Oleh: Yuli Ummu Shabira
Sahabat Tinta Media

Minggu, 10 Maret 2024

Program Beasiswa Ti Bupati (Besti), Harapan Menuju Perubahan?



Tinta Media - Sistem pendidikan saat ini terus diprioritaskan untuk mencetak para penerus bangsa sebagai tonggak peradaban suatu bangsa. Semua cara ditempuh oleh pemerintah baik di daerah maupun di pusat. Salah satunya dengan program beasiswa ti Bupati alias BESTI yang digulirkan oleh pemerintah Kabupaten Bandung.

Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan pencapaian target Rataan Lama sekolah (RLS), menjadi 10 tahun pada tahun 2024 yang sebelumnya ada di angka 9,10 tahun sekaligus untuk mewujudkan pemerataan pendidikan di wilayahnya.

Bupati Bandung Dadang Supriatna mengatakan bahwa Beasiswa ti Bupati (Besti) merupakan implementasi dari visi pemkab, yakni menyediakan layanan pendidikan yang berkualitas dan merata, guna mendukung terwujudnya masyarakat yang edukatif.

Program ini diperuntukkan bagi siswa berprestasi yang kurang mampu dan diberikan pula kepada para penghafal Qur'an, serta  guru ngaji yang belum mengenyam pendidikan sarjana. Dengan program ini, Bupati berharap bisa melahirkan SDM yang hebat, berkualitas, memiliki daya saing, berintegritas, dan profesional untuk bisa bersama membangun Kabupaten Bandung sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). 

Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Daerah Lilis Suryani mengatakan bahwa program ini ditujukan pada calon mahasiswa yang memiliki prestasi akademik ataupun non-akademik dan yang tergolong sebagai keluarga ekonomi tidak mampu. Besaran beasiswa Rp5 juta per semester atau paling besar Rp40 juta untuk 8 semester.

Program ini akan digelar selama dua gelombang di tahun 2024 ini. Untuk kuota masing-masing  gelombang pertama 130 dan kedua 120.

Adapun syarat-syarat penerima beasiswa antara lain: warga Kabupaten Bandung yang dibuktikan dengan KTP, yang tengah menempuh pendidikan S1 serta tidak sedang menerima beasiswa lain, menyertakan surat permohonan beasiswa kepada Bupati Bandung, lolos seleksi pemberian beasiswa pendidikan, melampirkan SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian).

Selain syarat tersebut, ada pula kriteria khusus yang wajib dipenuhi, di antaranya: memiliki rata-rata nilai delapan pada ujian nasional dan ujian sekolah bagi calon mahasiswa, bagi yang berstatus mahasiswa diwajibkan memiliki indeks prestasi kumulatif (IPK) terendah di angka 3.00  bagi mahasiswa di perguruan tinggi negeri dan 3.15 bagi mahasiswa di perguruan tinggi swasta.

Pelaksanaan program pemerintah ini merupakan upaya untuk mengurai permasalahan pendidikan dalam kategori khusus untuk golongan menengah ke bawah, tetapi justru ketimpangan sosial ekonomi sangat jelas terlihat dan memberikan jurang pemisah yang semakin dalam antara yang miskin dan yang kaya. Apalagi, pembatasan dan persyaratan yang cukup banyak dalam beberapa kategori jarang bisa diraih oleh masyarakat miskin.

Inilah fakta bahwa negara dalam sistem sekuler-kapitalisme hanya sekadar regulator, bukan sebagai raa'in. Dalam sistem ini, peran pengurusan bercampur tangan dengan pihak pengusaha swasta yang berasaskan manfaat dan keuntungan berupa materi. Padahal, "tidak ada makan siang yang gratis."

Berbeda halnya dengan sistem Islam, sistem pendidikan berbasis akidah diaplikasikan dalam penerapan syariah secara kaffah. Tujuannya adalah membangun kepribadian Islam (aqliyah dan nafsiah Islam) dan mempersiapkan lahirnya generasi yang ahli di setiap aspek kehidupan.

Di samping itu, penerapan akidah yang benar dan lurus merupakan dasar terbentuknya kekuatan ukhrowi yang kuat dan tangguh serta perlindungan dan periayahan negara yang menjamin atas seluruh rakyat dengan tidak ada sekat.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw.

"Khalifah adalah pengurus urusan rakyat dan ia bertanggung jawab terhadap urusan mereka."

Generasi unggul di bawah naungan khalifah telah terbukti dalam sejarah selama hampir 14 abad dengan melahirkan para ilmuwan dan cendekiawan muslim yang sampai hari ini penemuan mereka dijadikan tolok ukur dan dikembangkan menjadi sains dan teknologi canggih.

Oleh karena itu, terwujudnya generasi yang bertakwa dan tangguh hanya bisa dilakukan oleh sistem Islam dalam naungan khilafah. Wallahua'lam bisawawab.



Oleh: Nunung Juariah
Sahabat Tinta Media

Sabtu, 24 Februari 2024

UIY Ungkap Pentingnya Dakwah bagi Perubahan



Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) mengungkap pentingnya dakwah yang menjadi instrumen utama bagi perubahan. 

"Dakwah adalah bagian penting dari ajaran Islam, yang menjadi instrumen utama bagi perubahan," tuturnya dalam video: Songsong Perubahan, Sabtu (17/2/2024), di kanal Youtube Khilafah News. 

Melalui dakwah, lanjutnya, ajaran Islam dipelajari, dipahami, dihayati kemudian diamalkan hingga membentuk perilaku. 

“Perilaku yang dilakukan secara bersama dalam kurun waktu yang panjang akan menghasilkan budaya. Sehingga menjadi jelas dakwah akan menghasilkan budaya dan budaya yang dibentuk itu adalah budaya yang baik dalam aneka sisi dan aspek. Jadi dakwahlah yang akan membentuk budaya, bukan sebaliknya," tegasnya.


Menurutnya, dakwah bersumber dari nilai-nilai Islami yang bersifat tetap sedang budaya tumbuh sebagai hasil dari relasi nilai dan perilaku manusia yang tentu saja akan terus berubah. 

Ia mencontohkan, dulu perempuan ketika hadir di undangan berkebaya dan menggunakan gelung, tetapi kini hampir tak ada lagi perempuan yang berpakaian berkebaya dan menggunakan gelung, yang tampak sekarang adalah kerudung. 

“Kerudung yang di awal tahun 1980-an dulu itu sempat begitu dimusuhi oleh siswi-siswi Sekolah Menengah Atas di berbagai kota di Bandung, Bogor, Jakarta dan Surabaya, setelah menemukan kesadaran baru dalam berpakaian, lalu mereka melengkapi seragam sekolahnya dengan kerudung,” bebernya. 

Ia melanjutkan, alih-alih mendapatkan apresiasi, para siswi itu justru mendapat pelarangan dan intimidasi sampai dipecat dari sekolah atau dipaksa mengundurkan diri karena keteguhannya berkerudung. 


“Berkat dakwah yang dilakukan secara konsisten suasana itu berubah, kerudung kini tak lagi dimusuhi bahkan setelah bertahun-tahun tak henti diperjuangkan akhirnya kerudung ditetapkan resmi menjadi bagian dari seragam sekolah SMA SMP bahkan juga SD,” urainya. 

Mempengaruhi 

UIY yakin, ketika dakwah terus dilakukan maka perubahan pasti akan terus terjadi karena seruan dakwah akan mempengaruhi orang berpikir. 

“Ketika pemikiran orang berubah pula tanggapan terhadap ajaran Islam dan budaya yang dulu ditolak kini diterima, bahkan dibela. Dulu dianggap buruk kini dianggap baik dan makin banyak orang tertarik. Dulu dibenci kini dicintai begitu sebaliknya dulu dicinta, kini tak lagi," bebernya. 

“Karena itu teruslah berdakwah, agar manusia, keluarga, negara, bahkan dunia berubah ke arah yang lebih baik yang diridhai Allah Yang Maha Mencipta,” pungkasnya. [] Muhammad Nur

Selasa, 20 Februari 2024

IJM: Perubahan Tergantung Kepentingan Pragmatis



Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor  (IJM) Agung Wisnuwardana menyatakan bahwa perubahan tergantung kepentingan pragmatis. 

"Semua perubahan ini semata tergantung kepentingan pragmatis alias apa kepentingan kekinian yang diharapkan," tuturnya dalam video: Otak Atik Angka? Kamis (15/2/2024) di kanal Youtube Justice Monitor. 

Menurutnya, permainan politik seperti ini sebetulnya sangat lumrah. “Sistem demokrasi, sistem yang tegak di atas asas sekularisme ini sama sekali tidak mengenal Tuhan, apalagi konsep halal haram. Apa pun boleh dilakukan demi meraih kekuasaan. Legalitas sebuah tindakan pun diatur dengan kekuatan uang,” jelasnya. 

Pemilihan kepemimpinan dalam sistem ini, terangnya, sejatinya hanya kamuflase atas prinsip daulat rakyat yang diagung-agungkan secara periodik. 

"Rakyat seakan diberi hak politik, padahal sejatinya yang tampil sebagai pemenang tetap saja para pemilik uang, pemilik modal," imbuhnya. 

Ia melanjutkan,  tidak heran ketika pemilu usai, rakyat pun ditinggalkan. “Triliunan uang yang dihambur-hamburkan untuk pesta lima tahunan akhirnya hanya menyisakan penderitaan panjang. Termasuk melahirkan budaya koruptif dan perpecahan yang diwajarkan," kritiknya. 

Menurutnya, banyak kebijakan yang ditetapkan penguasa pilihan rakyat berselisih jalan dengan keinginan rakyatnya. 

“Kebijakan politik yang dilahirkan para penguasa yang konon menjadi representatif rakyat, nyatanya hanya representasi kepentingan politik,” kritiknya. 

Hubungan penguasa dan pemilik uang dalam demokrasi, sambungnya,  memang tidak bisa dipisahkan. Keduanya menjadi hubungan saling menguntungkan demi kursi panas kekuasaan yang berkelindan dengan target menambah akumulasi modal. 

"Oleh karenanya suara rakyat suara Tuhan yang disucikan pun menjadi mantra manis yang bisa mengelabui," tambahnya. 

Ia mengatakan, Steven Levistky dan Daniel Ziblatt dari Harvard University pernah menulis buku How Democracies Die, yang menjelaskan bahwa demokrasi akan mati di tangan penguasa yang dipilih melalui jalur demokrasi itu sendiri. Yakni, ucapnya, ketika mulai menolak nilai-nilai toleransi dan menampakkan perilaku otoritarianisme sebagaimana yang justru tampak saat ini. 

"Sayangnya, sebagian orang tidak sampai pada kesimpulan bahwa demokrasi memang akan benar-benar mati karena cacat bawaannya sendiri," tandasnya. 

Ia menilai, demokrasi tegak di atas asas yang rusak dan senyatanya telah melahirkan sebagai aturan yang juga rusak dan merusak. 

“Pengetahuan atas cacatnya sistem yang ada tentu tidak akan berdampak apa pun jika tidak dilanjutkan dengan perjuangan untuk mengubah keadaan. Bersikap fatalis, jelas bukan karakter seorang muslim,” ucapnya sembari membacakan surat Ar-Ra’du ayat 11. 

Ia menegaskan, arah perubahan tidak boleh lagi hanya fokus pada perubahan orang melainkan harus mengarah pada perubahan sistem dan kepemimpinan dengan meneladani Rasulullah saw. 

Sepanjang peradaban kapitalisme berkuasa di bumi, lambat laun dunia berjalan ke jurang kehancuran yang makin dalam. Semoga kita sadari dan terus melangkah untuk melakukan perubahan sistem dan juga perubahan orang," pungkasnya.[] Ajira

IJM: Perubahan Itu Sesuatu Keniscayaan



Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor  (IJM) Agung Wisnuwardana menegaskan bahwa perubahan itu sesuatu keniscayaan.

"Perubahan itu suatu keniscayaan. Tak bisa dibendung. Tak bisa dicegah. Perubahan itu sesuatu yang alami (nature), akan terjadi," ujarnya dalam video: Luhut Tegaskan RI Tidak Butuh Narasi Perubahan? di kanal Youtube Justice Monitor, Jumat (16/01/2024).

Menurutnya, gelombang besar menuju perubahan di tanah air terasa semakin kuat, pasalnya banyak orang merasakan Indonesia saat ini semakin terpuruk.

“Indonesia adalah negara besar dan sangat kaya sumber daya alamnya, namun Indonesia belum bisa menjadi negara unggul dibandingkan dengan negara-negara lain bahkan di tingkat ASEAN sekalipun,” paparnya.  

Ia membeberkan fakta,  di negeri ini lebih dari 10 juta  warga berada dalam kemiskinan ekstrem, dan  menduduki peringkat kedua prevalensi stunting tertinggi di ASEAN. 

"Utang luar negeri tahun lalu sudah tembus 8.000 triliun dan tahun ini mungkin akan mendekati 9.000 triliun. Ketimpangan ekonominya semakin meningkat, penegakan hukumnya tidak berpihak pada warga. Hasil survei KedaiKOPI tahun lalu menunjukkan ada 54,5% warga di negeri ini merasa tidak puas dengan penegakan hukum. Itulah sebabnya rakyat Indonesia sangat berharap ada perubahan dengan kepemimpinan yang baru," pungkasnya. [] Muhammad Nur

Minggu, 18 Februari 2024

Bulan Ramadan: Saatnya Jadikan Takwa sebagai Visi Perubahan



Tinta Media - Beberapa saat lagi kita akan bertemu dengan bulan suci Ramadhan. Bulan yang mulia lagi utama disisi Allah. 

Bulan Ramadhan merupakan salah satu waktu yang paling utama bagi kaum muslimin untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah daripada bulan-bulan yang lainnya. Karena di bulan itu turunlah pedoman hidup umat Islam yang sempurna, yakni Al Quran. Allah berfirman yang artinya, 

"Bulan Ramdhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang benar dan yang salah). ... ". (QS.Al Baqarah:185). 

Saking utamanya bulan Ramadhan, puasa dan sholat malam yang dilaksanakan di dalamnya dapat menggugurkan segala dosa yang lampau orang beriman. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah yang artinya, 

"Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dalam kondisi beriman dan semata-mata menjalankan perintah Allah. Niscaya diampuni segala dosanya yang telah lalu". (Muttafaq 'alaih). 

Dan Rasulullah pun bersabda, 

"Barang siapa yang mendirikan malam selama bulan Ramadhan dalam kondisi beriman dan semata-mata melaksanakan perintah Allah. Niscaya diampuni segala dosanya yang telah lalu". (Muttafaq 'alaih). 

Jadi, kaum muslimin hendaknya meningkatkan kualitas dan kuantitas amal ibadahnya di bulan Ramadhan agar mendapatkan keutamaannya. Karena bulan ini merupakan momentum yang terbatas dan hanya terjadi satu tahun sekali. 

Beberapa aktivitas ibadah yang dapat dilakukan selama Ramadhan itu seperti, pertama, menyempurnakan pengamalan ibadah wajib. Contohnya, mengintensifkan sholat berjam'ah di masjid dan disiplin menghadiri kajian seputar tsaqafah Islam. 

Kedua, menambahkan dan mengonsistenkan ibadah sunnah. Contohnya, intens nderes baca Al Quran, merajinkan sedekah dan mengonsistenkan sholat-sholat sunnah. 

Ketiga, meminimalisir melakukan perkara yang sebatas boleh. Misalnya, main game dan scroll media sosial. 

Keempat, meninggalkan hal-hal yang makruh. Misalkan, memakan makanan yang tidak bau menjelang sholat taraweh dan ketika sahur menjelang imsak. 

Kelima, menghentikan diri dari melakukan hal-hal yang haram. Misalnya, batal puasa, judi slot dan trading. 

Lima perkara di atas itu pada dasarnya mesti dilanjutkan pasca bulan Ramadhan juga. Karena sebetulnya syariat-syariat itu senantiasa berlaku bagi seluruh kaum muslimin, baik di bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan. 

Selain hal-hal di atas, ada satu hal penting yang harus difokuskan kaum muslimin secara universal di bulan Ramadhan nanti, yaitu mereka harus menentukan dan memperjuangkan secara sungguh-sungguh visi perubahan kaum muslimin ke depan. 

Visi perubahan ini bersifat mendesak. Visi perubahan ini bukan bersifat temporal dan parsial, tapi harus kokoh dan mendasar. Alasannya, karena itulah satu-satunya solusi kaum muslimin agar dapat hidup dalam suasana keimanan dan ketakwaan yang menyeluruh 

Visi perubahan ini bukan didasarkan pada perasaan dan rasa kebangsaan manusia. Namun, berasakan wahyu Allah. Allah berfirman yang artinya, 

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa". (QS.Al Baqarah:183). 

Memang benar, ayat di atas merupakan argumentasi kewajiban berpuasa. Namun di kata terakhirnya terdapat lafaz "agar kamu bertakwa". Lafazh ini jika merujuk kepada aktivitas shaum. Dengan aktivitas puasa, seharusnya kaum muslimin dapat menjadi pribadi yang penuh dengan ketakwaan. 

Ketakwaan adalah menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Selama bulan Ramadhan kaum muslimin diharapkan memiliki visi perubahan hakiki kepada takwa. Baik takwa pada masing-masing individu, yaitu menjadikan pribadinya  sholeh dan sholehah. Atau takwa pada masyarakat, dengan mengubah masyarakat menjadi pihak yang saling peduli dan saling menasihati dengan sesamanya. Ataupun takwa pada negara, dengan menjadikan negara didasari oleh Aqidah Islam, menjalankan syariah Islam secara total dan menegakkan kedaulatan di tangan Allah dalam sistem khilafah. 

Dengan demikian, puasa kaum muslimin akan lebih terjaga dan bisa sampai kepada derajat takwa yang sempurna. 

Maka, ayo kita jadikan bulan Ramadhan tahun ini sebagai momentum dalam menetapkan dan mewujudkan visi perubahan yang mengarah kepada ketakwaan secara total.

Oleh: Nurhilal AF Abdurrasyid
Sahabat Tinta Media 

Sabtu, 10 Februari 2024

Dakwah dengan Tulisan Memberi Perubahan yang Berkesan



Tinta Media - Kekuatan penulis itu dimulai dari azam yang kuat. Ketika azam belum kuat, maka kita akan mudah menyerah. Sebab, di setiap dakwah, baik melalui tulisan maupun lisan, pasti akan selalu ada rintangan dan tantangan. 

Ketika rintangan dan tantangan tersebut dihadapi tanpa azam yang kuat, pasti kita akan menyerah dan berhenti untuk berdakwah.

Sebagai motivasi, bahwasanya peradaban Islam diukir dengan dua perkara, yaitu hitam tinta para ulama dan merah darah para syuhada. Keduanya bersinergi memecah berbagai kezaliman dan mampu mengguncang dunia dengan bukti bertahan lamanya masa kejayaan Islam. 

Dengan tinta para ulamalah dunia diubah. Semoga kelak dengan tinta pula Islam akan kembali berjaya. Sebagai tambahan semangat, Ali bin Abi Thalib pernah berkata bahwa semua orang akan mati kecuali karyanya. Maka, tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak. 

Oleh karena itu, menulis dakwah ideologis merupakan bekal terbaik untuk kita di akhirat. Karya tulis atau dakwah dengan tulisan akan selalu ada dan hidup walau penulis telah mati dan akan menjadi amal jariyah baginya.

Oleh karena itu,  azamkan pada diri bahwa motivasi tersebut akan selalu dibaca dan diingat sebagai penyemangat untuk selalu menulis ketika dalam keadaan malas ataupun futur. 

Kalimat tersebut sangat penting bagi seorang penulis. Karena rasa malas dan bosan akan datang jika tidak ada motivasi, maka rasa bosan itu tidak akan bisa dilawan tanpa motivasi yang benar.

Sahabat, ingatlah saat ujian dakwah, ujian kehidupan menghampiri kita. Sesungguhnya, di luar sana banyak sekali saudara-saudara kita yang merasakan ujian yang jauh lebih berat daripada kita. Saat dakwah kita ditolak masyarakat karena dianggap tidak sesuai dengan adat kebiasaan, berseberangan dengan pemikiran mereka, maka di luar sana banyak saudara kita yang sampai mendekam di penjara demi bisa menyampaikan dakwah. Mulut mereka dibungkam untuk tetap diam, bahkan tidak sedikit yang harus meregang nyawa.

Maka dari itu, kitalah sebagai pemuda tangguh yang selayaknya menulis terkait apa yang kita ketahui, mengingat kerusakan para remaja yang begitu memilukan, mulai dari masalah percintaan hingga masalah persahabatan. Hal itu selalu ada. 

Pertengkaran dan pembunuhan di kalangan pemuda pun semakin marak terjadi. Lalu, jika remaja saat ini seperti itu, maka siapakah yang akan meneruskan peradaban negeri ini ke depannya? Apakah pantas negeri Wakanda ini diteruskan oleh remaja rusak seperti itu. Tentunya tidak. 

Karena itu, merupakan kewajiban bagi kita untuk mengubah remaja yang rusak. Remaja merupakan aset bangsa yang harus kita jaga karena merekalah yang akan meneruskan peradaban Islam ini nantinya.

Maka dari itu, tugas kita sebagai remaja penulis ideologislah untuk menyadarkan mereka dengan tulisan. Kita harus membuat semua pemuda sadar bahwa merekalah yang akan meneruskan negeri ini sehingga menjadi remaja yang solid dan kuat dalam berdakwah, menjadi tonggak awal berdirinya negara Islam. Insyaallah.


Oleh: Azzaky Ali
(Santri kelas X)

Senin, 05 Februari 2024

Kekuatan Tulisan dalam Mengubah Peradaban



Tinta Media - Apakah saudara pernah mendengar atau membaca sejarah terkait sebuah tabloid yang dijadikan sarana propaganda untuk menghancurkan sebuah peradaban besar? Peradaban emas yang gemilang pada masa kejayaannya? 

Ya, Tabloid bernama Al Jinan, menggempur pemikiran umat muslimin di era kekhalifahan Utsmaniyah. Para penulis tabloid ini begitu gigih dan pantang menyerah terus menulis propaganda yang melemahkan Islam. Propaganda yang mereka buat begitu halus bahkan sampai yang membacanya tidak menyadari bahwa mereka tengah digiring kepada pemahaman tertentu. 

Melalui tulisan pula, kebenaran Islam dan cara pandang Islam terkait suatu permasalahan yang terjadi dapat disampaikan kepada umat. Umat saat ini banyak disuguhi tulisan-tulisan yang berasal dari luar Islam. Sudah barang tentu lama kelamaan umat menjadi terbiasa dengan cara pandang di luar Islam tersebut. 

Tulisan mampu menjadi sarana tabungan amal jariyah yang tidak terputus walau penulisnya sudah wafat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : 

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ 

“Barang siapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan maka baginya seperti pahala pelakunya” (HR. Muslim). 

Di era modern seperti saat ini, tulisan mampu menjangkau pembaca yang sangat luas, dibantu oleh peran media sosial yang makin meningkat penggunaannya dari tahun ke tahun. Dilansir dari databoks.katadata.co.id tanggal 09/26/2023 Facebook masih menjuarai posisi media sosial terpopuler di dunia saat ini. Menurut data We Are sosial, platform besutan Mark Zuckerberg ini memiliki 2,96 miliar pengguna aktif hingga April 2023. Kemudian, YouTube berada di urutan kedua dengan jumlah pengguna aktif sebesar 2,52 miliar pengguna. 

Melihat potensi di atas, tentu sebagai umat Muslim penting kiranya bagi kita untuk senantiasa aktif memberikan opini terhadap suatu kondisi yang tengah terjadi. Baik dari sisi pendidikan, ekonomi, politik, dunia remaja, parenting, sampai hubungan internasional agar umat mendapatkan tambahan informasi dari sisi pandangan Islam terhadap permasalahan di atas. 

Dari persoalan di atas, kita akan berfokus pada aspek ekonomi. Walaupun kita tidak bisa pungkiri bahwa permasalahan di atas saling berkaitan satu sama lain. 

Permasalahan ekonomi sudah barang tentu selalu menjadi topik yang populer di masyarakat serta sangat menarik untuk dibahas. Bagaimana Islam mengatur sistem ekonomi dalam skala mikro? Bagaimana Islam mengatur sistem ekonomi dalam skala makro? Bagaimana Sistem Ekonomi Islam mengatasi Inflasi? Pertanyaan-pertanyaan di atas hanya sebagian kecil dari banyak pertanyaan bagaimana Sistem Ekonomi Islam dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi yang ada saat ini. 

Semoga penulis diberikan keistiqomahan dalam memberikan tulisan opini terkait ekonomi yang terjadi, serta semoga tulisan penulis ke depan mampu memberikan tambahan informasi bagaimana Islam memandang fenomena ekonomi yang terjadi saat ini.

Oleh : Rizal Rosadi
Pengusaha Muslim 

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab