Tinta Media: Perubahan
Tampilkan postingan dengan label Perubahan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Perubahan. Tampilkan semua postingan

Senin, 25 Desember 2023

Perubahan Regulasi dalam Demokrasi adalah Wajar



Tinta Media - Keputusan MK yang menjadi pedoman bagi KPU sehingga terjadi perubahan peraturan terkait hak pilih, Narator MMC mengatakan perubahan regulasi dalam sistem demokrasi adalah sesuatu yang dianggap wajar. 

"Perubahan regulasi dalam sistem demokrasi adalah sesuatu yang dianggap wajar," tuturnya dalam tayangan Serba-Serbi MMC: " ODGJ Diberi Hak Nyoblos? melalui kanal Youtube Muslimah Media Center, Sabtu (23/12/2023). 

"Regulasi terkait pemilih kalangan ODGJ ini diduga kuat dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk meraup suara," ungkapnya. 

Menurutnya, ketetapan ODGJ boleh memanfaatkan hak pilihnya membuktikan bahwa negara memiliki standar ganda dalam kebijakan-kebijakannya.
Ia beralasan negara memberi perlakuan berbeda terhadap ODGJ dalam perkara lain. 

"Dalam kasus kriminalisasi ulama yang banyak terjadi beberapa tahun terakhir pelaku yang kebanyakan berasal dari ODGJ justru dibebaskan oleh negara atau tidak diberi sanksi," cetusnya. 

"Hal ini menunjukkan bahwa negara mengakui ODGJ tidak memahami konsekuensi atas aktivitas-aktivitasnya dan tidak mampu berpikir benar," terangnya. 

Menurutnya masalah ini tidak hanya berkaitan dengan penghormatan atas hak politik dan kewarganegaraan ODGJ, lebih dari itu berkaitan dengan kebijakan politisasi ODGJ oleh pihak-pihak tertentu. 

"Demi meraih kekuasaan atau memenangkan pemilu sistem demokrasi telah membuka celah bagi orang-orang yang memiliki kekuatan dan modal untuk melakukan politisasi terhadap ODGJ," pungkasnya.[] Muhammad Nur

Kamis, 16 November 2023

Pentingnya Misi Perubahan di Hari Sumpah Pemuda



Tinta Media - Pemuda merupakan pelopor perubahan peradaban. Penggerak perubahan di Indonesia pun digagas oleh para pemuda. Sebagai contoh, melalui sumpah pemuda, diharapkan adanya perubahan keadaan dengan terwujudnya cita-cita bangsa dalam sebuah kemerdekaan. Selanjutnya, momentum ini diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda setiap tanggal 28 Oktober. Namun, bagaimana kondisi pemudah saat ini? Apakah para pemuda masih memiliki misi sebagai agen perubahan sebagaimana sejarah mencatat?

Bonus Demografi

Sejatinya, negeri ini diberikan bonus demografi yang luar biasa untuk cita-cita perubahan yang hakiki. Sayangnya, kelebihan ini tidak dibaca dengan baik oleh negara. Pasalnya, negara hanya mengarahkan pemuda di sektor ekonomi saja. Sebagaimana dilansir Beritasatu.com (28/10/2023) bahwa Jokowi menekankan Indonesia harus mampu memanfaatkan peluang melalui dua strategi, yaitu

Pertama, mempersiapkan sumber daya manusianya agar siap memasuki pasar tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi. 

Kedua, meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan masyarakat melalui eksploitasi sumber daya alam yang ada. Dengan kata lain, negara telah menumpulkan pemikiran pemuda karena mencukupkan diri sebagai tenaga kerja alias buruh, bukan tenaga ahli ataupun analis.

Kondisi ini harus disampaikan kepada rakyat, khususnya pemuda agar sadar posisi penting mereka sebagai agen perubahan peradaban. Jangan sampai pemuda minim kreativitas, miskin inovasi karena tertanam cukup sebagai tenaga kerja. Mereka menganggap, yang penting bisa kerja, dapat penghasilan. 

Para pemuda harus sadar diri akan pentingnya misi perubahan terhadap kondisi negara. Mereka punya potensi yang lebih dari sekadar menghasilkan uang. Itulah yang seharusnya dimaksimalkan dari bonus demografi yang Allah anugerahkan.

Pemuda di Sistem Kapitalis

Potensi pemuda yang besar bisa lemah, bahkan hilang di sistem kapitalis. Kenapa demikian? Karena negara menjadikan generasi muda tak lebih dari alat produksi penghasil produk yang akhirnya hanya menguntungkan pengusaha dan oligarki. Sistem ini hanya mendorong lahirnya tenaga kerja yang siap untuk dilatih dan dipekerjakan pada perusahaan-perusahaan oligarki.

Tidak hanya itu, saat ini peran pemuda juga dibajak melalui program pemerintah di berbagai bidang yang justru menjauhkan dari potensi sebagai agen perubahan peradaban. Hal ini menjadikan generasi hanya mampu berpikir pragmatis dan individualis. Tolak ukur kesuksesan pemuda sekarang hanya pada materi, tetapi rendah akhlak,  tidak memiliki misi besar yang jelas. 

Kondisi ini diperparah ketika ada pemuda yang kritis, negara justru seolah menutup mata dan telinga. Bahkan, ketika ada generasi muda yang unggul dalam sains dan teknologi, negara tidak mau mengakui. 

Satu contoh, Warsito P Taruno menemukan alat pembunuh kanker dengan teknologi berbasis energi rendah yang dipadukan teknologi terapi telah ditolak dan tidak mendapat izin Lembaga Kesehatan Indonesia. Padahal, hasil penemuan ini telah teruji di Lab in Vitri dan banyak dipesan Jepang karena terbukti efektif membunuh kanker.

Di bidang informasi, pemuda Indonesia juga ada yang menemukan teknologi broadband yang menjadi cikal bakal mobile 4G LTE. Penemuan ini dianggap tidak dibutuhkan negeri sendiri. Mirisnya, penemunya justru diakui Jepang sebagai peneliti terbaik. 

Masih banyak lagi penemuan anak bangsa yang sebenarnya mampu mengubah peradaban dunia, tetapi justru ditumpulkan oleh negara. Inilah dampak diterapkannya sistem kapitalis di Indonesia yang membuang potensi pemuda ketika dianggap tidak menguntungkan penguasa dan pengusaha. Kondisi ini yang mematikan potensi pemuda sesungguhnya.

Pemuda di Sistem Islam

Dalam sistem Islam, pemuda harus memiliki misi besar sebagai agen perubahan peradaban. Pemuda didorong untuk menuntut ilmu secara maksimal guna menghasilkan karya-karya inovatif penunjang kehidupan yang lebih baik. Pemerintah Islam memfasilitasi berbagai penelitian dan menghargai sekecil apa pun penemuan.

Sejarah mencatat lahirnya ilmuwan-ilmuwan Islam yang hasil temuannya masih digunakan hingga sekarang. Ada Ibnu Sina, ilmuwan muslim yang terkenal sebagai Bapak Kedokteran. Penemu Al Jabar Al Khuwarijmi yang hasilnya digunakan untuk perkembangan teknologi masa kini. Muhammad Al Fatih, pemuda pemimpin penaklukan Konstatinopel dengan cara yang dianggap orang lain gila, tetapi keberhasilan idenya bisa dirasakan hingga sekarang. Masih banyak ilmuwan muslim lain yang mereka tidak hanya cerdas dalam ide, tetapi juga faqih terhadap agama.

Momen Sumpah Pemuda

Hari Sumpah Pemuda yang selalu diperingati pada 28 Oktober bisa dijadikan momen untuk mengingatkan kembali jati diri pemuda. Sadarkan pemuda akan pentingnya misi perubahan peradaban yang harus dimiliki setiap generasi muda. Tanpa misi yang kuat, pemuda hanya akan menjadi tenaga kerja, buruh, bahkan pesuruh oligarki yang minim inovasi. Pemuda bukan pesuruh dan pencetak uang bagi pengusaha.

Di hari yang dikhususkan bagi pemuda ini, harus dibakar semangat mereka untuk mengambil peran memanfaatkan potensi besar yang dimiliki. Potensi pemuda adalah membuat perubahan peradaban dunia menjadi lebih baik dengan syariat Islam. Semoga dengan momen ini, negara bisa lebih maksimal memanfaatkan potensi pemuda dengan misi besarnya, bukan justru memadamkan semangat dan potensinya. Dengan demikian, perubahan hakiki sebagaimana diharapkan umat segera tercapai.
Wallahu a'lam bish shawab.

Oleh: R. Raraswati
Aktivis Muslimah Peduli Generasi

Selasa, 03 Oktober 2023

Kelahiran Nabi, Aktivis: Peristiwa Besar yang Berpengaruh terhadap Konstelasi Internasional


 
Tinta Media - Aktivis Muslimah Ustadzah Iffah Ainur Rochmah menyatakan bahwa kelahiran Nabi saw. merupakan peristiwa besar yang berpengaruh terhadap dunia dan konstelasi internasional.
 
"Kelahiran Nabi adalah satu peristiwa besar yang berpengaruh bukan hanya pada keluarganya, pada orang-orang Quraisy atau pada mereka yang ada di Jazirah Arab, tapi peristiwa besar yang berpengaruh terhadap dunia bahkan berpengaruh terhadap konstelasi internasional," tuturnya dalam Muslimah Talk: Kelahiran Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam Password Kepemimpinan Wahyu Atas Dunia, Sabtu (30/9/2023) di kanal Youtube Muslimah Media Center.
 
 
Menurutnya, tidak berlebihan kalau ditegaskan dalam pikiran bahwa peristiwa lahirnya Rasulullah saw. ini adalah tonggak sebuah revolusi, sebuah perubahan besar.
 
"Saya mengajak untuk melihat bahwa peristiwa lahirnya Rasulullah saw. ini adalah sebuah revolusi perubahan sebuah peradaban, perubahan sebuah kepemimpinan bagi umat manusia," ujarnya.
 
Ia menjelaskan, apa yang terjadi pada kehidupan Nabi saw. setelah diangkat sebagai Rasul, Allah Swt. memberikan kemaksuman pada dirinya.
 
“Rasul hanya menyampaikan apa yang diwahyukan oleh Allah Swt. Maka apa yang dicontohkan, sesungguhnya adalah keteladanan tanpa debat bagi umat manusia,” tegasnya.
 
Rasul saw., lanjutnya, mencontohkan dakwah di Makkah sampai hijrah ke Madinah. Di sana ada banyak peristiwa, di sana ada banyak penyikapan dan penetapan-penetapan oleh Rasul saw. Di sana juga turun ayat-ayat Al-Qur'an, dikeluarkan hadits-hadits Rasul saw.
 
"Dakwah Rasul di Makkah sesungguhnya adalah contoh atau teladan. adanya metode, adanya thariqah yang disyariatkan untuk melakukan dakwah," tandasnya.
 
Ia menambahkan, jika tujuan dakwahnya adalah untuk membangun sebuah masyarakat maka didapati hukum-hukum syariat bukan untuk diperdebatkan tetapi untuk dipraktikkan.
 
Ia menggambarkan, bagaimana Rasul membina para sahabat menjadi kader-kader pengemban Islam, bagaimana Rasul menyikapi tantangan yang dihadapi oleh kaum muslimin beserta Rasulullah sendiri terhadap orang-orang kafir yang menghendaki untuk menghapus atau  menghentikan amal dakwah.
 
“Rasul saw. tidak menghadapinya dengan kekerasan, Rasul menghadapinya dengan dialog, dengan debat, dengan mujadalah berdasarkan apa yang dituntunkan wahyu. Ini  juga keteladanan bagi kita untuk kita praktikkan, bukan hanya untuk sekedar kita ketahui," harapnya.
 
Maka, ucapnya, dakwah Rasul di Makkah sesungguhnya adalah tuntunan bagi umat Islam hari ini untuk secara individual, secara berkelompok  di dalam satu organisasi politik, bagaimana amal-amal yang mesti dilakukan untuk bisa membangun sebuah masyarakat Islam.
 
“Sedangkan dakwah Rasul saw. di Madinah Al Munawwarah adalah contoh praktis bagaimana hukum-hukum syariat dipraktikkan dalam membangun masyarakat, membangun sebuah pemerintahan, bahkan menjalankan politik dalam negeri maupun politik luar negeri," bebernya.
 
Nomor Satu
 
Ustadzah Iffah mengungkapkan bahwa Rasul saw. dikategorikan sebagai orang nomor satu yang paling berpengaruh di dunia.
 
“Bukan karena secara pribadi mempengaruhi individu-individu di sekitarnya, tetapi karena mampu membangun sebuah masyarakat bahkan sebuah negara super power yang menguasai sepertiga wilayah dunia di era satu abad pertama yakni di masa Umar bin Abdul Aziz . Bahkan, menguasai dua pertiga wilayah dunia di periode-periode berikutnya,” urainya.
 
Ia menjelaskan, bagaimana pemerintahan Islam, bagaimana kepemimpinan masyarakat, kepimpinan negara bahkan kepemimpinan dunia sudah dicontohkan oleh Rasulullah saw. ketika memimpin Daulah Islam di Madinah.
 
"Rasul menunjuk Muawin (para pembantu-pembantu dalam urusan pemerintahan maupun administratif), memimpin pasukan untuk melawan entitas Qurays, melakukan ekspansi, melakukan penyebaran hidayah dan diayah (propaganda)  ke negeri-negeri lain, mengirimkan macam-macam sarana untuk mengenalkan Islam dan menawarkan agar kepemimpinan Islam juga menaungi wilayah-wilayah yang lain,” ulasnya.
 
Semua itu, menurutnya,  menunjukkan bahwa Nabi saw. betul-betul membangun sebuah pemerintahan, sebuah kepemimpinan politik di Madinah yang memiliki pengaruh terhadap kawasan Jazirah Arab bahkan terhadap dunia.
 
“Rasul saw. telah menggariskan sebuah role model kepemimpinan  untuk menaungi masyarakat yang menganut Islam maupun yang mau tunduk di bawah naungan Islam. Bahkan role model kepemimpinan yang ditawarkan untuk menaungi dunia agar dunia ini dipenuhi dengan kerahmatan,” ungkapnya.
 
Sistem
 
Ustadzah Iffah mengingatkan, bicara kepemimpinan tidak cukup hanya bicara sosok pemimpinnya saja tetapi juga bicara sistem yang menjadi pijakan.
 
“Rasul saw. mencontohkan bukan hanya secara pribadi sebagai pemimpin yang mengayomi, amanah, memiliki sifat-sifat istimewa sebagai pemimpin tetapi  juga mencontohkan secara nyata bagaimana sistem politiknya, bagaimana sistem ekonomi, sistem pendidikan, sistem pelayanan terhadap masyarakat bahkan sistem untuk membina hubungan politik luar negeri,” bebernya.
 
Oleh karena itu, sambungnya, bicara kelahiran Rasul adalah password lahirnya sebuah model kepemimpinan bagi manusia, bagi dunia yaitu model kepemimpinan yang didasarkan pada wahyu.
 
“Saat umat galau bagaimana melabuhkan kepercayaan terhadap kepemimpinan yang adil dan menyejahterakan, maka hendaknya kita menyadari bahwa passwordnya tidak lain adalah kembali kepada kepemimpinan sebagaimana dicontohkan Rasul saw," pungkasnya.[] Ajira

Senin, 28 Agustus 2023

Perubahan Kepemimpinan Tidak Menyebabkan Kondisi Masyarakat Lebih Baik


 
Tinta Media - Ketua komunitas mengenal Islam Kafah Dra. Irianti Aminatun mengatakan bahwa perubahan kepemimpinan sejak orde lama, orde baru, hingga orde reformasi, tidak menyebabkan kondisi masyarakat lebih baik.
 
“Rangkaian perubahan itu tidak menyebabkan kondisi masyarakat lebih baik. Perubahan gagal, ekonomi, politik, pendidikan, hukum, sosial kemasyarakatan, justru kian memburuk,” ujarnya di acara Bincang Islam bersama Komunitas Mengenal Islam Kafah: Perubahan Hakiki ke Arah Islam, di Bandung, Ahad (27/8/2023).
 
Ia beralasan, perubahan yang terjadi tidak pada persoalan pokok, bukan pada akar permasalahan. “Akar permasalahannya, karena sistem Islam tidak diterapkan dan justru  menerapkan sistem kapitalis sekuler,” katanya.
 
Perubahan yang terjadi, ucapnya, hanya perubahan orang, bukan sistem.Padahal penyebab kerusakan itu pada sistem sekuler kapitalis yang rusak dan merusak. ”Inilah penyebab mengapa perubahan yang terjadi tidak berhasil menghantarkan kepada kebaikan,” simpulnya.
 
Ia melanjutkan,  sistem hukum (untuk memperoleh keadilan), sistem ekonomi (untuk mengatur sumber daya manusia dan sumber daya alam), pranata politik (untuk menjalankan roda pemerintahan), dan sanksi hukum (untuk menjamin stabilitas sosial kemasyarakatan) hakikatnya adalah perangkat sistem kehidupan yang menjadi penentu corak kehidupan.
 
“Meski terjadi perubahan rezim dan puncak pemimpin politik tumbang, semua sistem tersebut tidak otomatis berubah jika memang tidak diubah. Agar menghantarkan kepada kebaikan, maka wajib mengubah orang sekaligus sistemnya,” tandasnya.
 
Islam
 
Mengacu pada perubahan yang dilakukan Rasulullah, Irianti menjelaskan, Islam benar-benar dijadikan dasar oleh Rasulullah dalam visi dan misi perubahan. Rasul saw. menghunjamkan akidah Islam sebagai dasar perubahan. Akidah adalah pemikiran yang paling mendasar.
 
“Pemikiran yang paling dasar ini menggambarkan visi-misi hidup seorang muslim, dari mana ia berasal? Akan ke mana ia setelah mati? Lalu apa yang harus dilakukan di dunia ini? Ini adalah pemikiran dasar (akidah Islam),” jelasnya.
 
Ia menambahkan, perubahan yang dilakukan oleh Rasulullah saw. adalah perubahan yang bersifat inqilabiy (revolusioner). Artinya, bukan perubahan yang bersifat parsial dan tadarruj (bertahap). Hal demikian karena kerusakan yang terjadi di Makkah kala itu realitasnya adalah kerusakan yang sistemis.
 
“Jika direfleksikan kepada kehidupan saat ini, kebobrokan terjadi di berbagai sisi kehidupan yang saling kait mengait. Islam memandang kondisi tersebut  sebagai zaman jahiliah (kebodohan). Kerusakan masyarakat mulai dari akidah, kehidupan bermuamalah, bidang hukum, adat istiadat, dan sisi kehidupan bermasyarakat lainnya. Dalam konteks kekinian, kerusakan yang terjadi ini bersifat sistemis dan ideologis. Oleh karena itu, perubahan yang dilakukan pun sejatinya adalah perubahan yang bersifat sistemis dan ideologis,” urainya.
 
Menurutnya,harapan dan arah perubahan yang benar dan baik itu tidak ada, kecuali hanya pada Islam, ideologi kehidupan yang bersumber dari Sang Pencipta manusia dan alam semesta. “Metode perubahannya pun harus sesuai contoh Rasulullah saw. yang bertumpu pada perubahan pemikiran tanpa kekerasan,” tambahnya.
 
Dakwah Rasul
 
Irianti lalu memaparkan, tiga tahapan dakwah Rasul dalam mengubah masyarakat jahiliah menuju masyarakat Islam.
 
“Pertama, tahap pembinaan berupa penancapan pemikiran yang diemban. Pemikiran baru yang diemban harus benar-benar diyakini dan tertancap secara mendalam dalam benak mereka yang ingin melakukan perubahan. Bahkan, rahasia keberhasilan perubahan yang berlandaskan sebuah pemikiran ada pada tahapan ini,” jelasnya.

Rasul saw., lanjutnya, menancapkan akidah Islam ke benak para sahabat tidak kurang dari 13 tahun selama di Makkah. Pemikiran yang jernih, selaras dengan akal, menenteramkan jiwa dan kalbu, akhirnya terhunjam kukuh di benak para sahabat. “Ini adalah modal paling dasar untuk kemudian melakukan tahap kedua,” pesannya.
 
Kedua, sebutnya, menyampaikan pemikiran atau ide perubahan kepada masyarakat dengan terang-terangan. Dilakukan dengan perang pemikiran dan perjuangan politik.
 
“Setiap pemikiran dan ide rusak, ragam kebijakan politik yang menyengsarakan rakyat, harus dikritik dan dijelaskan kelemahan, kekeliruan, dan akibat buruk terhadap kehidupan bermasyarakat,” jelasnya.
 
Pada era Rasulullah, ucapnya, Al-Qur’an mengecam tegas dan gamblang terhadap ragam keyakinan dan kebiasaan buruk kaum jahiliah, seperti firman Allah Swt. yang mengecam perilaku Abu Lahab.
 
“Dalam kondisi sekarang, perang pemikiran dan perjuangan politik itu bisa kita contohkan saat kita menjelaskan kebobrokan ide kapitalisme dan sosialisme, serta ragam turunan pemikiran lain yang menjadi napas atas berbagai kebijakan politik. Contohnya: UU Kesehatan, UU Omnibuslaw  Ciptakerja dan lain-lain,” terangnya.
 
Ketiga, lanjutnya, tarnsformasi kepemimpinan. Hijrah Rasulullah saw. adalah bentuk keberhasilan langkah yang ketiga ini. Saat itu, masyarakat dan tokoh-tokoh Madinah (ahlul quwwah wal mana’ah) sudah siap memberikan kekuasaan mereka kepada Rasulullah saw. Peresmian transformasi kepemimpinan itu ditandai dengan Baiat Aqabah II.
 
“Peristiwa baiat ini diawali dengan datangnya rombongan haji dari Madinah ke Makkah dengan jumlah yang cukup banyak. Mereka terdiri dari 75 orang kaum muslim, yaitu 73 laki-laki dan 2 perempuan,” imbuhnya.
 
Rasulullah saw, jelasnya, berhasil  mewujudkan cikal bakal yang akan menjadi fondasi dan pilar pertama dalam mendirikan Negara Islam. Yakni sebuah negara yang akan menerapkan Islam di dalam masyarakat, mengembannya sebagai risalah universal ke seluruh umat manusia dengan membawa serta kekuatan yang akan menjaganya, dan menghilangkan semua rintangan fisik yang menghalangi di jalan penyebaran dan penerapannya.
 
“Arus perubahan seperti  inilah yang sejatinya harus terjadi pada dunia dan kaum muslim saat ini. Perubahan dari kondisi sistem kapitalisme liberal atau sosialisme komunis, menuju masyarakat Islam. Perubahan ini yang akan benar-benar memberikan kebaikan pada masyarakat dan kehidupan alam semesta,” pungkasnya.[] Qorry

Senin, 14 Agustus 2023

Pamong Institute: Bicara Perubahan, Jangan Berubah ke Arah Lebih Buruk!


 
Tinta Media - Direktur Pamong Institute Wahyudi al-Maroky mengatakan, bicara tentang  perubahan jangan berubah kearah yang lebih buruk!
 
 “Yang harus kita catat, tidak perlu anti perubahan, tetapi yang paling penting  berubahnya itu  ke arah mana? Jangan berubahnya ke arah yang lebih buruk!” ungkapnya kepada Tinta Media, Ahad (13/8/2023).
 
Ia kemudian mengukur, kalau dulu utangnya tak sebesar sekarang, kemudian menjadi besar meledak, itu lebih baik atau lebih buruk?
 
“Kalau dulu aset-aset masih kita punya kemudian menjadi milik orang lain, itu lebih baik atau lebih buruk? Kan cara ngukurnya gitu,” imbuhnya.
 
Kalau perubahannya kepada yang lebih baik, ucapnya, tentu harus didukung. Apalagi ketika rakyat sudah mau berpikir untuk melakukan perubahan melalui perubahan paradigma pemikiran.
 
“Tinggal bagaimana komunikasinya kepada publik supaya tidak terjadi pertarungan yang menimbulkan korban. Mungkin kalau korban perasaan iyalah, tapi kalau korban jiwa janganlah!” harapnya.
 
Wahyudi pun memungkasi, melalui proses diskusi akan bisa memberikan perspektif baru yang membuat manusia itu bisa berpikir baru, dan menggunakan nalar rasionalitasnya sehingga menerima perubahan ke arah yang lebih baik. Karena menurutnya, naluri manusia itu pada dasarnya menginginkan kehidupan yang lebih baik.
 
“Dan untuk mendapat kehidupan yang lebih baik tentu harus diatur dengan aturan yang bersumber dari Dzat Yang Maha Baik,” pungkasnya. [] Muhar.

Kamis, 03 Agustus 2023

UIY: Harus Ada Energi Besar untuk Melakukan Perubahan


Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) mengatakan, harus ada energi besar untuk melakukan perubahan.
 
“Untuk sesuatu yang bersifat mungkar, harus ada energi besar untuk melakukan perubahan,” tuturnya di acara Fokus: Kok Menolak Perubahan, Ada Apa? melalui  kanal  You Tube UIY Official, Ahad (30/7/2023).
 
Ini, lanjutnya, sebagaimana pesan Nabi, jika engkau melihat kemungkaran, seperti ketidakjujuran, ketidakamanahan, kezaliman, penindasan, ketidakcermatan, apalagi jika dilakukan oleh penguasa yang berefek kepada bangsa dan negara, maka tidak boleh diam.
 
“Harus diubah dengan tanganmu, kekuasaanmu. Jika tidak mampu, maka dengan lisanmu, sebagaimana para penyeru yang ingin menyadarkan. Namun, ketika ia berposisi penguasa, bukan dengan lisan, melainkan kekuatan,” tegasnya.
 
Ketika ada yang tidak menginginkan perubahan, lanjutnya, berarti ia anti terhadap pemberantasan kemungkaran. “Malah jangan-jangan ia merupakan bagian dari kemungkaran itu sendiri. Kalau ia bagian dari kemungkaran, maka ia yang harus diubah,” kritiknya.
 
Islam
 
Dalam pandangan Islam, ucap UIY,  perubahan itu dilakukan dengan amar makruf nahi mungkar. “Ke mana arah perubahan itu? Ke arah yang makruf, yaitu sesuai dengan ajaran Islam,” tandasnya.
 
Dalam pandangan UIY, arah perubahan itu membereskan segala yang mungkar, tidak boleh dibiarkan. Ia memberikan contoh, menghentikan penindasan, korupsi, perzinaan, kaum “sesama”, pornografi, pornoaksi, dan kemungkaran lainnya. “Oleh karenanya, perubahan itu arahnya jelas, clear jika menggunakan kaidah agama,” yakinnya.
 
Ia heran kalau ada yang menentang perubahan. “Kalau mungkar, masa dipertahankan? Kalau mengarah ke makruf, kenapa tidak suka?” tanyanya retoris.
 
Sebenarnya, urai UIY, tidak ada manusia yang tidak menginginkan kebaikan atau rahmat. “Persoalannya, bagaimana mewujudkannya? Untuk itulah Islam diturunkan dalam rangka mewujudkan kemaslahatan, baik dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat, maupun negara,” ungkapnya.
 
Yang pasti, tuturnya, ketika kita menjalani kehidupan ini, sesungguhnya kita sedang menjalani sebuah misi, yakni ibadah yang intinya ketakwaan kepada Allah Swt.
 
 “Dengan kita menjalani kehidupan sesuai ketentuan Allah melalui penerapan syariat, maka misi ibadah itu bisa terwujud nyata. Oleh karenanya, seluruh sendi kehidupan, baik individu, keluarga, masyarakat, dan negara itu bernilai ibadah,” jelasnya.
 
Ia mempertanyakan, kalau sekarang di mana nilai ibadahnya? “Ekonominya menggunakan kapitalisme, budayanya berprinsip western yang hedonistik, lalu tatanan kehidupannya sekularistik, maka tidak ada nilai ibadahnya. Ibadah kita tereduksi hanya sebatas salat, membayar zakat, umrah, dan hal-hal yang bersifat ubudiyah belaka. Tidak lebih daripada itu. Ini kan kerugian besar,” sesalnya.
 
Untuk itulah, ia menasihati, perlu penjelasan dan pendekatan terus menerus agar umat sampai pada pengertian yang benar, yakni dengan dakwah, untuk meluruskan pemahaman yang keliru.
 
“Bagaimana bisa ia muslim, tetapi membenci Islam? Pasti ada yang salah. Ia lapar, tapi tidak suka pada makanan. Ia sakit, tapi tidak suka pada obat atau dokter, kan keliru. Begitu juga ini hari, sesungguhnya kita memerlukan obat, yaitu tatanan kehidupan yang baik yang datang dari Zat yang Maha Baik. Itulah Islam,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun.
 

Rabu, 26 April 2023

Kyai Abu Inas: Perubahan Menuju Islam adalah Keniscayaan

Tinta Media - Kyai Abu Inas dari Tabayyun Center mengatakan bahwa perubahan menuju Islam adalah keniscayaan bukan mimpi kosong.

“Perubahan menuju Islam adalah keniscayaan bukan mimpi kosong,” ungkapnya dalam Kabar Petang: Idul Fitri dan Keniscayaan Perubahan ke Arah Islam, melalui kanal Youtube Khilafah News Channel, Sabtu (22/4/2023).

Menurutnya, ada dua aspek yang menegaskan keniscayaan perubahan ke arah Islam, yakni aspek keyakinan dan aspek jaminan kemenangan dari Allah Swt.

"Aspek yang pertama, adalah aspek keyakinan. Berdasarkan QS. Ash Shaff ayat 8, saya yakin 100% bahwasanya agama Islam akan terus melestari, dan aspek kedua yakni kemenangan itu juga dijamin oleh Allah Swt, didasarkan QS. Al-Anfal Ayat 36,” jelasnya.

Ia mengungkapkan bahwa tataran ikhtiar sebagai kontribusi umat Islam dalam mewujudkan kemenangan Islam menuju pelaksanaan Islam yang kaffah adalah dengan jalan dakwah. “Jalan dakwah yang bersifat pemikiran, siyasi (politik), jamaian (jama’ah), laa madiyah (tanpa kekerasan),” ungkapnya.

Menurutnya, upaya perubahan itu diawali dari individu-individu yang tercerahkan dan ikhlas membentuk suatu jama’ah dakwah untuk membentuk ketakwaan negara.

“Dia bergerak di tengah-tengah masyarakat sehingga membentuk suatu jama’ah dakwah kuat yang berpengaruh dalam memberikan nasehat dan penyuluhan-penyuluhan yang mencerahkan, bergerak di tengah-tengah masyarakat untuk terbentuknya ketakwaan negara dengan mencabut berbagai pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan Islam yakni sekulerisme kapitalisme dan sosialis komunis,” pungkasnya. [] Evi

Jumat, 16 Desember 2022

Pemuda Muslim Pemimpin Perubahan untuk Peradaban Cemerlang

Tinta Media - Pemuda muslim adalah tumpuan harapan untuk melakukan perubahan. Pemuda muslim mampu mengubah kondisi umat yang sangat jauh dari kata sejahtera, dan penuh dengan berbagai masalah, mulai dari masalah ekonomi, sosial, kesehatan, dan sistem pendidikan yang belum sepenuhnya mampu menghasilkan pemuda rujukan umat. 

Negeri ini butuh generasi muda yang mampu melakukan pengamatan yang mendalam terhadap akar masalah yang tengah terjadi di negeri ini. Nyatanya, hanya dengan mengganti pemimpin dan rezim, masalah tidak pernah terselesaikan. Pemimpin datang dan pergi silih berganti, tetapi sejahtera tak pernah kunjung terjadi.

Untuk menghasilkan pemuda negarawan, penggerak perubahan untuk peradaban Islam, dibutuh pemuda yang visioner, mampu membuat terobosan dan strategi yang mumpuni untuk menghadapi tantangan yang semakin berat, akibat sistem kapitalis sekuler.

Rasulullah saw. adalah teladan terbaik dalam mengubah peradaban jahiliyah menjadi peradaban Islam yang mulia. Beliau mencontohkan dengan aktivitas politik, membina para sahabat menjadi kader-kader dakwah Islam, kemudian menyebarkan kader dakwah tersebut untuk mengajarkan Islam kepada yang lain. Inilah contoh yang harus dilakukan pemuda muslim saat ini, yakni mengemban dakwah Islam melalui jalan politik.

Dalam Islam, aktivitas politik tidak terbatas pada masalah kekuasaan semata, melainkan meliputi pemeliharaan seluruh urusan umat di dalam maupun luar negeri, baik menyangkut aspek negara maupun umat. Penguasa bertindak secara langsung mengatur urusan umat, sedangkan umat bertindak sebagai pengawas dan mengoreksi pelaksanaannya.

Aktivitas politik riil yang seharusnya dilakukan pemuda muslim adalah dengan memahamkan dan mengedukasi umat, sehingga memiliki perspektif dan pemahaman Islam yang benar. Aktivitas politik ini harus dilakukan oleh kaum muslimin seluruhnya, termasuk para pemudanya. Hal ini karena melakukan aktivitas politik adalah kewajiban yang datang dari Allah Swt. dan Rasul-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah: 

“Siapa saja yang tidak memperhatikan kepentingan kaum muslimin, ia bukanlah termasuk di antara mereka. Siapa saja yang bangun pada pagi hari tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, ia bukanlah golongan mereka.” (HR Ath-Thabari).

Sosok pemuda muslim yang paham politik, pasti peduli dan bertanggung jawab akan nasib negara dan umat Islam di dunia. Mereka mencintai negara dan umat Islam dengan berusaha berjuang untuk menghilangkan bahaya yang mengancam, yakni sekularisme dan liberalisme. Hal ini karena melalui sekularisme, agama Islam dijauhkan dari pengaturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Sejarah telah membuktikan peradaban Islam diusung oleh pemuda. Sirah Rasullullah saw. menggambarkan kelompok dakwah yang diisi oleh pemuda. Bahkan, keberhasilan dakwah di Madinah juga di tangan pemuda, yaitu Mush’ab bin Umair dan Sa’ad bin Mu’adz.

Pemuda  muslim yang kuat tidak tertipu dan terjebak dengan arus liberalisasi dan moderasi. Hal ini karena tidak ada harapan kebaikan yang diperoleh dari arus tersebut. Karena itu, sudah saatnya pemuda muslim memperkokoh visi masa depan ke arah Islam, mencari peluang untuk mendekatkan gambaran khilafah yang juga pernah mendunia.

Pemuda muslim harus mempunyai idealisme yang kokoh, ikhlas berjuang untuk mengembalikan peradaban Islam yang cemerlang. Pemuda muslim harus bisa menjadi aktivis partai pengusung peradaban Islam yang mendunia. Ini sebagaimana bisarah Rasulullah yang memberikan gambaran bahwa akan ada fase tegaknya khilafah ‘ala minhaj nubuwah. Wallahu’alam bishaab.[]

Oleh: Isty Da’iyah 
Analis Mutiara Umat Institute

Senin, 28 November 2022

Perubahan Menuju Kehidupan Islam

Tinta Media - Kehidupan di dalam sistem
kapitalisme sangat sulit dan sempit. Kesempitan dan kesulitan hidup ini terjadi pada semua aspek, baik ekonomi, politik, sosial, budaya, pergaulan, peribadahan, bahkan keamanan masyarakat pun sering terancam.

Ekonomi yang berbasis ribawi dan dijalankan dengan fiat money, telah menyebabkan gelembung ekonomi yang bisa meletus kapan saja. Para politisi yang menggunakan cara-cara kotor telah membuat kebijakan yang hanya menguntungkan para pemodal, tanpa memikirkan rakyat yang telah memilih dan membelanya. 

Kehidupan sosial permisif telah merusak mental generasi muda yang seharusnya menjadi penerus kita. Premanisme merajalela, membuat kehidupan dan perdagangan yang kita lakukan berbiaya tinggi.

Semua ini membuat kita merenung dan berpikir, apakah hal ini akan terus terjadi? Lalu bagaimana caranya agar kita bisa mengubahnya? 

Berbagai pendapat para ahli tentang konsep perubahan berseliweran di media sosial. Kebanyakan menawarkan perubahan yang mudah dan menyenangkan hati. Berbagai macam training, pelatihan, bahkan kampanye mengajak kita untuk bangkit dari kubangan masalah kehidupan. Namun demikian, apakah semua itu bisa membangkitkan?

Bangkit adalah berubah sesuai dengan tuntunan syari'at. Ketika tujuan kita berubah hanya sekadar untuk memenuhi tuntutan perut dan perasaan semata, maka sejatinya kita tidak sedang berubah ke arah yang mulia. Bahkan, ketika berusaha berubah tanpa tuntunan syari'ah, sebenarnya kita tidak sedang bangkit, tetapi sedang menuju keterpurukan berikutnya. Perubahan jenis ini tidak akan pernah membawa kita pada kebahagiaan, tetapi pasti berujung pada kehinaan dan kesengsaraan.

Contohnya adalah ketika sadar bahwa kondisi miskin itu buruk, lalu kita ingin mengubah kondisi tersebut menjadi lebih baik,  maka perubahan ini sebenarnya vadalah keterpurukan apabila dilakukan dengan cara yang tidak tepat, seperti korupsi, mencuri, atau menipu orang

Ketika sadar bahwa kondisi sendirian itu buruk, lalu kita menginginkan pasangan hidup, tetapi cara mengubahnya adalah dengan kumpul kebo maupun perzinaan, maka perubahan ini akan membawa pada kehinaan.

Ketika kita lalai dari ketaatan dan ingin mengubahnya, tetapi dengan cara membuat ritus ritual sendiri untuk mendekat diri kepada Tuhan, maka ini akan berujung pada kemurkaan Allah Swt, Tuhan Seru Sekalian Alam.

Oleh karena itu, dalam melakukan perubahan, kita harus mengetahui tujuan mendasar dari perubahan tersebut. Ketika tujuan hidup adalah rida Allah Swt., maka kita akan melakukan perubahan hanya dengan cara yang dibenarkan. Artinya, halal atau haram kita jadikan standar dalam melakukan perubahan tersebut. 

Tidak hanya sekadar memuaskan kebutuhan dan perasaan saja, tetapi pahala atau siksa harus selalu kita pertimbangkan. Jangan sampai menurut kita kondisi telah berubah menjadi lebih baik, tetapi Allah Swt. justru murka kepada kita.

Untuk mengubah kondisi sosial yang ada, maka harus ada perubahan personal dengan cara membangkitkan pemikiran dan menyatukan perasaan secara integral. Inilah yang disebut dengan dakwah atau amar makruf nahi mungkar. Karena dengan berubahnya persepsi manusia terhadap kehidupan yang dilanjutkan dengan bersatunya standar senang dan benci secara Islami, maka umat Islam akan menginginkan perubahan menuju kehidupan Islam. Perubahan inilah yang disebut kebangkitan.

Perubahan sejati adalah sebuah perubahan yang berujung pada kemuliaan, dan inilah yang disebut kebangkitan. Kebangkitan itu hanya bisa kita lakukan dengan dakwah sesuai metode dakwah Rasulullah saw. Oleh karena itu, upaya umat Islam dalam perubahan sosial tidak boleh terkotori oleh konsep dan pemikiran selain Islam yang hanya akan mengubah manusia secara parsial tanpa adanya perbedaan yang signifikan.

Dengan dakwah yang dilakukan secara terukur, terstruktur, dan terkoordinir dengan baik, maka kebangkitan Islam adalah sebuah keniscayaan.

Dakwah itu bukan sekadar seberapa cepat kita bergerak, tetapi tentang seberapa tepat kita memilih langkah dan gerak. Wallahu a'lam bishshawab.

Oleh: Trisyuono Donapaste
Sahabat Tinta Media

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab