Islam Menutup Pintu Perselingkuhan
Tinta Media - Indonesia 'berprestasi' menjadi negara paling tinggi nomor 2 se Asia dalam perselingkuhan. Hasil survey Just Dating menunjukkan 40 persen laki-laki dan perempuan yang disurvey mengaku pernah berkhianat kepada pasangannya. Padahal, Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia.
Perselingkuhan meskipun angkanya tinggi, tetap saja melawan norma agama dan masyarakat. Tidak bisa kita menilainya sebagai hal yang lumrah terjadi dalam pernikahan.
Meskipun muncul kata mutiara "Selingkuh itu indah", istri atau suami yang dikhianati oleh pasangannya pasti sakit hati. Keluarga akan hancur, anak-anak pun menjadi korban.
Kehidupan Sekular Pangkal Perselingkuhan
Berita perselingkuhan di sosial media muncul hampir tiap hari. Artis, pejabat, atau public figure lainnya yang melakukan. Macam-macam modusnya. Ada yang tiba-tiba menghilang, ternyata pergi dengan selingkuhan. Ada yang merasa bosan dengan pasangan sahnya. Ada yang karena mengunjungi teman yang sakit di hotel, dan beragam alasan lain.
Seperti virus, perselingkuhan adalah penyakit yang mudah menular dan bisa terjadi di mana pun, kepada siapa pun di sistem kehidupan sekuler. Karena di sistem yang memisahkan kehidupan dunia dengan aturan agama, semua hal dibebaskan, termasuk kebebasan dalam bertingkah laku, berhubungan seksual dengan yang bukan pasangan resminya.
Membasmi virus perselingkuhan tidak akan pernah bisa terjadi di sistem ini. Di dalam kehidupan sekuler, tidak ada keterikatan dan ketaatan kepada syariat Allah Swt. Bercampur-baur (ikhtilat) dan berduaan (berkhalwat) antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram menjadi hal lumrah. Maka, sering kita dengar, si Anu berselingkuh dengan teman SMP-nya setelah reunian, atau si Itu berselingkuh dengan teman sekantornya.
Kehidupan sekuler yang kapitalis meniscayakan manusia hanya sibuk mencari materi. Sama-sama sibuk bekerja, waktu bertemu dan berkomunikasi sangat terbatas, akhirnya suami lebih nyaman berkomunikasi dengan teman perempuan sekantor, atau sebaliknya. Keluarga pun menjadi rapuh.
Media juga semakin memperkuat perselingkuhan. Film atau sinetron selalu tentang selingkuh yang mengedukasi masyarakat tanpa sadar membenarkan selingkuh. Tak ada ketegasan dari negara untuk menghentikannya. Meskipun masyarakat resah dengan fenomena ini, tetap saja selingkuh berjalan dengan tenang. Tidak ada jerat pidana yang bisa menjerakan para pelaku selingkuh, betapa pun marah pasangan yang dikhianati.
Islam Mencegah Perselingkuhan
Syariat Islam diturunkan oleh Allah untuk mengatur hidup manusia. Untuk menyalurkan naluri seksualnya, Islam memberi jalan pernikahan, jalan mulia dan menentramkan.
Islam menutup rapat jalan menuju zina yang sekarang sedang tren bernama selingkuh. Kehidupan perempuan dan laki-laki adalah kehidupan yang terpisah. Keduanya bisa bertemu bila ada kepentingan dalam rangka saling membantu dalam kebaikan. Tak ada _kongkow-kongkow_ laki laki dan perempuan yang bukan mahram dengan alasan apa
pun, apalagi berkhalwat.
Dalam hadis, Rasulullah Muhammad saw. dengan tegas menyampaikan bila laki-laki dan perempuan berkhalwat, maka yang ketiga adalah setan, dan setan akan senantiasa menyesatkan manusia.
Seorang muslim wajib taat dan terikat syariat karena kesadarannya sebagai hamba Allah Swt. Masyarakat dalam kehidupan Islam adalah masyarakat yang tidak pernah rida terhadap kemaksiatan sekecil apa pun. Amar makruf nahi Munkar menjadi aktivitas utamanya. Jadi, penjagaan terhadap hukum syara' terus berjalan di tengah-tengah mereka.
Pihak yang paling menentukan semua kondisi di atas adalah negara. Dengan menerapkan Islam secara kaffah. Negara akan menjalankan pendidikan Islam yang membentuk pribadi yang taat. Negara juga menjalankan sistem ekonomi Islam yang menyejahterakan keluarga, sehingga terbangun komunikasi yang baik antara suami istri tanpa tekanan pekerjaan. Ada sistem peradilan Islam yang akan menjadi faktor preventif juga kuratif agar tidak terjadi zina.
Maka, tidak ada yang namanya selingkuh itu indah dalam Islam. Yang indah adalah bersahabat penuh kasih sayang dengan pasangan sah, bukan hanya di dunia, tetapi hingga di akhirat nanti.
Oleh: Khamsiyatil Fajriyah
Sahabat Tinta Media