Tinta Media: Persaudaraan
Tampilkan postingan dengan label Persaudaraan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Persaudaraan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 17 Maret 2024

Wujud Persaudaraan Hakiki


Tinta Media - Ibnu Umar menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda,  “Muslim itu saudara bagi Muslim lainnya; dia tidak menzaliminya dan tidak menyerahkannya kepada musuh. Siapa saja yang memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan memenuhi kebutuhannya; siapa saja yang membebaskan seorang Muslim dari kesulitan, Allah SWT akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada Hari Kiamat; siapa saja yang menutupi aib sesama Muslim niscaya Allah akan menutup aibnya pada Hari Kiamat (HR al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Nasa’i).

Dalam sebuah hadis yang menerangkan tentang tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah SWT pada hari ketika tiada naungan kecuali naungan Allah, Rasulullah saw. menyebutkan salah satu di antaranya adalah: Dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Di dalam sebuah hadis qudsi, Allah SWT juga berfirman (yang artinya): Orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, berhak atas kecintaan-Ku (HR Malik dan Ahmad).

Banyak hadis yang menyebut bentuk-bentuk praktis dari manifestasi persaudaraan sejati di antara sesama Muslim secara individual antara lain: berlemah lembut terhadap sesama Muslim, bersahabat, berkasih sayang, saling mengucapkan salam dan berjabatan tangan, saling memberikan hadiah, saling mendoakan, saling mengunjungi, bersama dalam suka dan duka, dll. Sebaliknya, mereka dilarang saling meng-ghîbah, memfitnah, memata-matai (tajassus),  membuka aib dan menipu saudaranya; berdusta dan kikir; menghina, mencela, melanggar kehormatan dan membunuh saudaranya, dll.

Wa mâ tawfîqî illâ billâh wa ’alayhi tawakkaltu wa ilayhi unîb. []


Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar
(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor).

Senin, 04 Maret 2024

Persaudaraan Sejati



Tinta Media - Allah SWT berfirman (yang artinya): Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara. Karena itu, damaikanlah kedua saudara kalian, dan bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian  mendapatkan rahmat (TQS al-Hujurat [49]: 10).

Berdasarkan ayat di atas, siapa pun, asalkan Mukmin, adalah bersaudara, karena dasar ukhuwah (persaudaraan) adalah kesamaan akidah. Dengan memakai kata ikhwah, ayat ini hendak menyatakan bahwa ukhuwah kaum Muslim itu lebih kuat daripada persahabatan atau perkawanan biasa. Selain itu, dengan kata innamâ, ayat ini memberi makna hasyr (pembatasan). Artinya, tidak ada persaudaraan hakiki kecuali antar sesama Mukmin (Ash-Shabuni, Shafwah at-Tafâsir, III/217). 

Ini mengisyaratkan bahwa ukhuwah Islamiyah lebih kuat daripada persaudaraan nasab. Persaudaraan nasab bisa terputus karena perbedaan agama. Sebaliknya, ukhuwah Islamiyah tidak terputus karena perbedaan nasab. Hal ini tampak, misalnya, dalam hal waris. Tidak ada hak waris antara Mukmin dan kafir dan sebaliknya. Dalam hal kekuasaan, umat Islam tidak boleh menjadikan orang kafir sebagai wali (pemimpin), sekalipun ia adalah bapak dan saudara mereka (QS at-Taubah [9]: 23).

Rasulullah SAW juga bersabda, “Mukmin dengan Mukmin lainnya bagaikan satu bangunan; sebagian menguatkan sebagian lainnya.” (HR Bukhari, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ahmad).

Beliau juga bersabda, “Kalian tidak masuk surga hingga kalian beriman dan belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai…” (HR Muslim).

Wa mâ tawfîqî illâ billâh wa ’alayhi tawakkaltu wa ilayhi unîb. []


Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar 
(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor)

Senin, 07 Agustus 2023

Keutamaan Persaudaraan karena Allah

Tinta Media - Sobat. Saling mencintai karena Allah SWT dan persaudaraan di dalam agama-Nya merupakan taqarrub paling utama dan ketaatan yang paling bisa dimanfaatkan di dalam saluran kebiasaan. Persatuan adalah buah akhlak baik, dan perpecahan merupakan buah akhlak buruk. Akhlak baik mengharuskan adanya saling mencintai, saling bersikap ramah dan harmonis. Sedangkan akhlak buruk membuahkan saling benci, dengki dan berselisih. Selama yang membuahkan itu terpuji maka buahnya pun terpuji.

Sobat. Rasulullah SAW bersabda, “Hal yang paling banyak memasukkan manusia ke surga adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” ( HR. Al-Hakim dan HR. At-Tirmidzi ). Usamah bin Syarik berkata, “ Kami bertanya, Wahai Rasulullah, apa sebaik-baik yang diberikan manusia?” Beliau menjawab,” Akhlak yang baik.” ( HR.Ibnu Majah )

Rasulullah SAW bersabda, “ Orang mukmin itu akrab dan bersatu. Tidak ada kebaikan pada orang yang tidak bersatu dan tidak akrab.” ( HR. Ahmad, Ath-Thabrani dan Al-Hakim )

Allah SWT Berfirman :
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ  
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” ( QS. Al-Hujurat (49) : 10 )

Sobat. Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa sesungguhnya orang-orang Mukmin semuanya bersaudara seperti hubungan persaudaraan antara nasab karena sama-sama menganut unsur keimanan yang sama dan kekal dalam surga. Dalam sebuah hadis sahih diriwayatkan Muslim itu adalah saudara muslim yang lain, jangan berbuat aniaya dan jangan membiarkannya melakukan aniaya. 

Orang yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah membantu kebutuhannya. Orang yang melonggarkan satu kesulitan dari seorang muslim, maka Allah melonggarkan satu kesulitan di antara kesulitan-kesuliannya pada hari Kiamat. Orang yang menutupi aib saudaranya, maka Allah akan menutupi kekurangannya pada hari Kiamat. (Riwayat al-Bukhari dari 'Abdullah bin 'Umar) 

Pada hadis sahih yang lain dinyatakan: Apabila seorang muslim mendoakan saudaranya yang gaib, maka malaikat berkata, "Amin, dan semoga kamu pun mendapat seperti itu." (Riwayat Muslim dan Abu ad-Darda') Karena persaudaraan itu mendorong ke arah perdamaian, maka Allah menganjurkan agar terus diusahakan di antara saudara seagama seperti perdamaian di antara saudara seketurunan, supaya mereka tetap memelihara ketakwaan kepada Allah. 

Mudah-mudahan mereka memperoleh rahmat dan ampunan Allah sebagai balasan terhadap usaha-usaha perdamaian dan ketakwaan mereka. Dari ayat tersebut dapat dipahami perlu adanya kekuatan sebagai penengah untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai.

Sobat. Abdullah bin Umar ra berkata, “Demi Allah, seandainya aku puasa di siang hari tanpa buka, melaksanakan qiamullail tanpa tidur, menginfakkan harta terus-menerus di jalan Allah, dan mati pada hari kematian sementara hatiku tidak ada kecintaan kepada orang yang taat kepada Allah dan kebencian kepada orang yang melakukan kemaksiatan, maka itu semua sedikit pun tidak berguna bagiku.”

Sobat. Ketahuilah , bahwa tidak setiap orang layak untuk dijadikan sahabat rasulullah SAW bersabda, “Seseorang itu sesuai dengan agama temannya. Karena itu, kaian harus memperhatikan siapa yang akan dijadikan teman.” ( HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi ). Orang yang hendak dijadikan teman harus memiliki lima perangai berikut : Orang berakal, berakhlak baik, tidak fasik, bukan pembuat bidáh dan bukan pula orang yang gila dunia.

Sobat. Imam Ja’far Ash-Shadiq rahimahullah Taála berkata, “Janganlah engkau berteman dengan lima orang: Pertama. Pendusta; engkau akan terpedaya olehnya. Sebab, ia seperti fatamorgana; mendekatkan sesuatu yang jauh darimu dan menjauhkan sesuatu yang dekat denganmu. Kedua. Orang tolol ; orang tidak akan mendapat apa pun darinya. Ia ingin memberikan manfaat kepadamu, ternyata malah membahayakanmu. Ketiga. Orang kikir; karena dia memutuskan hal-hal yang engkau butuhkan. Keempat. Pengecut; dia mengucapkan salam kepadamu dan lari ketika kesusahan datang. Kelima. Orang fasik.

Sobat. Seorang ulama bijak berkata, “ Janganlah engkau berteman kecuali dengan salah satu dari dua orang berikut : Seseorang yang engkau belajar sesuatu darnya dalam urusan agamamu sehingga bermanfaat bagimu, atau seseorang yang engkau ajari sesuatu dalam urusan agamanya kemudian dia menerimanya. Sedangkan untuk yang ketiga, engkau harus lari darinya.”

Sobat. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di sekitar ‘Arasy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya di atasnya ada kaum yang mengenakan pakaian dari cahaya dan wajah mereka cahaya. Mereka bukan para Nabi dan Syuhada. Mereka membuat iri para Nabi dan syuhada.” Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling berkumpul karena Allah dan saling mengunjungi karena Allah.” (HR. An-Nasaí)

Abu Dzar ra berkata, “Kesendirian lebih baik dari teman yang buruk. Dan teman sholeh lebih baik dari kesendirian.” Demikianlah. Agama dalam persahabatan adalah pondasi. Dan Allah SWT berfirman, “Dan Ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku.” (QS. Luqman : 15 )

Oleh: DR. Nasrul Syarif, M.Si. 
(Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo.)

Minggu, 07 Mei 2023

UIY: Persaudaraan Sesama Muslim Itu Dinamis

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menuturkan bahwa persaudaraan yang terbangun antara sesama Muslim bukanlah persaudaraan statis tapi persaudaraan dinamis.

"Persaudaraan ini bukanlah persaudaraan statis tapi persaudaraan dinamis yaitu hubungan yang diantara manusia itu bisa terjadi salah bisa juga khilaf," ujarnya dalam agenda liqo Syawal  Selasa (2/5/2023) di Bogor.

UIY menilai, di tengah kehidupan kaum muslimin, terwujudnya persaudaraan antara sesama muslim satu dengan yang lainnya merupakan hal yang sangat penting. "Kaum muslim ini adalah bersaudara dan persaudaraan yang terbangun di dalamnya adalah lahir dari keimanan dan keyakinannya kepada Allah SWT," ungkapnya. 

Ia menyampaikan sebuah kutipan pesan Allah SWT melalui lisan Baginda nabi Muhammad Saw, "Al-Insanu Mahalul Khoto wan Nisyan”, yang artinya bahwa manusia adalah tempat salah dan lupa. 

"Maka penting memastikan untuk menjaga hubungan kita ini dengan sebaik baiknya," tegasnya. 

UIY juga menyampaikan sebuah pesan dari baginda Nabi Muhammad Saw yang sekaligus rumus untuk menjaga persaudaran dalam tiga hal. "Pertama, menjaga darah (ad dam'u), kedua, menjaga harta ( malu) dan ketiga, menjaga kehormatan ( surf). Muslim satu dengan muslim yang lainnya itu haram hartanya, darahnya dan kehormatannya," terangnya. 

"Sepanjang kita menjaga persaudaraan ini dan berinteraksi dengan tidak mencederai satu diantara tiga hal itu. Insyaa Allah persaudaraan itu akan terjalin dan ini menjadi rumus universal," tandasnya.

Menurutnya, hal - hal yang kurang baik akan terjadi dikarenakan jika telah mencederai salah satunya. Allah SWT mewanti-wanti agar menjadikan hubungan diantara sesama manusia itu harus sama bagusnya seperti hubungan manusia dengan Allah SWT. Sehingga hubungan manusia dengan manusia lainnya serta hubungannya dengan Allah SWT harus dijaga. 

"Manusia telah dididik dalam ibadah yg cukup panjang di bulan Ramadhan dalam rangka membina ketaqwaannya kepada Allah, yang itu merupakan hubungan dengan Allah, tetapi kita juga harus membina hubungan baik juga dengan manusia," jelasnya. 

Menurutnya, jika salah satunya jelek pasti akan mendatangkan keburukan, maka dua - duanya harus bagus. Sifat jelek hanya akan menjadikan seorang muslim termasuk yang muflis atau yang rugi, yakni kerugian yang pada satu kondisi nanti mereka datang menghadap kepada Allah di hari kiamat dengan membawa pahala ibadah, shalat, haji, shaum, sedekah dan yang lainnya, sedangkan di sisi lain hubungan dirinya dengan manusia lainnya sangat buruk, mencela, menuduh, mengambil harta orang lain tanpa haq, menyakiti, membuli, bahkan bukan hanya itu tetapi sampai menumpahkan darah. 

"Apa yg terjadi kepada yang demikian, orang yang senantiasa menjaga hubungan baik dengan Allah SWT tetapi buruk dengan sesamanya maka akan dihilangkan, diambillah pahala-pahala dari semua ibadah yang telah dilakukannya sampai habis, lalu setelah habis pahalanya kemudian diambil dosa-dosa dari orang-orang yang telah dizaliminya, sudahlah pahalanya habis ditimpakan pula segala dosa-dosa dari orang yang dizaliminya dan dimasukkan ke dalam neraka. Inilah orang yang bagus hubungannya dengan Allah SWT tetapi buruk dengan manusia, kebayang, apalagi jika kedua kedua - duanya buruk, tentu lebih bangkrut lagi," jelasnya.

Menurutnya, penting untuk mencamkan pesan dari baginda nabi Muhammad Saw, agar setiap muslim jangan sampai mencederai harta, darah dan kehormatan muslim satu sama lainnya. 

"Semoga persaudaraan ini bisa kita jaga didasarkan pada landasan keimanan sehingga bisa mendatangkan kebkahan, kebersamaan, dan masuk surga bersama," pungkasnya.[] Pakas Abu Raghib.

Senin, 27 Maret 2023

Persaudaraan karena Allah

Tinta Media - Sobat. Persaudaraan karena Allah adalah persenyawaan ruh dengan ruh, pertemuan hati dengan hati, sebuah ikatan Imani yang berlandaskan ketakwaan, sebuah kebersamaan menapaki jalan ilahi, dan senantiasa berpegang teguh pada ajaran Allah.

Sobat. Cinta yang benar adalah memberi bukan meminta. Cinta itu menenteramkan, sebagaimana benci itu menggelisahkan.
Sobat. Ibnu Majah telah mengeluarkan dari Jabir ra bahwa dia berkata; Rasulullah SAW pernah berkhutbah kepada kami, maka katanya: “Hai manusia bertaubatlah kamu kepada Allah SWT sebelum kamu mati, dan cepat-cepatlah melakukan amal-amal sholeh sebelum kamu sibuk, dan sambunglah hubungan di antara kamudan dengan Tuhanmu dengan banyak mengingat Dia Yang Mahatinggi dan banyak-banyaklah bersedekah secara rahasia maupun terang-terangan, niscaya kamu diberi rezeki, kemenangan dan kekayaan.” (HR. Ibnu Majah)

Sobat. Dari Anas ra bahwa dia berkata, Sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa mempunyai harta maka hendaklah ia bersedekah dengan hartanya. Barangsiapa mempunyai ilmu, maka hendaklah bersedekah dengan ilmunya. Dan barangsiapa mempunyai kekuatan (tenaga) maka hendaklah bersedekah dengan kekuatannya.”(Jami’ Al-Azhar)

Allah SWT berfirman :

وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran (3) : 103)

Sobat. Diingatkan hendaklah mereka berpegang teguh kepada Allah dan ajaran-Nya dan selalu mengingat nikmat yang dianugerahkan-Nya kepada mereka. Dahulu pada masa jahiliah mereka bermusuhan sehingga timbullah perang saudara beratus-ratus tahun lamanya, seperti perang antara kaum 'Aus dan Khazraj. Maka Allah telah mempersatukan hati mereka dengan datangnya Nabi Muhammad saw dan mereka telah masuk ke dalam agama Islam dengan berbondong-bondong. Allah telah mencabut dari hati mereka sifat dengki dan memadamkan dari mereka api permusuhan sehingga jadilah mereka orang-orang yang bersaudara dan saling mencintai menuju kebahagiaan bersama.

Juga karena kemusyrikan, mereka berada di tepi jurang neraka, hanya terhalang oleh maut saja. Tetapi Allah telah menyelamatkan mereka. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya, agar kaum Muslimin mendapat petunjuk dan mensyukuri nikmat agar nikmat itu terpelihara.

Allah SWT berfirman :

وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعۡدِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَٰنِ وَلَا تَجۡعَلۡ فِي قُلُوبِنَا غِلّٗا لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٞ رَّحِيمٌ  

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". ( QS. Al-Hasyr (59) : 10 )

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa generasi kaum Muslimin yang datang kemudian, setelah berakhirnya generasi Muhajirin dan Ansar, sampai datangnya hari Kiamat nanti berdoa kepada Allah, yang artinya, "Wahai Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa-dosa saudara-saudara kami seagama yang lebih dahulu beriman daripada kami."

Ada beberapa hal yang dapat diambil dari ayat ini, yaitu:

1. Jika seseorang berdoa, maka doa itu dimulai untuk diri sendiri, kemudian untuk orang lain.

2. Kaum Muslimin satu dengan yang lain mempunyai hubungan persaudaraan, seperti hubungan saudara seibu-sebapak. Mereka saling mendoakan agar diampuni Allah segala dosa-dosanya, baik yang sekarang, maupun yang terdahulu.

3. Kaum Muslimin wajib mencintai para sahabat Rasulullah saw, karena mereka telah memberikan contoh dalam berhubungan yang baik dengan sesama manusia. Jika seseorang ingin hidupnya bahagia di dunia dan di akhirat, hendaklah mencontoh hubungan persaudaraan yang telah dilakukan kaum Muhajirin dan Ansar itu.

Ayat ke-10 ini mempunyai hubungan erat dengan ayat sebelumnya (ayat ke-9). Oleh karena itu, maksud ayat ini ialah menjelaskan bagaimana hubungan orang-orang Muhajirin yang telah meninggalkan kampung halaman, keluarga, dan harta mereka di Mekah dengan orang-orang Ansar yang beriman yang menerima orang-orang Muhajirin dengan penuh kecintaan dan persaudaraan di kampung halaman mereka, yang mereka lakukan semata-mata untuk mencari keridaan Allah dan bersama-sama menegakkan agama Allah serta menunjukkan iman mereka yang benar, demikian pulalah hendaknya hubungan kaum Muslimin yang datang sesudahnya. Hendaklah mereka tolong-menolong dan mempererat persaudaraan dalam meninggikan kalimat Allah.

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa hubungan orang yang sedang berhijrah dan penduduk negeri yang menerima mereka, dapat menimbulkan hubungan persaudaraan yang kuat di antara manusia, asal dalam hubungan itu terdapat unsur-unsur keimanan, keikhlasan, dan tolong-menolong, seperti yang telah dilakukan kaum Muhajirin dan kaum Ansar. Dalam situasi ini terdapat kesempatan yang paling banyak bagi seorang mukmin untuk melakukan berbagai perbuatan yang membentuk sifat-sifat takwa dan diridai Allah.

Ibnu Abi Laila berkata, "Manusia terbagi kepada beberapa tingkatan yaitu tingkatan Muhajirin, tingkatan Ansar, dan tingkatan generasi sesudahnya yang selalu mengikuti jejak Muhajirin dan Ansar. Oleh karena itu, hendaknya kita berupaya agar dapat masuk ke dalam salah satu dari tiga tingkatan tersebut.

Kemudian disebutkan lanjutan doa orang-orang yang beriman itu, yang artinya, "Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau timbulkan dalam hati kami rasa dengki kepada orang-orang yang beriman."

Rasa dengki dan dendam adalah sumber segala kejahatan dan maksiat yang mendorong orang berbuat kebinasaan, kezaliman, dan menumpahkan darah di muka bumi. Allah berfirman:
 
Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung. (at-Taubah/9: 100)
 
Pada akhir ayat ini dijelaskan bahwa orang-orang yang tersebut dalam ayat 10 ini mengatakan bahwa Allah Maha Penyayang kepada para hamba-Nya, dan banyak melimpahkan rahmat-Nya. Oleh karena itu, mereka mohon agar Dia memperkenankan doa-doa mereka.

Diriwayatkan dari Ibnu 'Umar bahwa ia mendengar seorang laki-laki bertemu dengan sebagian orang Muhajirin, maka dibacakan ayat, "Lil fuqara'il-muhajirin" (bagi orang fakir golongan Muhajirin), kemudian salah seorang berkata kepadanya, "Mereka itu orang-orang Muhajirin, apakah kamu termasuk sebagian dari mereka." Orang itu menjawab, "Tidak." Kemudian dibacakan pula kepadanya: "Wal-ladhina tabawwa'ud-dara wal-imana min qablihim" (dan orang-orang yang telah menempati kota Medinah dan telah beriman sebelum kedatangan mereka). Kemudian salah seorang berkata kepadanya, "Mereka itu golongan Ansar, apakah engkau dari golongan mereka?" Ia menjawab, "Tidak." Kemudian dibacakan ayat: "Wal-ladhina ja'u min ba'dihim" (orang-orang yang datang kemudian), Seseorang juga bertanya kepadanya, "Apakah engkau dari golongan mereka?" Ia menjawab, "Aku mengharap demikian." Kemudian ia berkata, "Bukankah sebagian mereka mencela sebagian yang lain?" Ayat ini menunjukkan bahwa antara orang-orang mukmin tidak boleh mencela sesama mereka.

Sobat. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mengunjungi orang sakit atau mengunjungi seorang temannya karena Allah, maka terdengar seorang penyeru berkata, “Anda baik sekali, dan baik pula perjalanan Anda. Sebuah rumah di surga telah disediakan bagi Anda.” ( HR. At-Tirmidzi )

Sobat. Umar bin Khaththab ra berkata, “Bertemu teman-teman menghilangkan kesedihan. Jika Anda dikaruniai oleh Allah ketulusan cinta kepada seorang teman sesama muslim, peliharalah dengan baik.”

Sobat. Kisah hikmah persaudaraan Abdurrahman bin Áuf saat rasulullah mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshar.Abdurrahman bin Auf ra salah seorang sahabat Nabi yang hijrah dari Makkah ke Madinah bercerita, ketika sampai di madinah. Rasulullah SAW mempersaudarakan aku dengan Saád bin Ar-Rabi’ ra . Kepadaku Saád berkata, “ Aku termasuk orang berharta di kalangan kaum anshar, maka aku akan membagi separuh hartaku untukmu. Dan lihatlah siapa di antara isteri-isteriku yang kamu suka. Aku akan menceraikannya untukmu, lantas kawinilah ia setelah sehabis masa iddahnya.” 

Abdurrahman menyambut itsar ( Sikap mendahulukan kepentingan orang lain atas kepentingan diri sendiri ) dari saudaranya ini dengan ‘afaf ( Sikap menjaga harga diri dari segala sesuatu yang tidak pantas ), dan dengan halus dia berkata, “ Semoga Allah memberkatimu dan memberkati keluargamu, tunjukkan kepadaku, di mana pasar agar aku bisa mencari rezeki di sana!”

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab