Tinta Media: Perintah
Tampilkan postingan dengan label Perintah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Perintah. Tampilkan semua postingan

Jumat, 16 Februari 2024

Perintah Allah Agar Kita Berpikir



“Pilih yang mudharatnya paling sedikit” 

Tinta Media - Kalimat di atas sering kali muncul ketika menjelang Pemilihan Umum, baik DPR, Kepala Daerah sampai dengan Pemilihan Presiden. 

Lalu muncul kekhawatiran selanjutnya apabila orang tidak memilih yang mudharatnya paling sedikit, maka yang mudharatnya banyak yang akan ⁴mudharat nya sedikit atau tidak memilih dan kemungkinan besar kita akan di pimpin oleh orang yang mudharat nya besar. 

Kita sebagai manusia yang memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan, tentu memiliki kebebasan pula dalam hal berpikir. Sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur’an yang berbunyi: 

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ 

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,” (QS Ali Imran: 190). 

Allah sudah memerintahkan kepada kita agar kita menggunakan akal untuk berpikir, karena dengan berpikir maka akan timbul pemahaman dalam diri manusia, setelah memiliki pemahaman manusia tersebut akan mengambil langkah sesuai pemahamannya. 

Lalu bagaimana ketika kita menghadapi fenomena di atas? Kita sebagai umat Islam tentu harus menyandarkan pemikiran kita kepada Islam, karena kita yakini bahwa Islam itu agama yang akan menjaga kita di dunia dan  di akhirat kelak. 

Islam dengan kesempurnaan nya sudah membuat aturan ( syariat islam ) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dalam perkara Aqidah dan Ibadah, hubungan manusia dengan dirinya sendiri berupa makanan, minuman, pakaian dan akhlak , serta hubungan Manusia dengan Manusia lainnya berupa Sistem Pemerintahan , Sistem Ekonomi, Sistem Sosial, Sistem Uqubat ( Persangsian ), Politik Pendidikan, dan Politik Luar Negeri. 

Rasulullah SAW telah berpesan kepada kita agar kita berpegang kepada dua pusaka peninggalan beliau yang apabila kita berpegang pada dua pusaka tersebut kita akan selamat dunia dan akhirat, pusaka tersebut Al-Qur’an dan Hadis. 

Rasulullah telah mencontohkan bagaimana menjalankan roda pemerintahan ketika beliau mendirikan Daulah Islamiah yang pertama di Madinah, yang di lanjutkan oleh para khalifah setelah sampai ke Khalifahan Utsmaniyah. 

Bagaimana kemajuan di semua aspek di rasakan, mulai dari ilmu pengetahuan sampai kekuatan pasukan negara It sangat di perhitungkan. 

Bahkan ada pernyataan dari seorang Mark Zuckerberg pemilik Facebook beliau menyampaikan “Saya heran ada orang-orang yang terlalu mengidolakan saya, padahal saya sangat mengidolakan ilmuwan Muslim Al-Khawarizmi karena tanpa Algoritma dan Aljabar, maka jangan pernah bermimpi ada Facebook, Whats App, BBM, Line, games bahkan komputer,” 

Tentu perkataan di atas lebih kepada memotivasi kita sebagai umat muslim agar lebih meningkatkan taraf berpikir lebih tinggi lagi. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh para ilmuwan ilmuwan muslim terdahulu. 

Lalu, bagaimana agar kita tidak memilih pemimpin yang masih ada mudharat nya. Maka yang pertama harus di pikirkan adalah apakah Allah dan Rasul nya tidak memberikan atau mencontohkan cara dalam mengurusi urusan umat ini? 

Dalam hal ini Allah SWT telah memberikan kemudahan untuk kita semua, karena Allah SWT telah mengutus Rasulullah SAW sebagai suri teladan yang harus kita jadikan contoh. Baik dalam kehidupan beliau yang berhubungan dengan Aqidah dan Ibadah, kehidupan beliau dalam hal hubungan dengan diri beliau sendiri, serta hubungan dengan sesama manusia yang mana termasuk di dalamnya ketika beliau menjadi seorang Rasul sekaligus Pemimpin sebuah Negara. 

Wallahua’lam bisawab


Oleh: Rizal Rosadi 
Sahabat Tinta Media 


Senin, 21 November 2022

Cukuplah Perintah Allah Bagi Orang Mukmin

Tinta Media - Khilafah merupakan ajaran Islam. Hukumnya wajib. Perkara ini disepakati oleh para sahabat ridhwanullaah alayhim. Bahkan menurut Imam Qurtubi disepakati kewajiban khilafah oleh seluruh imam dan umat.

Sebagai manusia hamba Allah yang diciptakan hanya untuk beribadah kepadaNya. Maka setiap perintah Allah bersifat mengikat kita. Tak ada ruang bagi kita untuk bertanya tentang perintah itu. Apalagi menawar. Hanya satu sikap kita yang layak dan wajar yakni sami'na wa atho'na.

Andai saja perintah menegakkan khilafah ini hanya untuk berjuang mengerjakan saja. Tanpa disertai janji pahala. Tanpa disertai janji pertolongan dan kemenangan maka itu pun cukup. Cukup untuk kita segera mengerjakan tanpa bertanya lagi.

Andai saja, dalam berjuang menegakkan khilafah ini Allah pastikan kita tak dapat pahala dan pasti kalah dan gagal maka tetap harus kita kerjakan. Mengapa? Karena ini adalah perintah Allah Sang Kholik tentu tak ada tempat bagi manusia kecuali taat.

Apalagi Allah telah nyata janjikan pahala yang besar. Masih lagi janjikan kemenangan besar. Bahkan masih janjikan pertolonganNya. Maka sebagai manusia tentu kita akan lebih mantap melangkah dan menanggung beban perjuangan.

Oleh karena itu hanya satu sikap kita yang tepat. Yakni sami'na wa atho'na. Itulah sikap orang mukmin saat Allah dan rasul-nya memberikan perintah atau larangan.

Surah An-Nuur Ayat 48-52
 

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ مُعْرِضُونَ

Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang.

وَإِنْ يَكُنْ لَهُمُ الْحَقُّ يَأْتُوا إِلَيْهِ مُذْعِنِينَ

Tetapi jika keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada rasul dengan patuh.

أَفِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَمِ ارْتَابُوا أَمْ يَخَافُونَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَرَسُولُهُ ۚ بَلْ أُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zalim.

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.

Berbeda dengan sikap munafik maka mereka akan pilih pilih. Jika perintah itu menguntungkan menurut akal bodoh mereka maka barulah mereka kerjakan.

Jika kita enggan berjuang menegakkan khilafah dengan berbagai alasan maka bisa jadi itu ciri kemunafikan kita. Apalagi sikap menolak dan menghina ajaran Islam tentu lebih parah dan berat lagi konsekuensinya.

Yuk berjuang Sobat. Lakukan bagian tugas kita maka Allah akan memenuhi janjiNya berupa pahala, pertolongan dan kemenangan.[]

Ustaz Abu Zaid 
Tabayyun Center 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab