Rabu, 16 Oktober 2024
Senin, 17 Juni 2024
Islam Melindungi dan Memuliakan Perempuan
Sabtu, 08 Juni 2024
Perempuan Ibarat Boneka Jari
Tinta Media - Perempuan memiliki peran penting dalam membersamai perubahan. Karenanya, generasi bisa menjadi tonggak perubahan sekaligus menjadi penyumbang kejahatan. Maka, betul ketika dikatakan bahwa untuk mengetahui suatu negara bangkit atau tidak, lihatlah perempuannya. Kalau perempuannya baik, maka baiklah negara tersebut dan jika perempuannya rusak, maka rusak pulalah negara tersebut.
Perempuan pada saat ini mengalami kemunduran dalam menjalankan perannya sebagai pendidik generasi. Bagaimana tidak? Saat ini perempuan disibukkan dalam aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidup, sehingga waktu yang harusnya digelontorkan untuk anak beralih untuk mencari pundi-pundi rezeki.
Sementara, perempuan di dunia yang mengedepankan aspek keuntungan materi justru merasakan akibatnya. Mereka dieksploitasi di dunia kerja dengan alasan profesionalitas demi menarik para pembeli barang dan pengguna jasa. Wajar jika di bagian kriteria pekerja selalu ditekankan bahwa mereka harus berpenampilan menarik.
Maka, mereka yang mampu mengikuti ketentuan-ketentuan tersebutlah yang bisa menempati posisi yang ditetapkan, sedangkan mereka yang konsisten untuk tetap berpenampilan sesuai syariat, kecil kemungkinan untuk mendapatkan posisi tersebut.
Bukan hal yang mustahil jika perempuan berlomba-lomba mencapai jenjang karier yang lebih tinggi karena adanya tekanan dan gaya hidup, serta mengikuti kelas-kelas yang ada di masyarakat. Mereka terlupa akan peran yang sesungguhnya, yaitu melindungi diri dan mendidik generasinya.
Perempuan didorong untuk terlibat dalam dunia ketenagakerjaan sebagai upaya untuk mewujudkan kesetaraan gender. Tidak hanya itu, negara pun diarahkan dunia untuk mengembangkan sektor non-strategis, termasuk pariwisata, sementara sektor strategis seperti penguasaan SDA dikuasai oleh negara penjajah.
Inilah sistem kapitalisme yang telah menjadikan perempuan dihargai jika menghasilkan uang. Sejatinya, perempuan telah menjadi tumbal kegagalan sistem ekonomi kapitalisme dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Sistem ini telah melibatkan perempuan sebagai penggerak ekonomi.
Padahal, upaya tersebut justru merusak fitrah perempuan dan akan membahayakan nasib anak-anak, baik karena ibunya pergi bekerja maupun adanya dampak buruk dari pariwisata yang berpotensi menimbulkan perang budaya akibat benturan paham dan kebiasaan.
Bukannya menjadi solusi perbaikan hidup, kaum perempuan malah menambah beban yang berpotensi pada pelanggaran batas-batas norma dan agama. Inilah hal yang ditawarkan oleh kapitalisme sekuler sebagai solusi permasalahan hidup.
Penentu arah hidup bukan lagi agama, melainkan asas kepentingan dan manfaat apa yang diberikan untuk menjalani hidup.
Islam memiliki sistem ekonomi yang mumpuni untuk memberikan jaminan kesejahteraan terhadap rakyat, termasuk perempuan dengan berbagai mekanismenya. Dalam mengatur perekonomian negara, Islam memiliki pos pemasukan yang jelas, seperti harta zakat, pengelolaan sumber daya alam, fa'i, jizyah, dan lain-lain.
Pengelolaan atas harta tersebut memang diperuntukkan bagi pelayanan masyarakat, termasuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi para lelaki agar mampu mengemban amanah sebagai pencari nafkah.
Para wanita juga bisa fokus menjalankan amanahnya sebagai ummu warobbatul bait serta mendidik putra-putrinya menjadi generasi tangguh dan bermartabat karena tidak adanya beban tambahan untuk mencari nafkah yang telah diampu oleh para lelaki.
Perempuan amat dijaga fitrahnya dan dijamin kesejahteraannya oleh negara sebagai junnah atas rakyatnya, sehingga pelayanan kepada rakyat harus maksimal. Bahkan, jika ada satu keluarga yang tak memiliki pencari nafkah, yakni laki-laki yang mampu, maka negaralah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga tersebut.
Inilah pelayanan total yang akan dilakukan negara di dalam Islam, agar pelaksanaan peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki terlaksana secara ideal, sehingga tidak akan menambah beban sebelah pihak. Akan tetapi, semua mampu berjalan beriringan dengan adanya jaminan negara.
Islam menjadikan perempuan mulia bukan diukur dari jumlah materi yang dihasilkan, tetapi seberapa mampu ia menjalankan perannya sebagai ummu warobbatul bait dan pencetak generasi yang mulia di atas dasar Islam sebagai pegangan hidup. Wallahualam.
Oleh: Erna Nuri Widiastuti, S.Pd., Aktivis Muslimah
Selasa, 21 Mei 2024
Perempuan sebagai Penggerak Perekonomian, Tepatkah?
Tinta Media - Baru-baru ini, dalam sebuah acara Pembukaan Pelatihan Pembuatan Kue bagi Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) angkatan IX, Supardi yang merupakan ketua DPRD Sumbar mengatakan bahwa dirinya sangat berharap perempuan di Payakumbuh mampu mandiri secara ekonomi. Tujuannya adalah selain untuk meningkatkan ekonomi keluarga, kaum ibu diharapkan jadi penggerak perekonomian Kota Payakumbuh.
Dia juga mengatakan, selain sebagai tulang rusuk, para ibu-ibu kini banyak yang menjadi tulang punggung keluarga. Oleh karena itu, menurutnya ibu-ibu tersebut harus selalu meningkatkan pengetahuan. Kreativitas dan kemandirian ekonomi harus dipersiapkan. (www.cakrawala.co 10/05/2024)
Bagian dari Propaganda Kesetaraan Gender
Pernyataan ketua DPRD Sumbar tersebut disadari atau tidak merupakan bagian dari propaganda kesetaraan gender. Propaganda yang diembuskan Barat ke tengah-tengah perempuan di seluruh dunia ini telah berhasil membuat kaum perempuan berpikir bahwa posisi mereka harus sama dengan kaum laki-laki. Mereka merasa bahwa jika laki-laki bisa, maka mereka pun harus bisa. Mereka benar-benar ingin setara dengan laki-laki.
Tak heran jika saat ini banyak perempuan berlomba-lomba mengejar karier dan berusaha keras untuk mendapatkan titel pendidikan yang prestisius. Bahkan parahnya lagi, banyak perempuan yang enggan menikah dengan alasan karier.
Lihatlah, betapa propaganda yang diembuskan Barat perlahan, tetapi pasti berhasil mencuci otak para perempuan agar mereka setara dengan laki-laki.
Padahal, para perempuan tidak menyadari tujuan yang sebenarnya di balik propaganda kesetaraan gender. Propaganda tersebut jelas ingin merusak fitrah kaum perempuan.
Melalui propaganda tersebut, kaum perempuan dibuat lebih sibuk di luar rumah dan tidak punya waktu untuk mengurus buah hati serta mengatur rumah suaminya. Mereka menjadi lalai dalam mendidik buah hati, bahkan lupa tugasnya sebagai seorang istri.
Sejatinya, jika perempuan sudah rusak, otomatis generasi yang dilahirkannya pasti rusak. Faktanya seperti yang kita lihat dewasa ini, betapa banyak generasi muda yang terlibat kasus kriminal. Sebab, mereka cenderung pragmatis dalam menyikapi persoalan.
Akibatnya, dalam menyikapi permasalahan, mereka cenderung mengedepankan emosi ketimbang berpikir dengan kepala dingin. Atau yang paling membuat kita miris dan mengurut dada adalah anak-anak remaja perempuan yang banyak terlibat dalam prostitusi online alias open BO.
Kenakalan remaja yang kian meresahkan tersebut merupakan akibat dari tidak berfungsinya peran seorang ibu karena kesibukannya di luar. Mereka yang merasa kurang diperhatikan, akhirnya melakukan perilaku-perilaku negatif dengan tujuan mendapat perhatian. Sayangnya, mereka tidak memahami betul bahwa perilakunya tersebut bukan hanya akan merugikan orang lain, tetapi juga dirinya sendiri.
Selain propaganda kesetaraan gender yang membuat kaum perempuan lalai akan tugas utamanya, keberadaan sistem kapitalisme sekuler yang menihilkan peran Tuhan dalam mengatur kehidupan, juga kian memperparah kondisi yang ada. Umat makin jauh dari agamanya, sehingga akidah mereka semakin lemah. Tolok ukur hidup mereka tidak lagi halal haram, melainkan asas manfaat. Mereka merasa bebas melakukan apa saja, tak peduli sekalipun perilaku mereka bertentangan dengan hukum syara’.
Perempuan dalam Pandangan Islam
Di dalam Islam, perempuan begitu dimuliakan. Tidak ada kewajiban pada pundaknya untuk mencari nafkah. Secara syariat, Allah memilih perempuan untuk menjadi pemimpin dalam rumah suaminya dan memimpin anak-anaknya.
Sebagaimana hadis Rasulullah saw.,
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang perempuan memimpin rumah suaminya dan anak-anaknya. Ia akan ditanya tentang kepemimpinannya.“ (HR Bukhari)
Maka jelas, tugas utama seorang perempuan adalah mendidik anak-anak dan menjadi penyejuk bagi suaminya. Sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri yang salihah. Sudah sepatutnya para perempuan berlomba-lomba dalam menyalahkan diri agar dapat menjadi contoh yang baik bagi buah hatinya, bukan justru sibuk menjadi wanita karier yang lupa akan kewajiban sebagai seorang ibu dan seorang istri. Wanita yang baik adalah wanita yang selalu sibuk memperbaiki dirinya dengan semangat belajar yang tinggi.
Sejatinya, generasi yang hebat dilahirkan dari ibu yang hebat yang senantiasa mau belajar dalam segala hal, terlebih dalam hal agama. Perempuan yang salihah akan menjadikan akidahnya sebagai landasan dalam menjalani kehidupan.
Meski Islam membolehkan perempuan untuk bekerja di ranah publik, tetapi harus tetap dalam batasan dan terikat dengan hukum syara’. Islam melarang keras perempuan menduduki posisi kekuasaan.
Untuk itu, sudah saatnya kaum perempuan bangkit untuk memperbaiki keadaan, dengan sibuk memperbaiki diri dan mempelajari ilmu agama, agar terlahir generasi emas penerus peradaban.
Tidak ada kewajiban bagi perempuan untuk sibuk menjadi penopang ekonomi sebuah negara, karena semua itu hakikatnya adalah kewajiban negara bagaimanapun caranya.
Dalam sistem Islam, justru negara akan menciptakan banyak lapangan pekerjaan untuk para laki-laki, agar kaum laki-laki bisa mencari nafkah dan bertanggung jawab penuh terhadap keluarganya. Dengan demikian, tidak akan ada perempuan yang harus sibuk membantu mencari nafkah karena negara hadir untuk mencukupi kebutuhan rakyat. Wallahuallam.
Oleh: Rina Herlina, Sahabat Tinta Media