Tinta Media: Peradaban
Tampilkan postingan dengan label Peradaban. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Peradaban. Tampilkan semua postingan

Minggu, 18 Februari 2024

Generasi Peradaban Krisis Moralitas Efek Sekularisme


Tinta Media - 
Pembunuhan keji satu keluarga yang dilakukan oleh pelajar masih di bawah umur. Motif pembunuhan ini diduga kuat karena faktor cinta ditolak dendam pun bertindak. Diketahui pelaku yang masih berusia 16 tahun sebelum melancarkan aksinya sempat pesta minuman keras bersama teman-temannya. Mirisnya setelah menghabisi nyawa korban, pelaku juga memperkosa ibu dan anak pertamanya. Kejadian ini terjadi di Desa Babulu Laut, Kecamatan Babulu (Republika.co.id, 5/2/2024,)

Kasus ini satu dari banyaknya bentuk kriminal dari kenakalan remaja. Realitas hari ini memang sangat memilukan, bukti pendidikan kurikulum merdeka tidak mampu menciptakan pribadi yang berakhlak mulia karena memiliki kepribadian buruk.

Di dalam kurikulum merdeka memakai kerangka berpikir sekuler-kapitalisme, pelajar dididik untuk tunduk pada aturan manusia karena sejatinya di dalam sistem sekuler agama didudukkan sebagai prasmanan belaka. Ambil sesuai selera mana yang mengikuti kepentingan itu yang diambil, misalnya aturan sholat diambil tetapi aturan pergaulan laki-laki dan perempuan atau sistem pergaulan tidak diambil.

Selain itu pelajar dididik sebagai pencetak uang untuk sumbangsih pemasukan negara melalui pajak. Karena hampir semua jenis pekerjaan dijerat pajak, semakin besar penghasilan berbanding lurus dengan pajak yang akan dikeluarkan sehingga di dalam kurikulum ini bagaimana kiat-kiat pelajar mendapatkan pekerjaan dengan income yang fantastis dan masa depan cerah. Berhubung agama tidak ambil andil dalam aturan kehidupan sehingga melahirkan generasi minus moralitas.

Aktivitas minum khamr saja sekarang menjadi lumrah di lingkungan belum lagi pelaku pacaran tidak mendapatkan dampak sosial seperti di kucilkan malah seakan harus melakukan tahap itu sebelum melangsungkan pernikahan dengan standar-standar berbeda-beda setiap orang yang sejatinya menghalalkan aktivitas maksiat.

Ketika di amati makin ke sini bentuk kriminalitas makin beragam dan mengerikan, nyawa tidak berharga lagi. Misalnya pada kasus ini pembunuhan karena asmara,  terlilit pinjol, faktor gaya hidup hedon, bulliying, frustasi tidak bisa mengikuti life style, dsb. 

Selain kurikulum yang diterapkan jauh dari agama, disisi lain hukuman yang diberikan bersifat parsial sehingga tidak memberikan efek jera. Alhasil kriminalitas makin menggurita dan kasus kejahatan makin meningkat. Inilah sejatinya bobroknya pendidikan negeri ini. Lain ladang lain ilalang, melihat track record dari sejarah gemilangnya pendidikan di dalam Islam.

Pendidikan di dalam Islam mengedepankan untuk mencetak generasi yang bertakwa. Didahulukan mempelajari adab sebelum menimba ilmu, begitu pentingnya moralitas. Di dalam kurikulum pendidikan Islam pun standarnya adalah syariat Islam atau hukum-hukum Allah, apa pun yang mendatangkan murka Allah di dalamnya ada aktivitas maksiat pasti ditinggalkan.

Sejatinya ilmu itu semakin dipelajari seharusnya semakin meningkatkan taraf keimanan seseorang kepada Rab-Nya atau idroksilabillah. Dengan ilmu pula akan menjadikan seseorang menjadi mumtiz yaitu produktif, pastinya mempertimbangkan Allah ridha atau tidak.

Kurikulum Islam wajib mendidik anak dengan memperhatikan dan memastikan pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah) anak sesuai dengan syariat islam. Sehingga anak tumbuh dengan kepribadian islam (syaksiyah Islamiyah) sehingga jelas akan meminimalisir berbagai bentuk kriminal.

Dalam rekam jejak peradaban Islam, kurikulum Islam telah melahirkan ilmuan-ilmuan mustanir (cemerlang) seperti Al-Biruni ahli bidang fisika dan kedokteran, Jabir bin Hayyan pakar dibidang kimia, Al-Khawarizmi (Algoritma) ahli ilmu matematika, Ibnu Rusyd (Averroes) ahli dibidang filsafat, dan masih banyak lainnya.

Negara Islam juga memiliki hukum sanksi sangat sempurna dan mencakup seluruh permasalahan. Begitu pula dengan mekanismenya karena tidak ada perubahan, tidak ada revisi, penambahan,  maupun pengurangan semua sudah tersedia lengkap dan terkodifikasi dalam nidhom uqubat fil Islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan as-sunnah.

Sistem hukum pidana Islam disyariatkan untuk mencegah manusia dari tindakan kejahatan, seperti firman Allah di dalam  QS. Al-Baqarah ayat 179 dengan maksud terdapat hikmah yang sangat besar dalam hukum qishos yaitu menjaga jiwa karena orang yang berakal sehat dan sadar apabila melakukan pembunuhan maka terancam diberi sanksi berupa hukuman mati sehingga tidak akan berani melakukan pembunuhan.

Inilah fungsi zawajir (pencegahan) yakni mencegah manusia dari tindak kejahatan. Ketika syariat telah menetapkan suatu perbuatan itu tercela maka sudah pasti perbuatan itu disebut kejahatan tanpa memandang lagi tingkat tercelanya artinya tidak lagi dilihat besar-kecilnya kejahatan. Syariat telah menetapkan suatu perbuatan sebagai yang harus diberi sanksi.

Sehingga dosa itu substansinya adalah kejahatan. Dalam kasus ini, terdakwa terjerat pasal hudud dan jinayah. Sanksi-sanksi atas kemaksiatan yang kadarnya telah ditetapkan oleh Allah. Seperti dalam firman QS. Al-Baqarah ayat 187 termasuk ke dalam hudud yaitu zina atau homoseksual, mendatangi pada duburnya, menuduh wanita baik-baik berbuat zina, peminum khamr, pencurian, pembegal, pemberontak, dan murtad dalam hal ini tidak berlaku pemaafan baik dari hakim maupun si pendakwah ini karena Allah sebagai hakim tidak seorang pun berhak menggugurkan hudud pada kondisi apa pun.

Sedangkan jinayah ditujukan atas penganiayaan terhadap badan, yang mewajibkan qishash yaitu balasan setimpal atau diyat yaitu denda. Begitulah Islam menunjukkan sebagai agama yang basic dan sebagai problem solving untuk segala problem kehidupan. Terkait Islam sekarang tidak di terapkan secara keseluruhan bukan karena islam tergerus zaman tetapi karena islam tidak lagi ambil sebagai mabda dan didudukkan mengikuti kepentingan. 

Wallahu'alam Bisowab


Oleh: Novita Ratnasari, S.Ak. 
(Pegiat Literasi)

Selasa, 12 September 2023

Masjid Tempat Memulai Peradaban Bukan Terorisme

Tinta Media - Tersebar berita bahwa badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), mengusulkan agar pemerintah mengontrol semua tempat ibadah di Indonesia agar tidak menjadi sarang radikalisme. Harusnya BNPT tidak berkaca dari negara-negara luar.

Berita ini membuat kaum muslimin terkejut dan menolak. Sebagaimana diketahui, Indonesia negara dengan populasi mayoritas muslim. Artinya semua masjid akan diawasi oleh pemerintah, seakan-akan dijadikan sebagai tempat kriminalisasi dan terorisme. Ironis, predikat muslim terbanyak justru menjadikan kaum muslimin terfitnah dan tertuduh. Menjadikan mereka sebagai sosok monster yang menakutkan. Ini menunjukkan negara sedang tidak baik-baik saja. Pasalnya rumah ibadah yang seharusnya umat beribadah dengan tenang justru harus dikontrol dan diawasi.

Berawal dari Sistem Kapitalisme

Berawal dari pemikiran bahwa hidup di dunia hanya berdasarkan materi, sehingga muncul usulan pengontrolan tempat ibadah. Kecintaan mereka terhadap harta, tidak ingin Islam bangkit, sehingga mereka membuat usulan yang merugikan umat muslim di negara ini. Inilah sistem kapitalisme dan demokrasi yang membuat umat Islam semakin hancur dan terpercah belah.

Lalu, masihkah memuja sistem demokrasi yang hanya mengantarkan umat Islam pada kehinaan dan kehancuran? Belum cukupkah umat Islam dihina dan ditindas? Belum cukupkah hal tersebut menjadi pengingat? Sudah saatnya sistem kapitalisme dihilangkan dan diganti dengan kepemimpinan Islam yang jelas-jelas akan mendatangkan rahmat bagi seluruh alam.

Masjid Tempat Memulai Peradaban.

Tidak ada tempat lain kecuali masjid yang digunakan untuk memulai peradaban ini. Rasulullah sendiri, ketika hijrah dan sampai di Madinah, beliau langsung membangun masjid. Beliau membangun masjid sebagai sentral negara, tempat berkumpulnya kaum muslimin dan disanalah semua masalah diselesaikan.

Bahkan sosok Muhammad Al Fatih yang menaklukkan Konstantinopel melakukan hal yang sama, yaitu mengubah gereja Hagia Sophia menjadi masjid. Berikutnya ia langsung menggunakan masjid tersebut untuk shalat Jumat.

Dari sinilah membuktikan pentingnya masjid bagi kaum muslimin. Masjid tidak hanya digunakan untuk ibadah saja, bahkan lebih dari itu, masjid merupakan sentral negara di mana masjid digunakan sebagai tempat berkumpulnya umat muslim. Di masjid lah umat Islam menyelesaikan berbagai masalah. Maka dari itu, tidak pantas sebuah masjid diawasi dan dikontrol. Apalagi dituduh menjadi sarang radikalisme. Sungguh, ini fitnah yang paling kejam bagi umat muslim.

Kewajiban Umat Muslim Memakmurkan Masjid

Tidak ada yang diwajibkan menjaga dan memakmurkan masjid selain umat Islam. Karena sesungguhnya masjid adalah tempat sentral kaum muslimin. Dan orang kafir tidak pantas memakmurkan masjid karena mereka sendiri mangakui bahwa mereka adalah kafir. Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an surah At Taubah ayat 17-18, yang artinya,"Tidaklah pantas orang-orang musyrik memakmurkan masjid Allah, padahal mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Mereka itu sia-sia amalnya, dan kekal di dalam neraka. Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah mudahan mereka termasuk orang orang yang mendapat petunjuk."

Oleh karena itu, sebuah keanehan nyata apabila umat muslim sendiri tidak bisa memakmurkan masjid apalagi menuduhnya sebagai sarang terorisme. Karena sesungguhnya muslim sejati adalah mereka yang memakmurkan masjid.

Tentunya kemakmuran masjid ini akan diterapkan ketikan khilafah bangkit, di mana masjid ini akan menjadi sentral negara kaum muslimin dan tempat berkumpulnya kaum muslimin. Oleh karena itu mari Bersama-sama memakmurkan masjid untuk tegaknya khilafah sebagaimana telah dikabarkan Rasulullah.

Allahu a’lam bish showab.


Oleh: Azzaky Ali (Santri kelas X UBS Al-Amri)

Minggu, 02 Juli 2023

Kegemilangan Peradaban Itu karena Al-Qur'an dan Islam

Tinta Media - Sobat. Orang-orang Arab pada zaman jahiliah adalah golongan yang tidak berperadaban. Namun setelah mereka memeluk agama Islam, cara hidup mereka berubah sehingga mereka berhasil membangun sebuah peradaban yang gemilang. Kegemilangan peradaban itu karena Al-Qur’an dan Islam.

Sobat, maka jika kita ingin cemerlang dan kegemilangan peradaban kita, jadikan Qur’an sebagai landasan dan pedoman hidup. Sumber ilmu yang paling penting bagi umat Islam adalah Qur’an. Kecermelangan tidak dapat dipisahkan dari Qur’an karena Qur’an adalah petunjuk. Tanpa petunjuk manusia akan sesat dan menyimpang.

“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,” (QS. Al-Israa’(17) : 9 )

Allah memberi sifat Qur’an sebagai petunjuk yang aqwam. Imam Qurtubi di dalam tafsirnya Jamik li ahkam Al-Qur’an beliau menjelaskan, “Kalimat aqwam maksudnya jalan yang paling benar, paling adil dan paling tepat.” Mereka yang menjadikan Qur’an sebagai sumber rujukan , maka kesejahteraan dan ketenangan akan menaungi mereka.

Sobat, saat ini sayangnya sebagian besar kaum muslimin menjadikan Qur’an sebagai “kitab berkah” mereka hanya membaca Qur’an untuk mendapatkan berkah, tidak lebih dari itu. Sikap seperti ini ditegur Allah dalam surah Al-baqarah ayat 121

“orang-orang yang telah Kami berikan Al kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya , mereka itu beriman kepadanya. dan Barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Baqarah (2) : 121)

Abdullah bin Mas’ud menjelaskan, “Demi Allah maksud membaca kitab dengan bacaan yang sebenarnya adalah menghalalkan apa yang dihalalkan, mengharamkan apa yang diharamkan, membaca seperti kitab tersebut diturunkan Allah, tidak mengubah qalam Allah dari tempatnya, dan tidak menakwilkan ayat-ayatnya secara tidak benar.” ( Said, Hawa, Al-Asas fit Tafsir )

Sobat, Abdullah bin Mas’ud berkata, “Barang siapa yang menghendaki Ilmu pengetahuan, hendaklah dia membaca Al-Qur’an. Di dalamnya terdapat ilmu orang-orang terdahulu dan yang kemudian.”

Abu Hurairah berkata, “Sesungguhnya, jika di dalam rumah dibaca Al-Qur’an, maka akan lapang penghuni rumah tersebut. Banyak kebajikan di dalam rumah itu, dan akan datang para malaikat ke rumah itu dan akan keluar syetan dari rumah itu. Sebaliknya, rumah yang penghuninya tidak membaca Al-Qur’an, maka rumah itu akan mendatangkan kesempitan bagi penghuninya. Di samping itu kebajikan akan berkurang, para malaikat akan keluar, dan syetan akan masuk ke dalam rumah itu.”

Sobat. Sahabat Nabi, Ali bin Abi Thalib, ra berkata, “Tiga perkara yang akan menambah kesehatan badan dan menghilangkan dahak, yaitu menggosok gigi, berpuasa dan membaca Al-Qur’an.” 

Sobat, Sebuah riset dan penelitian modern Dr Ahmed El Kadi Klinik Akbar di Panama City Florida USA. Beliau mengadakan penelitian tentang dampak mendengarkan bacaan Qur’an terhadap denyut jantung, tekanan darah, saraf dan otot. Beliau menemukan siapa saja pasien yang mendengar bacaan Qur’an baik dia muslim atau nonmuslim ternyata mengalami perubahan fisiologi positif dalam diri mereka. ( Islamic Perspectives in medicine, Dr. Shahid Athar).

Sobat, ternyata Qur’an tidak hanya dikagumi oleh orang Islam. Qur’an juga dikagumi oleh orang nonmuslim. Bahkan sebagian dari mereka yang bukan Islam ini mempelajari kemudian memeluk agama Islam setelah mengkaji dan memahami maksud ayat-ayat Qur’an. Subhaanallah !

Ingatlah Sobat. Islam tidak menjadi penguasa dunia dengan cara magic. Hal tersebut di dapat karena Rasulullah Saw para sahabat menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, memiliki perencanaan yang strategis dengan didukung modal Takwa dan Tawakkal. Nabi Muhammad Saw mendidik umatnya sampai berhasil menghasilkan banyak perencana dan ahli strategi agung yang mengagumkan dunia. Para ahli strategi ini berhasil membawa Islam menguasai dunia atau menjadi a global champion dalam waktu singkat.

Ingatlah sobat, roda kehidupan kita akan menyimpang tanpa adanya rel. Dan rel itu adalah Syariat. Jadikan diri kita individu yang paham syariat untuk mengenal syariat, kita memerlukan Ilmu. Dan Al-Qur’an lah sumber Ilmu dan petunjuk utama bagi manusia sehingga rahmatan lil ‘aalamin bisa dirasakan dan dinikmat seluruh umat manusia dan alam semesta.

Sobat. Lima kunci kesuksesan atau keberhasilan dalam menegakkan Idealisme Islam:

1. Konsistenlah engkau dalam berdakwah, jangan terpengaruh oleh tantangan.

2. Jangan kau melewati batas dalam bertindak. Karena Allah melihat semua yang kau lakukan.

3. Jangan berlindung ke orang-orang dzalim, karena kau akan celaka dan tidak ada seorang pun yang akan menolongmu selain Allah.

4. Perkuatkan hubunganmu bersama Allah dengan melaksanakan sepanjang hayat pada waktu-waktu yang telah ditentukan, baik siang atau malam hari. Karena perbuatan yang baik bisa menghapus dosa kesalahan yang kamu perbuat. Bisa jadi perjalanan dakwah tersendat karena dosa dan maksiat.

5. Bersabarlah menghadapi kesulitan dan tantangan kehidupan. Karena Allah tidak akan menyia-nyiakan perbuatan baik seseorang.

Sobat. Sekali lagi dalam menghadapi tantangan kehidupan, kita perlu konsisten memegang teguh keyakinan yang benar, tidak berkolaborasi dengan orang dzalim, selalu mendekatkan diri kepada Allah, dan bersabar.

Sobat. Amal qalbi atau getaran hati yang penuh keimanan sangat berpengaruh dalam perilaku dan mendapat apresiasi yang besar dari Allah. Merekalah yang berada di garda terdepan dari hamba-hamba Allah yang akan beruntung di akherat nanti.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual (Safari Dakwah Ramadhan di Badak LNG Bontang Kaltim, 6 April 2023 )

Jumat, 17 Februari 2023

BABAK BARU PERANG PERADABAN, DIMANA POSISI UMAT ISLAM?

Tinta Media - Francis Fukuyama dalam The End of History-nya menyatakan bahwa pasca ambruknya Uni Soviet 1991 dunia akan mencapai satu konsensus luar biasa terhadap Demokrasi Liberal. Ia berasumsi bahwa Demokrasi Liberal adalah akhir dari evolusi ideologi setelah runtuhnya berbagai ideologi lain seperti Monarki, Komunis, Fasisme, dan seterusnya. Tercabiknya Uni Soviet dalam beberapa negara seolah-olah menjadi momentum pembanding antara Kapitalisme dan ideologi serta isme-isme lain di muka bumi. Tesis Francis Fukuyama dibantah oleh Samuel Hutington.

Bagi Samuel P Hutington penasehat politik kawakan Gedung Putih menyebut konflik Islam dan Barat merupakan konflik sebenarnya. Sedangkan konflik antara Kapitalis dan Marxis sifatnya cuma sesaat dan dangkal. Dari 32 konflik besar dunia di tahun 2000-an dua per tiganya adalah antara Islam dengan Non-Islam tanpa ia mengurai secara detail sebab akibat dan mengapa konflik itu terjadi.

Istilah ‘konflik peradaban’ diperkenalkan Samuel Huntington dalam bukunya The Clash of Civilization and the Remaking of World Order (1996). Menurut Huntington, dengan berakhirnya perang dingin yang ditandai dengan runtuhnya ideologi komunisme, wilayah konflik meluas melewati fase Barat, dan yang mewarnainya adalah hubungan antara peradaban Barat dan non-Barat serta antarperadaban non-Barat itu sendiri.

Huntington mengelompokkan negara-negara bukan atas dasar sistem politik ekonomi, tetapi lebih berdasarkan budaya dan peradaban. Ia mengidentifikasi sembilan peradaban kontemporer, yaitu, peradaban Barat, Cina, Jepang, Amerika Latin, Afrika, Hindu, Budha, Islam, dan Kristen Ortodoks.

Benturan yang paling keras – menurut Huntington - akan terjadi antara kebudayaan Kristen Barat dengan kebudayaan Islam. Tesis tersebut secara tidak langsung memperkuat asumsi sebagian besar ilmuwan Barat yang melihat Islam sebagai aggression and hostility (agresi dan ancaman). Pendek kata, bagaimana Barat menciptakan stereotipe-stereotipe simplistis yang menunjukkan wajah the rage of Islam.

Dunia akan mencapai satu konsensus luar biasa terhadap demokrasi liberal sebagaimana diungkap oleh Francis Fukuyama agaknya memang meleset, sebab pada faktanya umat muslim sedunia dengan ideologi Islamnya mulai menggeliat bangkit menjadi lawan ideologi demokrasi liberal yang secara institusi diwakili oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dengan model nation statenya. Pada faktanya, nation state itu memang harus tunduk patuh kepada PBB. Sederhananya, abad ini tengah dimulai perang peradaban antara ideologi Islam dengan sistem khilafah dengan ideologi demokrasi liberal dengan sistem nasionalisme yang induknya PBB.

Tiga tokoh pendiri PBB adalah Franklin D. Roosevelt,  Winston Churchill dan Joseph Stalin yang mewakili tiga negara yakni  Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Soviet yang disebut sebagai “The Big Three”. Kesepakatan pembentukan PBB itu berlanjut pada Konferensi Dumbarton Oaks di Washington DC, di mana para diplomat AS, Inggris, dan Uni Soviet berunding dengan diplomat Cina. Sidang Umum pertama kali digelar pada 10 Januari 1946 di London dan dihadiri oleh wakil dari 51 negara setelah sebelumnya Piagam PBB diratifikasi oleh lima anggota tetap keamanan, yakni Perancis, Amerika Serikat, Uni Soviet, Cina, dan Inggris, serta 46 negara lainnya.

Kembali kepada tesis Hutington, pada gilirannya dia merekomendasi perlunya Pre-emtive Strike (serangan dini) terhadap ancaman kaum Militan Islam. Idenya sangat efektif mewarnai politik luar negeri Amerika Serikat (AS) era George W Bush. Awal Juni tahun 2002, Pre-emtive Strike menjadi doktrin baru AS dan diumumkan ke publik. Meskipun itu menimbulkan kontroversi baik di kalangan dalam maupun luar negeri, sebab sewaktu perang dingin saja memakai metode penangkisan dan penangkalan, kenapa menghadapi musuh baru --teroris, yang masih samar-samar justru AS menggunakan metode serangan dini?

Maka, ada dua kemungkinan positioning umat Islam dalam perang peradaban ini, pertama berjuang menegakkan khilafah dan kedua tunduk kepada PBB. Dua hal ini adalah pilihan, namun tentu saja umat Islam semestinya memilih posisi sebagai pejuang khilafah dan menjadikan Islam sebagai ideologinya. Sumber hukum Islam itu ada empat Al Qur’an, Al Hadits, Ijma’ dan Qiyas. Maka, sangat aneh, jika ada muslim menolak sistem Islam dan menerima hukum yang dibuat oleh PBB. Islam sebagai ideologi melahirkan sistem pemerintahan khilafah, sementara PBB melahirkan ideologi kapitalisme dan atau komunisme.

Secara umum, ideologi (Arab: mabda') adalah pemikiran paling asasi yang melahirkan—sekaligus menjadi landasan bagi—pemikiran-pemikiran lain yang menjadi turunannya. (M. Muhammad Ismail, 1958). Pemikiran mendasar dari ideologi ini dapat disebut sebagai akidah ('aqîdah), yang dalam konteks modern terdiri dari: (1) materialisme; (2) sekularisme; (3) Islam.

Akidah ini berisi pemikiran mondial dan global mengenai manusia, alam semesta, dan kehidupan dunia; tentang apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia; berikut kerterkaitan ketiganya dengan kehidupan sebelum dan setelah dunia ini. (M. Husain Abdullah, 1990). Akidah ini kemudian melahirkan pemikiran-pemikiran cabang yang berisi seperangkat aturan (nizhâm) untuk mengatur sekaligus mengelola kehidupan manusia dalam berbagai aspeknya—politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan sebagainya.

Akidah dan seluruh cabang pemikiran yang lahir dari akidah itulah yang disebut dengan ideologi. Dengan ungkapan yang lebih spesifik, ideologi (mabda') dapat didefinisikan sebagai keyakinan rasional (yang bersifat mendasar, pen.) yang melahirkan sistem atau seperangkat peraturan tentang kehidupan (An-Nabhani, 1953: 22). Pada kenyataannya berdasarkan penjelasan di atas, maka di dunia saat ini hanya ada tiga ideologi: (1) Sosialisme-komunis, yang lahir dari akidah materialisme; (2) Kapitalisme-sekular, yang lahir dari akidah sekularisme; (3) Islam, yang lahir dari akidah Islam. Menyebut khilafah sebagai ideologi adalah kesalahan fatal yang tidak ada dasar pijakan epistemologinya. Ada dua buku referensi untuk mendalami masalah ideologi ini.

Kejayaan umat Islam hanya akan bisa diwujudkan jika terikat dengan hukum Islam, jika meninggalkan Islam, maka peradaban umat Islam akan runtuh. Karena itu, pasca runtuhnya khilafah ustmaniyah di Turki, negeri-negeri muslim dan umat Islam dalam kemunduran yang luar biasa. Bukan hanya mundur, namun juga terjajah, terzolimi, terusir, terbunuh dan terjerat kemiskinan.

Nasionalisme ala PBB yang menjerat negeri-negeri muslim menyebabkan kaburnya mana kawan dan mana lawan. Bahkan sesama negeri muslim bisa saling bermusuhan karena nasionalisme. Maka, jika khilafah tegak, PBB dengan Amerika sebagai bossnya akan kehilangan banyak negeri-negeri muslim yang dijajah. PBB akan terus melakukan penolakan tegaknya khilafah dengan berbagai cara, termasuk mengajak negeri-negeri muslim untuk ikut dalam barisan PBB.

Namun, ibarat bunga, mereka mungkin bisa mematikan bunga, namun tak akan mampu menghentikan tibanya musim semi. Tegaknya khilafah sebagai janji Allah juga seperti terbitnya matahari dan turunnya air hujan, tak mungkin bisa dihentikan oleh manusia, bahkan jika seluruh manusia di dunia bersatu padu sekalipun.

Khilafah adalah salah satu ajaran Islam dalam aspek politik, kepemimpinan, kekuasaan dan pemerintahan sebagaimana telah terwujud dalam sejarah peradaban Islam masa lalu. Menyalahkan khilafah berarti menyalahkan ajaran Islam, padahal khilafah sendiri hari ini belum tegak di muka bumi. Gagasan khilafah bahkan masih sebatas diskursus intelektual.

 

Ketua Majelis Ulama Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan menegaskan bahwa khilafah tidak identik dengan terorisme. Di tegaskan oleh ketua MUI Sulsel, Prof. KH. Najamuddin menyampaikan pernyataan yang menuai banyak perhatian publik, ia menyebut khilafah tidak identik dengan terorisme. “Khilafah tidak identik dengan terorisme dan khilafah tidak boleh disalahartikan,” tegas KH Najamuddin.

 

Prof KH Najamuddin mengungkapkan, khilafah dalam arti kepemimpinan adalah sesuatu yang wajib dalam pandangan Islam. Menurut KH Najamuddin, Nabi Muhammad SAW memerintahkan, jika kalian bertiga keluar dari daerah, angkatlah satu pemimpin dalam perjalanan. “Jika tiga saja harus ada pemimpin, dalam komunitas Rukun Tetangga atau Rukun Warga (RT/RW), hingga negara perlu ada pemimpin,” jelas KH Najamuddin pada Senin, 6 Juni 2022. (dimuat di Onlineindo News - 2022-06-06,12:45).

Wahbah az-Zuhaili mengemukakan makna khilafah. Beliau menyebutkan, “Khilafah, Imamah Kubra dan Imaratul Mu’minin merupakan istilah-istilah yang sinonim dengan makna yang sama.” (Az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islâmi wa Adillatuhu, 9/881). Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi kaum Muslim di dunia untuk melaksanakan hukum-hukum Islam dan mengemban dakwah ke seluruh alam.

Sejatinya antara syariah atau ajaran Islam secara kâffah tidak bisa dilepaskan dengan Khilafah. Ini juga yang disampaikan oleh Hujjatul Islam Imam al-Ghazali: “Agama adalah pondasi dan kekuasaan politik adalah penjaganya. Sesuatu yang tidak ada pondasinya akan roboh. Sesuatu yang tidak ada penjaganya akan terlantar.”

Dalam Kitab fikih yang sangat terkenal—dengan judul Fiqih Islam karya Sulaiman Rasyid, dicantum bab tentang kewajiban menegakkan Khilafah. Bab tentang Khilafah juga pernah menjadi salah satu materi di buku-buku madrasah (MA/MTs) di Tanah Air. Terlepas dari berbagai ragam sikap, namun seluruh imam mazhab bersepakat bahwa Khilafah atau imamah adalah bagian dari ajaran Islam, bahkan wajib untuk ditegakkan.

Imam Syamsuddin al-Qurthubi (w. 671 H) seorang ulama yang sangat otoritatif di bidang tafsir. Menjadikan ayat 30 surat al-baqarah sebagai dalil atas kewajiban menegakkan Khilafah. Kata beliau, "Ayat ini merupakan dalil atas kewajiban mengangkat seorang khalifah yang di patuhi serta di taati  agar dengan itu suara umat Islam bisa bersatu dan dengan itu pula keputusan-keputusan khalifah dapat di terapkan.

Tidak ada perbedaan pendapat di antara umat dan tidak pula di antara para ulama atas kewajiban ini, kecuali apa yang di riwayatkan dari Al-'Ahsam yang benar-benar telah tuli (ashamm) terhadap syariah. Demikian pula siapa saja yang berpendapat dengan pendapatnya itu serta mengikuti ide dan mazhabnya."

Para ulama juga menjadikan as-Sunnah sebagai dalil atas kewajiban menegakkan Khilafah. Misalnya hadist Shahih Muslim nomer 567 tentang tawaran Istikhlaf (menunjuk Khalifah pengganti) kepada Umar bin Khattab ra. Menjelang saat beliau mendekati ajal. Imam al-Qadhi 'Iya di al-makin (w. 544 H) mengatakan dalam syarh -nya Ikmal  al-mu'lim bi-Fawa id Muslim, "ini merupakan hujjah bagi apa yang telah menjadi ijmak kaum Muslim dimasa lampau tentang syariah pengangkatan seorang Khalifah.

Imam Syamsuddin At-Taftazani ( w. 791 H) dalam Syarh Al-'Aqa id Al-Nasafiyyah, dengan berdasarkan hadist tersebut, menegaskan bahwa khilafah itu wajib menurut syariah. Dalil yang semakin mengokohkan kewajiban menegakkan Khilafah adalah Ikmal Sahabat pasca Rasulullah saw. Untuk mengangkat seorang khalifah. Dalil ini disepakati oleh seluruh ulama Aswaja.

Imam Saifuddin al-Amidi (w. 631 H) mengatakan, "Ahlus Sunnah wal Jamaah (Ahlul Haq) berpendapat: Dalil qath'i atas kewajiban mewujudkan seorang khalifah serta menaatinya secara syar'i adalah riwayat mutawatir tentang adanya ijmak kaum Muslim (Ijmak Sahabat) pada periode awal pasca Rasulullah saw. Wafat atas ketidakbolehan masa dari kekosongan seorang khalifah..."

Esensi pertama khilafah dalam Islam adalah untuk menerapkan syariat dan hukum Allah secara sempurna di berbagai bidang kehidupan manusia. Esensi kedua khilafah adalah dakwah rahmatan lil alamin ke seluruh penjuru dunia. Esensi ketiga khilafah adalah mewujudkan persatuan umat seluruh dunia dalam satu kepemimpinan. Ketiga esensi di atas adalah kebaikan, bukan keburukan, apalagi ekstrimisme kekerasan, sama sekali bukan. Sebab syariah, dakwah dan persatuan umat adalah kebaikan yang diperintahkan oleh Allah.


 


Jadi, perang peradaban tengah berlangsung, maka umat Islam semestinya memilih untuk berjuang tegaknya khilafah, bukan malah patuh kepada PBB.  

Oleh: Dr. Ahmad Sastra

Ketua Forum Doktor Muslim 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 09/02/23 : 23.08 WIB)


 

Rabu, 28 Desember 2022

JIKA WAKTUNYA TELAH TIBA, ISLAM AKAN MEMIMPIN PERADABAN DUNIA

Tinta Media - Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS Annur : 55).

Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah menafsirkan QS An Nuur ayat 55 sebagai berikut : Allah memberi kabar gembira berupa kemenangan bagi orang-orang beriman yang mentaati-Nya. Allah menjanjikan mereka dengan janji yang pasti bahwa Allah akan menjadikan mereka penguasa dunia yang dapat berkuasa seperti raja terhadap budak-budaknya, sebagaimana Allah telah menjadikan orang-orang beriman dari umat-umat terdahulu sebagai penguasa dunia. Dan Allah akan memberi kejayaan bagi agama Islam sebagai agama Dia ridhai bagi mereka, dan memberi keamanan dan ketentraman setelah ketakutan mereka terhadap para musuh. Hal ini jika mereka hanya menyembah Allah semata, tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan barangsiapa yang enggan mensyukuri kenikmatan-kenikmatan ini maka mereka telah jauh dari kebenaran dan berpaling dari ketaatan Allah.

Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian. Ia ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Lalu Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Lalu Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Lalu akan ada kekuasaan yang zalim. Ia juga ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Kemudian Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Lalu akan ada kekuasaan diktator yang menyengsarakan. Ia juga ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” (HR Ahmad, Abu Dawud Ath-Thayalisi dan al-Bazzar).

Ibn Khaldun dalam kitab Muqaddimah halaman 175 membuat teori tentang tahapan timbul tenggelamnya suatu negara atau sebuah peradaban menjadi lima tahap, yaitu: pertama, tahap sukses atau tahap konsolidasi, dimana otoritas negara didukung oleh masyarakat (`ashabiyyah) yang berhasil menggulingkan kedaulatan dari dinasti sebelumnya.

 

Kedua, tahap tirani, tahap dimana penguasa berbuat sekehendaknya pada rakyatnya. Pada tahap ini, orang yang memimpin negara senang mengumpulkan dan memperbanyak pengikut. Penguasa menutup pintu bagi mereka yang ingin turut serta dalam pemerintahannya. Maka segala perhatiannya ditujukan untuk kepentingan mempertahankan dan memenangkan keluarganya.

Ketiga, tahap sejahtera, ketika kedaulatan telah dinikmati. Segala perhatian penguasa tercurah pada usaha membangun negara. Keempat, tahap kepuasan hati, tenteram dan damai. Pada tahap ini, penguasa merasa puas dengan segala sesuatu yang telah dibangun para pendahulunya. Kelima, tahap hidup boros dan berlebihan. Pada tahap ini, penguasa menjadi perusak warisan pendahulunya, pemuas hawa nafsu dan kesenangan. Pada tahap ini, negara tinggal menunggu kehancurannya.

Tahap-tahap itu menurut Ibnu Khaldun memunculkan tiga generasi, yaitu: pertama, Generasi Pembangun, yang dengan segala kesederhanaan dan solidaritas yang tulus tunduk dibawah otoritas kekuasaan yang didukungnya. Kedua, Generasi Penikmat, yakni mereka yang karena diuntungkan secara ekonomi dan politik dalam sistem kekuasaan, menjadi tidak peka lagi terhadap kepentingan bangsa dan negara. Ketiga, Generasi perusak yang tidak lagi memiliki hubungan emosionil dengan negara. 

Ada lima indikator runtuhnya peradaban bangsa menurut Ibnu Khaldun, Pertama, ketidakadilan, yang menyebabkan jarak antara orang kaya dan miskin begitu lebar. Kedua, merajalelanya penindasan, yang kuat menindas yang lemah. Ketiga, runtuhnya adab atau moralitas para pemimpin negara. Keempat, pemimpin yang tertutup, tidak bisa dinasehati, meski berbuat salah. (pemimpin mati rasa). Kelima, bencana alam besar-besaran.

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi (QS Al Baqarah : 30). (Sebagai) janji yang sebenarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum :6).

Sikap yang benar yang harus ditunjukkan seorang Mukmin terkait janji kejayaan peradaban Islam dengan tegaknya khilafah masa depan adalah: Pertama, wajib menyakini sepenuhnya janji akan berkuasanya kembali umat Islam (Lihat: QS an-Nur [24]: 55). Sebab Allah SWT pasti menunaikan janji-janji-Nya (Lihat, antara lain: QS [18]: 108 dan [73]: 18). Yakin kepada janji Allah termasuk bagian keimanan. Siapa saja ingkar atau ragu terhadap janji Allah SWT, keimanannya telah rusak.

Kedua, harus membenarkan kabar gembira dari Rasulullah saw., sebagaimana yang Rasulullah kabarkan dalam banyak hadis shahihnya. Ketiga, bersungguh-sungguh mewujudkan kabar gembira tersebut dengan rasa optimis sebagai wujud ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Keempat, tidak menunggu kemenangan dengan berpangku tangan, pesimis, atau sekadar menunggu datangnya al-Mahdi. Karena itu, jika waktu yang telah Allah tetapkan tiba, maka peradaban Islam dengan tegaknya khilafah akhir zaman akan menjadi kenyataan, tinggal kita memilih berdiri di pihak mana, apakah pihak pejuang atau pihak pecundang yang menghalangi dakwah Islam.

Ahmad Y. Al-Hassan dan Donald R. Hill dalam buku Islamic Tecnology : An Illustrated History menulis : Marilah kita meletakkan skenario hipotesis : jika kekuasaan Islam tidak dilemahkan dan jika ekonomi negara-negara Islam tidak dihancurkan, dan jika stabilitas politik tidak diganggu, dan jika para ilmuwan muslim diberi stabilitas dan kemudahan dalam waktu 500 tahun lagi, apakah mereka akan gagal mencapai apa yang telah dicapai Copernicus, Galileo, Kepler dan Newton?. Model-model planetarium Ibn al-Shatir dan astronomer-astronomer muslim yang sekualitas Copernicus dan yang telah mendahului mereka 200 tahun membuktikan bahwa sistem Heliosentris dapat diproklamirkan oleh saintis muslim, jika komunitas mereka terus eksis di bawah skenario hipotesis ini.        

Peradaban Islam memiliki distingsi, yakni maju sekaligus membawa kebaikan dan kemuliaan. Hal ini karena para ilmuwan muslim adalah orang-orang yang beriman dan bertaqwa yang mendapatkan inspirasi dari syariah dalam mengkontruksi pemikiran dan sains. Secara aksiologi, peradaban Islam tidak untuk menjajah, namun justru untuk membebaskan segala macam penjajahan. Dua perangkat utama ini, yakni antara spiritual dan profesional inilah yang menunjukkan bahwa Islam dirancang untuk memimpin peradaban dunia.

 

Ajaran Islam bahkan mampu mentransformasi ilmuwan non muslim menjadi muslim, sementara muslim berbakat didorong untuk menjadi ilmuwan. Sebaliknya, peradaban yang kini menghegemoni dunia justru melahirkan berbagai malapetaka sosiologis. Sebab secara aksiologis dilandasi oleh paham sekulerisme, dimana etika tuhan diabaikan dalam konstruksi pemikiran dan sains. Karena itu tidaklah mengherankan, jika peradaban Islam justru menjajah dan merugikan manusia dan kemanusiaan. Meskipun produk sains itu sifatnya netral, namun aksiologis sekulerisme inilah yang menjadikan peradaban barat dekonstruktif. 

Rasulullah oleh Michael D Hart digambarkan sebagai sosok paripurna peletak peradaban agung, " …kesatuan tunggal yang tidak ada bandingannya dalam mempengaruhi sektor keagamaan dan duniawi secara bersamaan, merupakan hal yang mampu menjadikan Muhammad untuk layak dianggap sebagai sosok tunggal yang mempengaruhi sejarah umat manusia.." 

 

Peradaban Islam yang dipelopori dan dipimpin oleh Rasulullah telah mampu melakukan transformasi besar bagi masyarakat saat itu. Peradaban sosial yang dibentuk oleh Rasulullah saw setelah hijrah benar-benar berbeda sama sekali dengan masyarakat jahiliyah sebelum hijrah. Hal itu setidaknya bisa dilihat dari beberapa aspek.

 

Pertama, dari aspek akidah, masyarakat jahiliyah sebelum hijrah penuh dengan kemusyrikan, terutama penyembahan terhadap berhala. Penyembahan berhala zaman modern sekarang disebut hidup materialisme yang merupakan ajaran komunis. Tujuan hidup semata-mata hanya untuk menumpuk-numpuk materi. Padahal Allah melarangnya. Sementara masyarakat Islam setelah hijrah dibangun diatas asas akidah Islam.

 

Akidah Islam menjadi satu-satunya asas negara dan masyarakat yang dipimpin langsung oleh Rasulullah sebagai kepala Negara Islam Madinah setelah hijrah. Karena itu, meski saat itu terdapat kaum Yahudi dan Nasrani, aturan ketatanegaraan diterapkan di tengah-tengah masyarakat adalah syariah Islam.

 

Kedua, dari aspek sosial, masyarakat jahiliyah sebelum hijrah identik dengan kebobrokan prilaku yang luar biasa. Mabuk-mabukan, pelacuran dan kekejaman tersebar di mana-mana. Anak-anak perempuan yang baru lahir pun biasa dikubur hidup-hidup. Kehidupan jahiliyah yang mereka praktekkan jauh dari nilai-nilai agama. Jauhnya nilai agama dalam kehidupan disebut kehidupan yang sekuler, yakni memisahkan nilai agama dari perilaku hidup sehari-hari.

 

Transformasi peradaban sosial oleh Rasulullah memiliki pijakan aksiologis yang jelas yakni QS Ali Imran : 110 dan QS. Al Anbiyaa : 107. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

 

Tradisi ilmu adalah tradisi Islam. Peradaban Islam adalah peradaban berbasis iman, adab, ilmu dan amal. Allah dengan tegas melandasakan peradaban ilmu ini dalam QS Al ‘Alaq : 1-5. 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

 

Peradaban Islam adalah peradaban yang rasional, bukan berdasarkan mitos. Karena itu Islam mencoba merohanikan peradaban sebelumnya agar para ilmuwan tidak menjadi ateis atau agnostik. Islam membersihkan peradaban sebelumnya dari orientasi mitos dan filsafat. Ilmu-ilmu seperti kimia, matematika dan fisika diruhanikan oleh ajaran Islam. Karena itu secara normatif, historis maupun empiris, peradaban Islam bukan hanya layak memimpin peradaban dunia, namun telah menjadi keharusan dalam rangka menyelamatkan dunia dari berbagai malapetaka dan penjajahan.

 

Prof. Dr. Ing. Fahmi Amhar mengutif beberapa landasan hukum Islam untuk memberkan gambaran karakteristik peradaban Islam. Pertama, penolakan peradaban atas tradisi mitos ditunjukkan oleh Rasulullah dengan ssabdanya : "Barang siapa mendatangi dukun paranormal dan menanyakan sesuatu, lalu mengikuti / membenarkan apa yang diucapkannya, maka shalatnya tidak diterima selama 40 hari" (HR Muslim).

 

Kedua, rasionalitas peradaban Islam ditunjukkan oleh firman Allah berikut : Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka menjawab: "Kami hanya mengikuti apa yang kami dapati dari nenek moyang kami". Apakah mereka akan mengikuti juga, walau nenek moyang mereka itu tidak tahu suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?. (QS. 2:170).

 Ketiga, pengakuan atas metode eksperimental dalam peradaban Islam ditunjukkan oleh kisah dimana sebagai muhajirin yang di Makkah tidak ada pertanian, Nabi pernah mempertanyakan cara orang Madinah memperlakukan kurma. Mereka mengira itu sebagai teguran, sehingga perlakuan dihentikan, dan akibatnya gagal. Lalu mereka protes. "Baginda telah mengatakan begini dan begitu". Rasulullah bersabda: "Kalian lebih tahu urusan (teknik) dunia kalian". (HR Muslim).

 

Keempat, Peradaban Islam juga punya spirit untuk selalu memetik segala sesuatu yang bermanfaat bagi kebaikan. Rasulullah bersabda: "Ilmu itu bagai binatang ternak milik orang mukmin yang sedang tersesat. Di manapun ia menemukannya, ia lebih berhak atasnya" (HR Tirmizi dan Ibnu Majah). Rasulullah meminumkan air kencing onta pada sekelompok orang Badui yang menderita demam. Beliau menjadikan dokter hadiah Raja Mesir sebagai dokter publik. Rasulullah juga menyuruh para sahabat ke berbagai penjuru untuk memungut hikmah, yakni sains dan teknologi yang terserak di mana-mana. Mereka ke Cina belajar membuat kertas, ke Mesir belajar astronomi, ke Yunani belajar kedokteran, ke Persia belajar persenjataan, ke India belajar aritmetika. Sambil berdakwah.

 

Fakta sejarah membuktikan telah dengan terang benderang bahwa Islam telah lama mampu memimpin dunia dunia. Pada masa-masa keemasan Islam, dari sistem pendidikan masa kejayaan telah berhasil melahirkan ulama yang ahli ilmu keagamaan bahkan hafal al Qur’an sekaligus ahli di bidang sains. Sebut saja diantaranya di bidang matematika ada Al Khawarizmi, Abu Kamil Suja', Al Khazin, Abu Al Banna, Abu Mansur Al Bagdadi, Al Khuyandi, Hajjaj bin Yusuf dan Al Kasaladi. Di bidang Fisika ada Ibnu Al Haytsam, Quthb Al Din Al Syirazi, Al Farisi dan Abdus Salam. Di bidang kimia ada Jabir bin Hayyan, Izzudin Al Jaldaki, dan Abul Qosim Al Majriti. Dalam bidang biologi ada Ad Damiri, Al Jahiz, Ibnu Wafid, Abu Khayr, dan Rasyidudin Al Syuwari.

 

Dalam bidang kedokteran ada Ibn Sina, Zakariyya Ar Razi, Ibnu Masawayh, Ibnu Jazla, Al Halabi, Ibnu Hubal dan masih banyak lagi. Dalam bidang astronomi kita mengenal Al Farghani, Al Battani, Ibnu Rusta Ibnu Irak, Abdul rahman As Sufi, Al Biruni dan tokoh ilmuwan muslim lainnya. Dalam bidang geografi kita mengenal Ibnu Majid, Al Idrisi, Abu Fida', Al Balkhi, dan Yaqut al Hamawi. Dan dalam bidang sejarah kita mengenal Ibnu Khaldun, Ibnu Bathutah, Al Mas'udi, At Thabari, Al Maqrisi dan Ibnu Jubair.

 

Pada dasarnya, para ulama dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jamaah telah menggariskan hal-hal penting berkaitan dengan Khilafah Islamiyah. Pertama: Mengangkat seorang khalifah untuk menduduki tampuk khilafah Islamiyyah adalah kewajiban (An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, 6/291). Kedua: Mengangkat seorang khalifah setelah berakhirnya zaman nubuwwah adalah kewajiban yang paling penting (Al-Haitsami, Shawa’iq al-Muhriqah, 1/25). Ketiga: Allah SWT telah menjanjikan Kekhilafahan kepada kaum Mukmin hingga akhir zaman (Asy-Syaukani, Fath al-Qadir, 5/241). Keempat: Menegakkan kekuasaan Islam (Khilafah Islamiyah) termasuk sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT yang paling agung (Ibnu Taimiyyah, As-Siyasah asy-Syar’iyyah, hlm. 161).

 


Sayyid Qutb menegaskan bahwa usaha bijak dan pengorbanan yang cerdas, pertama kali harus diorientasikan untuk membangun masyarakat yang baik. Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang dibangun berdasarkan manhaj Allah. Ketika masyarakat telah mengalami kerusakan total, ketika jahiliyah telah merajalela, ketika masyarakat dibangun dengan selain manhaj Allah dan ketika bukan syariat Allah yang dijadikan asas kehidupan, maka usaha-usaha yang bersifat parsial tidak akan ada artinya. Ketika itu usaha harus dimulai dari asas dan tumbuh dari akar, dimana seluruh energi dan jihad dikerahkan untuk mengukuhkan kekuasaan Allah di muka bumi. Jika kekuasaan ini telah tegak dan kuat, maka amar ma’ruf dan nahi munkar akan tertanam sampai ke akar-akarnya.

 

(AhmadSastra,KotaHujan,28/12/22 : 11.33 WIB)

Oleh: Dr. Ahmad Sastra 
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

Jumat, 16 Desember 2022

Pemuda Muslim Pemimpin Perubahan untuk Peradaban Cemerlang

Tinta Media - Pemuda muslim adalah tumpuan harapan untuk melakukan perubahan. Pemuda muslim mampu mengubah kondisi umat yang sangat jauh dari kata sejahtera, dan penuh dengan berbagai masalah, mulai dari masalah ekonomi, sosial, kesehatan, dan sistem pendidikan yang belum sepenuhnya mampu menghasilkan pemuda rujukan umat. 

Negeri ini butuh generasi muda yang mampu melakukan pengamatan yang mendalam terhadap akar masalah yang tengah terjadi di negeri ini. Nyatanya, hanya dengan mengganti pemimpin dan rezim, masalah tidak pernah terselesaikan. Pemimpin datang dan pergi silih berganti, tetapi sejahtera tak pernah kunjung terjadi.

Untuk menghasilkan pemuda negarawan, penggerak perubahan untuk peradaban Islam, dibutuh pemuda yang visioner, mampu membuat terobosan dan strategi yang mumpuni untuk menghadapi tantangan yang semakin berat, akibat sistem kapitalis sekuler.

Rasulullah saw. adalah teladan terbaik dalam mengubah peradaban jahiliyah menjadi peradaban Islam yang mulia. Beliau mencontohkan dengan aktivitas politik, membina para sahabat menjadi kader-kader dakwah Islam, kemudian menyebarkan kader dakwah tersebut untuk mengajarkan Islam kepada yang lain. Inilah contoh yang harus dilakukan pemuda muslim saat ini, yakni mengemban dakwah Islam melalui jalan politik.

Dalam Islam, aktivitas politik tidak terbatas pada masalah kekuasaan semata, melainkan meliputi pemeliharaan seluruh urusan umat di dalam maupun luar negeri, baik menyangkut aspek negara maupun umat. Penguasa bertindak secara langsung mengatur urusan umat, sedangkan umat bertindak sebagai pengawas dan mengoreksi pelaksanaannya.

Aktivitas politik riil yang seharusnya dilakukan pemuda muslim adalah dengan memahamkan dan mengedukasi umat, sehingga memiliki perspektif dan pemahaman Islam yang benar. Aktivitas politik ini harus dilakukan oleh kaum muslimin seluruhnya, termasuk para pemudanya. Hal ini karena melakukan aktivitas politik adalah kewajiban yang datang dari Allah Swt. dan Rasul-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah: 

“Siapa saja yang tidak memperhatikan kepentingan kaum muslimin, ia bukanlah termasuk di antara mereka. Siapa saja yang bangun pada pagi hari tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, ia bukanlah golongan mereka.” (HR Ath-Thabari).

Sosok pemuda muslim yang paham politik, pasti peduli dan bertanggung jawab akan nasib negara dan umat Islam di dunia. Mereka mencintai negara dan umat Islam dengan berusaha berjuang untuk menghilangkan bahaya yang mengancam, yakni sekularisme dan liberalisme. Hal ini karena melalui sekularisme, agama Islam dijauhkan dari pengaturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Sejarah telah membuktikan peradaban Islam diusung oleh pemuda. Sirah Rasullullah saw. menggambarkan kelompok dakwah yang diisi oleh pemuda. Bahkan, keberhasilan dakwah di Madinah juga di tangan pemuda, yaitu Mush’ab bin Umair dan Sa’ad bin Mu’adz.

Pemuda  muslim yang kuat tidak tertipu dan terjebak dengan arus liberalisasi dan moderasi. Hal ini karena tidak ada harapan kebaikan yang diperoleh dari arus tersebut. Karena itu, sudah saatnya pemuda muslim memperkokoh visi masa depan ke arah Islam, mencari peluang untuk mendekatkan gambaran khilafah yang juga pernah mendunia.

Pemuda muslim harus mempunyai idealisme yang kokoh, ikhlas berjuang untuk mengembalikan peradaban Islam yang cemerlang. Pemuda muslim harus bisa menjadi aktivis partai pengusung peradaban Islam yang mendunia. Ini sebagaimana bisarah Rasulullah yang memberikan gambaran bahwa akan ada fase tegaknya khilafah ‘ala minhaj nubuwah. Wallahu’alam bishaab.[]

Oleh: Isty Da’iyah 
Analis Mutiara Umat Institute

Minggu, 13 November 2022

Kebersihan dan Keindahan adalah Warisan Peradaban Islam

Tinta Media - Muslimah Media Center menuturkan kebersihan dan keindahan merupakan warisan peradaban Islam dan telah lama menjadi budaya hidup kaum muslimin yang tinggal dalam sistem Khilafah.

“Kebersihan dan keindahan telah lama menjadi budaya hidup kaum muslimin yang tinggal dalam sistem Khilafah. Bahkan ketika bangsa Eropa masih dalam kondisi kegelapan tidak mengenal kebersihan, bau, kasar, dan kotor, kebersihan dan keindahan telah melekat kuat dalam masyarakat Islam. Dalam peradaban Islam kebersihan itu bukan sekedar karena keindahan melainkan lahir dari akidah Islam,” papar narator Muslimah Media Center (MMC) pada rubrik History Insight: Kebersihan dan Keindahan adalah Warisan Peradaban Islam, Rabu (9/11/2022) di kanal Youtube Muslimah Media Center. 

Untuk menguatkan paparannya, narator menyampaikan sebuah hadits yang artinya: “Allah itu indah dan Dia mencintai keindahan.” Hadits ini ia kutip dari terjemahan hadits Riwayat Muslim nomor 131.

“Karenanya kebersihan sangat penting dalam Islam. Hal ini terlihat dari salah satu syariat Islam yaitu wudhu sebelum salat. Untuk melaksanakan kewajiban salat lima waktu kaum muslimin harus melakukan ritual wudhu,” paparnya. 

Masih menurutnya, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Quran surat al-maidah ayat 6 yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku dan sapulah kepalamu dan basuh kedua kakimu sampai kedua mata kaki.” 

Ada banyak peninggalan ilmuwan muslimin di mana keilmuannya mereka gunakan untuk kemuliaan Islam dan kebaikan untuk kaum muslimin. Kaitannya dengan hal ini, narator membeberkan bahwa pada abad ke-13 ada insinyur mesin terkemuka bernama Al Ghazali. "Dia membuat mesin wudhu robotik untuk memudahkan kaum muslimin berwudhu," ungkapnya. 

Menurutnya, kaum muslimin juga memperhatikan penampilan dalam masyarakatnya. Salah satu yang berupaya dalam hal demikian itu adalah Az Zahrawi, seorang dokter dan ahli bedah. "Dalam kitabnya asy'arif ada sebuah bab yang dikhususkan untuk membahas kosmetik yang disebut The Medicines of Beauty," ujarnya. 

Narator juga menyebutkan, ada ilmuwan lain yaitu Al Kindi yang lahir di kufah Irak, menulis buku tentang parfum yang berjudul Book of the Chemistry of Barfield and Destilations. "Bukunya berisi lebih dari 100 resep untuk minyak wangi, air aromatik, dan bahan pengganti atau tiruan dari bahan parfum yang mahal yang kemudian dapat diakses oleh semua orang," katanya. 

“Ahli kimia muslim juga menyuling tanaman dan bunga untuk membuat parfum dan zat untuk farmasi terapeutik. Ketika kaum muslimin menaklukkan Eropa, pengetahuan tentang parfum juga terbawa ke daratan itu, hingga mereka mengenal parfum dan kebersihan,” tambahnya.  

Narator juga mengungkapkan dalam Dokumenter BBC What the Ancient Did for Us: The Islamic Worrld menyebutkan bahwa pengetahuan muslim sampai di Haute Provence di selatan Prancis yang memiliki iklim sempurna dan tanah yang cocok untuk industri parfum yang masih berkembang setelah 700 tahun. “Kebersihan sebenarnya melekat dalam pribadi kaum muslimin dengan batasan syariat. Kaum muslimin melakukan berbagai inovasi agar kehidupan mereka senantiasa terjaga kebersihannya,” ujarnya

Terakhir, narator menyampaikan bahwa kebersihan dalam masyarakat kapitalisme saat ini yang bisa menikmati hanya sekelompok elit kapital. "Yang memiliki uanglah yang bisa menikmati kebersihan dan kenyamanan. Ini terjadi karena kebersihan dalam sistem kapitalisme bukan lahir dari akidah tetapi karena dorongan materi,” pungkasnya.[] Erlina YD

Minggu, 02 Oktober 2022

Ternate dan Islam

Tinta Media - Ternate kota cantik yang selalu mengundang rindu. Merupakan ibukota propinsi Maluku Utara sebelum pindah ke Sofifi di Pulau Halmahera. Sekaligus nama pulaunya yakni Pulau Ternate yang dipuncaki oleh Gunung Gamalama yang nampak gagah. Juga nama Kesultanan besar yang memiliki peran penting penyebaran Islam bersama Tidore di Indonesia Timur hingga ke Philipina. 

Ternate dan Islam selama berabad abad tak bisa dipisahkan. Karena Islam telah menyatu dalam nadi hidup masyarakatnya. 

Meskipun di Maluku Utara berdiri juga tiga Kesultanan yang lain diantaranya saudara kembarnya yakni Kesultanan Tidore. Namun Kesultanan Ternate memiliki sejarah yang unik. Di bawah kepemimpinan Sultan Baabullah berhasil mengusir penjajah dari negeri mereka. 

Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-19. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Pada masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik. Saat ini takhta kesultanan dijabat oleh Sultan Syarifuddin Bin Iskandar Muhammad Djabir Sjah yang menjabat sejak tahun 2016 untuk menggantikan Sultan Mudaffar Syah II. Meski sekarang kedudukan Sultan hanya simbolis saja karena tak ada peran mengurus rakyat lagi. 

Lebih lengkapnya jika ingin memahami lebih jauh mari kita baca sejarah Ternate lebih detil.[]

Ustaz Abu Zaid 
Tabayyun Center 

Kamis, 15 September 2022

Walisongo Membawa Dinar dan Dirham ke Nusantara

Tinta Media - Aktivis Muslimah Iffah Ainur Rahmah mengungkapkan bahwa kekhilafahan Utsmani saat mengirimkan Walisongo ke Nusantara, mereka juga membawakan mata uang Dinar dan Dirham.

“Sultan Muhammad al-Fatih, kita tahu sahabat yang dirahmati Allah, bukan hanya kita kenal beliau sebagai penakluk Konstantinopel yang menggantikan posisi adidaya Romawi Timur pada waktu itu dengan kekuasaan Usmani. Tapi beliau juga mengirim banyak utusan atau duta-duta Islam ke negeri kita, ke Nusantara, yang kita kenal dengan Walisongo. Nah, Walisongo itu sahabat, juga membawa mata uang Dinar dan Dirham,” jelasnya dalam sebuah tayangan bertema ‘Mata Uang Turki Merosot Tajam, Harga Barang Jadi Mahal’ Kamis (8/9/2022) di kanal YouTube Muslimah Media Center.

Maka, lanjutnya, tidak heran di sekitar Asia Tenggara, masyarakat mengenal uang itu dengan istilah perak. Indonesia sekarang menggunakan mata uang Rupiah. “Tapi kita juga sering mengatakan berapa rupiah itu kita katakan 500 perak. Nah artinya dulu di negeri ini, di negeri kita, di Indonesia, ataupun di Asia Tenggara itu banyak menggunakan dirham,” bebernya.

Di masa kesultanan-kesultanan yang berikutnya, lanjut Ustazah Iffah, bahkan sepanjang masa Khilafah Utsmani, senantiasa digunakan mata uang Dinar dan dirham dan hasilnya adalah tidak ada devaluasi mata uang ini terhadap mata uang asing, serta tidak menimbulkan inflasi yang luar biasa.

“Bayangkan di masa rasul SAW, rasul pernah menyuruh seorang sahabat Urwah untuk membeli seekor kambing. Rasul berikan satu Dinar kepada Urwah. Kemudian Urwah membelikan kambing itu dan seterusnya, sampai kita bisa membaca di sana rasul SAW, membeli kambing itu seharga satu dinar,” terangnya.

Sayyidah Aisyah ra. juga pernah menceritakan, tambahnya, bagaimana orang-orang mengagumi satu pakaian yang dimiliki di rumah Aisyah yang seharga lima dirham. “Kalau kita kurs kan lima dirham itu ya sekitar 300.000 rupiah dan dikatakan bahwa pada saat itu dengan harga sekian pakaian itu sudah sangat layak dan barangkali sekarang kita juga bisa melihat dengan harga sekian, yakni lima dirham tersebut orang juga bisa membeli pakaian dengan cukup layak,” jelasnya.

Artinya, Ustazah Iffah menuturkan, kalau hari ini barang diukur dengan menggunakan Dinar dan Dirham, maka tidak ada inflasi. Yang berarti tidak ada yang memukul perekonomian bangsa dan tentu saja juga tidak ada kondisi dimana mata uang asing bisa memukul atau menghancurkan ekonomi sebuah bangsa.

“Karena nilai tukar atau kurs yang fluktuatif dan kemudian mata uang kuat yang dimiliki oleh negara-negara kapitalis, negara-negara imperialis seperti Euro, Dolar, dan sejenisnya itu bisa menghancurkan ekonomi karena berkembang,” paparnya.

Dinar dan Dirham Membawa Kemaslahatan 

Ustazah Iffah meyebutkan, Allah SWT. mengatakan bahwa pemberlakuan mata uang Dinar dan Dirham pasti membawa kemaslahatan bagi umat.

“Allah ta’ala memerintahkan mata uang emas dan perak itu syariat kan karena Allah memberikan banyak sekali kemaslahatan kepada kaum muslimin dengan pemberlakuan dirhambmata uang dinar dan firham itu. Apakah memang harus menggunakan Dinar dan? Mari kita lihat bahwa nash-nash syariat memang menetapkan demikian,” ungkapnya.

Ia juga menjelaskan tiga hal yang menjelaskan bahwa nash-nash syariat memang memerintahkan penggunaan mata uang dinar dan dirham.

Pertama, sebutnya, Allah SWT. melarang kaum muslimin untuk menimbun harta atau Kanzul Mal. “Nah di dalam Al-Qur'an yang disebutkan kanzul mal itu dijelaskan mal yang dimaksud atau menimbun harta yang dimaksud hartanya itu adalah perak,” tuturnya.

Kedua, sambungnya, Islam mengaitkan dinar dan Dirham dengan hukum-hukum yang bersifat pasti, misalnya nishab pencurian.

Kemudian Ia mengutip sebuah hadis yang artinya potong tangan yang ditetapkan di dalam Al-Qur'an itu diberlakukan untuk sebuah pencurian minimal atau nishobnya adalah seperempat dinar atau lebih, diriwayatkan oleh Bukhari.

Ketiga, ujarnya, Nabi SAW, menetapkan dinar dan dirham sebagai mata uang standar untuk menakar dan menilai tukar barang dan jasa. “Jadi penggunaannya ini tidak berdasarkan nominal yang tertulis di dalam koin uang itu atau penggantinya. Tapi nilainya tergantung pada beratnya,” pungkasnya.[] Wafi

Selasa, 28 Juni 2022

GURU AL FATIH MUDA

Tinta Media - Al Fatih muda terbilang "anak nakal". Beberapa pengajar yang dipersiapkan khusus oleh Ayahnya, Sultan Murad II banyak yang tidak "digubrisnya." Akibatnya Al Fatih muda tidak mampu mengkhatamkan Al Qur'an dan pelajaran lainnya.

Melihat kondisi tersebut, memilihkan guru yang memiliki kharisma dan sikap tegas. Terpilihlah Ahmad bin Ismail Al Kurani. Sultan Murad II memberinya tongkat yang bisa dipakai kalau anaknya tidak menuruti perintah.

Mendapat mandat demikian, Al Kurani pergi menemui Al Fatih muda dengan memegang tongkat di tangan. Dia berkata, "Ayahmu menyuruhku datang untuk mengajarimu. Jika kamu tidak menurut apa yang aku katakan maka kamu akan mendapat pukulan."

Mendengar ucapan itu, Muhammad Khan tertawa dan Al Kurani pun memukulnya di majelis tersebut dengan pukulan yang sangat keras hingga membuat dirinya takut dan jera. Dengan cara demikian, dalam jangka yang sangat pendek dia mampu mengkhatamkan al Qur'an. (Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Ustmaniyah, hal 101, Prof Dr Ali Muhammad Ash Shallabi).

*****

Gus Uwik
Peneliti Pusat Kajian Peradaban Islam 

Kamis, 19 Mei 2022

Peradaban Islam Perintis Makanan Bergizi di Dunia


Tinta Media  - “Bukan hanya ilmu dan teknologi, peradaban Islam juga perintis berbagai resep makanan enak dan bergizi  di dunia,” tutur Narator Histori Insight: India, Nasi Briyani dan Tentara Muslim, melalui kanal Youtube Muslimah Media Center, Rabu (18/5/2022).
 
Narator menjelaskan bahwa seni kuliner juga mendapat perhatian yang begitu besar dari para ilmuwan muslim. “Tak heran jika beragam aneka resep makanan dan hidangan berkembang  pada masa keemasan Khilafah Islam,” tukasnya.
 
“Pengembangan seni kuliner di era keemasan Islam tak  dilakukan secara serampangan.  Setiap hidangan dan resep yang diciptakan, merupakan hasil dari penelitian dan didasarkan pertimbangan penata diet,” tambahnya.

“Sebelum sebuah hidangan diperkenalkan kepada publik, para ahli kuliner  Muslim meracik resep masakannya dengan penuh pertimbangan, sehingga hidangan yang diciptakan tak hanya lezat disantap namun juga mengandung unsur-unsur pengobatan,”tegasnya.
 
 Maka lanjutnya,  para dokter muslim pun berlomba untuk mencari dan meneliti rempah-rempah yang dapat dijadikan bumbu masak sekaligus berguna bagi kesehatan. Hasil penelitian para dokter muslim itu lalu diterapkan para koki terkemuka muslim dalam meracik makanan dan hidangan.
 
Ia menuturkan, beberapa buku kuliner yang dihasilkan para koki  Muslim itu antara lain Kanz al-faha’id  fi tanwi’ al-maw’id yang ditulis seorang koki tak dikenal dari Mesir. Fadhalat al-ikhwan fi athayyibat at-tha’am wa-‘l-‘alwan  yang ditulis Ibnu Razin Attujibi pada abad  ke-12 di Spanyol.
 
Sebagai contoh, Narator mengisahkan bagaimana menu nasi briyani itu tercipta. Dikisahkan  bahwa Mumtaz Mahal yang bernama asli Arjumand Banu Begum adalah permaisuri kesayangan Sultan Mughal yang bergelar Shah Jahan  di India.  “Permaisuri cantik yang cerdas dan baik hati inilah yang menjadi inspirasi atas dibangunnya Taj Mahal nan megah di Agra India,” kisah Narator.

“Suatu ketika Mumtaz  Mahal memasuki barak pasukan Kesultanan Mughal India.  Ia ingin melihat bagaimana kondisi prajurit yang memiliki tugas berjihad.  Namun betapa terkejutnya ketika  ia melihat kondisi pasukan yang kurus dan kepayahan layaknya kekurangan gizi. Bagaimana mungkin para pasukan harus mengemban tugas yang sangat menguras tenaga sedangkan kondisi fisik mereka lemah,” lanjutnya.
 
Mumtaz Mahal, kata Narator,  berinisiatif untuk menciptakan sebuah hidangan yang padat  gizi terutama karbohidrat dan protein untuk para tentara jihad.  Mumtaz Mahal menugaskan 12 dapur istana yang terdiri dari ratusan koki untuk menyelesaikan masalah ini.
 
Sesuai permintaan sang permaisuri,  para koki istana  kemudian berdiskusi dan selalu mencoba resep-resep baru. “Setelah melakukan berbagai percobaan akhirnya terciptalah menu berupa nasi briyani. Nasi briyani adalah sajian berupa nasi yang diolah bersama daging dan beragam rempah yang kuat. Setidaknya ada 15 jenis rempah yang digunakan dalam memasak nasi briyani ini,” jelasnya.
 
“Berkat penemuan ini akhirnya para prajurit Islam di Mughal  bisa merasakan makanan yang kaya cita rasa dan tentunya bergizi,” tukasnya.  
 
Betapa menakjubkannya peradaban Islam di bawah naungan Daulah Khilafah, kata Narator melanjutkan, gizi dan kesehatan prajurit Islam dan masyarakat tidak hanya diperhatikan melalui pengobatan dan pengembangan dunia kesehatan, namun juga dari apa yang dikonsumsi oleh masyarakat.
 
“Negara khilafah tidak hanya memikirkan dan memastikan pasokan makanan tersedia bagi masyarakat, namun juga memikirkan bagaimana mengolahnya hingga menjadi sajian yang lezat dan bergizi tinggi,” tandasnya.
 
Narator lalu membandingkan dengan kondisi saat ini, “Namun sungguh miris kehidupan kaum muslimin tanpa khilafah seperti saat ini. Jangankan pemastian makanan yang dikonsumsi masyarakat bergizi dan menyehatkan, jaminan tersedianya stok pangan saja tidak ada,” sesalnya.
 
“Harga-harga bahan pangan tinggi, hanya keluarga berada yang mampu membeli makanan bergizi.  Banyak keluarga miskin yang tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya,  apalagi makanan yang bergizi tinggi,” imbuhnya.
 
Menurut Narator, hal ini terjadi karena negara kapitalis menyerahkan semua pengurusan rakyat pada swasta yang selalu mencari untung, tidak ada tanggung jawab untuk mengurus rakyat. “Tak heran jika makanan yang beredar di masyarakat minim gizi dan tak aman untuk kesehatan. Makanan yang banyak beredar justru mendatangkan penyakit seperti kanker, obesitas, diabetes dan sebagainya," ungkapnya.
 
“Hanya dalam khilafah makanan bergizi akan benar-benar dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
 

 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab