Tinta Media: Peradaban Islam
Tampilkan postingan dengan label Peradaban Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Peradaban Islam. Tampilkan semua postingan

Jumat, 08 Desember 2023

KEMULIAAN DAN KESEJAHTERAAN GURU DALAM SEJARAH PERADABAN ISLAM



Tinta Media - Dalam Islam, adalah perkara penting untuk mencari ilmu dan menghormati para guru. Beberapa hadis Nabi Muhammad SAW menggarisbawahi pentingnya peran guru dan keberkahan dalam menuntut ilmu. "Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim). "Seorang mukmin yang menuntut ilmu adalah lebih mulia dari seorang yang berpuasa dan sedang melakukan shalat malam." (HR. Ibnu Majah)
 
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya." (HR. Muslim). "Tidaklah diberikan ilmu pengetahuan sebagai hadiah yang lebih baik dan lebih luas daripada kekayaan." (HR. Ibnu Majah)

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat, penduduk langit dan bumi, bahkan semut-semut di dalam sarangnya, dan ikan di laut, mengucapkan salam kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia." (HR. At-Tirmidzi). "Peliharalah dirimu dari api neraka, meskipun hanya dengan setengah biji kurma. Dan bila tidak ada, maka dengan ucapan yang baik." (HR. Bukhari dan Muslim). "Orang yang tidak mensyukuri jasa manusia, dia tidak mensyukuri jasa Allah." (HR. At-Tirmidzi)

Guru atau pendidik memiliki peran penting dalam sejarah peradaban Islam. Mereka dihargai dan diakui atas kontribusi mereka dalam menyebarkan pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai Islam kepada generasi-generasi berikutnya.

Dalam pandangan Islam, guru dianggap sebagai pemimpin rohani yang membimbing murid-muridnya dalam pemahaman agama dan kehidupan spiritual. Mereka memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan ajaran Islam, etika, dan moralitas kepada murid-murid mereka.

Dalam sejarah peradaban Islam, terdapat tradisi ilmiah yang kuat yang diteruskan melalui sistem pendidikan, terutama melalui institusi-institusi seperti madrasah. Guru-guru di madrasah diberikan penghargaan karena kontribusi mereka dalam melestarikan dan mengembangkan pengetahuan ilmiah.

Hubungan antara guru dan murid dihargai tinggi dalam Islam. Terdapat ajaran yang menekankan pentingnya adab (etika) dalam berinteraksi dengan guru. Murid diharapkan untuk menghormati, mendengarkan dengan baik, dan belajar dengan tekun dari guru mereka. Beberapa karya sastra dalam peradaban Islam menggambarkan penghargaan terhadap peran guru. Puisi, prosa, dan karya sastra lainnya sering menghormati kebijaksanaan dan pengetahuan guru.

Dalam sejarah Islam, para penguasa dan komunitas masyarakat memberikan gelar dan penghargaan formal kepada ulama dan cendekiawan sebagai pengakuan terhadap kontribusi mereka dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan. Didirikannya universitas dan pusat-pusat pembelajaran tinggi di dunia Islam merupakan bentuk penghargaan terhadap peran guru dan ilmuwan. Contohnya, Universitas Al-Qarawiyyin di Fes, Maroko, diakui sebagai universitas tertua yang masih beroperasi, didirikan pada tahun 859 M.

Kesejahteraan guru dalam sejarah peradaban Islam sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam yang menekankan pentingnya pendidikan, pengetahuan, dan penghargaan terhadap para pendidik. Para guru dan ulama dihargai dan diberikan upah yang layak atas kontribusi mereka dalam menyebarkan pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan. Masyarakat Islam pada umumnya memberikan penghargaan yang tinggi terhadap pekerjaan guru dan memberikan dukungan finansial untuk memastikan keberlanjutan pengajaran.

Islam mendorong memberikan gaji dan kesejahteraan yang baik kepada guru sebagai bentuk penghargaan terhadap pekerjaan mereka. Konsep zakat dan sedekah dapat digunakan untuk memberikan dukungan finansial kepada para guru yang mungkin membutuhkan bantuan.

Gaji guru dalam sejarah peradaban Islam bervariasi tergantung pada konteks waktu, tempat, dan kondisi ekonomi masyarakat pada masa itu. Dalam tradisi Islam, memberikan upah yang layak kepada guru dan ilmuwan dianggap sebagai tindakan mulia dan berpahala, sesuai dengan ajaran Islam tentang keadilan, solidaritas sosial, dan penghargaan terhadap ilmu pengetahuan.

Sistem wakaf (donasi atau sumbangan untuk kepentingan umum) sering kali digunakan untuk mendukung pendidikan dan institusi-institusi pendidikan, termasuk gaji guru. Pemerintah dan individu kaya juga sering mendonasikan harta mereka untuk memastikan keberlanjutan lembaga pendidikan. Masyarakat Islam cenderung memiliki sistem perlindungan sosial yang melibatkan pemberian zakat dan sedekah kepada fakir miskin, termasuk guru yang mungkin membutuhkan dukungan finansial. Konsep solidaritas sosial sangat ditekankan dalam Islam.

Dalam sejarah peradaban Islam, diberikan penekanan pada pendidikan dan kesempatan karir bagi para guru. Terdapat institusi-institusi pendidikan tinggi, seperti madrasah dan universitas, yang mendukung pengembangan kesejahteraan guru dan ulama. Guru dan ulama dihormati dan diakui sebagai pemimpin intelektual dan rohani masyarakat. Mereka mendapatkan pengakuan atas kontribusi mereka dalam melestarikan dan menyebarkan ilmu pengetahuan.

Dalam sejarah Islam, guru sering dianggap sebagai penjaga warisan budaya dan intelektual. Pencapaian-pencapaian dalam ilmu pengetahuan, seni, dan sastra seringkali dihubungkan dengan guru dan ulama, dan ini memberi mereka kehormatan dan tempat yang istimewa dalam masyarakat.

Dalam Islam, profesi guru dianggap sebagai salah satu pekerjaan yang mulia dan penting. Islam mendorong pemberian penghargaan kepada guru atas peran mereka dalam menyebarkan pengetahuan, membimbing masyarakat, dan mendidik generasi penerus. Beberapa aspek penghargaan terhadap profesi guru dalam Islam melibatkan nilai-nilai adab, sosial, dan spiritual.

Masyarakat Muslim tradisional memberikan penghargaan sosial yang tinggi kepada guru. Guru sering dianggap sebagai figur otoritatif dan dihormati dalam masyarakat. Mereka memiliki tanggung jawab moral untuk membimbing dan memberikan teladan kepada murid-murid mereka. Dalam Islam, doa merupakan bentuk penghargaan dan dukungan. Murid-murid dianjurkan untuk mendoakan kebaikan bagi guru-guru mereka. Begitu pula, guru-guru sering diminta untuk mendoakan murid-murid mereka agar sukses dalam dunia dan akhirat.

Pada umumnya, para guru dan ilmuwan pada masa peradaban Islam mendapatkan penghasilan dari beberapa sumber, diantaranya adalah : pertama, sistem wakaf (donasi atau sumbangan untuk kepentingan umum) sering digunakan untuk mendukung pendidikan dan lembaga-lembaga pendidikan. Guru-guru dapat menerima gaji atau tunjangan dari dana wakaf yang diperuntukkan bagi lembaga pendidikan.

Kedua, zakat, yaitu salah satu pilar utama dalam Islam, adalah kewajiban memberikan sebagian harta kepada fakir miskin dan golongan yang membutuhkan. Para guru dan ilmuwan yang membutuhkan dukungan finansial dapat menerima zakat atau sedekah dari masyarakat.

Ketiga, beberapa pemerintahan di masa peradaban Islam memberikan dukungan finansial kepada ilmuwan dan guru melalui tunjangan atau dana pendidikan. Penguasa atau pemerintah sering menyadari pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan dalam pembangunan masyarakat.

Keempat, sebagian besar guru pada masa itu menerima honorarium atau bayaran dari murid-murid mereka atau keluarga murid sebagai bentuk penghargaan atas pengajaran dan bimbingan yang diberikan.

Kelima, beberapa ilmuwan dan guru diundang ke istana atau diberikan hadiah dan penghargaan sebagai bentuk penghormatan atas kontribusi mereka dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Pada masa kepemimpinan khalifah Umar dikenal dengan kebijakannya yang adil dan transparan. Beliau memastikan bahwa hak-hak masyarakat, termasuk guru dan para pekerja intelektual, dihormati dan dilindungi. Gaji dan imbalan bagi pekerjaan dan jasa yang bermanfaat untuk masyarakat diberikan dengan adil.

Pendekatan Umar bin Khattab terhadap gaji dan keadilan sosial tercermin dalam prinsip-prinsip ekonomi Islam, yang melibatkan distribusi kekayaan dengan cara yang adil dan merata. Masyarakat pada masa itu cenderung menerapkan prinsip-prinsip keadilan sosial dan mendukung para ilmuwan dan guru.

Tentu saja semua ini sangat berbeda dengan kondisi guru pada masa sekarang, yakni masa dimana Islam tidak diterapkan lagi. Nasib guru sekarang ini tak seindah namanya. Menjadi guru yang senantiasa menerima dan ikhlas itu penting, namun membangun sistem agar guru-guru betul-betul sejahtera juga sangat penting, sebab guru juga manusia biasa. Sementara tuganya sungguh sangat berat, yakni menentukan hitam putih suatu peradaban bangsa. Selamat Hari Guru, Semoga Islam kembali jaya, sehingga guru tambah sejahtera.

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 25/11/23 : 08.00 WIB)

Oleh : Dr. Ahmad Sastra
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 
 

Sabtu, 17 Juni 2023

Membangun Kejayaan Peradaban Islam di Era Penuh Fitnah

Tinta Media - Peradaban Islam telah memberikan kontribusi yang luar biasa dalam perkembangan ilmu pengetahuan, seni, dan budaya di masa lalu. Namun, di era yang penuh fitnah ini, tantangan besar menghadang peradaban Islam. Artikel ini akan membahas bagaimana membangun kejayaan peradaban Islam di era yang penuh fitnah ini, dengan fokus pada pendidikan, toleransi, inovasi, dan pemberdayaan umat Muslim.

Pendidikan sebagai Fondasi

Pendidikan merupakan fondasi yang kuat untuk membangun peradaban yang berkualitas. Dalam konteks peradaban Islam, pendidikan harus menjadi prioritas utama. Para pemimpin Muslim harus memastikan akses pendidikan yang merata bagi semua individu, baik laki-laki maupun perempuan. Kurikulum pendidikan harus mencakup baik ilmu pengetahuan dunia maupun nilai-nilai Islam yang mendorong kesetaraan, keadilan, dan kerjasama.


Toleransi dan Dialog Antaragama

Di era fitnah ini, intoleransi dan konflik antaragama menjadi salah satu tantangan utama. Untuk membangun kejayaan peradaban Islam, penting bagi umat Muslim untuk mengadopsi sikap toleransi dan membuka dialog dengan umat agama lain. Melalui dialog yang saling menghormati dan memahami, kita dapat membangun hubungan yang harmonis antara peradaban Islam dan peradaban lainnya, serta memperkuat pemahaman bahwa Islam adalah agama yang penuh kedamaian dan kasih sayang.

Inovasi dalam Ilmu Pengetahuan

Peradaban Islam pada masa lampau telah memberikan sumbangan besar dalam ilmu pengetahuan. Di era yang penuh fitnah ini, penting untuk memperkuat semangat inovasi dalam ilmu pengetahuan di kalangan umat Muslim. Para ilmuwan Muslim harus diberikan dukungan dan sumber daya yang cukup untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam berbagai disiplin ilmu. Selain itu, kolaborasi antara ilmuwan Muslim dan non-Muslim dapat menghasilkan terobosan ilmiah yang luar biasa, memperkuat peradaban Islam dalam komunitas global.

Pemberdayaan Umat Muslim

Pemberdayaan umat Muslim menjadi kunci dalam membangun kejayaan peradaban Islam di era ini. Umat Muslim harus didorong untuk mengambil peran aktif dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Para pemimpin Muslim harus menciptakan lingkungan yang mendorong partisipasi aktif dan memberikan kesempatan yang adil bagi umat Muslim untuk berkembang dalam berbagai bidang. Selain itu, pemberdayaan perempuan Muslim juga sangat penting, karena perempuan memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam membangun peradaban yang maju.

Membangun Narasi Positif

Di era yang penuh fitnah ini, peradaban Islam sering kali terpapar oleh berita negatif dan stereotip yang salah. Oleh karena itu, umat Muslim harus berperan aktif dalam membangun narasi positif tentang Islam. Hal ini dapat dilakukan melalui media sosial, platform online, dan kegiatan komunitas. 

Umat Muslim perlu mengedepankan nilai-nilai Islam yang damai, kasih sayang, dan keadilan dalam setiap tindakan dan perilaku mereka. Melalui penggunaan media dan komunikasi yang efektif, kita dapat menyebarkan pesan yang benar tentang Islam dan melawan stereotip negatif yang ada.

Penguatan Kelembagaan Islam

Kelembagaan Islam yang kuat juga merupakan salah satu faktor penting dalam membangun kejayaan peradaban Islam di era ini. Umat Muslim perlu memperkuat lembaga-lembaga keagamaan seperti masjid, sekolah Islam, universitas, dan organisasi masyarakat. Lembaga-lembaga ini harus menjadi pusat pendidikan, penelitian, dan pemberdayaan umat Muslim. Para pemimpin Muslim harus mengambil peran aktif dalam memperkuat dan mengembangkan kelembagaan Islam agar dapat menjawab tantangan zaman dengan baik.

Keteladanan dan Akhlak Mulia

Sebagai umat Muslim, kita perlu menjunjung tinggi akhlak mulia dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain. Keteladanan dalam perilaku sehari-hari, seperti jujur, amanah, dan kasih sayang, dapat membantu membangun citra positif tentang Islam. Ketika umat Muslim mampu menunjukkan akhlak mulia dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat, hal ini akan memberikan dampak positif dalam memperkuat peradaban Islam dan menarik simpati dari orang lain.

Membangun kejayaan peradaban Islam di era yang penuh fitnah ini membutuhkan usaha bersama dari seluruh umat Muslim. Prioritas utama adalah pendidikan yang merata dan berkualitas, promosi toleransi dan dialog antaragama, semangat inovasi dalam ilmu pengetahuan, pemberdayaan umat Muslim, penguatan lembaga Islam, serta keteladanan dalam akhlak mulia. Dengan mengambil langkah-langkah ini, peradaban Islam dapat bangkit dan memberikan kontribusi yang luar biasa dalam mewujudkan keadilan, perdamaian, dan kemajuan bagi umat manusia.

Oleh : Hendy Liem

Sahabat Tinta Media 

Senin, 05 Juni 2023

KH Yasin Muthohar Jelaskan Tujuan Perang Mu’tah

Tinta Media - Pimpinan Pondok Pesantren Al Abqory KH Yasin Muthohar menuturkan tujuan terjadinya perang Mu'tah.

“Pertama, bahwa perang Mu’tah ini sebenarnya terjadi juga karena sebelum perang Mu’tah itu kaum muslimin telah mendapat gangguan-gangguan yang berarti dari kelompok Arab yang berkolaborasi dengan Romawi,” ungkapnya Kajian Sejarah Peradaban Islam: Perang Mu’tah, Wafatnya 3 Panglima Terbaik dan Akhir yang Menegangkan, Selasa (30/5/2023) di kanal Youtube Khilafah Channel Reborn.

Kedua, perang _Mu’tah_ ini bertujuan untuk memperlihatkan kekuatan kaum muslimin kepada musuh yang melecehkan umat islam yaitu bangsa romawi yang saat itu penguasanya adalah Heraklius.

“Salah satunya adalah penguasa romawi, Heraklius. Heraklius itu betul-betul menyombongkan diri dan betul-betul melecehkan kekuatan kaum muslimin. Karena itulah maka Rasulullah SAW perlu untuk memperlihatkan kekuatan kaum muslimin terhadap musuh, maka terjadilah Mu’tah ini” ungkapnya.

Ketiga, Perang Mu’tah ini juga bertujuan menggentarkan musuh pada saat itu yakni pasukan Romawi yang merupakan pasukan paling hebat pada masanya. “Selama ini pasukan romawi itu merupakan pasukan tiran paling hebat di dunia” tegasnya.

Keempat, Perang Mu’tah juga bertujuan untuk menyampaikan risalah ke seluruh dunia dengan menghilangkan rintangan yang menghalangi dakwah untuk sampai ke suatu negeri.

“Karena islam memang ditujukan untuk menyampaikan risalah ke seluruh dunia dan jika di tengah-tengah perjalanan itu ada penghalang yang menghalangi dakwah islam sampai ke suatu tempat, penghalang itu harus dihilangkan. Nah ini yang dilakukan kenapa kemudian kaum muslimin melakukan perang Mu’tah” pungkasnya.[] ekop

Selasa, 26 Juli 2022

Abad ke-4 Hijriah, Cordova Jadi Kota Metropolitan Islam

Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) menceritakan ketika Cordova menjadi kota Metropolitan Islam yang menandingi kota-kota di dunia.

“Bukan berlebihan jika Cordova pada pertengahan  abad ke-4  hijriyah  atau 10 Masehi, seakan menjadi kota metropolitan yang menandingi kota-kota dunia di waktu yang sama,” ucapnya di History Insight: Cordova, Kota Metropolitan Islam, Senin (25/7/2022) melalui kanal Youtube Muslimah Media Center.

Menurut Narator, hal itu tercermin dari sistem pendidikannya, sekolah-sekolah tumbuh subur untuk mendidik manusia.

“Cordova menjadi kota yang memiliki koleksi buku terbanyak serta menjadi pusat kebudayaan dan berbagai macam ilmu pengetahuan.  Hal ini tampak dari tersebarnya perpustakaan-perpustakaan khusus maupun umum di mana-mana,” ungkapnya.

 Ia menambahkan, orang-orang fakir Cordova bisa mengenyam pendidikan di berbagai sekolah secara gratis, karena dibiayai oleh negara.
 
“Maka tidak aneh jika setiap penduduk Cordova mampu membaca dan menulis. Di saat yang sama kaum elit Eropa justru masih buta baca dan tulis kecuali tokoh agama,” ucapnya membandingkan.

Kebangkitan di Cordova juga disertai dengan majunya sistem administrasi dan perkantoran, lanjutnya,  hal ini tercermin dari beberapa lembaga dan sistem-sistem hukum yang berlaku, seperti kepemimpinan dan kementerian.

“Saat Eropa berkutat dengan ketidakadilan para raja, Cordova sebagaimana wilayah Daulah Khilafah yang lainnya telah menerapkan sistem peradilan ,kepolisian, hisbah, atau polisi syariah dan lainnya,”kisahnya.

Industri Pesat

Narator menuturkan, bidang perindustrian juga mengalami perkembangan pesat. “Pada saat itu kaum Muslim Cordova sudah berputar dengan industri yang masyhur, seperti industri kulit, perkapalan, alat-alat pertanian, obat-obatan, logam perhiasan dan lain-lain,” jelasnya.

Kota Cordova seperti terbagi menjadi 5 kawasan besar.  Al-Muqri mengatakan, “Diantara satu kawasan dengan kawasan lain terdapat pagar yang besar dan kokoh laksana benteng. Setiap kawasan berdiri sendiri dan memiliki pemandian umum, pasar, industri dan sebagainya yang mencukupi penduduknya,” Ucap Narator menirukan Al-Muqri.

“Imam Al Muqri juga menguraikan data-data pembangunan di kota Cordova.  Masjid-masjid kota Cordova pada masa Abdurrahman Ad-Dahil  mencapai 490 masjid, kemudian setelah itu bertambah menjadi 3.837 masjid, rumah rakyat mencapai 213.077, rumah kaum ningrat mencapai 60.300 buah,  pertokoan dan sejenisnya mencapai 80.455 buah,  pemandian umum mencapai 904 dan lapangan umum mencapai 28 buah,” imbuhnya.

Dr. Raghib Sirjani, kata Narator, menuliskan bahwa jumlah penduduk Cordova pada masa Daulah Islam mencapai sekitar 500.000 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk Cordova sekarang sekitar 325.000 jiwa. 

“Semua ini menunjukkan betapa banyak penduduk Cordova.  Mereka hidup dalam kesejahteraan luar biasa dan diliputi suasana keimanan hingga mampu menjadi mercusuar pendidikan di Benua Eropa bahkan dunia,” ucap Narator bangga.

Narator menilai,  itu adalah  gambaran tata kelola sebuah negara yang menggunakan sistem Allah, Khilafah Islam.  “Rakyat terjamin kesejahteraannya,  populasi terus bertambah.  Bukan hanya dari sisi kuantitas namun kualitas generasinya diperhatikan,” tegasnya.

Menurutnya, banyak dilahirkan sosok pemimpin, ulama, ilmuwan,  bahkan menjadi salah satu kota metropolitan Daulah Khilafah yang sangat tidak mungkin untuk disaingi  oleh kota metropolitan mana pun sepanjang sejarah dalam sistem kapitalisme.

Bergidik

Kata Narator, kota metropolitan dalam sistem kapitalisme sungguh membuat kita bergidik. “Di samping kemegahan gedung-gedung pencakar langitnya,  ketimpangan di masyarakat terus meningkat. Kemiskinan,  kebodohan,  kriminalitas,  dekadensi moral  generasi, rusaknya kehidupan sosial,  tak lagi mampu dihitung dengan jari,” ungkapnya ngeri.

Dapat ditemukan  dengan mudah anak-anak jalanan  di jalan-jalan besarnya, tambahnya,  dapat ditemukan dengan mudah gelandangan di kolong-kolong jembatan bahkan di pinggir kotanya.

“Betapa banyak generasi muda yang berpendidikan tinggi namun amoral atau hanya berujung menjadi budak korporasi,” tukasnya.

Narator menilai, kota metropolitan  hari ini hanya dihias agar terlihat cantik namun masyarakatnya sungguh sakit.

“Hanya dengan kembali menggunakan sistem Khilafah,  pengelolaan suatu negara akan benar-benar maju dan melahirkan sosok-sosok berkepribadian Islam,” yakinnya memungkasi penuturan. [] Irianti Aminatun
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab