Tinta Media: Penyebab
Tampilkan postingan dengan label Penyebab. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penyebab. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 02 Maret 2024

Penyebab Mahal dan Langkanya Beras

Tinta Media - Beras merupakan bahan makanan pokok yang dibutuhkan oleh masyarakat, terutama di Jawa Barat. Mahalnya harga pangan saat ini terutama beras bukanlah hal yang baru, setiap pergantian musim beras mengalami kekurangan pasokan, seperti yang terjadi di beberapa daerah di Kabupaten Bandung yaitu di pasar Banjaran, dan pasar - pasar lainnya. 

Tak hanya terjadi di Jakarta, di daerah lain pun di ketahui terjadi kelangkaan beras, bukan hanya langka, namun harganya pun mahal, seperti di kabupaten Bandung Jawa Barat. IDXchanel.com. stok beras di beberapa agen beras dan mini market belakangan terjadi kelangkaan. Agen beras menduga kelangkaan tersebut karena musim kampanye pilpres dan pileg yang memborong beras untuk bantuan sosial (bansos).

Ternyata bukan hanya di Jakarta  saja, kelangkaan beras juga terjadi di daerah lain, kalaupun ada harganya lebih tinggi dari biasanya. Seperti di kabupaten Bandung, disebutkan Rizal, salah seorang agen beras mengatakan banyak faktor, salah satunya pasokan dari produsen yang berkurang. 

Rizal juga mengatakan, saat ini memang bukan waktunya panen raya, dan pedagang kesulitan untuk mendapatkan pasokan beras karena tersendat sejak Januari 2024, Rizal merupakan pemasok beras di daerah Banjaran kabupaten Bandung mendapatkan beras dari para petani beras di Garut Jawa Barat. 
Sebenarnya ini efek dari terjadinya kemarau panjang, selain itu para petani panen raya terjadi di bulan Maret, April. Portalindonesia. Com. Minggu (18/02/2024 ). 

Persoalan yang Terus Berulang 

Dari tahun ke tahun polemik naiknya harga kebutuhan pokok terus berulang, padahal kebutuhan pokok dalam hal ini pangan sangat dibutuhkan oleh masyarakat, dan ini merupakan kebutuhan yang harus ada dan dipenuhi setiap saat. Ini artinya pemerintahan sebagai pihak yang wajib menyediakan kebutuhan tersebut harus sigap dalam mengatasi permasalahan tersebut, supaya terjadinya kelangkaan bahan pokok bisa di atasi dengan baik  dan tidak terus berulang.

Hal ini tidak lepas dari peran sistem kapitalisme yang menguasai perekonomian dunia, dan tidak memiliki solusi yang solutif dalam mengatasi kelangkaan, padahal pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus di penuhi dan negara harus menetapkan kebijakan yang strategis, sehingga rakyat akan terjamin dan tidak mengalami kelangkaan bahan pokok. Bukan sebaliknya, kebutuhan rakyat di politisasi, seperti pembagian beras bansos yang tidak merata, hanya menyentuh pada pihak-pihak tertentu, dan itu hanya solusi tambal sulam yang tidak menyentuh akar permasalahan. 

Berbeda halnya dengan Islam, Islam akan mengatur sedemikian rupa distribusi pangan agar terjangkau masyarakat dan memastikan ketersediaannya, karena itu merupakan kebutuhan pokok yang wajib di penuhi. 

Mekanisme Islam sangat jelas dalam menyediakan pasokan bahan kebutuhan pokok dari mulai pengadaan dan penyaluran sesuai dengan syariah, larangan menimbun barang, mekanisme pembentukan harga, permodalan dan sumber daya manusia, dan seterusnya. Dan tugas negara adalah melayani dan melindungi segenap rakyat. Dan semua ini bisa terwujud dengan penerapan Islam secara kaffah ( menyeluruh) dalam bingkai daulah khilafah Islam. 
Wallahualam.


Oleh : Ummu Ghifa 
Sahabat Tinta Media 

Rabu, 21 Februari 2024

Benarkah Hujan Lebat Penyebab Banjir?


Tinta Media - Siapa yang rajin membuka informasi tentang prakiraan cuaca di musim hujan ini? Berita tentang hujan, petir, curah hujan yang tinggi kini menjadi momok menakutkan bagi masyarakat. Bukan hanya masyarakat yang tinggal di perkotaan, yang tinggal di pedesaan pun khawatir dengan datangnya hujan deras karena menyebabkan banjir di wilayah mereka.

Terbukti di puncak musim hujan ini, hampir semua wilayah di nusantara mengalami banjir. Lampung, Demak, Sidoarjo,  dan wilayah lainnya mengalami banjir yang melumpuhkan aktivitas warga, menimbulkan kerugian materi dan mengancam jiwa. Pemerintah setempat dengan serempak menyatakan bahwa penyebab banjir adalah curah hujan yang tinggi, meskipun akhirnya mereka menambahkan penyebab yang lain seperti pendangkalan sungai dan  pengalihan lahan.

Bencana banjir kerap berulang terjadi, tetapi antisipasi selalu diabaikan. Pendangkalan sungai seharusnya ditangani sebelum bencana. Edukasi kepada masyarakat dilakukan secara rutin agar mereka memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan dan fungsi sungai.

Selain disebabkan faktor alam, pendangkalan sungai ekstrem yang menyebabkan banjir juga karena faktor aktivitas manusia. Sampah-sampah yang dibuang sengaja atau tidak sengaja menjadikan arus sungai terhambat total. Ketika volume air bertambah karena hujan deras, sungai tidak mampu menampung. Akhirnya air meluber membanjiri pemukiman, jalan, dan fasilitas umum lainnya. 

Selain karena sampah, pendangkalan sungai semakin parah terjadi karena tanah dan lumpur dari hutan yang telah digunduli ikut terkikis mengikuti arus air hujan, dan mengendap di dasar sungai.

Penanganan pasca banjir juga terkesan lambat, bahkan sering kali tanpa penanganan dari pihak berwenang, seolah-olah bencana banjir adalah hal yang biasa. Akhirnya, tidak ada rasa empati kepada korban banjir yang kehilangan harta, bahkan bertaruh dengan keselamatan jiwanya.

Sampai kapan ini terjadi? Sampai negeri ini memahami bahwa keberkahan hidup hanya bisa dinikmati ketika taat kepada Allah dan Rasulullah. Turunnya hujan pertanda turunnya rahmat dari Allah, bukan bencana. Hutan gundul dan sampah melimpah adalah hasil dari sistem kapitalis, sistem hidup yang memfasilitasi keserakahan. Sumber daya alam dieksploitasi tanpa ada upaya reservasi.

Dalam Islam, penguasa dan aparat tulus melayani rakyat. Bukan semata agar menjadi petahana, tetapi mereka sangat khawatir akan tanggung jawab di akhirat kelak. Mengurusi rakyat dengan penuh kasih sayang adalah kewajiban yang mereka jalani.

Jangankan banjir yang meluluhlantakkan kehidupan ribuan warga, terperosoknya kuda di jalanan berlubang pun menjadikan para pemimpin dalam Islam waspada. Mereka akan senantiasa menjaga keamanan dan kenyamanan rakyatnya.


Oleh: Khamsiyatil Fajriyah
Pengajar Ponpes Nibrosul Ulum Siwalan Panji

Rabu, 14 Juni 2023

Pakar Ekonomi Ungkap Tiga Penyebab Kemiskinan

Tinta Media - Pakar Ekonomi Dr. Muhammad Sholahudin mengatakan, setidaknya ada tiga penyebab kemiskinan.

"Jadi kalau di lihat dari beberapa hal ini, ternyata kalau kita bisa meringkas itu ada tiga penyebab kemiskinan," ujarnya dalam diskusi: Jawa Tengah Termasuk Provinsi Rawan Miskin, Ganjar Gubernur Gagal? Di kanal Youtube Pusat Analisis Kebijakan Strategis, Kamis (8/6/2023). 

Pertama adalah kultural. Merasa tidak perlu pendidikan formal adalah karena kultural. "Kultural kemiskinan, karena kultural sebagian besar waktu dihabiskan di laut ini juga kultural budaya, pola hidup, ini berarti kultural juga, pola hidup konsumtif kultural juga, tidak memiliki tabungan cultural juga," paparnya. 

Kedua, alamiah. Kondisi alam adalah termasuk faktor alamiah. "Cuaca yang tidak menentu ketika berlayar, atau bercocok tanam yang semestinya di musim hujan tetapi musim panas atau semestinya musim panas tetapi ternyata musim hujan akhirnya bercocok tanamnya jadi kacau," ujarnya. 

Sementara, lanjutnya itu tidak ada informasi cuaca jangka pendek menengah maupun panjang  juga menjadi faktor alamiah. 

Ketiga adalah struktural atau dari kebijakan pemerintah. Seperti pendidikan rendah, biaya sekolah tinggi, lokasi jauh dari tempat tinggal.

"Rendahnya tingkat pendidikan dan akses terhadap pendidikan berkualitas yang membatasi mobilitas sosial dan kesempatan mendapatkan pekerjaan lebih baik," katanya. 

Dia juga mencontohkan terkait struktural atau dari kebijakan pemerintah misalnya keterbatasan lapangan kerja formal dan keterbatasannya kesempatan kerja yang menyebabkan tingkat pengangguran tinggi 

"Termasuk kebijakan pemerintah terhadap harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang fluktuatif naik turun itu, turunnya sedikit naiknya banyak itu mempengaruhi daya beli masyarakat," ujarnya 

Lebih lanjut ia katakan terkait ketahanan pangan yang buruk banyak yang bjsa menyebabkan stunting akibag pangan yang terbatas. Semua itu adalah kebijakan-kebijakan atau kemiskinan yang disebabkan karena struktural. 

"Jadi nampaknya kemiskinan yang disebabkan karena struktural itu lebih banyak daripada kemiskinan yang disebabkan karena kultural maupun alamiah," pungkasnya. [] Setiawan Dwi 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab