Tinta Media - Lagi-lagi dunia maya digegerkan dengan berita kontroversi, yaitu tentang Ma'had Al-Zaytun. Kesan islami kini tercoreng dengan adanya salat Idul Fitri dengan jema'ah wanita berada di saf depan bersama dengan jema'ah laki-laki. Bahkan, formasi yang di depan mirip dengan 3 admiral one piece. Parahnya, orang nonmuslim ikut serta menunaikan salat dengan gaya ibadah mereka. Dengan dalih mazhab Bung Karno yang dianut, seolah-olah melengkapi mazhab para imam pendahulu.
Pimpinan Mahad Al-Zaytun Indramayu, Syekh Panji Gumilang memberikan penjelasan terkait salat Idul Fitri yang menjadi perdebatan publik.
Menurut pengakuan pihak Al-Zaytun, mereka mengambil dasar hukum Al-Quran Surat Al-Mujadalah ayat 11, yang artinya,
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu."
Mahad Al-Zaytun juga tidak melarang pelaksaan salat berjarak. Menurutnya, justru hal itu dianjurkan untuk memberikan ruang agar jangan terlalu berdesak-desakan.
Salah kaprah dalam penafsiran, lantas menjadi terbiasa di negeri +62 yang notabene populasi muslimnya terbanyak. Seharusnya kuantitas tersebut diiringi dengan kualitas yang memadai.
Tentunya hal ini berdampak buruk terhadap pemahaman umat karena bisa menimbulkan salah kaprah dalam hal ibadah. Belum lagi masalah lain yang berkaitan dengan penistaan terhadap agama Islam yang terus bermunculan bak jamur di musim hujan.
Tak heran jika banyak orang berbuat semaunya, termasuk menafsirkan ayat dan hadis sesuka hati. Hal ini karena negeri ini menganut konsep sekuler-liberal yang terus dijunjung tinggi oleh pengikutnya. Hal ini tentu saja berdampak besar terhadap kerusakan umat. Syariat Islam terus digerogoti dan dilecehkan. Yang tersisa adalah hukum Islam yang bersifat individu saja.
Melihat ini, apa tindakan negara selanjutnya? Negara hanya melakukan tabayyun dengan berdalih "Negeri kita kan bebas berpendapat?"
Dengan diamnya negara, ini membuktikan bahwa pelayanan terhadap urusan umat :no recommended'. Kenapa?
Karena, ketika umat di negaranya melakukan kesalahan, negara malah membiarkannya begitu saja, sehingga tidak menimbulkan efek jera bagi pelakunya. Itu sebabnya, pelecehan terhadap agama Islam terus terjadi, seperti pelecehan yang dilakukan oleh selebgram Lina mukherjee yang memakan babi dengan mengucapkan basmallah. Ada juga kasus tentang seorang WNA yang meludahi imam masjid jami Bandung.
Tampak jelas bahwa fakta-fakta yang terjadi menujukan keborokan sistem kapitalisme itu. Personal ini akan terus mengakar kuat dan tidak akan pernah mendapatkan solusi selama sistem kufur di negeri ini masih bercokol. Sistem yang berasaskan kemanfaatan ini, secara tidak langsung menggiring opini agar umat menyetujui tafsiran yang katanya menyesuaikan keadaan hari ini. Apalagi, sistem rusak ini telah menjamin kebebasan bertindak.
Hal ini berbeda dengan Islam yang menjadi rahmatalil alamin. Negara sebagai pelaksana hukun Islam seutuhnya menjamin akan penjagaan terhadap akidah umatnya. Hukuman yang diberikan oleh negara pun mampu memberikan efek jera terhadap orang yang melanggar hukum.
Dalam naungan negara Islam, umat berdampingan secara damai dengan pemeluk agama lain. Umat menghormati dan menghargai satu sama lain sehingga terjalin ikatan Islam dengan pilar utama yakni negara Islam.
Sejarah membuktikan bahwa selama pemerintahannya, Islam tidak pernah lemah dalam menangani kasus penistaan agama. Negara berhadil membuktikan, memberi efek jera bagi pelaku, dan memberi peringatan bagi lainnya. Hal ini karena khilafah adalah institusi penegak syariah secara kaffah.
Negara juga mengemban dakwah Islam dengan mengutamakan kemaslahatan umat. Negara juga bertindak sebagai junnah alias perisai umat dari serangan teror dan serangan dari musuh Islam.
Rasulullah pernah menerapkan hukum bunuh terhadap penista agama. Bahkan, kekhilafahan Utsamani telah menyiapkan perang untuk menggentarkan Perancis yang di kala itu akan mengadakan opera penistaan nabi.
Bagaimana dengan hari ini? Penistaan terhadap agama terus menjadi-jadi. Namun, masihkah ada harapan untuk menuntut keras sistem di negara ini?
Khilafahlah satu satunya solusi dengan cara penegakan syariah. Atas izin Allah, khilafah pasti akan tegak dalam waktu dekat ini. Lantas apakah diri kita hanya berdiam diri, melihat perjuangan ini? Atau ikut dalam penegakan kembalinya Khilafah?
Oleh: Fariha Maulidatul Kamila
Siswi SMAIT Al Amri