Kamis, 21 November 2024
Senin, 04 November 2024
Mengoreksi Penguasa, Tugas Siapa?
Jumat, 27 September 2024
Bencana Berulang Akibat Keserakahan Penguasa Curang
Minggu, 22 September 2024
Pork Barrel Politic di Balik Program Penguasa
Kamis, 12 September 2024
Parpol Tersandera Penguasa?
Sabtu, 18 Mei 2024
Jalan Masih Rusak, Bukti Abainya Penguasa Kapitalis
Sabtu, 06 April 2024
Ziswaf: Bentuk Ketaatan kepada Allah, Bukan Penguasa
Minggu, 17 Maret 2024
Penguasa Arab Saudi Memainkan Peran sebagai Pengikut AS
Selasa, 20 Februari 2024
Direktur FIWS: Keberadaan Para penguasa di Timur Tengah Tidak Bisa Dilepaskan dari Negara Bangsa
Senin, 11 September 2023
Penguasa Oh Penguasa
Tinta Media - Kejam sekali penguasa di negeri
ini, rakyat sudah mulai gelisah karena kebutuhan pokok mulai naik sedangkan
gaji buruh masih stagnasi tidak ada kenaikan, eh malah dapat kabar mau
dihilangin bahan bakar pertalite di awal tahun 2024 oleh PT Pertamina
(Persero). Padahal di dalam pandangan Islam, Sumber Daya Alam (SDA) termasuk
Bahan Bakar Minyak (BBM) itu milik rakyat, kalau milik rakyat artinya itu kembali
juga kepada rakyat secara gratis, penguasa atau pemerintah hanya mengelola bukan
berbisnis.
Walaupun saya sepakat, bahwa alasan
penghapusan pertalite dengan diganti pertamax green 92 itu adalah karena
masalah penghijauan dan lingkungan, tapi penguasa harus fair dong, seluruh hal
aktivitas dan juga proyek-proyek yang merusak alam dan lingkungan itu juga
harus dihapus dan dihentikan juga. Di satu sisi dihapus karena alasan
lingkungan alam, di sisi lain proyek-proyek seperti Ibu Kota Negara (IKN) yang
jelas-jelas merusak alam diberi jalan dan dikebut.
Iya sih setuju dengan perkataan para elite
bahwa IKN ini untuk rakyat, tapi cobalah berpikir kira-kira lebih penting mana
kesejahteraan rakyat dengan pembangunan proyek IKN. Kalau aku sih sebagai
mahasiswa pasti lebih memilih untuk mengutamakan kesejahteraan rakyat daripada
membangun IKN. Kan di dalam Islam kepemimpinan itu amanah yakni mengatur semua
urusan umat seperti menjamin pemenuhan kebutuhan pokok, sandang pangan, papan
bagi tiap individu warga negara, bukan tiap keluarga. Dan juga menjamin
pemenuhan hidup seperti pendidikan, kesehatan, dan juga keamanan secara cuma-cuma
dan gratis, serta melindungi rakyat dari berbagai gangguan dan ancaman dalam
memelihara urusan rakyat.
Lantas, bagaimana mau menghidupi rakyat
kalau uangnya saja dikorupsi, bakhan rakyat sendiri saja susah untuk menghidupi
dirinya sendiri. Coba lihatlah para penguasa di luar sana betapa susahnya
mencari pekerjaan, di samping susahnya mencari pekerjaan ,di sisi lain PHK
(Pemutus Hubungan Kerja) terjadi dimana-mana, bahkan di perusahaan besar sekali
pun. Di lain sisi lagi masyarakat dibebani dengan berbagai macam pajak. Mana
nih, peran negara katanya bekerja untuk rakyat?
Apa yang ada di pikiranmu wahai penguasa?
Anda itu dipilih oleh rakyat loh, perjuangkanlah atas nama hak rakyat. Ingatlah
dulu waktu pemilu dekat dengan rakyat, mengayomi, tapi ketika terpilih, rakyat
malah ditendang. Apakah engkau masih punya hati?
Ya saya sangat berterima kasih kepada Bapak
Ir. Bambang Wuryanto atau dikenal dengan nama Bambang Pacul anggota DPR Jateng
IV yang dengan lugasnya mengatakan bahwa korea-korea (DPR) ini nurut pada ketua
partai, itu informasi yang sangat berguna untuk kami masyarakat, buruh dan
warga negara Indonesia bahwasanya hakikatnya para elite dan anggota DPR
sejatinya bukan mewakili rakyat tapi mewakili kepentingan partai.
Ya benar bagiku para partai politik di negeri
ini mewakili rakyat, tapi mewakili rakyat yang mana ternyata rakyat yang sedikit
yang dimana lekat akan kepentingan-kepentingan bisnisnya alias para
cukong-cukong yang mendanainya diwaktu kampanye, kalau para partai politik
mewakili rakyat harusnya tidak menyetujui dan tidak mengesahkan UU Kesehatan,
UU Cipta Kerja, Omnibuslaw, penghapusan pertalite yang padahal itu semua sudah
secara terang-terangan ditentang oleh masyarakat, oleh para intelektual dan juga
para pakar.
Ingatlah wahai engkau penguasa, jika kau
beragama Islam renungkanlah sabda Rasulullah SAW, "Sungguh kalian akan
berambisi terhadap kepemimpinan (kekuasaan), sementara kepemimpinan (kekuasaan)
itu akan menjadi penyesalan dan kerugian pada hari kiamat kelak. Alangkah
baiknya permulaannya dan alangkah buruknya kesudahannya," (HR Al-Bukhari,
An-Nasa’i dan Ahmad).
Peringatan Rasulullah SAW ini sudah sangat
jelas, maka dari itulah, beliau memberikan contoh dengan tidak memberikan
kekuasaan atau jabatan kepada orang yang meminta jabatan dan kekuasaan.
Memang menjadi pemimpin itu berat tanggung
jawabnya di dunia dan di akhirat sangat luar biasa. Namun banyak orang
berambisi, setelah menjadi penguasa, menjadi pejabat tak peduli lagi halal dan
haram, segala macam cara dilakukan untuk melanggengkan kekuasaannya untuk
kepentingan pribadi, partainya dan para oligarki.
Maka dari itu, saran saya campakkan sistem ini, karena hanya melahirkan orang-orang haus dan rakus akan kekuasaan. Hidupkanlah sistem yang benar-benar mengatur urusan rakyat yang berpondasi pada akidah yang benar yang tak lain adalah sistem khilafah yang terbukti dan mampu menjamin kesejahteraan rakyat, bahkan bukan hanya muslim saja melainkan non muslim atau kafir juga. []
Oleh: Setiyawan
Mahasiswa Ideologis