Tinta Media: Pengkhianatan
Tampilkan postingan dengan label Pengkhianatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengkhianatan. Tampilkan semua postingan

Senin, 11 Maret 2024

Pembantaian Muslim Gaza Terus Terjadi Akibat Pengkhianatan Penguasa Negeri-Negeri Muslim



Tinta Media - Merespons pembantaian yang terjadi di Gaza, Pengamat Politik Internasional Dr. Hasbi Anwar,  S.IP., MA., mengatakan, pembantaian terhadap Muslim Palestina, Gaza terus terjadi akibat dari diamnya dan pengkhianatan negeri-negeri Muslim di dunia. 

"Dunia Islam pada umumnya, mereka hanya bisa dengan lisan dalam merespons peristiwa Gaza, yang paling menyedihkan lagi banyak diantara yang terang-terangan mendukung Israel, dan sejak 7 Oktober sampai sekarang, pembantaian terus terjadi oleh zionis karena diamnya dan pengkhianatan negeri-negeri Muslim," tuturnya dalam Catatan Peradaban, Ingat..!!! Palestina Masih Penuh Nestapa, di kanal YouTube Peradaban Islam ID, Kamis (7/3/2024). 

Hasbi menambahkan, masyarakat dunia diperlihatkan kebebasan zionis melakukan pembantaian terhadap warga Gaza, tanpa ada satu kekuatan pun yang bisa menghentikan itu semua. Padahal kalau jika lihat dalam segala aspek, kekuatan entitas penjajah Zionis sangatlah lemah. Letaknya yang berada di tengah-tengah kaum Muslimin, kemudian ketergantungan zionis terhadap wilayah-wilayah kaum Muslimin. 

"Logikanya seandainya Israel bisa memblokade Gaza. Mesir, Yordan, Suriah, Lebanon, Turki itu lebih bisa memblokade Israel, bahkan secanggih-canggihnya sistem senjata iron domenya Amerika atau senjata-senjata yang dikirimkan Amerika sampai sekarang kepada Israel, itu tidak akan bisa tembus ke Israel ketika wilayah Timur Tengah itu ditutup oleh negara-negara Arab, negara-negara Muslim untuk masuk ke Israel. Itu kan jelas sekali, dan kenapa Israel bisa sebebas itu? Itu karena pengkhianatan," tegasnya. 

Hasbi menjelaskan bentuk dari pengkhianatan negeri-negeri Muslim tidak akan terjadi ketika dunia Arab atau dunia Islam di wilayah sekitar Gaza tidak berkhianat. Memang ada banyak pemimpin-pemimpin kaum Muslimin yang bersuara, Indonesia termasuk yang paling kencang bersuara tetapi apa yang terjadi saat ini, bukan suara yang dibutuhkan oleh Gaza 

"Kalau kita melihat yang terjadi di Gaza itu adalah kekerasan yang dilakukan dengan tangan atau kekuasaan. Solusinya amar makruf nahi mungkar dengan kekuasaan atau dengan tangan. Tetapi kita tidak melakukan itu. Malah yang terjadi, kezaliman itu dilakukan oleh uluran tangan secara langsung, dengan kekuasaan secara langsung, tetapi dunia membalas kezaliman itu atau merespons kezaliman itu dengan lisan. Ini yang tidak apple to apple, tidak simetris antara kezaliman yang terjadi dengan sikap dunia, dan itu yang membuat akhirnya terjadi pembantaian secara berulang dan kita tidak tahu kapan itu akan berhenti," sesalnya. 

Masa Depan Gaza 

Hasbi menjelaskan masa depan Gaza tergantung dua faktor, kemauan Israel dan Amerika. Tetapi, ia mempertanyakan, kenapa harus menunggu AS untuk menekan Israel? Kenapa harus menunggu Israel kecapean dulu dengan desakan internal? Baru pembantaian terhenti. "Kemanusiaan kita dipertanyakan, apalagi khususnya bagi para pemimpin-pemimpin yang memiliki tentara. Hal yang tidak masuk akal yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin kaum muslim saat ini, padahal kita memiliki banyak kekuatan," tukasnya. 

Mungkin ada yang mengatakan, lanjut Hasbi, kekuatan militer umat Islam tidak seimbang dengan AS. Memang tidak seimbang tetapi umat Islam memiliki banyak kekuatan non militer yang bis digunakan untuk menekan AS. Atau kalau lebih strategis lagi masih ada kesempatan untuk mengubah hubungan negeri-negeri Muslim dengan AS menjadi independen, sehingga mampu membangun kekuatan yang sifatnya independen. 

Seharusnya dari peristiwa Gaza, kata Hasbi, masyarakat Muslim belajar, bahwa negeri-negeri Muslim lemah di hadapan Barat, tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa menonton penderitaan Muslim Gaza, hanya bersuara ketika Gaza dibantai. 

"Seharusnya dari sini kita belajar bahwa umat Islam harus mencari jalan sendiri untuk bisa membangkitkan kaum muslimin bukan selalu bergantung sama Barat, institusi Barat bergantung dengan militer dan ekonomi Barat," pungkasnya. [] Alfia Purwanti

Kamis, 27 April 2023

NGUNDUH WOHING PAKARTI

Tinta Media - Siapa yang menanam, dia akan menuai. Siapa yang meninggalkan dia akan ditinggalkan. Siapa yang berkhianat, dia akan dikhianati. Siapa yang menyakiti, dia akan disakiti.

Hidup di dunia, bukanlah sebatas siapa yang punya kuasa, lalu dapat berbuat sekehendak hatinya. Jangan dianggap diam dan ketidakberdayaan adalah bentuk kekalahan.

Dalam ajaran agama Islam, Allah SWT bersama orang-orang yang sabar. Allah SWT mengabulkan doa orang yang terzalimi.

Dalam falsafah jawa, setiap laku harus ditata. Setiap kata ada tuahnya. Tidak boleh adigang, adigung, adiguno. Tidak boleh mentang-mentang, tidak boleh melakukan segalanya.

Hari ini, Sandiaga Uno meninggalkan Gerindra. Terbaca tegas, raut kekecewaan Muzani Sekjen Gerindra, yang mengklaim Sandi telah dibesarkan Prabowo namun akhirnya meninggalkan Prabowo.

Sandi, yang meskipun dalam dunia usaha telah dikenal sebagai pengusaha, namun dalam politik dia hanyalah 'New Comer'. Prabowo-lah, yang mengorbitkan Sandi, dari wacana menjadi Gubernur Jakarta walau akhirnya menjadi pendamping Anies di Jakarta.

Prabowo juga, yang akhirnya menenteng Sandi sebagai Cawapres, mengesampingkan Cawapres dari PKS. Prabowo memborong Capres dan Cawapres, semuanya dari Gerindra.

Akhirnya, saatnya tiba. Sandi mengirimkan sepucuk surat, bukan surat cinta melainkan surat perpisahan dengan Gerindra. Muzani menyebut Sandi lompat pagar ke partai lain.

Info santer yang beredar, Sandi akan ditampung PPP, selanjutnya dinobatkan menjadi Cawapres mendampingi Ganjar Pranowo. Skenarionya diawali dengan dukungan PPP untuk mencapreskan Ganjar Pranowo.

Apakah Prabowo merasa sakit? Gerindra meradang? 

Kira-kira itulah yang dirasakan para pemilih Prabowo di Pilpres 2019. Mereka sakit dan meradang, saat Prabowo meninggalkan mereka tenggelam sendirian, dan timbul bersama kekuasaan.

Dengan dalih mengakhiri friksi cebong - kampret, Prabowo merapat ke Jokowi. Nyatanya, bukan redam, selain Cebong - Kampret, malah muncul Kadrun.

Artinya, motif kekuasaanlah yang menjadi latar Prabowo merapat. Mewakafkan dirinya untuk Jokowi, bukan untuk rakyat sebagaimana janji wasiat yang dia buat dihadapan ahli hukumnya.

Ngunduh Wohing Pakerti. Prabowo sedang memetik buah, dari pohon pengkhianatan yang pernah ditanamnya. Jadi, tidak perlu berduka atas kepergian Sandi. Tetaplah bergembira, karena meskipun nantinya akan kalah Pilpres, masih terbuka peluang untuk menjadi Menhan Ganjar Pranowo. [].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Senin, 17 April 2023

UIY: Mendiamkan Kekejaman Israel Adalah Bentuk Pengkhianatan

Tinta Media - Merespons kebiadaban tentara Israel menyerang Muslim Palestina di Masjid Al Aqsha, Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) mengatakan, sikap penguasa negeri-negeri Muslim mendiamkan kekejaman zionis Israel itu, merupakan bentuk pengkhianatan. 

“Mendiamkan kekejaman zionis Israel berlangsung di depan mata mereka tanpa ada upaya nyata untuk menghentikannya jelas merupakan bentuk pengkhianatan terhadap kewajiban mereka untuk melindungi umat dan Masjidil Aqsa dan secara tidak langsung merupakan dukungan terhadap kekejaman Israel di sana,” tegasnya dalam Tayang Video: Mengutuk Kebiadaban Zionis Israel Menyerang Masjidil Aqsha di Palestina, Jumat (14/4/2023) di kanal Youtube UIY Official. 

Dia bersama ulama dan tokoh umat menyatakan sikap mengutuk tindakan zionis Israel yang menyerang umat Islam yang tengah beribadah di Masjidil Aqsha itu. “Kutukan terhadap keberadaban Zionis Israel, pada Rabu 5 April dini hari lalu tentara Israel menyerang umat Islam yang tengah beribadah di dalam Masjidil Aqsa," tegasnya. 

Lanjutnya, ia katakan dalam serangan Israel itu, Muslim Palestina yang sedang beribadah dipukuli, sebagiannya lalu diikat. Tentara Israel juga menembaki Masjidil Aqsha dengan granat dan gas air mata, akibatnya puluhan jamaah terluka sementara ratusan warga Palestina lainnya ditahan oleh otoritas Israel. 

"Kejadian ini bukan hanya yang kali pertama, ini adalah kesekian kali kebiadaban  Israel ditunjukkan kepada dunia,” tuturnya. 

Ia menyerukan kapada penguasa negeri-negeri Muslim untuk bersatu mengerahkan kemampuan militer guna menghentikan kebrutalan zionis Israel itu. 

“Sesungguhnya cara yang benar dalam menghadapi agresi Israel tak lain adalah dengan jihad, perundingan damai apalagi normalisasi hubungan diplomatik akan mengokohkan keberadaan zionis Israel di sana,” serunya. 

Lebih lanjut, dia mengajak penguasa, tokoh umat, alim ulama, akademisi pimpinan militer sungguh-sungguh ikut dalam beejuang menegakkan khilafah. Karena hanya khilafah sajalah yang bisa menyatukan dua miliar umat Islam seluruh dunia dengan segenap potensi yang dimiliki. 

"Hanya dengan persatuan saja umat akan memiliki kekuatan untuk melindungi harkat dan martabatnya, termasuk melawan segala bentuk kezaliman seperti yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina dan Masjidil Aqsha sekarang ini,” pungkasnya.[] Warih Sutaryono
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab