Tinta Media: Pengemban
Tampilkan postingan dengan label Pengemban. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengemban. Tampilkan semua postingan

Senin, 24 Oktober 2022

Pengemban Dakwah Cari Alasan Untuk Tidak Berdakwah, Ini Kata Ustaz Abu Zaid

Tinta Media - Banyaknya pengemban dakwah yang selalu mencari-cari  alasan untuk tidak berdakwah direspon oleh Ustaz Abu Zaid dari Tabayyun Center.

“Jika kita mencari solusi atas semua kondisi kita, insyaallah ada jalan keluar. Sebaliknya jika kita menjadikan kondisi kita sebagai alasan pembenar agar tidak ikut agenda dakwah maka Allah pun tak akan memberikan solusi atas kita,” ungkapnya kepada Tinta Media, Ahad (23/10/2022).
 
Abu Zaid mencontohkan, seorang ustazah yang pagi harinya melahirkan dan masih berbaring di ranjang rumah sakit untuk istirahat. Tapi pada sore harinya bakda asar sudah mengisi ngaji dengan berbaring di ranjang. Sementara muridnya duduk seputar ranjang.
 
“Bukankah bisa saja andai dia bilang ngaji libur dulu? Bukankah itu udzur syar'i? Bukankah itu alasan yang benar? Ya semua itu betul. Namun ia adalah seorang pejuang, dan malu jika masih bisa melakukannya kemudian menjadikan alasan untuk tidak melakukannya,” ulasnya.
 
Abu Zaid mengatakan, Allah sesuai persangkaan hambaNya, jika kita minta kemudahan Allah kasihkan. Jika kita minta kesulitan apa yang  bisa kita lakukan.
 
Ia membacakan hadis Rasulullah Saw.
 
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih)
 
“Jadi sobat, maju terus pantang mundur. Allaahu ma'ana,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun

Senin, 17 Oktober 2022

Dakwah dan Melaksanakan Syariat Allah, Representasi Muslim yang Sebenar-benarnya Taqwa

Tinta Media - Muslimah Media Center menuturkan, menjadi pengemban dakwah dan terikat dengan syariat Allah merupakan representasi seorang Muslim yang bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa.

"Seorang pengemban dakwah yang terikat dengan syariat Allah adalah orang yang telah merepresentasikan Islam di dalam dirinya dan ia juga telah bertakwa kepada Allah dengan taqwa yang sebenar-benarnya," tutur narator dalam One Minute Booster Extra | Tanpa Dakwah, Tuntutan Hukum Belum Terpenuhi Seluruhnya, Ahad (16/10/2022) di kanal YouTube Muslimah Media Center.

Narator menyatakan, dianggap memenuhi tuntutan islam, bila kita mengamalkan Islam dan mendakwahkannya. "Mengamalkan Islam tanpa mendakwahkannya adalah setengah dari tuntutan Islam, begitu pula ketika kita mengemban dakwah islam ke tengah-tengah umat manusia tanpa mengamalkannya juga dianggap baru setengah dari tuntutan Islam, oleh karena itu dua tuntutan Islam tersebut belum dikatakan telah dipenuhi seluruhnya, kecuali jika keduanya dilakukan bersamaan yakni mengamalkan Islam dan mendakwahkannya ke tengah-tengah umat manusia," urainya, karena Islam telah memerintahkan umat Islam dengan dua perkara pokok ini.

Kemudian pengemban dakwah akan diuji dengan rintangan dunia, supaya berhasil lanjut narator, seorang pengemban dakwah harus berhati-hati dan sangat waspada dari kecintaan terhadap dunia dan upaya menikmati dunia yang tidak sesuai dengan syariat Allah.

"Ia juga layak untuk disebut telah berhasil melewati rintangan kedua yakni cinta dunia dan perhiasannya serta mengutamakan kehidupan akhirat atas dunia dan upaya untuk mendapatkannya," terangnya

Narator menilai, sesungguhnya Islam tidak pernah melarang seorang muslim untuk mengambil bagiannya dari dunia ini dan merasakan berbagai kenikmatan atau kebaikan dunia, sebab tutur narator, Allah Subhanahu wa ta'ala telah
berfirman dalam Quran surat al-Qasas 77, yang artinya, "Carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu atau kebahagiaan negeri akhirat janganlah kamu melupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kemaksiatan," tuturnya.

"Semoga para pengemban dakwah senantiasa disibukkan terhadap akhirat dengan terus menyibukkan diri melakukan amal dakwah menegakkan kembali hukum-hukum Allah," pungkasnya. [] Arip

Rabu, 07 September 2022

Ajengan Yuana: Kelezatan Akhirat Abadi Tapi Banyak Orang Melupakannya

Tinta Media - Mudir Ma’had Khodimus Sunnah Ajengan Yuana Ryan Tresna (YRT) menegaskan kelezatan akhirat itu abadi tapi banyak orang melupakannya.
 
“Kelezatan dunia ini sangat sedikit dan sangat singkat. Tapi banyak orang tergoda untuk mengejarnya karena ia tampak di depan mata. Sedangkan kelezatan akhirat nanti sangat besar dan abadi. Tapi banyak orang melupakannya karena ia tersembunyi dan tidak tampak,” ungkapnya di telegram pribadinya Rabu (6/9/2022).
 
Ia menasehati, kalau penuntut ilmu dan pengemban dakwah bersedih karena dunia hilang atau berkurang, maka seharusnya lebih bersedih kalau akhirat hilang atau berkurang.

YRT lalu mengutip perkataan Ibrahim bin Adham,
 
قَالَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ أَدْهَمَ : " الْحُزْنُ حُزْنَانِ ، فَحُزْنٌ لَكَ ، وَحُزْنٌ عَلَيْكَ فَالْحُزْنُ الَّذِي هُوَ لَكَ حُزْنُكَ عَلَى الآخِرَةِ ، وَخَيْرِهَا ، وَالْحُزْنُ الَّذِي هُوَ عَلَيْكَ حُزْنُكَ عَلَى الدُّنْيَا وَزِينَتِهَا "
 
"Kesedihan ada dua: kesedihan yang menguntungkan dan kesedihan yang merugikan. Adapun kesedihan yang menguntungkan adalah kesedihan terhadap akhirat. Sedangkan kesedihan yang merugikan adalah kesedihan terhadap dunia."
 
“Oleh karenanya, penuntut ilmu dan pengemban dakwah tidak sepantasnya menjadi pemuja dunia, sehingga hari-harinya hanya untuk meneguk kelezatan dunia yang menipu,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 

Selasa, 06 September 2022

Ustaz Abu Zaid: Shalat Malam Bentuk Ideal Hubungan Dekat Hamba dengan Tuhannya

Tinta Media - Ustaz Abu Zaid dari Tabayyun Center mengatakan bahwa shalat malam merupakan bentuk ideal hubungan dekat hamba dengan Tuhannya.

"Bagi pengemban dakwah maka bekal shalat malam itu sangat penting. Shalat malam merupakan bentuk ideal hubungan dekat hamba dengan Tuhannya," tuturnya kepada Tinta Media, Ahad (4/9/2022).

Ia mengingatkan bahwa rehat saat capek itu penting. Biar segera segar dan fokus lagi. Setelah jalan beberapa jam, penat rasa badan. Mampir ngopi, mata ngantuk jadi terang lagi. " Dalam kesibukan berjuang, rehat juga perlu. Ngecas baterai biar ga lowbat. Ngecas yang istimewa adalah qiyamul lail. Shalat malam," ujarnya.

Ia menyatakan bahwa shalat malam memberikan kesempatan kepada pengemban dakwah untuk berasyik Masyuk dengan Rabb-Nya. Dikeheningan malam itulah segala keluh kesah ditumpahkan. Segala kesulitan diadukan. Segala kelemahan dimintakan bantuan. "Dengan khusyuk hamba yang sadar sesadar-sadarnya penuh kelemahan, kekurangan dan dosa. Mengadu dengan air mata berderai kepada Sang Khaliq. Pemilik semesta alam," tukasnya.

Ia menambahkan bahwa pada saat sepi dengan Rabb itulah seorang hamba mengadukan kelemahannya dan mohon kemenangan. Agar Allah melindungi dan mengalahkan musuh-musuhnya. Agar Allah menghancurkan para penjajah kafir dan para penguasa antek. "Agar Allah menolong kita dengan tegaknya khilafah," ungkapnya.

Ustadz Abu Zaid melanjutkan bahwa selain shalat malam maka shalat berjamaah di masjid atau mushalla bersama kaum muslimin jangan sampai ditinggalkan kecuali ada udzur. "Kemudian ditambah dengan amalan nafilah yang lain seperti tilawah Al Quran, puasa sunnah, memperbanyak dzikir dan doa dan lain-lain," tambahnya.

Menurutnya, pengemban dakwah adalah orang yang mestinya sudah beres Ibadah wajibnya dan disibukkan diri dengan menambah yang nafilah. "Sehingga dia akan menjadi kekasih Allah, karena membiasakan diri dengan yang wajib dan menambah dengan yang sunnah," terangnya.

"Jika sudah menjadi wali Allah maka akan menjadi hamba yang selalu dibimbing Allah. Ditolong oleh Allah dan dimenangkan oleh Allah," tegasnya.

Maka siapakah yang bisa mencelakai kekasih Allah? Siapakah yang bisa mengalahkan wali Allah? "Maka sesungguhnya mereka, musuh kekasih Allah, itulah yang pasti celaka dan kalah!" tandasnya.[] Ajira

Ustaz Abu Zaid: Dakwah Bukan Sekedar Mengajak, Menyebar Nasihat dan Peringatan, Tapi...

Tinta Media - Ustaz Abu Zaid dari Tabayyun Center mengingatkan kepada pengemban dakwah bahwa dakwah itu bukan sekedar mengajak, menyebar nasehat dan peringatan. 

"Dakwah itu bukan sekedar memberi tahu, bukan sekedar mengajak, bukan sekedar menyebar nasehat dan peringatan. Namun dakwah juga menghendaki perubahan," tuturnya kepada Tinta Media, Senin (5/9/2022).

Menurutnya, dakwah itu bukan sekedar perubahan individu namun juga masyarakat. "Dari masyarakat kufur menjadi masyarakat Islam. Masyarakat yang hanya diatur oleh syariat Islam kafah," tegasnya. 
 
“Karena itu pengemban dakwah mesti jadi contoh. Bahwa apa yang disampaikan bisa juga dilaksanakan. Karenanya pengemban dakwah wajib berupaya sungguh sungguh untuk menyatukan kata dan perbuatan,” tandasnya.
 
Ia lalu membacakan  Al-Qur'an surat As-Shaff Ayat 2 sebagai sandaran pendapatnya,
 
 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
 
 "Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?"

“Ngomong itu mudah. Kata orang lidah tak bertulang, bisa lentur berkata kata. Siapa pun bisa bicara tapi perbuatan lah yang menjadi buktinya,” tambahnya. 
 
Lupa Amal Diri
 
Abu Zaid berpesan, jangan sampai pengemban dakwah dalam menyampaikan dakwah kepada manusia namun lupa akan amal diri. "Kita harus berupaya maksimal untuk menjadi pengamal ilmu kita, meski tentu saja tidak akan bisa sempurna," ujarnya. 
 
“Namun kekurangan itu dimaafkan dalam upaya serius untuk mewujudkannya, karena pengemban dakwah itu manusia biasa bukan malaikat juga bukan nabi sehingga tidak maksum. Jika seseorang baru boleh dakwah ketika sudah sempurna mengamalkan Islam pastilah tidak ada seorang pun manusia sekali pun  para ulama yang akan sanggup berdakwah,” urainya.
 
Karenanya, lanjut Abu Zaid, maka sikap proporsional itu sangat penting. Di satu sisi kita wajib mengemban dakwah. Dan di sisi lain kita wajib mentaati Allah dan Rasul-Nya dengan mengamalkan ilmu kita sebaik baiknya.
 
“Jangan sampai pinter ngomong saja. Tapi tak boleh juga dengan alasan belum sempurna amalnya kemudian tak mau berdakwah,” pesannya.  
 
Abu Zaid menegaskan, abai terhadap amal diri  akan menjadi penghambat kemenangan dan pertolongan Allah kepada dakwah ini. Karena itu pengemban dakwah wajib menjadi orang pertama yang tertib solatnya, tertib puasanya, tertib membayar zakatnya, tertib ibadah lainnya. Yang semangat menambah dengan amal sunnah. Yang tertib muamalahnya baik bisnisnya maupun dalam urusan rumah tangganya. Yang tertib lisannya dan amal tangan serta kakinya.
 
“Pendek kata dia adalah orang yang berjuang untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya meski sebagai manusia biasa tak luput dari kekurangan,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
 

Senin, 05 September 2022

Recharge Mandiri Pengemban Dakwah (bagian 5-habis): Satunya Kata dan Perbuatan

Tinta Media - Ngomong itu mudah. Kata orang lidah tak bertulang. Bisa lentur berkata kata. Siapapun bisa bicara tapi perbuatan lah yang menjadi buktinya. 

Dakwah itu bukan sekedar memberi tahu. Bukan sekedar mengajak. Bukan sekedar menyebar nasehat dan peringatan. Namun dakwah juga menghendaki perubahan. Bukan sekedar perubahan individu namun juga masyarakat. Dari masyarakat kufur menjadi masyarakat Islam. Masyarakat yang hanya diatur oleh syariat Islam kaffah. 

Karena itu pengemban dakwah mesti jadi contoh. Bahwa apa yang disampaikan bisa juga dilaksanakan. Karena nya pengemban dakwah wajib berupaya sungguh sungguh untuk menyatukan kata dan perbuatan. 

Allah berfirman dalam surat As-Shaff Ayat 2

 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?"

Jangan sampai kita menyampaikan dakwah kepada manusia namun lupa akan amal diri. Kita harus berupaya maksimal untuk menjadi pengamal ilmu kita. Meski tentu saja tidak akan bisa sempurna. Namun kekurangan itu dimaafkan dalam upaya serius untuk mewujudkan nya. Karena pengemban dakwah itu manusia biasa bukan malaikat juga bukan nabi sehingga tidak maksum. Jika seseorang baru boleh dakwah ketika sudah sempurna mengamalkan Islam pastilah tidak ada seorang pun manusia sekalipun para ulama yang akan sanggup berdakwah. 

Karenanya maka sikap proporsional itu sangat penting. Disatu sisi kita wajib mengemban dakwah. Dan disisi lain kita wajib mentaati Allah dan Rasul-Nya dengan mengamalkan ilmu kita sebaik baiknya. Jangan sampai pinter ngomong saja. Tapi tak boleh juga dengan alasan belum sempurna amalnya kemudian tak mau berdakwah. 

Abai terhadap amal diri akan menjadi penghambat kemenangan dan pertolongan Allah kepada dakwah ini. Karena itu pengemban dakwah wajib menjadi orang pertama yang tertib sholatnya, tertib puasanya, tertib mbayar zakatnya, tertib ibadah lainnya. Yang semangat menambah dengan amal sunnah. Yang tertib muamalahnya baik bisnisnya maupun dalam urusan rumah tangga nya. Yang tertib lisannya dan amal tangan serta kakinya. Pendek kata dia adalah orang yang berjuang untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya meski sebagai manusia biasa tak luput dari kekurangan. 

Ayo Sobat... Cukup yah. Hasbunallahu wani'mal wakil. []

Ustaz Abu Zaid 
Tabayyun Center 

Minggu, 04 September 2022

Recharge Mandiri Pengemban Dakwah (bagian 4): Melipatgandakan Taqorrub ilallaah

Tinta Media - Rehat bentar saat capek itu penting. Biar segera seger dan fokus lagi. Setelah jalan beberapa jam penat rasa badan. Mampir ngopi. Mata ngantuk jadi terang lagi. 

Dalam kesibukan berjuang rehat juga perlu. Ngecas baterai biar ga lowbat. Ngecas yang istimewa adalah qiyamul lail. Sholat malam. Gurunda KH Rokhmat S Labib menjelaskan keterkaitan antara Surah al Mudatsir dan Surah Al- Muzammil. 

Dalam surat al-Muddatstsir 1-2 Allah berfirman

 يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمُدَّثِّرُ 

. Hai orang yang berkemul (berselimut)

, قُمْ فَأَنذِرْ 

 bangunlah, lalu berilah peringatan!

Al Mudatsir berkemul dalam keadaan takut setelah menerima wahyu kemudian Allah perintahkan untuk berdakwah. 

Sementara dalam Surah Al Muzammil Allah berfirman:

 يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمُزَّمِّل

Hai orang yang berselimut (Muhammad),

 قُمِ ٱلَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا

 Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),

Al Muzammil ketika berselimut saat nyenyak tidur malam. Kemudian Allah perintahkan untuk bangun dan sholat malam. 

Keterkaitan dua surah ini secara khusus adalah bagi pengemban dakwah maka bekal sholat malam itu sangat penting. Sholat malam merupakan bentuk ideal hubungan dekat hamba dengan Tuhannya. Sholat malam memberikan kesempatan kepada pengemban dakwah untuk berasyik masyuk dengan Rabbnya. Dikeheningan malam itulah segala keluh kesah ditumpahkan. Segala kesulitan  diadukan. Segala kelemahan dimintakan bantuan. Dengan khusyuk hamba yang sadar sesadar sadarnya penuh kelemahan, kekurangan dan dosa. Mengadu dengan air mata berderai kepada Sang Kholiq. Pemilik semesta Alam. 

Pada saat bersepi dengan Rabb itulah kita mengadukan kelemahan kita dan mohon kemenangan. Agar Allah melindungi kita dan mengalahkan musuh musuh kita. Agar Allah menghancurkan para penjajah kafir dan para penguasa antek. Agar Allah menolong kita dengan tegaknya khilafah. 

Selain sholat malam maka sholat berjamaah di masjid atau mushola bersama kaum muslimin jangan sampai ditinggalkan kecuali ada udzur. Kemudian ditambah dengan amalan nafilah yang lain seperti tilawah Al Quran, puasa sunnah, memperbanyak dzikir dan doa dll. 

Maka pengemban dakwah adalah orang yang mestinya sudah beres ibadah wajibnya dan disibukkan diri dengan menambah yang nafilah. Sehingga dia akan menjadi kekasih Allah karena membiasakan diri dengan yang wajib dan menambah dengan yang sunnah. 

Jika sudah menjadi wali Allah maka akan menjadi hamba yang selalu dibimbing Allah. Ditolong oleh Allah dan dimenangkan oleh Allah. Maka siapakah yang bisa mencelakai kekasih Allah? Siapakah yang bisa mengalahkan wali Allah? Maka sesungguhnya mereka, musuh kekasih Allah, itulah yang pasti celaka dan kalah!. Wallahu a'lam. []

Ustaz Abu Zaid 
Tabayyun Center

Sabtu, 03 September 2022

Abu Zaid: Optimisme Melahirkan Semangat Juang

Tinta Media - Ustaz Abu Zaid dari Tabayyun Center mengatakan optimisme akan melahirkan semangat juang.
 
“Optimisme akan melahirkan semangat berjuang. Semangat akan melahirkan kesungguhan. Kesungguhan dalam merencanakan, memenej, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan. Kesungguhan menjadi sebab dekatnya keberhasilan karena nasrullah. Karena nya optimisme akan mendekatkan kepada tujuan,” ungkapnya kepada Tinta Media, Sabtu (3/9/2022).
 
Ia memberikan alasan mengapa pengemban dakwah harus optimis. "Karena kita beriman kepada janji Allah, bahwa Allah pasti memenangkan kita. Allah pasti menolong kita dari segala musuh musuh Nya," ujarnya.
 
Sebagai sandaran dalilnya, Abu Zaid membacakan Al-Qur'an surat  At-Taubah Ayat 33,
 
 هُوَ ٱلَّذِىٓ أَرْسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلْهُدَىٰ وَدِينِ ٱلْحَقِّ لِيُظْهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْمُشْرِكُونَ
 
 "Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai."
 
“Kemenangan itu hanya soal waktu. Jadi kita  harus optimis, karena  Allah sudah pasti memenangkan  kita  asal kita benar benar beriman dan beramal sholeh,” cetusnya meyakinkan.
 
Hanya saja, lanjutnya,  kemenangan itu setahap demi setahap menuju puncak, tidak langsung khilafah tegak.
 
“Kemenangan bersusun dari kemenangan kemenangan kecil bagaikan batu bata yang menyusun tembok kokoh. Maka kita harus meraih kemenangan- kemenangan kecil itu agar kemenangan besar  kita raih,” ucap Abu Zaid memberikan permisalan.
 
Ia lalu memberikan contoh kemenangan-kemenangan kecil itu. “Kemenangan kecil saat kita ngajak ngaji kawan dengan sukses. Kemenangan saat kita setiap pekan disiplin ngaji. Kemenangan saat kita berhasil mendapatkan dukungan netizen di sosmed. Kemenangan saat kita berhasil mengupgrade murid kita,” ungkapnya.
 
Semua  kemenangan kecil  ini, kata Abu Zaid, yang  menyusun kemenangan besar. "Tidak  mungkin tiba-tiba khilafah berdiri tanpa kita menyusun lebih dulu kemenangan-kemenangan kecil sebagai pondasinya. Hanya akan menjadi khayalan jika kita berteriak lantang bahwa khilafah akan segera tegak sementara kita malas menyusun batu bata kemenangan kecil satu per satu," katanya. 
 
 
“Karena itu kita harus selalu optimis, semangat dan yakin meraih kemenangan kemenangan kecil itu. Tak boleh ada sikap pengabaian sama sekali. Kita harus senantiasa bersungguh sungguh mencari uslub untuk menembus celah celah kemenangan itu. Sekecil apa pun peluang yang ada wajib kita manfaatkan. Tak boleh disepelekan,” nasehatnya mengobarkan semangat.
 
Yakin Janji Allah

Menurutnya, optimisme karena yakin akan janji Allah akan melahirkan kesungguhan dalam berjuang. "Kita akan lahir sebagai manusia pejuang yang selalu menyambut fajar pagi dengan senyum terkembang. Siap menyambut hari dengan uslub terbaik yang kita mampu pikirkan," tegasnya. 
 
“Jadi optimis ya Sobat. Dan catat baik baik, kita wajib menang! Karena kemenangan itulah penyelamat kita di dunia dan akhirat. Kita tak boleh ambil peluang kalah, karena kalah dengan sengaja yang berakibat kegagalan tegaknya Islam adalah dosa. Sekali lagi, jangan ambil peluang kalah, wajib ambil peluang menang sesulit apa pun kondisi itu,” ajaknya penuh semangat.  
 
"Makin kita terpojok makin kita di ujung tanduk karena serangan musuh maka kemenangan makin dekat selama kita istiqomah, tandasnya seraya membacakan surat Al-Ahzab Ayat 22:
 
 وَلَمَّا رَءَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلْأَحْزَابَ قَالُوا۟ هَٰذَا مَا وَعَدَنَا ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَصَدَقَ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ ۚ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّآ إِيمَٰنًا وَتَسْلِيمًا
 
Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: ‘Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita’. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan," terangnya. 
 
“Karena para sahabat beriman bahwa pertolongan Allah dan Rasul-Nya itu pasti benar maka mereka sanggup istiqomah meski kondisi sangat genting. Dan Maha Benar Allah dengan segala JanjiNya,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
 

Recharge Mandiri Pengemban Dakwah (Bagian 3): Optimis, Kita Pasti Menang

Tinta Media - Optimisme akan melahirkan semangat berjuang. Semangat akan melahirkan kesungguhan. Kesungguhan dalam merencanakan, memenej, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan. Kesungguhan menjadi sebab dekatnya keberhasilan karena nasrullah. Karena nya optimisme akan mendekatkan kepada tujuan. 

Mengapa kita harus optimis? Karena kita beriman kepada janji Allah. Bahwa Allah pasti memenangkan kita. Allah pasti menolong kita dari segala musuh musuh Nya. 

Surat At-Taubah Ayat 33 Allah berfirman:

 هُوَ ٱلَّذِىٓ أَرْسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلْهُدَىٰ وَدِينِ ٱلْحَقِّ لِيُظْهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْمُشْرِكُونَ

 " Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai."

Jadi mengapa kita optimis, jika Allah sudah pasti memenangkan kita? Asal kita benar benar beriman dan beramal sholeh. Pasti kemenangan itu hanya soal waktu. 

Hanya saja kemenangan itu setahap demi setahap menuju puncak. Tidak langsung khilafah tegak. Kemenangan bersusun dari kemenangan kemenangan kecil bagaikan batu bata yang menyusun tembok kokoh. Maka kita harus meraih kemengan kemenangan kecil itu agar kemenangan besar itu kita raih. 

Kemenangan kecil saat kita ngajak ngaji kawan dengan sukses. Kemenangan saat kita setiap pekan disiplin ngaji. Kemenangan saat kita berhasil mendapatkan dukungan netizen di sosmed. Kemenangan saat kita berhasil mengupgrade murid kita. Semua ini kemenangan kecil yang menyusun kemenangan besar. Tak mungkin tiba tiba khilfah berdiri tanpa kita menyusun lebih dulu kemenagan kemenangan kecil sebagai pondasi nya. Hanya akan menjadi khayalan jika kita berteriak lantang bahwa khilafah akan segera tegak sementara kita malas menyusun batu bata kemenangan kecil satu per satu. 

Karena itu kita harus selalu optimis, semangat dan yakin meraih kemenangan kemenangan kecil itu. Tak boleh ada sikap pengabaian sama sekali. Kita harus senantiasa bersungguh sungguh mencari uslub untuk menembus celah celah kemengan itu. Sekecil apapun peluang yang ada wajib kita manfaatkan. Tak boleh disepelakan. 

Maka optimisme karena yakin akan janji Allah akan melahirkan kesungguhan dalam berjuang. Kita akan lahir sebagai manusia pejuang yang selalu menyambut fajar pagi dengan senyum terkembang. Siap menyambut hari dengan uslub terbaik yang kita mampu pikirkan. 

Jadi optimis ya Sobat. Dan catat baik baik, kita wajib menang! Karena kemenangan itulah penyelamat kita di dunia dan akhirat. Kita tak boleh ambil peluang kalah. Karena kalah dengan sengaja yang berakihat kegagalan tegaknya Islam adalah dosa. Sekali lagi, jangan ambil peluang kalah, wajib ambil peluang menang sesulit apapun kondisi itu. 

Makin kita terpojok. makin kita di ujung tanduk karena serangan musuh maka kemenangan makin dekat selama kita istiqomah. 

Surat Al-Ahzab Ayat 22 Allah berfirman:

 وَلَمَّا رَءَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلْأَحْزَابَ قَالُوا۟ هَٰذَا مَا وَعَدَنَا ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَصَدَقَ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ ۚ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّآ إِيمَٰنًا وَتَسْلِيمًا 

"Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita". Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan."

Karena para sahabat beriman bahwa pertolongan Allah dan Rasul-Nya itu pasti benar maka mereka sanggup istiqomah meski kondisi sangat genting. Dan Maha Benar Allah dengan segala JanjiNya. 

Optimis yuk! []

Ustaz Abu Zaid 
Tabayyun Center 

Ustaz Abu Zaid: Keikhlasan Melahirkan Kesabaran

Tinta Media - Ustaz Abu Zaid dari Tabayyun Center menyatakan keikhlasan melahirkan kesabaran. "Setelah ikhlas, pastinya sabar. Karena keikhlasan melahirkan kesabaran," tuturnya kepada Tinta Media, Jum'at (2/9/2022).

"Sabar dalam hal apa?" tanyanya.

Ustaz Abu Zaid menjawabnya dalam Recharge Mandiri Pengemban dakwah bagian 2 bahwa sabar itu dalam hal melaksanakan perintah. Yakni sabar beraktifitas dakwah. Sabar dalam memikul beban. Sabar dalam merencanakan dan mengevaluasi setiap kegiatan. Terus menerus tanpa kenal lelah. Tak terpikir kapan berakhir. Tak terlintas kapan sudah. "Maju terus pantang mundur," serunya.

Ia melanjutkan bahwa sabar itu dalam menjauhi larangan. Tidak boleh berhenti. Tak boleh belok. Tak boleh menyimpang. Padahal banyak persimpangan jalan yang dilalui. Menjaga akidah dan amal shalihnya. Sejauh mungkin menjauhi maksiat. Baik dosa kecil maupun dosa besar. "Tak boleh melenceng akidahnya, amalnya dan akhlaknya. Terus menerus begitu," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa sabar itu dalam menghadapi ujian. Ujian sebagai suami. Ujian sebagai anak. Ujian sebagai orang tua. Ujian khusus pengemban dakwah. Khususnya lagi saat dakwah dikriminalisasi. Saat dakwah dituduh. Saat dakwah dihina. Saat dakwah diancam. Saat dakwah ditolak. Saat dakwah ditentang. Saat dakwah difitnah. Saat harus menderita karena dakwah. Saat harus membatasi diri dari mencari dunia karena dakwah. "Semua dihadapi dengan ikhlas dan sabar hingga melahirkan istiqamah. Hingga husnul khatimah," paparnya.

Ia juga mengingatkan bahwa yang tak kalah penting, sabar dalam menanti nasrullah. Seolah sudah panjang jalan ditempuh namun tak kunjung tiba kemenangan. Sementara sudah sangat lelah akibat perjalanan panjang. "Namun tetap harus melakukan aktifitas dan menahan posisi di depan pintu. Tak boleh bergeser sedikitpun apapun yang akan terjadi," tukasnya.

"Apa ga boleh merasa capek, lelah, penat, bosan, kurang semangat dan jenuh?" ucapnya.

Ustadz Abu Zaid mengatakan bahwa boleh saja. Semua itu manusiawi. Namun, tetap harus maju tepat waktu. Tak boleh itu semua jadi alasan untuk tidak maju terus. "Meski merangkak. Meski merayap. Meski ngesot sekali pun. Maka harus tetap maju. Sampai Allah memberikan pertolongan atau kita mati husnul khatimah," tegasnya.

"Tak ada jalan balik. Tak ada jalan putar. Hanya maju dan maju dan maju hingga Allah panggil pulang," pungkasnya.[] Ajira

Jumat, 02 September 2022

Recharge Mandiri Pengemban Dakwah (bagian 2): Sabar

Tinta Media - Setelah ikhlas pastinya sabar. Karena keikhlasan melahirkan kesabaran. 

Sabar dalam hal apa? 

Sabar dalam hal melaksanakan perintah. Yakni sabar beraktifitas dakwah. Sabar menanggung segala lelah. Sabar dalam memikul beban. Sabar dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengevaluasi setiap kegiatan. Terus menerus tanpa kenal lelah. Tak terpikir kapan berakhir. Tak terlintas kapan sudah. Maju terus pantang mundur. 

Sabar dalam menjauhi larangan. Tidak boleh berhenti. Tak boleh belok. Tak boleh menyimpang. Padahal banyak persimpangan jalan yang dilalui. Menjaga aqidah dan amal sholihnya. Sejauh mungkin menjauhi maksiat. Baik dosa kecil maupun dosa besar. Tak boleh melenceng aqidahnya, amalnya dan akhlaknya. Terus menerus begitu. 

Sabar dalam menghadapi ujian. Ujian sebagai suami. Ujian sebagai anak. Ujian sebagai orang tua. Ujian khusus sebagai pengembangan dakwah. Khususnya lagi saat dakwah dikriminalisasi. Saat dakwah dituduh. Saat dakwah dihina. Saat dakwah diancam. Saat dakwah ditolak. Saat dakwah ditentang. Saat dakwah difitnah. Saat harus menderita karena dakwah. Saat harus membatasi diri dari mencari dunia karena dakwah. Semua dihadapi dengan ikhlas dan sabar hingga melahirkan istiqomah. Hingga husnul khotimah. 

Yang tak kalah penting sabar saat menanti nashrullah. Seolah sudah panjang jalan ditempuh namun tak kunjung tiba kemenangan. Sementara sudah sangat lelah akibat perjalanan panjang. Namun tetap harus melakukan aktifitas dan menahan posisi di depan pintu. Tak boleh bergeser sedikitpun apapun yang akan terjadi. 

Apa ga boleh merasa capek, lelah, penat, bosan, kurang semangat dan jenuh? Boleh saja. Semua itu manusiawi. Namun, tetap harus maju tepat waktu. Tak boleh itu semua jadi alasan untuk tidak maju terus. Meski merangkak. Meski merayap. Meski ngesot sekali pun. Maka harus tetap maju. Sampai Allah memberikan pertolongan atau kita mati husnul khotimah. 

Allah berfirman dalam surat Ali ‘Imran Ayat 200

 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱصْبِرُوا۟ وَصَابِرُوا۟ وَرَابِطُوا۟ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung."

Tak ada jalan balik. Tak ada jalan putar. Hanya maju dan maju dan maju hingga Allah panggil pulang![]

Ustaz Abu Zaid 
Tabayyun Center 

Kamis, 01 September 2022

Ustaz Abu Zaid: Ikhlas, Modal Pokok dan Pertama Pengemban Dakwah

Tinta Media - Ustaz Abu Zaid dari Tabayyun Center menuturkan bahwa ikhlas merupakan modal pokok dan pertama bagi pengemban dakwah agar bisa istiqamah.

"Untuk itulah, ikhlas merupakan modal pokok dan pertama bagi mereka agar bisa istiqamah," tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (1/9/2022).

Hal ini disampaikan Ustaz Abu Zaid dalam Recharge Mandiri Pengemban dakwah, ia melihat bahwa dakwah untuk menegakkan Islam kaffah banyak bujukan, godaan, hambatan, gangguan, bahkan ancaman. "Belum lagi rasa lelah yang berkepanjangan karena panjangnya perjuangan. Masih lagi adanya sikap penentangan di antara manusia," ungkapnya.

Ia menjelaskan bahwa ikhlas itu simpel dalam konsep. Semua hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hanya karena Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hanya karena menaati Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya. Hanya melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Tak ada karena mahluk. Tak ada karena manusia. Tak ada karena nama besar. Tak ada karena viral. Tak ada karena harta, jabatan, dan lain-lain urusan dunia," bebernya.

"Ikhlas, simpel di konsep, amat sulit di aplikasinya. Ikhlas perjuangan sepanjang hayat hingga nafas terakhir. Tak ada seorang pun hamba yang selesai dalam memperjuangkan ikhlasnya kecuali ikhlas pada tarikan nafas terakhir," jelasnya.

Menurutnya, pengemban dakwah yang ikhlas tak akan mampu dibelokkan oleh apapun juga. Tak bisa dibujuk dengan harta, tahta maupun wanita. Tidak bisa ditakut-takuti dengan pengasingan, persekusi, kriminalisasi, bahkan ancaman kematian. 

"Mengapa? Karena urusan dia hanya dengan Allah. Dia hanya berharap kepada Allah. Tak ada urusan dia dengan mahluk. Maka semua bujukan dan ancaman itu tak berpengaruh kepada dirinya karena semua itu hanyalah mahluk," tukasnya.

"Selama pengemban dakwah itu ikhlas maka Allah akan menjamin dia. Akan memberikan energi tak terputus. Energi yang melahirkan stamina luar biasa sehingga mampu menjadi dirinya dalam istiqamah hingga akhir dalam Husnul khatimah," imbuhnya.

"Semoga Allah jadikan kita hamba yang ikhlas. Aamiin," tandasnya.[] Ajira

Senin, 13 Juni 2022

Orang yang Hatinya Terus Berzikir


Tinta Media - Khadim Ma'had Syaraful Haramain KH Hafidz Abdurrahman menyampaikan penuturan Al-Hafidz Ibn Rajab Al-Hanbali yang menyebut orang yang hatinya senantiasa berzikir sepanjang hari.

"Ada orang yang hatinya terus menghadirkan dzikir sepanjang harinya," ujarnya kepada Tinta Media, Sabtu, (11/6/2022)

Menurutnya, orang seperti ini ada dua, pertama orang yang sibuk dzikir, sehingga meninggalkan urusan dunia yang mubah. Dia terasing dari makhluk. Kedua, orang yang hatinya dipenuhi dzikir kepada Allah, tetapi fisiknya berinteraksi dengan dunia dan makhluk. "Mereka seperti orang yang mengajar ilmu agama, berjihad, beramar ma'ruf nahi munkar dan berdakwah, mereka adalah orang yang paling mulia diantara dua kategori di atas," ungkapnya.

Mereka inilah yang disebut sayyidina Ali Radhiyallahu Anhu :
صحبوا الد نيا بابدان وارواحهامعلقة با لمحل الا علي
Artinya: Mereka membersamai dunia dengan fisik (raga) mereka, sementara ruh-ruh mereka diikat dengan posisi yang tertinggi.

Kyai Abdurrahman berkata mereka ini adalah para pengemban dakwah. Mengutip pernyataan Al-Hafidz Ibn Rajab, bahwa para pengemban dakwah sebagai pengganti Rasul ( Khulafa' ar-rasul) karena tugas mengemban risalah yang mereka emban.

"Mereka didoakan oleh semua penghuni langit dan bumi hingga ikan paus dalam lautan pun mendoakan dan memintakan ampun untuk mereka," pungkasnya.[] Yupi UN
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab