Tinta Media: Pengajian
Tampilkan postingan dengan label Pengajian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengajian. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 04 Maret 2023

Pengerdilan Makna Pengajian

Tinta Media - Ketua Dewan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri, kembali menjadi sorotan. Ini karena pidatonya telah memicu kontroversi di media sosial. Pidato tersebut disampaikan ketika menjadi pemateri dalam Seminar Nasional Pancasila dalam tindakan "Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, Kekerasan dalam Rumah Tangga, serta Mengantisipasi Bencana" di Jakarta Selatan pada Kamis (16/2/2023).

Salah satu isi pidato Megawati yang kontroversial adalah ketika membahas masalah anak stunting. Ia mengaitkannya dengan aktivitas keagamaan kaum ibu. Menurutnya, waktu para ibu tersita karena mengikuti pengajian sehingga lupa mengurus anak. Ia sampai berpesan agar kaum ibu bisa mengatur waktu agar tidak habis untuk pengajian sehingga melupakan asupan gizi anak.

Mengkaji Islam Wajib dan Perlu

Tentu saja pernyataan Megawati ini menimbulkan berbagai respon dari masyarakat. Ini dikarenakan para ulama sepakat bahwa mencari ilmu itu wajib bagi kaum muslimin. Dalilnya antara lain, sabda Rasulullah saw, 

"Mencari ilmu itu wajib atas kaum muslimin." (HR Ibnu Majah).

Kewajiban mencari ilmu ini juga bisa dipahami dari kewajiban setiap muslim untuk taat terhadap hukum-hukum Allah Swt. Pasalnya, setiap perbuatan manusia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah di akhirat kelak.

Sebab itu, setiap muslim wajib mencari ilmu agama (tafaqquh fii ad- diin). Saat seorang muslim paham agamanya, maka ia berada di antara kebaikan Allah Swt. yang diberikan kepadanya.

Jerih payah seseorang ketika mencari ilmu akan menjadikannya sebagai ahli ilmu (Ulama). Dalam hal ini Allah Swt. memuji langsung kepadanya, sebagaimana Allah Swt. berfirman, 

"Allah mengangkat orang yang beriman dan mereka yang diberi ilmu beberapa derajat." (QS al-Mujadalah [58]:11).

Keutamaan Majelis Ilmu

Sebagaimana mulianya kedudukan ahli ilmu, demikian halnya pada majelis-majelis ilmu. Rasulullah saw., bersabda,

"Siapa saja yang keluar rumah dalam rangka meraih ilmu, maka ia berada di jalan Allah sampai ia kembali pulang." (HR at-Tirmidzi).

Rasulullah saw. pun bersabda, 

"Tidaklah seseorang keluar rumah untuk mencari ilmu, kecuali para malaikat membentangkan sayap-sayap mereka karena rida atas apa yang dilakukan oleh para pencari ilmu." (HR Ibnu Majah dan Ahmad).

Ibu Pendidik Generasi

Hadirnya ibu-ibu di pengajian yang dianggap melalaikan anak adalah tuduhan tidak benar. Ini adalah kesalahpahaman terhadap aktivitas menuntut ilmu agama yang hukumnya wajib bagi muslim dan muslimah.

Pengajian menjadi tempat alternatif untuk memahami berbagai hukum-hukum Allah Swt. secara menyeluruh yang dibutuhkan dalam mengarungi kehidupan, termasuk dalam mendidik anak agar selalu dalam keridaan-Nya.

Dalam Islam, mengkaji Islam secara kaffah merupakan bagian dari program pembinaan setiap individu, yang terintegrasi dalam kurikulum dan kebijakan negara yang lain, sehingga mampu menghasilkan individu yang beriman dan bertakwa, tinggi taraf berpikirnya, kuat kesadaran politiknya, sekaligus bekal bagi para ibu untuk mendidik anak-anak menjadi muslim yang berkepribadian Islam dan calon pemimpin masa depan.

Karena itu, sangat penting bagi kaum ibu hadir dalam majelis-majelis taklim. Sebabnya, para ibu atau para wanita calon ibu adalah pendidik generasi bagi anak-anaknya. Bahkan, baik buruknya generasi salah satunya bergantung pada peran ibu mereka masing-masing. 

Seorang penyair Mesir, Hafizh Ibrahim berkata, "Ibu itu madrasah (sekolah), jika Anda mempersiapkan (dengan baik) kaum ibu, berarti anda mempersiapkan (dengan baik) generasi keturunan yang baik.

Khatimah

Pentingnya bagi setiap wanita, calon ibu atau kaum ibu untuk terus menempa dirinya dengan ilmu-ilmu agama. Sebab, para ibu adalah pendidik generasi (madrasah) bagi anak-anaknya. Madrasah sejatinya adalah gudang ilmu, yang akan mempersiapkan dan melahirkan generasi terbaik. Di tangan seorang ibulah akan tercetak generasi yang hebat dan terbaik, yang dapat memberikan kontribusi besar dalam kemajuan peradaban umat.

Wallahualam bissawab.

Oleh: Astuti K.
Sahabat Tinta Media

Kamis, 23 Februari 2023

Pengajian Penyebab Stunting, Apakah Benar?

Tinta Media - Masyarakat lewat media sosial menyoroti pidato kontroversi Ketua Dewan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Megawati Soekarnoputri tentang pengajian yang melenakan para ibu untuk merawat anaknya. Pidato Megawati itu terucap saat ia menjadi pemateri dalam Seminar Nasional Pancasila dalam Tindakan: 'Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, Kekerasan dalam Rumah Tangga, serta Mengantisipasi Bencana' di Jakarta Selatan pada Kamis (16/2/2023).Republika.co.id

Kenapa pengajian dijadikan sasaran penyebab stunting dan kekerasan? Bukannya di luar sana banyak ibu-ibu yang kerja fullday, suka dugem, suka ngerumpi, dan shoping, kenapa tidak dipermasalahkan? Dengan alibi pengajian membuat lalai ibu-ibu mengurusi anak, apakah itu benar?

Pengajian tidak akan menyebabkan anak kelaparan, karena aktivitas pengajian hanya dilakukan seminggu sekali dua jam, bahkan ada yang sebulan sekali, dan itu pun ikut mengajak anaknya ke pengajian, tidak ditinggal di rumah tanpa diberi makan. 

Sebenarnya penyebab utama stunting, kekerasan perempuan dan anak dalam rumah tangga adalah masalah ekonomi dan sosial. Harga kebutuhan pokok semakin tinggi, banyaknya PHK, serta sulitnya mencari pekerjaan justru menjadi faktor utamanya. 

Ini akibat dari abainya negara dalam mengurusi urusan umat. Para penguasa di negeri ini hanya mementingkan urusan mereka dan kelompoknya. Negara menambah utang hanya prioritas untuk infrastruktur, padahal rakyat masih banyak mengalami kemiskinan dan kelaparan. Rakyat butuh makan, tidak butuh infrastruktur. Pembangunan besar-besaran juga bukan seluruhnya dinikmati rakyat. 

Beginilah profil negara dengan menerapkan aturan sekularisme, menjauhkan agama dari kehidupan yang menganggap agama itu penyebab sumber masalah. Ini adalah pemikiran yang dangkal ingin menyebarkan Islamophobia dan menghadang islam kaffah tujuannya. 

Padahal, dengan pengajian, ibu-ibu dapat menambah ilmu, sehingga bisa belajar bagaimana mengurusi anak dan rumah tangga yang benar, berperilaku yang benar, mengetahui perbuatan yang benar dan salah, dan bisa mengontrol sikap. Karena manusia tempatnya salah, sehingga harus selalu diingatkan lewat pengajian. 

Kapitalisme sangat berbeda dengan cara pandang Islam yang mewajibkan setiap muslim untuk menuntut ilmu dari buaian sampai akhir hayat. Dengan mengkaji ilmu, keberkahan dan kebaikan kita dapatkan, menjadikan kita selamat dan tidak tersesat baik di dunia maupun di akhirat. 

Inilah pentingnya mengkaji ilmu. Dalam sistem Islam atau disebut khilafah, negara memperhatikan juga masalah ilmu. Maka, negara membina umat dengan mengadakan kajian-kajian, sehingga  tingkah laku umat dan perbuatannya terjaga, dibentengi dengan ilmu. 

Sedangkan untuk masalah stunting dan kekerasan, negara hadir dengan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya, mengontrol kestabilan harga, dan pasokan  makanan dengan harga yang murah, bahkan diberikan dengan gratis bagi yang membutuhkan. 

Hanya dengan khilafah 'ala minhajjin nubuwwah negeri ini bisa selamat dari permasalahan yang sangat kompleks. Marilah kita semua bangkit dan sadar untuk berpolitik supaya khilafah segera tegak dan tentunya juga atas pertolongan Allah Swt. 

Wallahu a'lam bisshawwab.

Oleh: Shinta Putri
Muslimah Perubahan Peradaban

Rabu, 22 Februari 2023

TIDAK ADA YANG SALAH DENGAN PENGAJIAN IBU-IBU


Tinta Media - Siapa yang Allah  kehendaki kebaikan baginya, Allah pahamkan atasnya perihal agama. (HR. Imam Al-Bukhori dalam kitab Kutubul ‘Ilmy no. 71)

Adalah aneh dan bisa dikatakan sebagai sebuah kebodohan, jika ada orang mempertanyakan upaya umat Islam untuk  mencari ilmu yang memang telah diwajibkan oleh Allah, baik kepada laki-laki maupun perempuan. Salah satu cara untuk mendapatkan ilmu adalah dengan menghadiri kajian-kajian keislaman yang kini marak dimana-mana. Sebab pemahaman atas agama ini adalah bagian dari kebaikan yang dikehendaki Allah atas hambaNya.

Menuntut ilmu dalam Islam adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Allah akan meninggikan derajat bagi para penuntut ilmu, hal ini sejalan firman Allah dalam surat al-Mujadalah ayat 11 yang  artinya: "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat."

Kewajiban menuntut ilmu ini sangat penting dalam Islam, karena ilmu adalah kunci untuk memahami ajaran agama dan mengamalkannya dengan baik. Selain itu, menuntut ilmu juga dapat membantu umat Islam untuk mengembangkan diri, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Bagi seorang ibu, pemahaman atas agama ini akan menjadi kekayaan yang luar biasa bagi masa depan anak-anaknya.

Masa depan generasi bangsa ini sebenarnya sangat dipengaruhi oleh ibunya yang melahirkan, menyusui, mendidik dan bahkan mendoakan. Posisi seorang ibu itu begitu strategis dan mulia dalam Islam. Karena itu masa depan suatu bangsa akan sangat dipengaruhi oleh seorang ibu. Karena itu, jika seorang ibu memiliki pemahaman agama yang baik, maka akan melahirkan generasi yang beriman dan bertaqwa.

Di dalam Islam, menuntut ilmu tidak hanya berhenti pada ilmu agama saja, tetapi juga mencakup ilmu pengetahuan umum dan teknologi. Menurut Imam Al Ghazali, ada ilmu yang hukumnya fardhu ‘ain dan ada ilmu yang hukumnya fardhu kifayah. Hal ini dapat dilihat dari sejarah Islam di masa lalu, di mana para ulama dan ahli agama Islam juga mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti matematika, astronomi, kedokteran, dan lain sebagainya. Sejarah ini telah tercatat dengan tinta emas kemajuan peradaban Islam.

Memahami agama sering disebut dengan istilah tafaqquh fiddin. Tafaqquh fiddin adalah sebuah istilah dalam bahasa Arab yang artinya adalah mempelajari dan memahami agama. Istilah ini sering digunakan oleh ulama dalam upaya untuk menekankan pentingnya pemahaman dan pemelajaran agama Islam.

Tafaqquh fiddin mengandung makna bahwa setiap muslim harus mempelajari dan memahami agama Islam secara mendalam, sehingga mampu mengambil keputusan dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh kesadaran dan pengertian. Hal ini diperlukan karena agama Islam mengatur segala aspek kehidupan manusia, mulai dari ibadah, muamalah, hingga akhlak dan moral. Islam juga mengajarkan tentang aspek-aspek sosial seperti pendidikan, ekonomi, politik, budaya dan bahkan ketatanegaraan. Rasulullah mengajarkan kepada para sahabatnya dari mulai doa makan hingga bagaimana menegakkan daulah Islam.

Dalam praktiknya, tafaqquh fiddin meliputi berbagai bidang studi, seperti tafsir, hadis, fiqh, aqidah, sejarah Islam, dan lain sebagainya. Seorang muslim yang ingin menguasai tafaqquh fiddin perlu memiliki kemampuan membaca dan memahami kitab suci Al-Quran dan hadis, serta memiliki kemampuan berfikir kritis dan logis dalam memahami ajaran agama.

Dengan mempelajari dan memahami agama Islam dengan baik, seorang muslim dapat memperbaiki kehidupan pribadinya dan juga memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan negara, begitupun bagi seorang muslimah. Selain itu, pemahaman yang baik terhadap ajaran agama juga dapat membantu seseorang menghindari kesalahpahaman ajaran Islam atau pahamnya yang salah.

Mengaji atau membaca Al-Quran merupakan salah satu amalan penting dalam agama Islam. Selain sebagai bentuk ibadah, mengaji juga memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia, di antaranya : pertama, mendekatkan diri pada Allah. Mengaji merupakan ibadah yang paling utama dalam Islam, dimana seseorang dapat mendekatkan diri pada Allah dengan mempelajari firman-Nya.

Kedua, menambah pengetahuan agama. Dalam Al-Quran, terkandung berbagai ajaran agama, sejarah, dan kisah para nabi dan rasul yang dapat menambah pengetahuan agama seseorang. Ketiga, menenangkan jiwa dan memuaskan akal. Ketika seseorang membaca Al-Quran, hal tersebut dapat menenangkan dan menyejukkan jiwa. Ayat-ayat yang dipelajari dapat memberikan ketenangan dan kekuatan serta kepuasan pada hati dan akal pikiran. Pengajian dengan demikian menenangkan sekaligus mencerdaskan.

Ketiga, meningkatkan kualitas literasi. Mengaji secara rutin dan terstruktur dapat membantu seseorang meningkatkan kualitas literasi. Esensi literasi adalah pemahaman atas segala sesuatu, dalam hal ini adalah pemahaman atas Islam dari akar hingga batangnya.

Keempat, meningkatkan keimanan. Dalam Al-Quran, terkandung berbagai ayat yang dapat membantu seseorang meningkatkan keimanan dan memperkuat keyakinannya pada Allah dengan terus menggali ajaran Islam. Kelima, menambah pahala dan amal sholih. Mengaji termasuk dalam amalan yang pahalanya sangat besar. Setiap huruf Al Qur’an yang dibaca akan mendapatkan pahala, bahkan pahala tersebut akan dilipatgandakan oleh Allah. Kehadiran seorang ibu dalam majlis ta’lim adalah sebuah kebaikan yang membuahkan pahala dari Allah.

Dalam Islam, peran seorang ibu sangat penting dan dihormati karena ibu memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk kepribadian dan moralitas anak-anaknya.

Jadi tidak ada yang salah dengan pengajian ibu-ibu, namun sebaliknya, aktivitas pengajian adalah aktivitas kebaikan. Sebab sebagai seorang ibu, ia memiliki tanggung jawab untuk merawat, mendidik, dan membesarkan anak-anaknya dengan nilai-nilai agama yang benar. Ibu juga harus memberikan kasih sayang, perhatian, dan perlindungan kepada anak-anaknya. Tentu saja hal ini membutuhkan bekal ilmu yang tidak mencukupi.

Sebagai seorang muslimah, ibu juga harus memberikan teladan yang baik dalam perilaku dan ketaatan kepada Allah kepada anak keturunan. Ibu harus mengajarkan anak-anaknya tentang ajaran Islam, seperti membaca Al-Quran, berdoa, melakukan ibadah hingga mewujudkan anak-anaknya berkepribadian Islam . Ibu juga harus memastikan bahwa anak-anaknya tumbuh dengan pemahaman yang benar tentang nilai-nilai Islam, seperti jujur, sabar, ikhlas, adil dan kasih sayang.

Selain itu, peran seorang ibu dalam keluarga Islam juga meliputi membangun kerukunan dan keharmonisan di antara anggota keluarga. Ibu harus mengajarkan anak-anaknya untuk menghormati ayah, saudara-saudaranya, dan anggota keluarga lainnya. Ibu juga harus memastikan bahwa keluarganya hidup dalam lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman.

Secara keseluruhan, peran seorang ibu dalam Islam sangat penting untuk membentuk kepribadian Islam anak-anak dalam rangka mengantarkan anak-anak sebagai pembangun peradaban Islam dan mencapai keselamatan di akhirat kelak.

Oleh: Dr. Ahmad Sastra

Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa 

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 21/02/23 : 07.55 WIB)

 

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab