Tinta Media: Penduduk Surga
Tampilkan postingan dengan label Penduduk Surga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Penduduk Surga. Tampilkan semua postingan

Senin, 09 Oktober 2023

Kenikmatan Untuk Penduduk Surga


Tinta Media - Al Qur'an dan as Sunnah sudah menjelaskan tentang beberapa nikmat untuk penghuni surga. 

Allah Ta’ala berfirman,

فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As-Sajadah: 17)

۞ مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ ۖ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ أُكُلُهَا دَائِمٌ وَظِلُّهَا ۚ تِلْكَ عُقْبَى الَّذِينَ اتَّقَوْا ۖ وَعُقْبَى الْكَافِرِينَ النَّارُ

“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.” (QS. Ar-Ra’du: 35)

Dalam ayat lainnya disebutkan,

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاعِمَةٌ

Banyak muka pada hari itu berseri-seri,
لِسَعْيِهَا رَاضِيَةٌ

merasa senang karena usahanya,
فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ

dalam surga yang tinggi,
لَا تَسْمَعُ فِيهَا لَاغِيَةً

tidak kamu dengar di dalamnya perkataan yang tidak berguna.
فِيهَا عَيْنٌ جَارِيَةٌ

Di dalamnya ada mata air yang mengalir.
فِيهَا سُرُرٌ مَرْفُوعَةٌ

Di dalamnya ada takhta-takhta yang ditinggikan,
وَأَكْوَابٌ مَوْضُوعَةٌ

dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya),
وَنَمَارِقُ مَصْفُوفَةٌ

dan bantal-bantal sandaran yang tersusun,
وَزَرَابِيُّ مَبْثُوثَةٌ

dan permadani-permadani yang terhampar. (QS. Al-Ghasyiyah: 8-16)

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنَّ أهْلَ الجَنَّةِ يَأْكُلُونَ فيها ويَشْرَبُونَ، ولا يَتْفُلُونَ ولا يَبُولونَ ولا يَتَغَوَّطُونَ ولا يَمْتَخِطُونَ قالوا: فَما بالُ الطَّعامِ؟ قالَ: جُشاءٌ ورَشْحٌ كَرَشْحِ المِسْكِ، يُلْهَمُونَ التَّسْبِيحَ والتَّحْمِيدَ، كما تُلْهَمُونَ النَّفَس

“Sesungguhnya penduduk surga, mereka makan dan minum di dalam surga, namun mereka tidak meludah, tidak kencing, tidak buang air besar, dan tidak mengeluarkan dahak.”

Para sahabat bertanya: ‘Lalu bagaimana nasib makanan di perut mereka?’

Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Menjadi sendawa, dan keringat yang berbau misk. Mereka diilhami selalu bertasbih dan bertahmid, sebagaimana kalian selalu bernafas.” (HR. Muslim, no. 2835).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata,

مَن يَدْخُلُ الجَنَّةَ يَنْعَمُ لا يَبْأَسُ، لا تَبْلَى ثِيابُهُ ولا يَفْنَى شَبابُهُ.

“Siapa saja yang masuk surga, maka ia mendapatkan nikmat dan tidak sengsara, bajunya tidak usang, dan tetap terus muda.” (HR. Muslim, no. 2836)

Dalam Syarh Shahih Muslim (17:173), Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Menurut madzhab Ahlus Sunnah dan keumuman kaum muslimin, sesungguhnya penduduk surga makan dan minum serta mendapatkan kenikmatan lainnya. Ia akan merasakan kenikmatan selamanya, tidak ada akhirnya, dan tidak terputus selamanya. Ia akan mendapatkan nikmat sebagaimana penduduk dunia namun perbedaannya jauh sekali dalam hal kelezatan, hanya ada kesamaan nama saja. Penduduk surga juga tidak kencing, tidak buang air besar, tidak berdahak, dan tidak meludah.”

Dan masih banyak kenikmatan surga yang lain dalam kitab dan Sunnah.

Semoga kita menjadi penghuni surga. Aamiin.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center

Jumat, 10 Maret 2023

Pantaskan Diri Menjadi Penduduk Surga

Sobat. Sahabat Nabi Ustman bin Affan berkata. "Sesungguhnya orang mukmin berada dalam enam macam ketakutan :

Pertama. Takut kepada Allah kalau-kalau Dia mencabut Iman darinya.
Kedua. Takut Kepada Malaikat pencatat kalau-kalau mereka akan menulis sesuatu yang membongkar aibnya pada hari kiamat.
Ketiga. Takut kepada syetan kalau-kalau ia membatalkan amalnya.
keempat. Takut kepada malaikat maut kalau-kalau ia mencabut nyawa saat sedang lalai secara tiba-tiba.
Kelima. Takut kepada dunia kalau-kalau dirinya terpedaya dengannya dan menyibukkannya dari urusan akherat.
Keenam. Takut kepada keluarga kalau-kalau ia disbukkan oleh mereka dari berdzikir kepada Allah.

Demikian yang saya kutip dari kitab Irsyadul 'Ibad karya Syaikh Abdul Azis bin Muhammad bin Salman.

Adapun ciri-ciri penduduk Surga salah satunya disebutkan dalam firman-Nya :

۞إِنَّ ٱللَّهَ ٱشۡتَرَىٰ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَنفُسَهُمۡ وَأَمۡوَٰلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلۡجَنَّةَۚ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ فَيَقۡتُلُونَ وَيُقۡتَلُونَۖ وَعۡدًا عَلَيۡهِ حَقّٗا فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَٱلۡإِنجِيلِ وَٱلۡقُرۡءَانِۚ وَمَنۡ أَوۡفَىٰ بِعَهۡدِهِۦ مِنَ ٱللَّهِۚ فَٱسۡتَبۡشِرُواْ بِبَيۡعِكُمُ ٱلَّذِي بَايَعۡتُم بِهِۦۚ وَذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ٱلتَّٰٓئِبُونَ ٱلۡعَٰبِدُونَ ٱلۡحَٰمِدُونَ ٱلسَّٰٓئِحُونَ ٱلرَّٰكِعُونَ ٱلسَّٰجِدُونَ ٱلۡأٓمِرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَٱلنَّاهُونَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡحَٰفِظُونَ لِحُدُودِ ٱللَّهِۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu. ( QS. At-Taubah (9) : 111-112 )

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa Allah membeli jiwa raga dan harta kaum mukmin, yang dibayar-Nya dengan surga. Artinya, Allah membalas segala perjuangan dan pengorbanan yang telah diberikan kaum mukmin itu, baik berupa jiwa raga maupun harta mereka dengan balasan yang sebaik-baiknya, yaitu kenikmatan dan kebahagiaan di surga kelak. Ini merupakan ungkapan yang sangat indah untuk menimbulkan kegairahan bagi umat manusia untuk berjihad, karena menggambarkan suatu transaksi jual beli yang sangat menguntungkan manusia. Pengorbanan yang telah mereka berikan berupa harta dan jiwa raga akan ditukar dengan sesuatu yang sangat berharga, yang tidak pernah dilihat oleh mata manusia, tidak pernah didengar oleh telinga, dan nilainya jauh lebih tinggi dari pada harta benda dan apa saja yang telah dikorbankan. 

Di samping itu jual beli yang terjadi antara Allah dan kaum Muslimin ini tidak akan pernah dibatalkan. Tidak seperti transaksi jual beli yang terjadi antara sesama manusia, yang kadang-kadang dapat dibatalkan. Lagi pula jual beli antar sesama manusia hanya berupa pertukaran antara barang dan uang yang sama nilainya. Sedang balasan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang beriman jauh lebih tinggi nilainya dari pada pengorbanan yang telah diberikan atau perjuangan yang telah dilakukannya.

Sobat. Balasan yang berlipat ganda yang dianugerahkan Allah kepada hamba-Nya adalah semata-mata karena kasih sayang-Nya dan merupakan kehormatan kepada hamba-Nya yang beriman, sebab pada hakekatnya diri manusia adalah milik-Nya, karena Dialah Penciptanya; dan harta benda mereka itupun adalah milik-Nya, karena Dialah yang menganugerahkan kepada mereka. Namun demikian, bila manusia berjihad dengan mengorbankan harta benda dan jiwa raga mereka, maka Allah tetap memberikan balasan yang berlipat ganda nilainya padahal Allah sendiri pada hakekatnya tidak memerlukan harta benda dan jiwa raga mereka.

Selanjutnya dalam ayat ini, Allah menerangkan bagaimana cara menyerahkan jiwa dan harta yang akan dibeli oleh Allah dengan surga, yaitu dengan berperang di jalan Allah untuk membela kebenaran dan keadilan. Inilah yang akan menyampaikan mereka kepada keridaan-Nya; adakalanya mereka dapat menumpas musuh-musuh Allah yang selalu menghambat jalannya dakwah Islamiyah, adakalanya mereka gugur dalam peperangan, sebagai syuhada dalam membela agama Allah. Namun tidak ada perbedaan antara keduanya dalam menerima pahala dan balasan dari Allah.

Sobat. Allah menegaskan bahwa janji-Nya untuk memberikan pahala akan ditepati-Nya, bahkan telah ditetapkan-Nya sedemikian rupa dalam kitab Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Kitab suci terakhir ini tidak akan dapat dihapuskan oleh siapapun juga, karena Allah telah menjamin keselamatan Al-Qur'an dari tangan-tangan jahil.

Selanjutnya Allah menegaskan bahwa tidak ada yang melebihi Allah dalam hal menepati janji, karena Dia Maha Kuasa untuk menepati janji-Nya, dan tidak pernah lupa ataupun ragu pada hamba-Nya. 

Oleh sebab itu, Allah akan memberi kabar gembira yang pasti akan mereka peroleh dari jual beli harta dan jiwa mereka dengan Allah.
Pada akhir ayat ini Allah kembali memberikan penegasan bahwa keberuntungan yang akan mereka peroleh benar-benar suatu keberuntungan yang amat besar, tidak ada yang melebihinya. Sedang keberuntungan yang telah mereka peroleh sebelumnya yang berupa kemenangan terhadap musuh-musuh Islam, serta kepemimpinan, kekuasaan dan kerajaan, hanyalah keberuntungan yang merupakan jalan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran.

Sobat. Dalam ayat ini disebutkan beberapa sifat dari orang-orang mukmin yang telah mencapai puncak kesempurnaan iman, yang telah mengorbankan harta benda dan jiwa raga mereka dalam berjihad untuk menjunjung tinggi dan menegakkan agama Allah.

Sifat-sifat tersebut ialah:

1. Mereka adalah orang-orang yang bertobat, kembali kepada Allah dengan cara meninggalkan setiap perbuatan yang akan menjauhkan diri dari keridaan-Nya. Maka tobat orang yang pernah menjadi kafir adalah kembalinya mereka kepada jalan Allah, serta melaksanakan perintah syariat-Nya.
Dalam hal ini Allah telah berfirman:
Jika mereka bertobat, mendirikan salat, dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. (at-Taubah/9: 11)

Sedang tobat orang yang pernah menjadi munafik ialah dengan cara meninggalkan kemunafikannya itu. Tobat orang-orang yang durhaka ialah dengan cara meninggalkan kedurhakaannya dengan menyesali apa yang telah diperbuatnya, serta bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan itu lagi, sebagaimana tobat yang telah dilakukan oleh beberapa orang mukmin (Abu Lubabah dengan kawan-kawannya) yang telah mangkir dari Perang Tabuk. Adapun tobat orang yang telah lalai dari melakukan kebajikan, ialah dengan cara berbuat kebajikan lain yang lebih banyak, sedang tobat orang yang lalai dari mengingat Allah ialah dengan cara berzikir dan bersyukur lebih banyak lagi setelah menyadari kelalaiannya.

2. Orang-orang mukmin yang mencapai puncak kesempurnaan iman mempunyai sifat sebagai orang-orang yang beribadat kepada Allah semata-mata dengan ikhlas, tanpa riya maupun syirik. Semua ibadah doa dan harapannya hanya ditujukan kepada Allah semata. Mereka menjauhi segala perbuatan yang dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada selain Allah atau mengharapkan pertolongan dari selain Allah, baik untuk kepentingan duniawi maupun ukhrawi.

3. Orang-orang mukmin disifati sebagai orang-orang yang senantiasa menyampaikan pujian kepada Allah, baik dalam waktu suka maupun pada saat duka. 
Dalam hal ini 'Aisyah r.a. menerangkan bahwa Nabi Muhammad saw, apabila menemukan suatu hal yang menggembirakan maka beliau mengucapkan kata-kata pujian yang berbunyi:
Segala pujian hanyalah untuk Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan dapat disempurnakan. (Riwayat Ibnu Majah dan al-hakim)

Dan apabila beliau menghadapi suatu hal yang tidak diinginkannya, maka beliau mengucapkan kata pujian yang berbunyi:
Segala puji hanyalah untuk Allah semata-mata, dalam segala hal. (Riwayat Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan lain-lain)

4.Orang-orang mukmin yang mencapai puncak kesempurnan juga memiliki sifat sebagai orang-orang yang suka mengembara untuk tujuan-tujuan yang baik dan benar, misalnya pengembaraan yang dilakukan untuk menuntut ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan agama, maupun ilmu pengetahuan untuk kemajuan duniawi, atau untuk sesuatu yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan tanah air. Atau melakukan pengembaraan untuk melihat dan memperhatikan keadaan bangsa-bangsa dan negeri-negeri lain, agar dari semuanya itu dapat diambil pelajaran yang berguna, serta meningkatkan keimanan dan ibadah kita kepada Allah, Pencipta alam semesta. Di dalam Al-Qur'an, terdapat banyak firman Allah yang mendorong manusia agar mengadakan perjalanan di muka bumi ini, untuk mendapatkan pengalaman dan pelajaran, yang akan menambah kuatnya keimanan mereka. Antara lain firman Allah:
Katakanlah (Muhammad), "Jelajahilah bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu." (al-An'am/6: 11)

Dan firman-Nya dalam ayat yang lain:
Tidakkah mereka memperhatikan berapa banyak generasi sebelum mereka yang telah Kami binasakan, padahal (generasi itu), telah kami teguhkan kedudukannya di bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu. (al-An'am/6: 6) Masih banyak ayat lainnya yang sejiwa dengan ayat-ayat di atas yang menyuruh manusia untuk memperhatikan lebih banyak makhluk Tuhan di dunia ini. Semakin jauh berjalan, semakin banyak yang dilihat, dan memberikan banyak pengetahuan, pengalaman, dan pelajaran, yang akhirnya menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah.

5.Sifat lainnya yang dimiliki orang-orang mukmin sejati ialah senantiasa melakukan ruku dan sujud kepada Allah, yakni mendirikan salat. Sengaja Allah menyebutkan masalah ruku dan sujud dalam ayat ini, karena kedua hal tersebut adalah menunjukkan sifat tunduk tawadu serta penghambaan diri kepada Allah, dan juga untuk menggambarkan bahwa pekerjaan salat itu tidak pernah lepas dari ruku' dan sujud.

6. Dua sifat lainnya dari orang-orang mukmin sejati ialah suka mengajak orang lain untuk berbuat kebajikan, dan mencegahnya dari perbuatan yang mungkar, dengan jalan mengajaknya kepada keimanan dan melakukan perbuatan-perbuatan yang merupakan buah dari keimanan itu, yaitu hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan pribadi dan kehidupan bersama dalam masyarakat.

7.Sifat lainnya yang disebutkan terakhir dalam ayat ini, ialah sebagai orang-orang yang senantiasa menjaga diri untuk tidak melampaui batas dan ketentuan yang telah ditetapkan Allah, seperti syariat dan hukum-hukum-Nya, yang harus diikuti oleh kaum mukmin untuk kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat, dan apa-apa yang harus mereka jauhi, karena bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkannya. Demikian pula, dalam hukum dan syariat tersebut telah dijelaskan pula apa-apa yang harus dilakukan oleh umat Islam dan para pemimpin mereka, baik untuk kepentingan pribadi muslim, maupun untuk kejayaan masyarakat Islam umumnya.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana Universitas Islam Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab