Pencabulan dan Kekerasan Anak Muncul Akibat Penerapan Sistem Hidup Sekuler Kapitalisme
Tinta Media - Menanggapi maraknya kasus pencabulan dan kekerasan seksual pada anak di Kabupaten Bandung, Aktivis Muslimah yang juga Pemerhati Generasi, Ustazah Najmah Sa'iidah menyampaikan hal ini muncul akibat penerapan sistem hidup sekuler kapitalisme.
"Kasus pencabulan dan kekerasan seksual pada anak ini, muncul akibat penerapan sistem hidup sekuler kapitalisme," tuturnya pada Tinta Media, Selasa (28/2/2023)
Menurutnya, kejadian tersebut tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai hidup yang salah yang telah berkembang di masyarakat.
"Pelaku kekerasan, termasuk kekerasan seksual pada anak yang mayoritasnya adalah orang dekat korban (keluarga, tetangga, bahkan gurunya), menggambarkan keadaan masyarakat yang sakit," tandasnya.
Ia memandang, nilai kebebasan yang dikandung sistem ini menjadi racun mematikan bagi akal dan naluri manusia.
"Hingga ayah kandung tega menggauli darah dagingnya sendiri. Membuat saudara kandung mengeluarkan hasrat buruk terhadap saudaranya sendiri. Ketika pemahaman agama tidak menjadi standar perilaku, maka hawa nafsu menjadi penentu. Akibatnya, orang berlomba memenuhi naluri seksualnya sesuka hatinya. Liberalisme telah menghilangkan ketakwaan individu," tegasnya.
Pada sisi lain, sambungnya, maraknya kekerasan pada anak menjadi gambaran betapa lemahnya jaminan keamanan bagi anak.
"Hal ini menggambarkan bahwa keluarga tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat yang aman bagi anak," ungkapnya.
Ia menggambarkan, kondisi ini menjadi makin berat ketika orang tua termasuk ibu sibuk bekerja yang membuatnya lupa mengawasi anaknya. Kemiskinan, membuat kaum ibu harus ikut bekerja mencari nafkah, sehingga mengabaikan perannya sebagai pendidik dan pelindung anaknya.
"Sulitnya kehidupan mengakibatkan tekanan psikologis pada orang tua, sehingga memicu terjadinya kekerasan kepada anak," ucapnya.
Ustazah Najmah menjelaskan, selain keluarga, lingkungan, dan negara juga telah abai memberikan keamanan kepada anak, kehidupan masyarakat yang diwarnai oleh kehidupan materialistis dan hedonis, akan membentuk individu yang mengutamakan terpenuhinya kebutuhan jasmani. Bahkan negara memfasilitasi hal tersebut.
"Maraknya pornografi dan pornoaksi menjadi bukti bagaimana syahwat dibiarkan menuntut pemuasan. Rendahnya kontrol masyarakat juga membuat banyaknya kasus yang tidak dilaporkan. Ringannya hukuman bagi pelaku kekerasan seksual menjadi bukti tambahan lemahnya jaminan negara atas keamanan anak. Hukuman masih tidak memberikan efek jera," pungkasnya.
[]'Aziimatul Azka